Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
BATCH SHEET V
INJEKSI TESTOSTERON PROPIONAT
BAB I
NAMA ZAT AKTIF DAN BENTUK YANG DIGUNAKAN
1.1
1.2
BAB II
MONOGRAFI ZAT AKTIF
2.1
Testosteron Propionat
Rumus Molekul : C22H32O3
Pemerian
Kelarutan
BM
: 344,49
BJ
Titik lebur
: 118-123C
OTT
pH
: 4-7,5
Stabilisator
Daftar obat
Penyimpanan
BAB III
FORMULA DAN METODA PEMBUATAN
3.1
3.2
Formula
Testosteron
10 mg/ml
10 mL no. I
Formula Lengkap
3.2.1 Larutan dalam minyak
Testosteron Propionat
11,9 mg/ml
ad 10 ml
3.3
Testosteron
1%
0,32%
0,568%
0,001%
Tilose
0,1%
ad 10 mL
Metode Pembuatan
Proses sterilisasi akhir dengan metode aseptik (Laminar Air Flow)
BAB IV
MONOGRAFI ZAT TAMBAHAN
4.1
Oleum Arachidis
Pemerian
Kelarutan
BJ
: 0,915 g/cm3
Titik lebur
: 283C
Titik beku
: -5C
Kegunaan
Penyimpanan
4.2
Kelarutan
Berat molekul
: 156,01
pH
: 4,1-4,5
BJ
: 1,915 g/mol
Penyimpanan
Kegunaan
4.3
: 358,14
Pemerian
Kelarutan
pH
: 9,0-9,4
Kegunaan
Penyimpanan
(Sumber: Farmakope Indonesia edisi III, halaman 227 HOPE 6th, hal.656)
4.4
H gN O
H O H g
: C12H11Hg2NO4
Berat Molekul
: 634,45
Pemerian
Kelarutan
Titik leleh
: 187-190C
Kegunaan
Penyimpanan
4.5
Tilose
Pemerian
Kelarutan
pH
: 6-8,5
BJ
: 0,52 g/cm3
Titik leleh
: 227C
Kegunaan
Penyimpanan
4.6
Kelarutan
OTT
Stabilitas
Penyimpanan
Penggunaan
BAB V
PERHITUNGAN DAN PENIMBANGAN
5.1
Perhitungan Bahan
5.1.1 Konsentrasi Testosteron Propionat
Diketahui
= 288,42
BM Testosteron Propionat
x C Testosteron
BM Testosteron
344,49
x 10 mg
288,42
= 11,9 mg
5.1.2 Volume sediaan yang akan dibuat
A. Larutan dalam minyak
Vvial
= n . c + 6 mL
= 1 . 10,7 + 6 mL
= 10,7 + 6 mL
= 16,7 mL ~ 17 mL
B. Suspensi Testosteron
Vvial
= n . c + 6 mL
= 1 . 10,5 + 6 mL
= 10,5 + 6 mL
= 16,5 mL ~ 15 mL
5.2
Penimbangan Bahan
Tabel 5.1 Penimbangan Bahan Larutan dalam minyak
Bahan
Ket:
Satuan Dasar
1 ml
A
11,9 mg
A : Testosteron Propionat
Volume Produksi
1 vial/17 ml
202,3 mg
Ket:
A
B
C
D
E
A : Testosteron
Satuan Dasar
1 ml
10 mg
3,2 mg
5,7 mg
0,0001 mg
1 mg
B : NaH2PO4
C : Na2HPO4
D : Fenilmerkuri nitrat
E : Tilose
BAB VI
PROSEDUR
Volume Produksi
1 vial/15 ml
150 mg
48 mg
85,5 mg
0,015 mg
15 mg
6.1
spatel, pinset, alat suntik dan membran filter, vial 10 ml, laminar air flow, otoklaf,
Testosteron Propionat, Oleum Arachidis, Testosteron, NaH2PO4, Na2HPO4, Fenil
merkuri nitrat, tilose, Aqua pro injection.
