Hukum dasar adalah hukum pokok yang harus dipedomani dan dijadikan
pegangan bagi peraturan-peraturan yang dibawahnya sebagai pelaksana dari UUD
dan peraturan-peraturan itu tidak boleh bertentangan dengan Hukum Dasar atau
Hukum Pokok yaitu UUD. Hukum Dasar terbagi dua, yaitu:
1. Hukum Dasar Tertulis
Yang dimaksud Hukum Dasar Tertulis, yaitu UUD. Negara Republik Indonesia
yaitu UUD 1945, maka sebagai Hukum Dasar/Hukum Pokok, yaitu UUD itu
mengikat, baik bagi Pemerintah, setiap lembaga, warga negara Indonesia
dimanapun ia berada, maupun bagi setiap penduduk yang ada di wilayah Negara
Republik Indonesia.
2. Hukum Dasar Tidak Tertulis (Konvensi)
Yang dimaksud Hukum Dasar Tidak Tertulis (Konvensi), yaitu aturan-aturan
dasar yang timbul dan terpelihara dalam praktek penyelenggaraan negara.
Konvensi ini merupakan aturan-aturan pelengkap yang mengisi kekosongan yang
timbul dalam praktek kenegaraan yang tidak terdapat dalam UUD, walaupun
demikian konvensi itu tidak bertentangan dengan ketentuan-ketentuan yang
terdapat dalam UUD, yang dimaksud Hukum Dasar Tidak Tertulis (Konvensi),
yaitu kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan terus menerus i lingkungan
kelembagaan negara.
3.1.1. Pengertian UUD 1945
Sebelum terjadinya perubahan atau amandemen atas UUD 1945 ialah
keseluruhan naskah yang terdiri dari dan tersusun atas 3 bagian, yaitu bagian
Pembukaan 4 alinea, Batang Tubuh yang terdiri dari 16 Bab, 37 Pasal, 4 Pasal
aturan peralihan, dan 2 ayat aturan tambahan, bagian yang terakhir ialah Penjelasan
pasal demi pasal.
UUD 1945 disahkan oleh PPKI dalam sidangnya tanggal 18 Agustus 1945
baru meliputi pembukaan dan batang tubuh saja sedangkan penjelasannya belum
termasuk didalamnya, karena naskah resminya dimuat dan disahkan dalam berita
Republik Indonesia tanggal 15 Februari 1946. penjelasan dimaksud telah menjadi
bagian daripada UUD 1945 seperti yang dinyatakan di atas meliputi Pembukaan,
Batang Tubuh, dan Penjelasan.
Dilihat dari arti dan makna, pembukaan UUD 1945 merupakan penjabaran
dari proklamasi,
sedangkan pembukaan UUD 1945 dijabarkan
secara rinci dalam batang tubuh UUD 1945.
3.2.2. Makna Tiap-tiap Alinea Pembukaan UUD 1945
a. Alinea pertama mengungkapkan suatu dalil objektif, yaitu agar semua bangsa
di dunia dapat menjalankan hak kemerdekaannya yang merupakan hak asasinya.
Sedangkan dalil subjektifnya, yaitu aspirasi bangsa Indonesia sendiri untuk
membebaskan diri dari penjajahan.
b. Alinea kedua menunjukkan adanya ketetapan dan ketajaman penilaian yaitu:
1. Bahwa pejuangan pergerakan di Indonesia
telah sampai pada tingkat yang menentukan.
2. Bahwa memorandum yang telah dicapai tersebut harus
dimanfaatkan untuk menyatakan kemerdekaan.
3.Bahwa kemerdekaan tersebut bukan merupakan tujuan
akhir tetapi masih harus diisi dengan mewujudkan Negara
Indonesia merdeka bersatu, berdaulat adil dan makmur.
c. Alinea ketiga menegasakn kembali apa yang menjadi motivasi riil
dan material bangsa Indonesia untuk menyatakan kemerdekaannya
tetapi juga menjadi keyakinan/kepercayaannya, yang menjadi
motivasi spiritualnya, bahwa maksud dan tidaknya menyatakan
kemerdekaan itu diberkati oleh Allah YME.
d. Alinea keempat merumuskan dengan padat tujuan dan prinsipprinsip dasar untuk mencapai tujuan bangsa Indonesia dan yang mengandung
adanya penegasan:
1. Tujuan negara atau tujuan nasional.
2. Negara berbentuk Republik dan berkedaulata rakyat.
3. Negara Indonesia mempunyai dasar
filsafah Pancasila.
