OLEH
(P07134014019)
(P07134014020)
I Kadek Hardyawan
(P07134014032)
BAB I
PENDAHULUAN
yang mudah meleleh dan terlarut baik didalam air. Dalam mencoba
keasaman reaksi dalam zat-zat kimia seperti asam asetat, dan lain-lain banyak digunakan
indicator, indicator seperti kertas lakmus. Fenol yang diketahui fungsinya sebagai zat
desinfektan yang umum dipakai orang. Berupa kelompok toksin yang secara alamiah ada
dalam makanan termasuk dalam kelompok ini adalah phenol, glikosida sianogen,
glukosinolat, inhibitor asetilcholinesterase, amina biogenik, dan stimulan sentral. Kelompok
fenol yang biasa dijumpai dalam proses produksi makanan dan minuman kelompok ini
merupakan kelompok racun yang jarang menyebabkan keracunan akut; beberapa
diantaranya adalah: asam fenolat seperti asam kafeat, asam ferulat, asam galat, flavonoid,
lignin, tanin yang dapat terhidolisis, dan tanin terkondensasi dan turunannya. kelompok
fenol yang lebih heterogen umumnya memiliki tingkat racun yang lebih tinggi, beberapa
diantaranya adalah kumarin, safrol, miristisin, dan fenolat-fenolat amin.
Antioksidan merupakan senyawa yang dapat menghambat reaksi oksidasi, dengan cara
mengikat radikal bebas dan molekul yang sangat reaktif. Salah satu bentuk senyawa oksigen
reaktif adalah radikal bebas, senyawa ini terbentuk di dalam tubuh dan dipicu oleh
bermacam-macam faktor (Winarsi, 2007). Sadikin (2001) berpendapat bahwa serangan
radikal bebas terhadap molekul sekelilingnya akan menyebabkan terjadinya reaksi berantai,
yang kemudian menghasilkan senyawa radikal baru. Dampak reaktivitas senyawa radikal
bebas mulai dari kerusakan sel atau jaringan, penyakit autoimun, penyakit degeneratif,
hingga kanker. Oleh karena itu tubuh memerlukan substansi penting, yakni antioksidan yang
dapat membantu melindungi tubuh dari serangan radikal bebas dengan meredam dampak
negatif senyawa radikal bebas tersebut (Karyadi, 1997).
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Fenol
Fenol atau asam karbolat atau benzenol adalah zat kristal tak berwarna yang
memiliki bau khas. Rumus kimianya adalah C6H5OH dan strukturnya memiliki gugus
hidroksil (-OH) yang berikatan dengan cincin fenil.Fenol
fenil alcohol
merupakan zat padat yang tidak berwarna yang mudah meleleh dan terlarut baik
didalam air. Kata fenol juga merujuk pada beberapa zat yang memiliki cincin aromatic
yang berikatan dengan gugus karboksil. Mempunyai sebuah cincin atau lebih gugus
hidroksil, sering bergabung dengan glukosida dan biasanya terdapat dalam ronggo sel.
Beberapa golongan polimer penting seperti lignin, melanin, dan tannin adalah polifenol.
Fenol memiliki kelarutan terbatas dalam air, yakni 8,3 gram/100 ml. Fenol
memiliki sifat yang cenderung asam, artinya ia dapat melepaskan ion H+ dari gugus
hidroksilnya. Pengeluaran ion tersebut menjadikan anion fenoksida C6H5O yang
dapat dilarutkan dalam air.
Dibandingkan dengan alkohol alifatik lainnya, fenol bersifat lebih asam. Hal ini
dibuktikan dengan mereaksikan fenol dengan NaOH, di mana fenol dapat melepaskan
H+. Pada keadaan yang sama, alkohol alifatik lainnya tidak dapat bereaksi seperti itu.
Pelepasan ini diakibatkan pelengkapan orbital antara satu-satunya pasangan oksigen dan
sistem aromatik, yang mendelokalisasi beban negatif melalui cincin tersebut dan
menstabilkan anionnya.
Fenol didapatkan melalui oksidasi sebagian pada benzena atau asam benzoat
dengan proses Raschig, Fenol juga dapat diperoleh sebagai hasil dari oksidasi batu bara.
Fenol dapat digunakan sebagai antiseptik seperti yang digunakan Sir Joseph Lister saat
mempraktikkan pembedahan antiseptik. Fenol merupakan komponen utama pada
anstiseptik dagang, triklorofenol atau dikenal sebagai TCP (trichlorophenol). Fenol juga
merupakan bagian komposisi beberapa anestitika oral, misalnya semprotan kloraseptik.
