Pengenalan Tanaman Penting Dataran Tinggi

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 15

Pengenalan Tanaman Penting Dataran Tinggi

LAPORAN PRAKTIKUM
Oleh :
Kelompok 4
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.

Ilham Budi Susilo


Yudi Imawan
Deni Syaifur A
Athfin Rosyid
Rizky Handayani
Annas Miftahrurrahman
Okki Putra M
Ibnur Ridlo J
Dewi Aamalia
Dela Dias P
Diana C
Ade Pratama

(151510501037)
(151510501045)
(151510501097)
(151510501122)
(151510501125)
(151510501153)
(151510501133)
(151510501140)
(151510501259)
(151510501158)
(151510501244)
(151510501198)

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


LABORATURIUM FISIOLOGI TUMBUHAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2015

BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pertumbuhan dan perkembangan merupakan ciri mahluk hidup yang ada di
bumi. Ada dua faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan, yaitu
faktor internal dan faktor eksternal. Adapula faktor internal dari benih maupun
faktor eksternal dari lingkungan tanaman. Faktor internal adalah faktor dari
dalam, meliputi gen dan hormon. Sedangkan faktor eksternal adalah faktor dari
luar, meliputi nutrisi, suhu, cahaya, air, kelembaban, media tanam dan lain
sebagainya. Intensitas cahaya merupakan faktor penting terhadap berlangsungnya
fotosintesis suatu tanaman. Tidak semua energi cahaya matahari dapat diserap
oleh tanaman. Jika cahaya yang diterima tanaman kurang maka akan menghambat
pertumbuhan tanaman. Pertumbuhan yang terhambat dapat menyebabkan tanaman
tersebut menjadi kerdil atau kecil.
Keberagaman karektertistik topografi di bumi membuat jenis tanaman
yang tumbuh beraneka ragam. Keberagaman tanaman juga ditentukan oleh
ketinggian suatu tanaman tersebut. Perbedaan tanaman dataran tinggi dengan
tanaman dataran rendah adalah ketahanan terhadap intensitas cahaya, kelembapan
udara dan suhu. Setiap kenaikan tinggi 160 meter maka suhu akan meningkat 10C.
Penanaman tanaman harus disesuaikan dengan sistem agroekologinya,
pemakaian lahan seperti jenis tanaman dan sistem produksi yang tepat dapat
meningkatkan prosuktifitas tanaman. Tanaman dataran tinggi seperti tanaman
perkebunan dan holtikultura dapat dikembangkan sesusai dengan zona
agroekologinya. Karakteristik wilayah dataran tinggi biasanya berbukit,
bergelombang serta bergunung dengan berbagai tingkat kemiringan lahan.
Tanaman dataran tinggi memiliki ciri-ciri khusus untuk mendukung
pertumbuhannya secara optimal. Tanaman dataran tinggi umumnya memiliki
karakteristik hidup disuhu yang rendah dan berada di ketinggian lebih dari 700
meter. Tanaman dataran tinggi tidak bisa hidup di dataran rendah jika tidak
dilakukan rekayasa lingkungan seperti aslinya. Hal ini dikarenakan faktor
eksternal dari lingkungan yang sangan mempengaruhi proses fisiologis di dalam
tubuh tumbuhan tersebut.

Pengelompokannya jenis tanaman dataran tinggi terdiri dari beberapa jenis


tanaman hotikultura, pangan dan juga tanaman perkebunan. Jenis-jenis tanaman
ini bisa dikembangkan di dataran tinggi yang di sesuaikan dengan karakteristik
iklim. Iklim yang cocok membuat tanaman tumbuh optimum sehingga dapat
mensejahterakan petani yang menanamnya. Untuk memaksimalkan pertumbuhan
tanaman, kita perlu mengetahui jenis lingkungan yang cocok untuk suatu tanaman
tersebut tumbuh.
1.2 Tujuan
Supaya mahasiswa mengetahui dan mengenal tanaman-tanaman penting
yang berhabitat di daerah dataran tinggi serta morfologi dan taksonominya.