3.2.3. Pokok Pikiran Pembukaan UUD 1945
Pokok-pokok pikiran yang dijelaskan dalam
Batang Tubuh UUD 1945 yang terdiri atas 4
pokok pikiran, yaitu:
1. Pokok Pikiran Pertama : Persatuan
2. Pokok Pikiran Kedua
: Keadilan Sosial
3. Pokok Pikiran Ketiga
: Kerakyatan
4. Pokok Pikiran Keempat : Ketuhana YME, dan Kemanusiaan yang adil
dan beradab.
3.2.4. Hubungan Pokok-pokok Pikiran dalam Pembukaan UUD 1945 dengan
Batang Tubuh UUD 1945
Antara Pembukaan dan Batang Tubuh UUD 1945 keduanya merupakan satu
kesatuan nilai dan norma terpadu karena pembukaan pokok-pokok pikiran yang
tidan lain daripada nilai-nilai dasar negara Pancasila yang terdapat dalam
pembukaan UUD 1945 diciptakan kedalam Batang Tubuh uuD 1945 dalam bentuk
pasal-pasalnya.
Fungsi MPR:
a. Berwenang mengubah dan menetapkan UUD
b. Melantik Presidendan/atau Wakil Presiden
c. Hanya dapat memberhentikan Presiden atau WakiPresiden
dalam masa jabatannya menurut undang-undang.
2. Presiden [pasal 4 (1)]
Presiden diatur dalam Bab II tentang Kekuasaan Pemerintahan Negara.
*pasal 4 (1) UUD 1945 dinyatakan bahwa Presiden RI memegang
kekuasaan pemerintahan menurut UUD
*Pasal 5 dinyatakan pula Presiden berhak mengajukan rancangan UU
kepada DPR dan Presiden menetapkan peraturan pemerintah untuk
menjalankan UU sebagaimana mestinya, berdasarkan ketentuan tersebut maka
Presiden yang memegang kekuasaan pemerintahan (sebagai kepala Negara yang
berdasarkan hukum yang belaku) yang harus berdasarka UUD. Presiden berhak
menetapkan Perpu dalam halikwal ketentuan yang memaksa.
3. Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)
DPR diatur dalam bab VI pasal 19 s.d pasal 22
22 UUD dipilih melalui pemilu. Pelaksanaan
pemilu ditetapkan dengan UU Pemilu untuk
memilih:
a. Anggota DPR Pusat
b. Anggota DPRD Provinsi
c. Anggota DPRD Kabupaten
d. DPD
Pemilu dilakukan secara demokrasi, bersifat langsung, umum, bebas, rahasia, dan
adil.
UU Pemilu No. 12 tahun 2003 tentang Pemilu anggota DPR, DPD, DPRD.
a. Pemilu adalah sarana pelaksanaan
kedaulatan rakyat dalam Nefara
kesatuan RI yang berdasarkan Pancasila
dan UUD 1945.
b. Pemilu dilaksanakan olek Komisi
Pemilihan Umum (KPU) adalah lembaga yang bersifat nasional, tetap dan
mandiri, untuk menyelenggarakan pemilu.
C. Pemilu dilaksanakan 5 tahun sekali.
d. Kedudukan DPR adalah kuat, oleh karena tidak dapat dibubarkan oleh
Presiden yang memegang kekuasaan tertinggi dalam pemerintahan Negara.
e. Fungsi dari tugas DPR, yaitu:
1. Fungsi Legeslasi
kepada DPR atas RUU anggaran pendapatan belanja Negara dan RUU
yang berkaitan dengan pajak, pendidikan, dan agama.
C. DPD dapat melakukan pengawasan atas pelaksanaan UU seperti yang
diatur ayat 1 dan 2.
5. Badan Pemeriksaan Keuangan Negara (BPK)
Diatur dalam Bab VII A pasal 23 E s.d 23 G.
*Untuk memeriksa pengelolahan dan tanggungjawab tentang keuangan
Negara diadakan satu/badan pemeriksaan keuangan yang bebas dan
mandiri.
*Hasil pemeriksa keuangan Negara diserahkan kepada DPR, DPD, DPRD
sesuai dengan kewenangannya.
*Anggota BPK dipilih oleh DPR dengan memperhatikan pertimbangan DPD
dan diresmikan oleh Presiden.
6. Mahkamah Agung (MA)
Dalam Bab XI pasal 24 (1) yang menyatakan bahwa kekuasaan
kehakiman dilakukan oleh MA dan peradilan yang berada di bawahnya
dalam lingkungan peradilan umum, peradilan agama, peradilan militer,
peradila tata usaha Negara dan oleh sebuah MK.
Fungsi MA:
a. Mengadili pada tingkat kasasi
b. Menguji peraturan UU di bawah UU terhadap UU.
c. Calon hakim agung diusulkan komisi yudisial kepada DPR untuk mendapat
persetujuan dan selanjutnya ditetapkan sebagai hakim agung oleh Presiden.
