Korup
Korup
membagi kekuasaan negara ke dalam 3 bagian penting. Legislatif yang bertugas membuat
Undang-undang, Eksekutif yang bertugas menjalankan Undang-Undang dan Yudikatif adalah
pengawas terhadap Eksekutif. Tujuan dari teori ini tentu untuk membatasi kekuasaan yang
absolut, sehingga ada fungsi check and balance.
Eksekutif yang korup membuat rakyat berharap kepada Yudikatif untuk mengawasi.
Ternyata Yudikatif juga tidak lebih baik. Sebagai lembaga yang menegakkan hukum dan
perundang-undangan, hati ini miris melihat suatu lembaga yang harusnya menegakkan hukum
dan perundangan juga terlibat pada sistem. Pada akhirnya, harapan itu bergantung pada
Legislatif, lembaga yang membuat Undang-undang, lembaga yang disebut juga sebagai rumah
rakyat. Rumah rakyat yang mewah itu dipenuhi oleh tikus-tikus yang selalu berbicara untuk
membela rakyat, yang haus akan kekuasaan dan yang tidak kompeten membuat Undangundang itu sendiri.
Indonesia
menjalankan
pernah
menjadi lembaga
tertinggi
negara unikameral,
namun
setelahamandemen ke-4 MPR bukanlah lembaga tertinggi lagi, dan komposisi keanggotaannya
juga berubah. MPR setelah amandemen UUD 1945, yaitu sejak2004 menjelma menjadi
lembaga bikameral yang terdiri dari 560 anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) yang
merupakan wakil rakyat melalui Partai Politik, ditambah dengan 132 anggota Dewan
Perwakilan Daerah (DPD) yang merupakan wakil provinsi dari jalur independen. Anggota DPR
dan DPD dipilih melalui pemiludan dilantik untuk masa jabatan lima tahun. Sebelumnya,
anggota MPR adalah seluruh anggota DPR ditambah utusan golongan dan TNI/Polri. MPR saat
ini diketuai oleh Taufiq Kiemas. DPR saat ini diketuai olehMarzuki Alie, sedangkan DPD saat ini
diketuai oleh Irman Gusman.
Lembaga eksekutif berpusat pada presiden, wakil presiden, dan kabinet. Kabinet di
Indonesia adalah Kabinet Presidensial sehingga para menteri bertanggung jawab kepada
presiden dan tidak mewakili partai politik yang ada di parlemen. Meskipun demikian, Presiden
saat ini yakni Susilo Bambang Yudhoyono yang diusung oleh Partai Demokrat juga menunjuk
sejumlah pemimpin Partai Politik untuk duduk di kabinetnya. Tujuannya untuk menjaga
stabilitas pemerintahan mengingat kuatnya posisi lembaga legislatif di Indonesia. Namun pos-
pos penting dan strategis umumnya diisi oleh menteri tanpa portofolio partai (berasal dari
seseorang yang dianggap ahli dalam bidangnya).
Lembaga Yudikatif sejak masa reformasi dan adanya amandemen UUD 1945 dijalankan
oleh Mahkamah Agung, Komisi Yudisial, dan Mahkamah Konstitusi, termasuk pengaturan
administrasi para hakim. Meskipun demikian keberadaan Menteri Hukum dan Hak Asasi
Manusia tetap dipertahankan.
BAB. 2
TOKOH KORUPTOR DI BADANNYA MASING-MASING
2.2
Contoh
Tentang
Legislatif.
Selasa, 1 Mei 2012
Tokoh
Yang
Korupsi
di
Badan
di
sejumlah
universitas
(Kementerian
Pendidikan
dan
Kebudayaan/Kemendikbud).
Meski sejak 3 Februari 2012 Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) telah
menetapkan Putri Indonesia tahun 2001 ini sebagai tersangka terkait dugaan
suap di Kemenpora namun baru Jumat (27/4), Angie menjalani tahanan di
basement lembaga antikorupsi.Hanya dalam empat hari penahanan tersebut
berita yang berkaitan dengan istri almarhum Adjie Massaid ini mengalir
dengan derasnya ke publik. Tidak hanya berita soal sinusitis Angie yang
kambuh, soal waktu kunjungan bagi anak-anak Angie yang tidak fleksibel,
soal dukungan sang ayah dengan semangat "the power of love" terhadap
Angie, juga soal kunjungan tiga buah hati mantan Wakil Sekjen Umum Partai
Demokrat ini di hari pertama ia ditahan yang dapat dicermati.