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA


Zona agroekologi merupakan pengelompokan suatu wilayah berdasarkan
keadaaan fisik lingkungan yang hampir sama di mana keberagaman tanaman serta
hewan dapat diharapkan akan berbeda tidak nyata. Agroekologi disusun oleh tiga

komponen utama, yaitu iklim, bentuk wilayah atau fisiografi dan tanah. Iklim
ialah gabungan berbagai kondisi cuaca sehari-hari dalam kurun waktu yang cukup
lama. Topografi merupakan perbedaan tinggi atau bentuk wilayah di suatu daerah,
termasuk di dalamnya ialah perbedaan kecuraman serta bentuk lereng. Topografi
merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi hasil. Topografi sebagai salah
satu konsep untuk menyandang pertanian dalam variabel serta tempo yang akan di
pengaruhi oleh beberapa faktor yang harus di perhatikan. Faktor-faktor tersebut
diantaranya adalah tanah, curah hujan dan suhu yang berada di daerah tersebut.
Tanah dapat dilihat dari struktur dan penyusunya, air merupakan jumlah atau
volume total yang ada sedangkan curah hujan akan berpengaruh terhadap vegetasi
yang ada (Kumhalova et al., 2013). Selain tanah akan tetapi air yang terdapat pada
dataran tinggi cukup mempengaruhi dalam proses keberlangsungan tumbuh dari
tanaman (Matsumoto dkk., 2014).
Keragaman jenis tanaman di suatu wilayah ditentukan oleh interaksi antara
genotipe tanaman tersebut dengan faktor lingkungan. Hal tersebut menyebabkan
adanya perbedaan morfologi dari suatu jenis tanaman. Perbedaannya ada yang
dapat dilihat secara langsung dan ada juga yang harus melakukan pengamatan
dengan

pengukuran

untuk

mengetahui

perbedaannya.

Perbedaan

yang

memerlukan pengamatan dengan pengukuran, misalnya tingkat produksi, jumlah


anakan, tinggi tanaman dan lainnya (sifat kuantitatif) dan perbedaan yang dapat
dilihat secara langsung misalnya perbedaan bentuk biji, daun maupun warna
bunga (sifat kualitatif). Perbedaan produktivitas dari setiap varietas tidak hanya
bergantung pada sifatnya, namun dipengaruhi juga oleh situasi serta kondisi
daerah tersebut (Jasmi, 2013).
Pertumbuhan tanaman dipengaruhi oleh tiga faktor lingkungan. Faktor
pertama ialah iklim yang meliputi udara, radiasi matahari, angin, dan kelembapan.
Iklim yang berpengaruh pada tanah ialah hujan, secara mekanis air hujan akan
mengikis bagian permukaan tanah yang merupakan bagian tanah yang subur
(Perez-Candel et al., 2012). Faktor kedua adalah tanah dan kandungan unsur hara
yang ada di dalam tanah. Faktor ketiga adalah biotik, seperti gulma, hama, dan
penyakit tanaman. Pertumbuhan tanaman pada umunya dipengaruhi oleh