Fenol berfungsi dalam pembuatan obat-obatan (bagian dari produksi aspirin,
pembasmi rumput liar, dan lainnya. Fenol yang terkonsentrasi dapat mengakibatkan
pembakaran kimiawi pada kulit yang terbuka.Penyuntikan fenol juga pernah digunakan
pada eksekusi mati. Penyuntikan ini sering digunakan pada masa Nazi, Perang Dunia II.
Suntikan fenol diberikan pada ribuan orang di kemah-kemah, terutama di Auschwitz-
Birkenau. Penyuntikan ini dilakukan oleh dokter secara penyuntikan kevena (intravena)
di lengan dan jantung. Penyuntikan ke jantung dapat mengakibatkan kematian langsung.
Sifat kimia fenol tidak dapat dioksidasi menjadi aldehid atau keton yang jumlah
atom C-nya sama , karena gugus OH-nya terikat pada suatu atom C yang tidak mengikat
atom H lagi. Jadi fenol dapat dipersamakan dengan alkanol tersier. Jika direaksikan
dengan H2SO4 pekat tidak membentuk ester melainkan membentuk asam fenolsulfonat
( o atau p). Dengan HNO3 pekat dihasilkan nitrofenol dan pada nitrasi selanjutnya
terbentuk 2,4,6 trinitrofenol atau asam pikrat. Larutan fenol dalam air bersifat sebagai
asam lemah jadi mengion. Karena itu fenol dapat bereaksi dengan basa dan membentuk
garam fenolat
Sifat fisika fenol murni berbentuk Kristal yang tak berwarna, sangat berbau dan
mempunyai sifat-sifat antiseptic Agak larut dalam air dan sebaliknya sedikit air dapat
juga larut dalam fenol cair. Karena bobot molekul air itu rendah dan turun titik beku
molal dari fenol itu tinggi, yaitu 7,5 maka campuran fenol dengan 5-6% air telah
terbentuk cair pada temperature biasa. Larutan fenol dalam air disebut air karbol atau
asam karbol.
Senyawa fenol dibedakan berdasarkan jalur penbuatannya :
1. Senywa fenol yang berasal dari asam shikimat atau jalur shikimat
2. Senywa fenol yang berasal dari aseta malonat
3. Ada juga senyawa fenol yang berasal dari kombinasi antara kedua jalur biosintesa
ini yaitu senyawa-senyawa flavonoid.
Contoh-contoh senyawa fenol yaitu Senyawa fenol sederhana, Lignan, Neolignan,
Lignin, Stilbena, Naftokinon, Antrakinon, Flavonoid, Antosian, Tanin, Kumarin,
kromon & Xanton.
Beberapa peranan senyawa fenol
1. Lignin merupakan bahan dinding sel.
2. Antosianin sebagai pigmen bunga
3. Peranan yang masih merupakan dugaan
Flavonol tampaknya penting dalam pengaturan pertambahan makanan
kapri.
Kehadirannya dalam kloroplas bayam menimbulkan dugaan bahwa
flavonol berperan dalam fotosintesis.
4. Fenol tumbuhan mendapat perhatian karena kemampuannya untuk membentuk
kompleks dengan protein dengan ikatan hydrogen.
natrium bikarbonat ( NaHCO3). Umumnya tidak larut dalam NaHCO3 seangkan dalam
asam karboksilat larut. Fenol dapat diubah menjadi eter dengan proses sintesis
Wiliamson. Karena fenol lebih asam daripada alkohgol maka fenol apat diubah menjadi
Natrioum foroksida dengan menggunakan Natrium Hidroksida sebagai contoh adalah
pembentukan anisol dari fenol. Senyawa fenol juga dapat mengalami reaksi brominasi,
nitrasi dan sulfonasi.
a. Metode Analisis Fenol Dengan KLT
Metode terbaik untuk pemisahan dan identifikasi senyawa fenol sederhana dengan
KLT. Senywa tersebut umunya dideteksi seelah hidrolisis asam atau basa dari
jaringan tumbuhan dari ekstrak alcohol
1. Hidrolisis asam dilakukan dengan HCL 2 M selama setengah jam atau hidrolisis
basa dengan NaOH 2 M selam 4 jam, atau ekstraksi dengan alcohol.