Pernyataan dari Ketua Umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum pun
menjadi perhatian publik saat ia mengatakan memilih mendoakan Angelina
Sondakh dari luar tahanan dari pada menjenguk Angie ke Rutan KPK.Namun
hal spesial adalah pernyataan Anggota Dewan Pembina Partai Demokrat,
Subur Budi Santoso yang datang menjenguk Angie di Rutan KPK dengan
membawa buku dzikir untuk anggota Komisi X DPR dari Fraksi Partai
Demokrat
ini.
Subut meminta kader Partai Demokrat ini bersabar dan tabah menjalani kasus
yang menimpanya. Ia juga meminta Angie untuk jujur dan tidak menutupnutupi kasus dugaan suap Wisma Atlet Jakabaring.Masih begitu jelas reaksi
masyarakat yang hadir di ruang sidang Pengadilan Khusus Tindak Pidana
Korupsi (Tipikor) Jakarta saat Angie bersaksi untuk terdakwa Muhammad
Nazaruddin dengan kasus dugaan suap proyek di Wisma Atlet Jakabaring.
Bagaimana Angie mengatakan tidak memiliki Blackberry di tahun 2009
sementara foto dirinya yang sedang mengandung memegang gadget asal
Kanada tersebut terpampang di salah satu media online ditunjukkan oleh
kuasa hukum Nazaruddin dalam persidangan.Angie mengaku tidak mengenal
baik Mindo Rosalina Manulang (Rosa) namun terdapat bukti percakapan
Blackberry Messanger (BBm) Putri Indonesia tahun 2001 mengundang Rosa
menghadiri ulang tahun Keanu di rumahnya.Tidak hanya kuasa hukum
Nazaruddin yang mengingatkan agar Angie berkata jujur dalam persidangan.
Jaksa Penuntut Umum (JPU) pada KPK juga sempat meminta secara tidak
langsung agar anggota Komisi X DPR ini berkata jujur dalam
persidangan.Bahkan Ketua Majelis Hakim Pengadilan Tipikor yang
memimpin sidang Nazaruddin juga mengingatkan agar Angie berkata jujur
dalam memberikan keterangan karena sudah berada di bawah sumpah.
Proyek yang melibatkan uang rakyat dalam jumlah yang banyak tentu
menjadi suatu pingin-pingin bagi mereka yang tidak kuat menahan ambisi
memperkaya diri sendiri. Iman serta jiwa yang kuat akan mental uang
diperhitungakn disini oleh masing-masing individu yang melakukannya.
Seseorang mempunyai suatu privasi dalam hidupnya yang memang
sebenarnya tidak dapat diketahui dengan blak-blakan. Lingkungannya yang
tertutup membuat Murdoko dan Angie mampu melakukan korupsi dengan
sesuka hatinya sebagai badan legislative memanfaatkan jaringan kolega
teman-temannya maupun teman sejabatannya. Lemahnya ketertiban umum
menjadikan mereka tidak takut akan hukuman yang menjatuhi mereka. Jika
didalam media masa memiliki kekuatan untuk meliput suatu perkara yang
sudah terungkap tetapi media memiliki ruang yang membuat dirinya tidak
diperkenankan meliput kehidupan dan bagaimana suatu proyek itu dijalankan
dengan semestinya, hal ini membuat Angie menerima suap dan Murdoko
melakukan penggelapan uang APBN.
Korupsi merupakan tindakan yang melibatkan antara tindakan
penggelapan, nepotisme, dan juga penyalahgunaan di bidang pemerintah
yang seperti penyogokan, pemerasan, campur tangan pemerintah, dan
penipuan. Angie yang melakukan korupsi diduga kuat tidak memiliki mental
yang kuat. Karena setelah dirinya ditinggal suaminya, Angie harus
membiayai kebutuhan 3 orang anaknya. Kebiasaan hidup glamour membuat
dirinya tidak bisa menahan suatu tidnakan yang dinamakan korupsi.