habitatnya. Habitat tanaman bergantung ketinggian daerah tumbuhnya atau


topografinya. Topografi suatu habitat mempengaruhi keadaan iklim mikro, suhu
intensitas cahaya dan kondisi solum tanah. Iklim mikro dapat dimodifikasi sesuai
dengan keinginan. Modifikasi tersebut diantaranya adalah pembuatan naungan,
penutupan tanah serta pemanasan (Kartasapoetra dkk., 1987). Menurut Yulianti
dalam Kesumawati (2012), pemberian naungan dapat menurunkan suhu udara dan
meningkatkan kelembaban. Jika tanaman terlalu berlebihan mengalami paparan
sinar matahari yang, maka tanaman tersebut dapat mati dikarenakan suhu ekstrem
yang tanaman terima.
Pada umumnya, tanaman tropis yang berasal dari daerah dataran tinggi lebih
gampang beradaptasi di daerah dengan iklim empat musim (Rahayu, 2012).
Lokasi tanam akan berpengaruh pada kelembapan udara, suhu udara, angin, dan
sinar matahari. Unsur-unsur tersebut sangat berpengaruh kepada proses
pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Semakin tinggi suatu tempat maka
semakin rendah suhu udaranya, serta sebaliknya semakin rendah suatu lokasi
tanam maka suhu yang dilokasi tersebut semakin tinggi. Tanaman dataran tinggi
memiliki kondisi lingkungan tertentu untuk dapat bertahan hidup. Salah satu
diantaranya adalah ketinggian, semakin tinggi tempat tanam, maka

semakin

meningkat pula tinggi tanaman dan panjang yang terbentuk (Wahyu dkk., 2013).
Biasanya kondisi ketinggian lebih dikenal sebagai kondisi suhu. Lingkungan
dataran tinggi memiliki rata-rata suhu harianya 20,750 (Kusumayadi, 2013). Suatu
daerah dapat dikatakan dataran tinggi jika memiliki ketinggian yang lebih dari
700 meter dpl (Ratnasari, 2007). Salah satu contoh tanaman dataran tinggi adalah
bunga krisan dan buah naga.

BAB 3. METODE PRAKTIKUM


3.1 Waktu dan Tempat
Kegiatan praktikum mata kuliah Pengantar Ilmu Tanaman dengan judul
Pengenalan Tanaman Penting Dataran Tinggi dilaksanakan pada hari Minggu, 7
November 2015 pukul 07.00 WIB sampai dengan selasai di Desa Rembangan Lor,
Kabupaten Jember.
3.2 Bahan dan Alat
3.2.1 Bahan
1. Tanaman yang diamati
3.2.2 Alat
1. Tabel pengamatan
2. Alat tulis
3. Penggaris
4. Meja dada
3.3 Cara Kerja
1. Menyiapkan alat dan bahan.
2. Menetapkan objek tanaman yang diamati.
3. Gambar bentuk tanaman yang diamati dan diberi keterangan bagian-bagiannya.
4. Isilah tabel pengamatan.

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Hasil
Tabel Hasil Pengamatan Tanaman Dataran Tinggi
No.
1.

Jenis
Tanaman
Selada Merah

Gambar Tanaman

Keterangan
Akar : tunggang dan

serabut
Batang:
halus
panjang bulat
Daun: bergelombang,
menyirip,
merah
kehiajuan
Bunga:
berwarna
kuning
Biji: lonjong, pipih,
keras,
berwarna
coklat tua, sangan
kecil.
2.

Stroberi

3.

Buah Naga

Akar: serabut
Batang:
berbulu,
warna hijau
Daun: bergerigi dan
menyirip.
Bunga: berwarna
putih
Buah:
oval,
berwarna merah
Biji: diluar kuning
kecoklatan,
jika
masak
berwarna
hitam.
Merupakan
tanaman
hortikultura.
Akar: serabut.
Batang: sukulen
Bunganya
berbentuk corong,
buahnya
bulat
berwarna merah.
Biji: kecil berwarna
hitam

Bunga Krisan

Akar: serabut
Batang: bulat tegak
Daun: bergerigi
Bunga: besar, lebih
dari 10cm
Buah: lonjong
Biji:
coklat
kehitaman.
Digunakan sebagai
dekorasi
suatu
acara