2. Fenol yang terbentuk diekstraksi dengan eter.
3. Ekstraksnya diuapkan sampai kering.
4. Residu dilarutkan dalam eter dan dikromatografi dua arah ( KLT)
b. Metode Analisis Fenol Dengan Kckt
Penelitian berbagai metoda penentuan fenol dan turunannya (disebut senyawa
fenol) dalam air dengan kromatografi cairan kinerja tinggi (KCKT) telah banyak
dilakukan baik secara langsung maupun melalui derivatisasi. Penentuan secara
langsung masih kurang peka dengan tingkat pemisahan yang rendah, terutama untuk
senyawa fenol dengan kepolaran yang hampir sama. Untuk memperbaiki tingkat
pemisahan dapat dilakukan dengan mengganti fasa diam, baik jenis maupun ukuran,
serta mengubah komposisi dan jenis fasa gerak. Kepekaan dapat dinaikkan dengan
mengubah detektor atau melakukan pemekatan, baik dengan ekstraksi cair-cair
maupun padat-cair. Denvatisasi biasanya digabung dengan ekstraksi, sehingga dapat
memperbaiki tingkat pernisahan dan menaikkan kepekaan. Beberapa pereaksi telah
digunakan untuk keperluan derivatisasi senyawa fenol pada analisis secara KCKT.
Pereaksi iod manobror.n:ida. (IBr), te1a12 digurrakan pada penentuan fenol total
seeara spektrofotometri. Pereaksi tersebut lebih baik dari pada 4-amino antipirin.
Pereaksi 4-amino antipirin tidak dapat bereaksi dengan senyawa fenol yang
tersubtitusi para. Berdasarkan penelitian tersebut, pada penelitian ini telah dikaji
lebih lanjut penggunaan IBr pada penentuan campuran senyawa fenol dalam air,
secara KCKT. Senyawa fenol dalam air diekstraksi menggunakan pereaksi IBr claim
fasa organik, kemudian ditentukan seem. KCKi. Hasil reaksi senyawa fenol dengan
IBr disebut derivat senyawa fenol. Pada tahap ekstraksi, telah dipelajari mekanisme
ekstraksi derivatisasi, pengaruh variabel tetap dan variabel eksperimen terhadap
angka banding distribusi (D).
c. Reaksi Warna
1. Fenol dengan asam nitrat pekat membentuk asam pikrat
2. Reaksi Millon
Pereaksi Millon adalah larutan merkuro dan merkuri nitrat dalam asam nitrat.
Apabila pereaksi ini ditambahkan pada larutan protein, akan menghasilkan
endapan putih yang dapat berubah menjadi merah oleh pemanasan. Pada dasarnya
reaksi ini positif untuk fenol-fenol, karena terbentuknya senyawa merkuri dengan
gugus hidroksifenil yang berwarna.
3. Besi(III) klorida bereaksi dengan gugus fenol membentuk kompleks ungu.
4. Asam salisilat + FeCl3 berwarna ungu, terbukti bahwa asam salisilat mengandung
fenol
5. Reaksi fenol dengan air brom: Melarutkan 0,1 gr Fenol ke dalam 3 ml air.
Menambahkan sedikit air brom dan mengguncang-guncangnya sampai warna
kuning tidak berubah lagi, catat hasilnya
d. Metode Folin-Ciocalteu dengan Spektrofotometer
Prinsip metode Folin-Ciocalteu adalah reaksi oksidasi dan reduksi kolorimetrik
untuk mengukur semua senyawa fenolik dalam sampel uji. Pereaksi Folin-Ciocalteu
merupakan larutan kompleks ion polimerik yang dibentuk dari asam fosfomolibdat
dan asam heteropolifosfotungstat. Pereaksi ini terbuat dari air, natrium tungstat,
natrium molibdat, asam fosfat, asam klorida, litium sulfat, dan bromin (Folin dan
Ciocalteu, 1944). Pada kenyataannya reagen ini mengandung rangkaian polimerik
yang memiliki bentukan umum dengan pusat unit tetrahedral fosfat (PO4)3- yang
dikelilingi oleh beberapa unit oktahedral asam-oksi molibdenum. Struktur tungsten
dapat dengan bebas bersubstitusi dengan molibdenum.
Prinsip metode Folin-Ciocalteu adalah oksidasi gugus fenolik hidroksil. Pereaksi
ini mengoksidasi fenolat (garam alkali), mereduksi asam heteropoli menjadi suatu
kompleks molibdenum-tungsten (Mo-W). Fenolat hanya terdapat pada larutan basa,
tetapi pereaksi Folin-Ciocalteu dan produknya tidak stabil pada kondisi basa.
Selama reaksi belangsung, gugus fenolik-hidroksil bereaksi dengan pereaksi FolinCiocalteu, membentuk kompleks fosfotungstat-fosfomolibdat berwarna biru dengan
struktur yang belum diketahui dan dapat dideteksi dengan spektrofotometer. Warna
biru yang terbentuk akan semakin pekat setara dengan konsentrasi ion fenolat yang
terbentuk, artinya semakin besar konsentrasi senyawa fenolik maka semakin banyak
ion fenolat yang akan mereduksi asam heteropoli sehingga warna biru yang
dihasilkan semakin pekat (Singleton dan Rossi, 1965).
