Anda di halaman 1dari 12

PRESENTASI KASUS

RETENSIO PLASENTA
Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Dalam Mengikuti Program Pendidikan Profesi
Bagian Obstetri dan Ginekologi di RSUD Salatiga

NAMA: META DWI ARIANTI


DiajukankepadaYth :
Dr. Herwati, Sp.OG

Disusun oleh :
Rezky Mawarni
20100310187

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
BAGIAN ILMU OBSTETRI DAN GINEKOLOGI
RSUD SALATIGA
2014
HALAMAN PENGESAHAN

Retensio Plasenta
Disusun Untuk Memenuhi Sebagian
Syarat Ilmu Dalam Mengikuti Program Profesi Bagian Obstetri dan Ginekologi
di RSUD SALATIGA

Disusun Oleh:
Rezky Mawarni
20100310187

Telah dipresentasikan dan disetujui pada tanggal

Dokter pembimbing

dr. Herwati , Sp.OG

DAFTAR ISI
2

Halaman Judul

Halaman Pengesahan

Daftar Isi

BAB I PRESENTASI KASUS


A.

Identitas Pasien

B.

Data Subyektif

C.

Data Obyektif

D.

Pemeriksaan Penunjang

E.

Assessment

F.

Planning

G.

Follow Up

6-7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A.

Definisi

B.

Anatomi

7-8

C.

Etiologi

D.

Diagnosis

E.

Penatalaksanaan

BAB III PEMBAHASAN

10

DAFTAR PUSTAKA

10

BAB I
PRESENTASI KASUS
A. IDENTITAS PASIEN
Nama

: Ny. J

Umur

: 35th

Alamat

: Gamol Rt 2/6 Kecandran Salatiga

Pekerjaan

: Ibu rumah tangga

Agama

: Islam

Masuk RS

: 29 oktober 2014 pukul 21.000 WIB

B. ANAMNESIS
Keluhan utama

: Plasenta belum lahir 1 jam setelah bayi dilahirkan.

RPS
: Melahirkan 1 jam yang lalu (20.00 WIB), plasenta tidak lahir
1 jam setelah bayi dilahirkan.
RPD
: Hipertensi (+) 1 minggu sebelum kelahiran gestasi ke III,
Jantung (-), DM (-), alergi obat (-), asma (-), riwayat operasi (-)
RPK
riwayat operasi (-)

: Hipertensi (-), Jantung (-), DM (-), alergi obat (-), asma (-),

Riwayat Menstruasi : Menarche usia 18 tahun, Siklus 28 hari, lama haid 5 hari, 2-3x
ganti pembalut/hari, dismenorhea (-).
Riwayat pernikahan

: menikah 1 kali, usia pernikahan 15 tahun.

Riwayat obstetric

Anak ke-1

: Perempuan, usia 14 tahun, lahir spontan oleh bidan, BBL 3300 gram

Anak ke-2

: Laki-laki, usia 7 tahun, lahir spontan oleh bidan, BBL 2600 gram

Anak ke-3
: Perempuan, usia 2 hari, lahir spontan oleh bidan, BBL 2600 gram
disertai retensio plasenta.
Riwayat Ginekologi : Keputihan (-), kista ovarium (-), myoma uteri (-), operasi
kandungan (-).
Riwayat KB : Belum pernah KB sebelumnya.
C. PEMERIKSAAN FIFIK
Keadaan Umum

: Cukup

Kesadaran

: Compos Mentis

Vital Sign

TD

: 160/100 mmHg

HR

: 100 x/menit

RR

: 24x/menit

: 36,5 C

Status gizi

: Baik

D. STATUS GENERAL
Kepala
: mata conjunctiva anemis -/-, sklera ikterik +/+
Leher
: limfonodi tidak teraba, JVP tidak meningkat
Thorax
: simetris, ketinggalan gerak (-), retraksi (-),
COR
: S1/S2 reguler, bising (-), cardiomegali(-)
Pulmo
: vesikuler +/+, ronki -/-, wheezing -/Abdomen
: cembung (+), striae (+), TFU setinggi pusat, NT (+), tympani
(+), undulasi (-), nyeri ketok kostovertebra (-).
Ekstremitas
: akral hangat, udem (-)
Pemeriksaan dalam : VT 4 cm, tali pusat menjulur diluar.
D. Pemeriksaan Penunjang
Hematologi
Pemeriks
aan

Hasil

Nilai
Rujukan

Satua
n

Leukosit

13,78

4,5-11

10/uL

Eritrosit

3,74

4,50-5,5

10/uL

Hemoglobi
n

12,1

14-18

g/dL

Hematokrit

34,5

40-54

Trombosit

247

150-450

10/uL

Golongan
darah

HBsAg

Negatif

E. DIAGNOSIS
P2A0 post partum spontan dengan retensio plasenta
F. PENATALAKSANAAN
Observasi keadaan umum dan vital sign
Infus RL + oksitosin 10 UI
Lahirkan plasenta dengan Brandt Andrews
Lahirkan plasenta dengan manual plasenta