4.2 Pembahasan
Tanaman Selada Merah merupakan tanaman yang berasal dari daratan Asia
dan Eropa. Nama latin tanaman Sambang Darah adalah Lactuca sativa, yang
berasal dari famili Asteraceae. Tanaman ini termasuk tanaman yang yang
memiliki banyak jenis atau varietas, namun dari banyak varietas itu yang paling
sering dijumpai di pasar adalah selada merah dan selada hijau. Tanaman ini
banyak digunakan sebagai sayuran untuk diambil daunya.
Tanaman selada merah hidup di wilayah dataran tinggi. Tanaman selada
merah dapat hidup baik pada ketinggian di dataran sedang sampai dataran tinggi,
yaitu sekitar 0-1000 meter dpl. Tanaman yang tergolong tanaman semusim ini
umumnya dibudidayakan di bedengan (skala besar), namun untuk skala kecil
cukup di green house.
Salah satu jenis tanaman sayur yang mengandung zat besi dan vitamin
adalah tanaman selada. Selada merah banyak dijumpai di pasar dan swalayan,
tanaman ini banyak dijadikan berbagai olahan di Indonesia. Tanaman selada
merah umumnya dikonsumsi dalam bentuk segar, seperti menjadi campuran
makanan gado-gado, isi dari burger serta dibuat menjadi salad. Selain itu dapat
juga dijadikan hiasan makanan dan lalapan mentah (Muhlisah dan Hening, 2009).
Tanaman selada merah mempunyai tinggi sekitar 0,3m sampai 1m,
tergantung varietas tanamanya. Akarnya tergolong ke akar tunggang, namun pada
akar tunggang tersebut terdapat akar-akar serabut yang menempel pada batang.
Arah tumbuh akar tunggang lebih lurus ke dalam, sedangkan arah tumbuh akar

serabut menyebar ke sekitar tanaman. Akar tanaman selada merah tidak bisa
dimanfaatkan menjadi olahan.
Batang tanaman selada merah berbentuk bulat panjang dan halus. Tanaman
selada merah yang diukur saat praktikum diameter batangnya adalah 2cm,
sedangkan panjang batangnya adalah sekitar 100cm. Batang selada merah
memiliki warna hijau keputihan. Batang utamanya lurus tegak ke atas serta
bercabang-cabang.
Daun tanaman selada merah memiliki ciri bergelombang, tulang daunya
menyirip. Warna pada tengah daunya adalah, namun pada tepinya berwarna unggu
serta bergelombang atau bergerigi. Tekstur dari daun selada merah renyah seperti
gubis, karena itu daun selada merah tidak jarang digunakan sebagai lalapan segar.
Daun yang diambil saat penen ciri-cirinya adalah berwarna merah tua kecoklatan.
Cara panennya adalah memetik daun yang sudah memenuhi syarat panen.
Bunga selada merah memiliki warna kuning. Letak bunganya di ujung dari
tanaman ini, jadi letak bunganya di bagian atas. Bunganya tumbuh di ujung
cabang-cabang batang tanaman selada. Bunga tanaman selada merah menjadi
penanda pada tumbuhan ini, jika bunga sudah tumbuh maka tanaman ini sudah
tidak layak jual. Buah tanaman selada merah tidak berdaging serta memiliki
banyak biji. Bentuknya polong dan berukuran sangat kecil. Bijinya lonjong, pipih,
keras, berwarna coklat tua dan sangat kecil.
Cara penanaman tanaman selada merah yaitu disemai dilahan gembur lalu
ditambah dengan pupuk kandang. Cara persemaian atau budidaya tanaman selada
merah yaitu melalui biji. Cara pengolahan tanahnya yaitu dengan cara dibajak dan
digaru sampai gembur. Jarak tanaman yang tepat adalah 50cm x 20cm. umur
panen tanaman ini sekitar 40-60 hari setelah disemai, umumnya selada daun
dipanen sekaligus tanamanya (Haryanto, 2007). Tanaman ini jarang terkena
serangan penyakit, jikapun terkena maka akan di semprot menggunakan pestisida.
Sortasi daun selada berdasarkan kualitas daun, daun yang lebar dan berwarna
cerah memiliki kualitas tinggi. Penyimpananya selama 10-14hari pada suhu kamar
dan di pack dalam plastik. Pemasaran selada merah di Indonesia masih di pasar
domestik, sedangkan harganya adalah Rp. 1000-Rp. 2000/tanamanya.
Stroberi (Fragaria sp.) adalah tanaman buah yang di temukan pertama kali
di Chile yaitu spesies Fragaria chiloensis L. yang menyebar ke berbagai negara