6.2
Sterilisasi
6.2.1 Sterilisasi alat
Tabel 6.1 Sterilisasi Alat
Alat
Beaker glass
Corong & Kertas Saring
Ampul
Kaca arloji
Spatel logam
Batang pengaduk
Tutup vial (Karet)
Sterilisasi
Oven 170 oC
Otoklaf 115-116 oC
Oven 170 oC
Api langsung
Api langsung
Api langsung
Otoklaf 115-116 oC
Waktu
30
30
30
20
20
20
30
Prosedur Pembuatan
6.2.1 Larutan dalam minyak
Testosteron Propionat dilarutkan dalam Oleum Arachidis sampai 17
ml. Larutan disaring dengan kertas saring dan filtrat pertama dibuang.
Setelah itu larutan diisikan kedalam 1 vial sebanyak 11 ml , pengisisan
ampul dilakukan di dalam laminar air flow (LAF), dikemas.
6.2.2 Suspensi Testosteron
Ditimbang NaH2PO4 sebanyak 48 mg kemudian dilarutkan dalam
sebagian aqua pro injeksi. Ditimbang Na2HPO4 sebanyak 85,5 mg
dilarutkan dalam sebagian aqua pro injeksi. Setelah itu kedua larutan
tersebut dicampurkan dan diaduk. Kemudian campurkan tilose sebanyak 15
mg kedalam larutan tersebut. Disuspensikan testosterone sebanyak 150 mg
BAB VII
EVALUASI SEDIAAN
7.1
Evaluasi Sediaan
Tabel 7.1 Jenis Evaluasi Sediaan
JENIS EVALUASI
HASIL EVALUASI
1.EVALUASI FISIKA
a) Penetapan pH (FI IV,10391040)
b) Bahan partikulat dalam injeksi
(FI IV,981-984)
c) Penetapan volume injeksi
dalam wadah (FI IV,1044)
d) Uji keseragaman sediaan (FI
IV,990-1001)
e) Uji kejernihan (FI IV,998)
f) Uji kebocoran
2.EVALUASI BIOLOGI
a) Uji Efektivitas Sterilitas
Antimikroba (FI IV, 858-855)
b) Uji Sterilitas (FI IV,855-863)
c) Uji Endotoksin Bakteri (FI
IV,905-907)
d) Uji pirogen (FI IV,908-909)
e) Uji kandungan zat antimikroba
(FI IV,939-942)
f) Uji potensi antibiotik (FI
IV,891-899)
pH 5
Tidak ada
10 ml
Seragam
Jernih
Tidak Bocor
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Evaluasi Lain
No
1
2
3
4
5
6
7
8
BAB VIII
ASPEK FARMAKOLOGI
8.1 Indikasi
8.2
Kontra Indikasi
8.3 Dosis
8.4 Efek Samping
Peringatan
8.7
8.8
ADME
8.8.1 Absorpsi
8.8.2 Distribusi
8.8.3 Metabolisme
8.8.4 Ekskresi
BAB IX
PEMBAHASAN
Pada praktikum steril dibuat sediaan injeksi intramuskular dengan
bahan aktif Testosteron. Pada pembuatan kali ini digunakan 2 metode
pembuatan, yaitu dengan cara larutan dalam minyak menggunakan
Testosteron propionat dan dengan cara suspensi dengan pensuspensi tilose.
Pemilihan testosterone propionat sebagai zat aktif karena testosterone
propionate tidak dapat larut air tetapi dapat larut dalam minyak nabati
sehingga dapat dibuat dalam bentuk sediaan injeksi intramuskular. Berbeda
dengan testosterone propionate, testosterone tidak dapat larut air, alkohol,
maupun minyak nabati. Testosteron dapat dibuat dalam sediaan oral, tetapi
zat ini dapat dioksidasi oleh bakteri usus gugus 17-hidroksi menjadi 17keto yang tidak aktif. Selain itu testosteron mempuyai waktu paruh pendek
karena dapat cepat diserap dalam saluran cerna dan cepat mengalami
degradasi hepatik.
Pada Testosteron propionat yang dibuat dengan pembawa minyak
lebih bagus dibandingkan daripada suspensi (testosterone) karena pembawa
minyak mempunyai waktu paruh pendek sehingga dapat cepat diserap
dalam saluran cerna dan cepat mengalami degradasi hepatik,
Pada pembuatan sediaan injeksi ini tidak perlu adanya zat tambahan
pengisotonis karena sediaan dalam bentuk larutan minyak tidak memiliki
titik beku. Karena bentuknya yang merupakan larutan minyak maka
pemberiannya intramuskular karena apabila intravena maka akan terjadi
penimbunan yang akhirnya pembuluh darah bisa menjadi tersumbat.