G. FOLLOW UP
Tanggal 09/08/2014
Jam 05.00
S : Pasien mengatakan kenceng-kenceng masih jarang, sama seperti pertama datang
ke RS, gerak janin aktif (+), lendir darah (-), rembes-rembes (-), pusing (-) mual (-)
muntah (-)
O:

KU : baik, CM
TD : 120/80 mmHg
n/r/s : 88/22/365
His : jarang
Djj : 148x/menit
VT tidak dilakukan

A : DKP, Primigravida, hamil aterm, BDP


P : Observasi KU, TTV, Djj
Lapor dr.Agung, Sp.OG, advis : pro SC jam 17.00
Jam 16.00
S : Pasien mengatakan kenceng-kenceng masih jarang, sama seperti pertama datang
ke RS, gerak janin aktif (+), lendir darah (-), rembes-rembes (-), pusing (-) mual (-)
muntah (-)
O:

KU : baik, CM
6

TD : 110/70 mmHg
n/r/s : 86/24/366
His : jarang
Djj : 145x/menit
VT tidak dilakukan
A : DKP, Primigravida, hamil aterm, BDP
P : Persiapan SC

Jam 17.15
Telah lahir bayi laki-laki secara SC dari ibu Sumini, 35 tahun,P1A0, UK 38+3 minggu.
BBL : 2950 gram, AS : 8/9/10, PB/LK/LD/LLA : 47/32/32/10, cacat (-), anus (+).
Inj. Vit K (+), tetes mata (+), Hb 0 (+).

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Cephalopelvic disproportion adalah adanya partus macet yang
disebabkan oleh ketidak sesuaian antara ukuran kepala janin
dengan panggul ibu sehingga persalinan pervaginam tidak bisa
berlangsung. Saat ini sudah jarang, sebagian besar disproporsi
berasal dari malposisi kepala janin dalam panggul atau gangguan
kontraksi uterus.
B. Anatomi
ada 3 bentuk dasar panggul, yaitu :
1) Ginekoid : paling ideal,bulat
2) Android : panggul pria,segitiga
3) Anthropoid :agaklonjongsepertitelur
Ukuran-ukuran panggul , yaitu :
(a) Ukuran-ukuran luar panggul
1. Distansia spinarum : jarak antara kedua spina iliaka anterior
superior (24-26 cm).
7

2. Distansia cristarum : jarak antara kedua crista iliaka sinistra


dekstra (28-30 cm).
3. Konjugata eksterna(distansia boudeloque) : diameter antara
lumbal ke-5 dengan tepi atas symfisis pubis (18-20 cm).
4. Lingkar panggul : jarak antara tepi atas symfisis pubis ke
pertengahan antara trockhater dan spinailika anterior superior
kemudian ke lumbal ke-5 kembali ke sisi sebelahnya sampai kembali
ke tepi atas symfisis pubis (80-90 cm).
(b) Ukuran-ukuran dalam panggul
1. PAP (Pintu Atas Panggul)
Adalah suatu bidang yang dibentuk oleh promontorium, line inominata dan pinggir
atas simfisis pubis.
a. Konjugata vera : dengan periksa dalam diperoleh konjugatadiagonalis yaitu jarak
dari tepi bawah simfisis pubis ke promontorium (12,5 cm) dikurangi 1,5-2 cm.
b. Konjugata transversa : jarak terlebar antara kedua linea inominata (12-13 cm)
c. Konjugata oblique (miring) : jarak antara artikolasiosakroiliaka dengan tuberkulum
pubicum sisi yang bersebelah 12cm.

d. Konjugata obstetrica : jarak bagian tengah simfisis ke promontorium

2. Ruang tengah panggul :


a. Bidang luas panggul : bidang yang mempunyai ukuran paling besar, sehingga tidak
menimbulkan masalah dalam mekanisme turunnya kepala (12,75 cm), diameter
transversa 12,5 cm.
b. Bidang sempit panggul : bidang yang berukuran kecil,terbentang dari tepi bawah
simfisis, spina ischiadika kanankiri dan 1-2 cm dari ujung bawah sacrum. Diameter
anteroposterior 11,5 cm, diameter transversa 10 cm

3. PBP (Pintu Bawah Panggul)


Terbentuk dari dua segitiga dengan alas yang sama, yaitu diameter tuber aischiadikum
dan ujung segitiga.
8

a. belakang pada ujung os sacrum, sedangkan ujung segitiga depan arkus pubis.
b. Diameter antero-posterior : ukuran dari tepi bawah simfisis ke ujung sacrum 11,5
cm.
c. Diameter transversa : jarak antara tuber ischiadikum kanan dan kiri 10,5 cm.
d. Diameter sagitalis posterior : ukuran dari ujung sacrum ke pertengahan ukuran
transversa 7,5 cm.
e. Inklinatio pelvis (kemiringan panggul) adalah sudut yang terbentuk antara bidang
semu PAP (Pintu Atas Panggul)dengan garis lurus tanah sebesar 55-600.