Amerika, Eropa serta Asia (Kesumawati dkk., 2012). Nama latin spesies tanaman
ini adalah Fragaria Vesca L. termasuk kedalam family Rosaeae. Tanaman ini
sekarang banyak digunakan menjadi berbagai olahan, terutama dalam hal pangan.
Tanaman stroberi umumnya ditanam di daerah dataran tinggi. Tanaman ini
tumbuh baik pada ketinggian 1000m-1500m dpl dan suhu 17-20 0C. Tanaman yang
tergolong ke keluarga rumput termasuk ketanaman monokotil dan C4. Tanaman
stroberi dibudidayakan dibedengan-bedengan jika skala luas, namun untuk skala
kecil menggunakan polybag sebagai media tanam. Buah stroberi dapat dipanen
dua minggu setelah berkembang. Tanaman stroberi juga dapat ditanam di green
house jika kondisi lingkungan tidak mendukung untuk menaman stroberi.
Buah stroberi mengandung banyak vitamin C, selain itu juga terdapat
vitamin A, B, E, sodium, fosfor dan zat besi. Tanaman stroberi banyak dijumpai di
swalayan dan toko buah. Buah stroberi dapat dimakan secara langsung, dapat juga
dioalah menjadi berbagai olahan seperti selai, jus, campuran susu, hiasan makanan
dan perasa makanan.
Tanaman stroberi mempunyai tinggi sekitar 0,5m-1m, tergantung tempat
penanamanya. Akarnya tergolong ke akar serabut. Akar pada tanaman stroberi
juga terdapat stolon. Stolon inilah yang biasanya digunakan sebagai bibit tanaman
stroberi. Batang tanaman stroberi berbentuk bulat panjang dan halus. Batangnya
beruas-ruas, tertutupi oleh daun sehingga nampak seperti rumput. Saat praktikum
sampel batang yang diambil memiliki panjang 14,5cm. Warna batangnya hijau
kekuningan serta berbulu tipis.
Bunga tanaman stroberi mahkotanya berwarna putih dan berjumlah lima.
Diameter bunga yang diaamati saat praktikum adalah 1,5cm. Benang sarinya
berwarna kuning, warna ini sangat menarik bagi hewan polinator. Penyerbukan
pada stroberi dilakukan oleh angina serta serangga seperti lebah dan kupu-kupu.
Buah tanaman stroberi berwarna merah dengan bintik-bintik kecil berwarna
kuning. Ukuran serta ukuran menjadi tolak ukur buah troberi saat dijual di
pasaran. Saat praktikum, sampel buah yang diambil ukuranya adalah 2,5cm. biji
tanaman stroberi di luar berwarna kuning kecoklatan, sedangkan saat masak
warnanya berubah menjadi hitam.
Cara penanaman tanaman stroberi yaitu dengan cara pordus dan bedengan.
Jika menggunakan bedengan ukurannya adalah 100x60cm dan tingginya ialah 30-