Sedangkan, dalam bentuk larutan suspensi juga tidak perlu pengisotonis
karena sediaan tersebut menggandung zat pensuspensi.
Selanjutnya, langkah yang dilakukan adalah menimbang bahan. Bahan
yang akan digunakan ditimbang diatas kaca arloji, hal ini bertujuan untuk
mencegah hilangnya volume bahan pada saat pembuatan dan juga untuk
tidak adanya penempelan atau sisa bahan bila ditimbang selain diatas kaca
arloji.
Pada pembuatan larutan dalam minyak, pertama Testosteron propionat
yang sudah ditimbang dilarutkan dengan minyak kacang 17 ml, minyak
kacang yang digunakan disterilisasi terlebih dahulu. Minyak kacang
digunakan karena minyak kacang memenuhi persyaratan-persyaratan
sebagai oleum pro injection yang disebutkan sebelumnya. Minyak kacang
memiliki bilangan asam tidak lebih dari 0,5, bilangan iodine 85 sampai 105,
dan bilangan penyabunan 188 sampai 196. Kemudian larutan minyak
tersebut disaring menggunakan kertas saring. Hal ini bertujuan untuk
menghilangkan partikel yang terdapat dalam larutan minyak karena dalam
syarat sediaan injeksi intramuskular bentuk larutannya harus jernih. Larutan
yang telah disaring kemudian dimasukkan kedalam vial dan pengerjaannya
harus di Laminar Air Flow (LAF) karena memiliki fungsi untuk bekerja
secara aseptis yang mempunyai pola pengaturan dan penyaring aliran udara
sehingga larutan menjadi steril. Dalam memasukkan larutan kedalam ampul
digunakan jarum suntik yang telah ditempelkan dengan bakteri filter.
Bakteri filter bertujuan untuk menghilangkan bakteri yang berada dalam
larutan secara mekanik. Untuk pengisian ampul, jarum suntik panjang yang
digunakan karena lubangnya yang kecil sehingga mudah memasukan
larutan kedalam ampul sampai bawah sehingga mencegah larutan menempel
pada dinding ampul. Tutup vial yang terbuat dari akret sebelum digunakan
harus disterilisasi terlebih dahulu dengan direndam menggunakan etanol
yang kemudian diotoklaf pada suhu 121C selama 15 menit.
Sedangkan
pada
pembuatan
suspensi
Testosteron
digunakan
BAB X
KESIMPULAN
Dari hasil praktikum yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa
formula sediaan injeksi dalam minyak Testosteron Propionat tidak perlu
penambahan NaCl sebagai zat pengisotonis. Metode sterilisasi yang digunakan
adalah metode aseptik menggunakan laminar air flow (LAF). Dan jumlah vial
yang dihasilkan sediaan ini yaitu sebanyak 1 vial yang telah memenuhi syarat
kejernihan, keseragaman volume, dan jumlah sediaan.
BAB XI
ETIKET DAN LABEL
12.1 Etiket
12.2 Label
BAB XII
KEMASAN DAN BROSUR
12.1 Nomor Registrasi
Nomor registrasi atau nomor pendaftaran obat jadi adalah nomor identitas
yang dikeluarkan oleh Badan POM setelah proses registrasi obat jadi tersebut
disetujui. Nomor registrasi ini wajib dicantumkan pada kemasan, baik pada
kemasan
primer
maupun
kemasan
sekunder. Tujuannya
adalah
untuk
syarat kualitas dan keamanan, serta obat yang belum memiliki ijin edar di
Indonesia. Penulisan nomor registrasi ini diatur oleh Badan POM.
No registrasi obat jadi yang beredar di Indonesia terdiri atas 15 digit.
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Keterangan :
DIGIT 1
: Nama Dagang
: Nama Generik
DIGIT 2
DIGIT 3
DIGIT 4 dan 5
08
DIGIT 9, 10 dan 11
DIGIT 12 dan 13
DIGIT 15
:0
1991
:1
Digit 2 dan 3
01
02
Contoh
:A
1991
:B
: D 02302025
12.3 Kemasan
12.4 Brosur
BAB XIII
DAFTAR PUSTAKA