Keinginan untuk terbiasanya hidup glamour juga dirasakan oleh Murdoko
yang menganggap gaji pemerintahan dirasa kecil sehingga untuk menambah
mengatakan teknik yang digunakan adalah usang, tidak ekonomis dan tidak
hidup sesuai dengan nilai kontrak.Bob Hasan, yang secara singkat menjabat
sebagai menteri industri dan perdagangan pada tahun 1998, telah
dipertanyakan oleh Kantor Kejaksaan Agung sejak Februari atas kasus
ini.Didampingi sekretarisnya Andi Darussalam, golf-teman mantan Presiden
Soeharto mengatakan ia tidak keberatan untuk menjadi dinyatakan sebagai
tersangka dalam penyelidikan korupsi."" Saya harus sesuai dengan prosedur
hukum, "" katanya setelah interogasi "." Selain itu, ini adalah negara hukum
"," tambahnya.Bob Hasan telah diungkapkan pada kesempatan lain bahwa
peneliti pemerintah juga menanyakan tentang kasus korupsi yang melibatkan
Soeharto.Kantor Kejaksaan Agung telah memanggil mantan presiden untuk
appearon Kamis dan menjawab pertanyaan tentang pengelolaan miliaran
dolar dana milik yayasan amal yang dipimpin.Kejaksaan Agung Soehandoyo
juru bicara kepada The Jakarta Post thatBob Hasan tidak memiliki pengacara
pada Selasa malam."" Kami akan bertanya padanya tentang ini, "" katanya,
menambahkan bahwa pertanyaan akan terus pada hari Rabu.
Hasan sering subyek tuduhan korupsi sebagai hasil dari transaksi bisnis dan
kontrol dari banyak industri Indonesia, setelah Soeharto mengundurkan diri
pada
1998,
serangkaian
penilaian
pengadilan
menemukan
bukti
dipenjara
di penjara
Cipinang dan
kemudian
di
lebih
aman Nusa
"Ada penyebutan-penyebutan peristiwa ataupun orang tetapi oleh pengadilan dianggap tidak
relevan karena tidak berada dalam kurun waktu tempus delekti kejadian. Saya kira cukup fair,"
kata Amir kepada para wartawan di halaman Istana Negara, Jakarta, Jumat.
Amir juga menilai persidangan berjalan secara terbuka dan transparan. Pertimbanganpertimbangan yang disampaikan hakim juga dapat diterima. Sebelumnya, terkait vonis ini,
Istana Kepresidenan tidak memberikan komentar resmi.
"Kami menjaga tradisi untuk tidak membuat komentar terhadap sebuah keputusan pengadilan.
Presiden tidak boleh berpendapat dengan membuat penilaian atas keputusan hakim yang
prosesnya berlangsung secara terbuka di depan publik. Biarlah, pihak-pihak yang memiliki
otoritas seperti kejaksaan dan para ahli hukum untuk membicarakan dan menempuh tindakan
hukum yang relevan," kata Staf Khusus Presiden Bidang Komunikasi Politik Daniel Sparringa.
Selain kurungan penjara, Nazarudin, yang dinilai terbukti melakukan tindak pidana korupsi
dengan menerima suap berupa cek senilai Rp 4,6 miliar dari PT Duta Graha Indah, diharuskan
membayar denda sebesar Rp 200 juta yang dapat diganti empat bulan kurungan.
Putusan itu lebih ringan dari tuntutan jaksa Komisi Pemberantasan Korupsi yang meminta
Nazaruddin dihukum tujuh tahun penjara ditambah denda Rp 300 juta subsider enam bulan
kurungan. Majelis hakim menilai, Nazaruddin terbukti melanggar Pasal 11 Undang-Undang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sesuai dengan dakwaan ketiga.
kasus
kebangkrutan
perusahaan
pakaian
Skycamping
terlalu
tinggi
aset
perusahaan
sebesar
Rp
10
miliar.