60cm. Pembibitanya dengan cara biji dan stolon, tergantung keadaan. Pemupukan
tanaman ini dengan urea, SP36 dan KCl. Pengairanya dengan cara langsung
disiram, cukup sampai tanah lembab. Ciri-ciri panenya adalah buah sudah kenyal
dan berwarna merah, umur panenya 2 minggu setelah berkembang dan cara
panenya dipotong pada bagian kelopak. Buah stroberi sortasinya berdasarkan
ukuran serta warna buah. Kemudian pengemasan buahnya adalah dikemas rapat
menggunakan plastik dan disimpan di lemari pendingin agar buah tetap segar saat
sampai ditangan konsumen.
Bunga krisan merupakan salah satu spesies yang sangat populer dan tumbuh
sebagai tanaman penghias dan bunga pot atau bunga potong (Permana dkk.,
2013). Nama latin bunga krisan ialah Chrysanthemum Indicum, yang berasal dari
family Asteraceae. Tanaman tergolong ke tanaman hias, bagian yang diambil
adalah bunganya. Bunganya digunakan sebagai hiasan dekorasi saat acara
pernikahan dan acara lainya.
Tanaman bunga krisan dapat hidup maksimal diwilayah dataran tinggi.
Tanaman krisan merupakan tanaman semusim yang biji kepingnya tergolong
dikotil dan tipe perkecambanya epigeal. Struktur batang tanaman krisan adalah
berkayu. Tanaman ini banyak dijumpai di tempat-tempat dekorasi.
Akar tanaman krisan termasuk akar serabut. Akarnya masuk ke dalam tanah
sedalam 30cm-40cm. Batangnya berbentuk bulat serta tegak dan lunak. Warna
batangnya adalah hijau, jika dibiarkan tumbuh terus maka batang akan menjadi
berkayu atau keras. Daun tanaman ini berwarna hijau agak tua. Daun ini tepinya
bergerigi, sedangkan bunga tanaman ini besarnya lebih dari 10cm. Biji dari
tanaman ini berwarna coklat kehitaman.
Menurut Tedjasarwana dkk., (2011), untuk mendapatkan kualitas bunga
krisan potong yang baik, disamping memperhatikan varietas yang ditanam, juga
perlu teknik budidaya yang benar, yaitu meliputi penyiapan rumah plastik, media
tumbuh, pengaturan panjang hari, penyiraman, pemupukan, perlindungan
tanaman, serta perlakuan pascapanen. Cara penanaman tanaman krisan yaitu
ditanam langsung dilahan yang tersedia, sedangkan cara persemaianya adalah
dengan cara stek. Pengolahan tanah tanaman krisan adalah olah tanah musiman
dan sistemnya monokultur. Pemupukan tanaman inin menggunakan pupuk

organik atau pupuk kandang. Pengairanya jika ditanam di pot menggunakan


pompa air, jika dikebun alias bedengan menggunakan irigasi sawah.
Hama yang sering menyerang tanaman krisan adalah wereng dan ulat tanah.
Pengendalian gulmanya denga cara dilakukan penyiangan. Ciri-ciri waktu panen
bunga krisan ialah saat kuncup sudah mekar atau pada umur panen 3 bulan. Cara
panenya yaitu dengan cara diptong atau dicabut tanamanya langsung. Sortasinya
ada dua, yaitu standart dan spray. Kemudian pengemasanya adalah dibungkus
menggunakan kertas. Penjualan bunga krisan yaitu masih di pasar domestik,
penjualanya langsung ketoko-toko. Harga dari bunga krisanya untuk sekuntum
bunga standart adalah Rp. 15.000, sedangkan untuk sekuntum bunga spray ialah
Rp. 14.000.
Salah satu tanaman buah yang saat ini sedang populer di masyarakat ialah
buah naga (Wisesa, 2014). Tanaman buah naga merupakan tanaman yang berasal
dari daratan Amerika. Nama latin tanaman ini ialah Hylocereus Polyrizus, yang
berasal dari family Hylocereae. Tanaman ini tergolong tanaman yang memiliki
banyak varietas, namun varietas yang banyak di Indonesia adalah buah naga
merah dan buah naga putih. Tanaman buah naga termasuk tanaman yang tidak
lengkap karena tidak memiliki daun. Tanaman ini banyak digunakan sebagai
minuman karena rasnya yang segar.
Tanaman buah naga dapat hidup di dataran rendah dan tinggi, namun
kebanyakan tanaman buah naga dapat hidup maksimal di dataran tinggi.
Ketinggianya anatara 0-1200m, namun yang terpenting adalah kebutuhan sinar
matahari tercukupi secara baik. Tanaman yang tergolong ke tanaman hortikultura
ini biasanya dibudidayakan di tanah langsung, namun untuk skala kecil dapat
menggunakan drum sebagai tempat menumbuhkanya. Buah naga merah memiliki
warna merah yang sangat menarik yang disebut antosianin (Simanjuntak dkk.,
2014). Kandungan gizi yang paling banyak dalam buah naga adalah vitamin C
dan karoten. Buah naga banyak dijumpai di toko buah, pasar dan swalayan. Buah
naga umumnya dikonsumsi langsung, dibuat minuman dan juga sebagai pewarna.
Kulit buah nagalah yang dijadikan pewarna alami.
Akar tanaman ini tergolong ke dalam akar serabut namun pada batang
bagian atas menjadi akar gantung. Saat tumbuh kedalaman akar buah naga sekitar
50cm. Akar buah naga tahan terhadap kekeringan, namun tidak jika terhadap