Kesempitan panggul dibagi menjadi :


(a) Kesempitan pintu atas panggul (konjugata vera 10 cm / diameter transversa < 12
cm).
(b) Kesempitan bidang tengah panggul (jumlah diameter transversa dan diameter
sagitalis posterior 13,5 cm, diameter antara spina < 9cm).
(c) Kesempitan pintu bawah panggul (jarak antara os ischii 8 cm, arkus pubis
dengan sendirinya akan meruncing).
(d) Kombinasi kesempitan pintu atas panggul, bidang tengah panggul, dan pintu
bawah panggul.

Persangkaan panggul sempit diantaranya :


(a) Pada primipara kepala anak belum turun setelah minggu ke-36.
(b) Pada multipara ada perut menggantung.
Perut gantung disebabkan olehmelemahnya dinding perut. Uterus
membengkok ke depan sedemikian rupa,sehingga letak fundus uteri dapat lebih
rendah dari pada simfisis. Makin tua kehamilan, uterus makin bertambah ke depan
sehingga fundus uteri lebih rendah dari simfisis. Akibatnya terjadi kesalahan letak
janin, kepala janin tidak masuk ke ruang panggul sehingga pada proses persalinan
pada kala I maupun kala II akan terganggu.
(c) Pada multipara persalinan yang dulu-dulu sulit.
9

(d) Ada kelainan letak pada hamil tua.


(e) Terdapat kelainan bentuk badan ibu (cebol, skoliosis, pincang, dll).

C. Etiologi
Karena pengaruh genetik, lingkungan , gizi ukuran ukuran panggul dapat
menjadi lebih kecil dari pada standart normal sehingga bisa terjadi kesulitan dalam
persalinan pervaginam.Panggul yang sempit membuat kala II menjadi lama karena
diperlukan waktu untuk turunnya kepala dan untuk moulage.Terutama kelainan pada
panggul android dengan pintu atas panggul yang berbentuk segitiga berhubungan
dengan penyempitan di depan dengan spina iskiadika menonjol kedalam dan dengan
arkus pubis menyempit. Salah satu jenis panggul ini menimbulkan distosia yang sukar
diatasi.

D. Diagnosis
Pengukuran panggul (pelvimetri) merupakan cara pemeriksaan yang penting
untuk mendapatkan keterangan tentang keadaan panggul. Pada wanita dengan tinggi
badan kurang dari150 cm dapat dicurigai adanya kesempitan panggul. Pelvimetri
dengan pemeriksaan dalam(manual) mempunyai arti yang penting untuk menilai
secara agak kasar pintu atas panggul serta panggul tengah, dan untuk memberi
gambaran yang jelas mengenai pintu bawah panggul. Dengan pelvimetri
rontgenologik diperoleh gambaran yang jelas tentang bentuk panggul dan ukuranukuran dalam ketiga bidang panggul. Akan tetapi pemeriksaan ini dalam masa
kehamilan beresiko, khususnya bagi janin. Menurut English James,dkk CT
pelvimetri tingkat radiasinya terhadap janin lebih kurang sepertiga dari tingkat radiasi
secara X-ray pelvimetri sehingga lebih aman penggunaannya, namun tetap saja
membahayakan janin. Oleh sebab itu, jangan menjalankan pelvimetri rontgenologik
secara rutin pada masa kehamilan, kecuali atas indikasi yang kuat.

E. Penatalaksanaan
Segera lakukan tindakan sectio caesar untuk menghindari bahaya baik pada
ibu maupun janin yang dikandung.

10

BAB III
PEMBAHASAN

Dari hasil anamnesa pada wanita G1P0A0 dapat disimpulkan bahwa pasien
tersebut di diagnosis dengan disproporsi kepala panggul karena panggulnya terkesan
sempit dan tinggi badan kurang proporsional yaitu 133 cm serta adanya riwayat
keluarga yang mengalami keluhan serupa yaitu ibu pasien. Maka tindakan yang paling
tepat yang harus dilakukan adalah sectio caesar untuk menghindari bahaya baik pada
ibu maupun janin yang dikandung.

DAFTAR PUSTAKA
1. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan DepKes RI. Kajian
Kematian Ibu dan Anak di Indonesia, Jakrta, 2004.
2. James,E,dkk. The Risk Approach in Health Care.Geneva.2000.

11

12

Anda mungkin juga menyukai