7. Mahkamah Konstitusi (MK)
MK mengadili pada tingkat pertama dan terakhir, yang pelaksanaan bersifat
final untuk menguji UU terhadap UUD, memutus sengketa kewenangan lembaga
Negara yangkewenangannya diberikan oleh UUD, memutus pembubaran parpol
dan memutus perselisihan
tentang hasil pemilu.
8. Komisi Yudisial (KY)
KY diatur dalam pasal 24 B (1) yang menyatakan bahwa KY bersifat mandiri
yang berwenang mengusulkan pengangkatan hakim agung dan mempunyai
wewenang lain dalam rangka menjaga dan menegakkan kehormatan, keluhuran
martabat, serta perilaku hakim.
memperoleh kesempatan dan manfaat yang sama guna mencapai persamaan dan
keadilan.
10. Setiap orang berhak bebas dari perlakuan yang bersifat diskriminatif atas dasar
apapun dan berhak mendapat perlindungan terhadap perlakuan yang bersifat
diskriminatif.
3.3.4. Perubahan UUD 1945
Perubahan UUD 1945 dalam Bab XVI pasal 37, yaitu:
1. Usul perubahan pasal-pasal UUD dapat diagendakan dalam sidang MPR
apabila diajukan oleh sekurang-kurangnya 1/3 dari jumlah anggota MPR.
2. Setiap usul perubahan pasal-pasal UUD diajukan secara tertulis dan
ditunjukkan dengan jelas bagian yang diusulkan untuk diubah beserta alasannya.
3. Untuk mengubah pasal-pasal UUD, sidang MPR dihadiri oleh sekurangkurangnya 2/3 dari jumlah anggota MPR.
4. Putusan untuk mengubah pasal-pasal UUD dilakukan dengan persetujuan
sekurang-kurangnya 50% ditambah Satu anggota dari seluruh anggota MPR.
5. Khusus mengenai bentuk Negara kesatuan RI diatur dalam Bab 1 pasal 1 (1),
tidak dilakukan perubahan.
3.3.5. Lambang-Lambang Persatuan Indonesia
Dalam Bab XV pasal 35 s.d 36 C mengatur lambang persatuan Indonesia, yaitu:
1. Sang merah putih merupakan Bendera Negara Indonesia dan lambang
kedaulatan Negara RI. Lenyapnya Bendera Merah Putih berarti lenyap pula
Kedaulatan Negara Republik Proklamasi 17 Agustus 1945.
2. Bahasa Indonesia adalah bahasa nasional sejajar dengan bahasa-bahasa
nasional Negara lain. Di Kepulauan Nusantara banyak terdapat bahasa daerah,
namun bahasa daerah tersebut merupakan sumber dari bahasa Indonesia. Bahasa
Indonesia merupakan alat pemersatu.
3. Garuda Pancasila adalah Lambang Negara RI dengan semboyan Bhineka
Tunggal Ika, yang artinya walaupun berbeda-beda namun satu jua. Negara RI yang
bercirikan nusantara yang terdiri dari pulau, bahasa yang berbeda, agama yang
berbeda namun satu jua. Burung garuda yang melambangkan proklamasi 17
Agustus 1945 dan dasardari Falsafah Negara, pandangan hidup bangsa ialah
Pancasila.
4.
Lagu Indonesia Raya adalah lagu kebangsaan Indonesia yang diciptakan oleh
W.R. Supratman dan dinyanyikan untuk pertama kali pada waktu
sumpah pemuda 28 Oktober 1928, lagu kebangsaaan ini memberikan inspirasi dan
motivasi bagi rakyat Indonesia untuk diri dari penjajah/imprialis.
5.
Lagu kebangsaan Indoneia Raya dinyanyikan pada setiap memperingati hari
Proklamasi dan hari sesuia lainnya atau pada waktu pembukaan rapat organisasi
yang bersifat regional dan nasional.
3.3.6. Kedudukan Aturan Peraliahn dan Aturan Tambahan
Aturan Peralihan
1. Janagn sampai terjadinya kekosongan hukum.
2. Semua peraturan dan lembaga Negara yang lain masih
tetap berlaku sepanjang belum terbentuk yang baru.
3. Untuk memberikan batasan waktu agar peraturan atau
lembaga yang akan dibentuk tidak berlarut-larut.
Aturan Tambahan
1. yang belum tertuang pada atura peralihan dapat
dimuat pada aturan tambahan.
2. semua keputusan yang belum ditetapkan dapat ditetapkan
untuk diambil keputusan yang pada waktu berikutnya