kelebihan air. Batang tanaman naga berwarna hijau dan bentuknya segitiga.
Batang tanaman naga akan berlapis lilin jika tanaman sudah dewada. Batang
tanaman ini berduru, namun kecil dan tidak mencolok. Bunga buah naga berwarna
krem dan mekar saat sore menjelang malam. Saat mekar bunga ini mengeluarkan
aroma sehingga menarik hewan untuk menyerbukinya.
Buah tanaman naga ada yang berwarna merah ada yang berwarna putih.
Bentuk buahnya bulat lonjong, kulitnya yang seperti mengelupas membentuk
mirip kepala naga. Biji buah naga berwarna hitam, letaknya di dalam daging buah.
Bijinya langsung dimakan bersamaan dengan daging buah naga.Cara penanaman
buah naga ialah dengan cara membuat lubang sedalah 40x40 cm dengan jarak
tanam 3x3 m. Cara persemainya adalah dengan cara stek batang. Pemupukanya
menggunakan pupuk organik. Pengairan tanaman ini saat musim kemarau yaitu
satu minggu sekali sedangkansaat musim hujan tidak perlu penyiraman. Penyakit
yang menyerang tanaman ini jarang ada, yang ada ialah hama semut merah. Cara
penanggulanganya ialah dengan insektisida, sedangkan gulmanya dicabut adau
disiangi.
Umur panen tanaman naga adalah 2-3 bulan, ciri-cirinya adalah wana buah
sudah merah dan berukuran besar. Cara panenya adalah memotong buahnya
langsung dari ujung. Sortasi buah naga ialah berdasarkan ukuran besarnya.
Pengemasanya menggunakan plastik atau kardus. Harga buah naga saat musimnya
adalah Rp. 15.000/kg.
BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Tanaman selada merah merupakan tanaman yang berakar tunggang dan serabut,
batangnya berbentuk bulat panjang dan halus serta berwarna kehijauan. Daunya
bergelombang dan bunganya berwarna kuning bijinya berwarna coklat tua.
Tanaman ini banyak dikonsumsi secara langsung, seperti jadi lalapan dan salad.
2. Tanaman stroberi merupakan tanaman yang berakar serabut, batangnya berbulu
dan berwarna hijau. Bunga tanaman ini berwarna putih serta bentuk buahnya oval
dan berwarna merah dengan bintik kuning di kulitnya. Biji tanaman stroberi
berwarna hitam jika sudah masak dan berwarna kuning diluarnya. Tanaman ini
banyak diolah menjadi minuman dan selai.

3. Tanaman buah naga merupakan tanaman hortikultura. Akarnya termasuk akar


serabut, sedangkan batangnya sukulen. Bunga tanaman buah naga berbentuk
corong. Buahnya berwarna merah dan berbentuk bulat. Bijinya berwarna hitam.
Bagian yang dipanen adalah buahnya, buah naga dapat dikonsumsi langsung serta
dijadikan olahan seperti selai dan minuman.
4. Tanaman krisan merupakan tanaman hias yang memiliki akar serabut.
Batangnya berbentuk bulat dan tegak. Daunya bergerigi sedangkan bunganya
besar, lebih dari 10cm. Bijinya coklat kehitaman. Bunga krisan sering digunakan
menjadi hiasan dekorasi suatu acara.
5.2 Saran
Sebaiknya praktikan diberi ruang untuk mengunjungi tanaman yang
dijadikan praktikum, karena saat praktikum akibat waktu yang kurang membuat
praktikan tidak dapat mengunjungi seluruh tanaman yang dijadikan bahan
praktikum.