Ga
mbar 1
Reaksi
DPPH
Sumber https://nadjeeb.wordpress.com/2011/06/17/beberapa-cara-uji-aktivitas-antioksidan/dpph/
Penelitian ini bertujuan menentukan aktivitas antioksidan dari 6 tanaman obat. Selain itu,
hubungan antara kandungan fenol, total flavonoid dan aktivitas antioksidannya juga ditentukan.
Diduga terdapat keterkaitan hubungan antara kandungan total fenol, total flavonoid, dan aktivitas
antioksidan pada ekstrak etanol beberapa tanaman obat Indonesia.
Menurut Miryanti dkk. (2011), fungsi paling efektif dari antioksidan dalam menghambat
terjadinya oksidasi adalah dengan menghentikan reaksi berantai dari radikal-radikal bebas
(primary antioxidant). Fungsi senyawa antioksidan menurut dapat diklasifikasikan dalam 5 tipe
antioksidan yaitu:
1. Primary antioxidants, yaitu senyawa-senyawa fenol yang mampu memutus rantai reaksi
pembentukan radikal bebas asam lemak. Dalam hal ini memberikan atom hidrogen yang
berasal dari gugus hidroksi senyawa fenol sehingga terbentuk senyawa yang stabil.
Senyawa antioksidan yang termasuk kelompok ini, misalnya BHA (butyl hidroksilanisol),
BHT (butyl hydrotoluen) dan tokoferol.
2. Oxygen scavengers, yaitu senyawa-senyawa yang berperan sebagai pengikat oksigen
sehingga tidak mendukung reaksi oksidasi. Dalam hal ini, senyawa tersebut akan
mengadakan reaksi dengan oksigen yang berada dalam sistem sehingga jumlah oksigen
akan berkurang. Contoh dari senyawa-senyawa kelompok ini adalah vitamin C (asam
askorbat), askorbil palminat, asam eritorbat, dan sulfit.
3. Secondary antioxidant, yaitu senyawa-senyawa yang mempunyai kemampuan untuk
berdekomposisi hidroperoksida menjadi produk akhir yang stabil. Tipe antioksidan ini
pada umumnya digunakan untuk menstabilkan poliolefin resin. Contohnya yaitu asam
tiodipropionat dan dilauril tiopropionat.
4. Antioxidative Enzyme, yaitu enzim yang berperan mencegah terbentuknya radikal bebas.
Contohnya glukose oksidase, superoksidase dismutase (SOD), glutation peroksidase dan
katalase.
5. Chelators sequestrants, yaitu senyawa-senyawa yang mampu mengikat logam seperti besi
dan tembaga yang mampu mengkatalisa reaksi oksidasi lemak. Senyawa yang termasuk
didalamnya adalah asam sitrat, asam amino, ethylenediaminetetra acetid acid (EDTA)
dan fosfolipid.
2.4 Analisis Kandungan Antioksidan
Untuk menganalisis kandungan antioksidan dapat dilakukan dengan analisis
kualitatif dan kuantitatif.
a. Metode kualitatif
Metode kualitatif untuk menganalisis antioksidan meliputi :
1. Uji Warna
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
1. Analisa adalah usaha pemisahan suatu kesatuan materi bahan menjadi
komponen-komponen penyusunnya atau penguraian bahan menjadi senyawa
senyawa penyusunnya sehingga dapat dipakai sebagai data untuk menentukan
komposisi bahan.
2. Fenol atau asam karbolat atau benzenol adalah zat kristal tak berwarna yang
memiliki bau khas. Fenol berfungsi dalam pembuatan obat-obatan (bagian dari
produksi aspirin, pembasmi rumput liar, dan lainnya.
3. Metode analisis kandungan fenol meliputi analisis KLT, Kckt, reaksi warna dan
analisis dengan spektrofotometer
4. Antioksidan adalah zat penghambat reaksi oksidasi akibat radikal bebas yang
dapat menyebabkan kerusakan asam lemak tak jenuh,membran dinding sel,
pembuluh darah, basa DNA, dan jaringan lipid sehingga menimbulkan penyakit
5. Metode analisis yang digunakan pada pemeriksaan antioksidan adalah uji warna,
DPPH, spektrofotometri IR dan metode kuantitatif.
Daftar Pustaka
SRI ISWATI, S.TP.,S.Pd. 2011. https://iswatisri89.wordpress.com/2011/03/07/kuliah-
analisa-makanan-dan-minuman
http://eprints.ums.ac.id/25975/3/BAB_I.pdf.