DAFTAR PUSTAKA
Jasmi., E. Sulistyaningsih dan D. Hermawan. 2013. Pengaruh Vernalisasi Umbi
terhadap Pertumbuhan, Hasil, dan Pembuangan Bawang Merah (Allium
cepa L. Aggregatum group) di Dataran Rendah. Ilmu Pertanian, 16(1): 4257.
Kesumawati, E., E. Hayati dan M. Thamrin. 2012. Pengaruh Naungan dan
Varietas terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Stroberi (Fragaria sp.)
di Dataran Rendah. Agrista, 16(1): 14-21.
Kumhlov, J., F. Kumalam, P. Novak and . Matjkov. 2013. Airborne Laser
Scanning Data as A Source of Field Topographical Characteristics. Plant
Soil Environ, 59(13): 423-431.
Kusumayadi, I. W. K., I. M. Sukewijaya. I. K. Sumiartha dan N. S. Antara. 2013.
Pengaruh Ketinggian Tempat, Mulsa dan Jumlah Bibit terhadap
Pertumbuhan dan Rendemen Minyak Sereh Dapur (Cymbopogon Citratus).
Agroteknologi Tropika, 2(1), 49-55.
Matsumoto, S., T. Tsubo, G. Asea, A. Maruyama, M. Kikuchi and M.Takagaki.
2014. Water Response of Upland Rice Varieties Adopted in Sub-Saharan
Africa: A Water Application Experiment. J Rice Res, 2(1): 1-6.
Permana, I. M. R., I. K. Suamba dan P. U. Wijayanti. 2013. Bauran Pemasaran
Bunga Krisan pada Kelompok Usaha Bersama Manik Mekar Nadi di Desa
Besakih, Kecamatan Rendang, Kabupaten Karangase. Agribisnis dan
Agrowisata, 2(1): 12-22.

Perez-Candel, D., J. C. Linares and M. E. Lucas-Borca. 2012. Assessing Climate


growth Relationships Under Contrasting Stands of Co-occurring Iberian
Pines Along an Altitudinal Gradient. Forest Ecology and Management,
274(1): 48-57.
Rahayu, S. 2012. Potensi dan Konservasi Jenis-Jenis Hoya Dataran Tinggi Pulau
Jawa. Hayati, 18(1): 1-7.
Ratnasari, J. 2007. Galeri Tanaman Hias Bunga. Jakarta: Penerbit Swadaya.
Simanjuntak, L., C. Sinaga dan Fatima. 2014. Ekstraksi Pigmen Antosianin dari
Kulit Buah Naga Merah (Hylocereus polyrhizus). Teknik Kimia, 3(2): 25-29.
Sutedjo, M. M., A. G. Kartasapoetra. 1991. Pengantar Ilmu Tanah. Jakarta:
Rineka Cipta.
Tedjasarwana, R., E.D.S. Nugroho dan Y. Hilman. 2011. Cara Aplikasi dan
Takaran Pupuk terhadap Pertumbuhan dan Produksi Krisan. Hort, 21(4):
306-314.
Wahyu, Y., A. P. Samosir dan S. R. Budiarti. 2013. Adaptabilitas Genotipe
Gandum Introduksi di Dataran Rendah. Bul. Agrohorti, 1(1): 1-6.
Wisesa, T. B. dan S. M. Widjanarko. 2014. Penentuan Nilai Maksimum Proses
Ekstraksi Kulit Buah Naga Merah. Pangan dan Agroindustri, 2(3): 88-97.

Anda mungkin juga menyukai