Bank Nasional Indonesia dan kantor pajak telah dihargai aset perusahaan
sebesar Rp 25 miliar. Syarifuddin juga diperintahkan membayar Rp 150 juta
dalam denda atau melayani empat bulan tambahan di penjara. Jaksa menuntut
hukuman yang lebih keras, dengan alasan bahwa Syarifuddin telah
menyalahgunakan wewenangnya sebagai hakim. Majelis hakim yang
dipimpin oleh Gusrizal, tidak setuju, yang menyatakan bahwa, dalam posisi
pengawasan, Syarifuddin tidak mampu membuat keputusan, kata Mien
Trisnawati,
salah
satu
juri.
mengajukan
banding.
1945
dijalankan
oleh Mahkamah
Agung, Komisi
Yudisial,
demikian
keberadaan Menteri
Hukum
dan
Hak
Asasi
Legislatif (Legislathief)
Berdasarkan undang-undang dasar 1945 pasal 1 ayat 2 yang menjelaskan bahwa
MPR sebagai lembaga tertinggi negara yang mempunyai tugas sebagai kedaulatan
negara.
Dengan
memiliki
beberapa
kewenangan
atau
kekuasaan
yaitu
kewenangan untuk menetapkan dan mengubah UU sesuai pasal 3 dan 37 ayat UUD
1945 serta menetapkan garis-garis besar Negara.Selain MPRLembaga legislatif di
Indonesia juga meliputi DPR untuk pusat dan DPRD untuk tingkat provinsi dan
kabupaten / kota ditambah DPD sebagai perwakilan daerah. DPR-RI memiliki tugas
diantaranya membentuk undang-undang dan melakukan pengawasan (supervisi)
terhadap penggunaan APBN, namun apa yang terjadi apabila DPR menyalahgunakan
tugas, fungsi, dan kewenangannya? Alhasil yang terjadi adalah perbuatan pidana yang
sangat familiar saat ini, yaitu korupsi. Mungkin tidak berlebihan jika ada anggapan
bahwa ladang korupsi bukan hanya birokrasi dikalangan eksekutif yang akan saya
bahas kemudian, tetapi juga dikalangan legislatif. Mengapa tidak, sudah begitu banyak
anggota DPRD maupun DPR dihukum secara berjamaah dalam kasus tindak pidana
korupsi. Ketika mereka menjadi terperiksa / tertuduh, mereka ramai-ramai beralibi azas
praduga tak bersalah dan pembunuhan karakter, seolah-olah yang terlihat adalah
bahwa mereka dizalimi sekaligus bersembunyi dibalik azas yang paling terkenal dalam
hukum pidana itu. Anehnya, anggota DPR yang terperiksa dan terpidana itu selalu
memiliki anggapan yang sering disampaikan melalui media cetak atau media elektronik
sebagai permainan politik.
Dengan genggaman hak kontrol, seolah-olah membuat mereka memata-matai birokrasi
agar tidak salah dan tidak korup. Dengan menggenggam hak budgeting, seolah-olah
membuat mereka sangat tahu dan paham cara mengalokasikan anggaran negara
secara efisien dan efektif. Mungkin banyak kalangan yang terlena bahwa anggota DPR
merupakan sosok (yang katanya) bersih, cerdas, santun, bersahaja, dan terhormat.
Tapi, bagi saya hal itu sangat jauh. Hal yang menarik adalah, mereka (anggota DPR)
yang banyak tampil diberbagai media malah menuduh anggota DPR lainnya memiliki
kemewahan tiba-tiba.Pertanyaan mendasar,dari mana sumber kekayaan mendadak
bagi anggota DPR, terutama yang tidak berlatarbelakang pengusaha? Kemudian
bagaimana menjelaskan mereka tiba-tiba memiliki segudang proyek APBN? Apakah
mereka sekarang ini berani dengan pembuktian terbalik? Saya yakin, TIDAK. Tapi
apakah mereka mau dikatakan bersih? Saya yakin, YA.
Mari mencermati berbagai kasus. Misalnya kasus yang sedang hangat saat ini seperti
kasus Nazaruddin. Kasus tersebut adalah kasus mark up anggaran sehingga ada
bagian yang bisa digunakan dalam proses suap menyuap, dan lahir dari perselingkuhan
pembahasan anggaran, sehingga menjelma menjadi mata rantai kesewenangwenangan dalam memperlakukan anggaran negara. Contoh lain ialah kasus travel
check dalam pemilihan Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI) seperti yang
diungkapkan oleh mantan anggota Fraksi PDIP DPR-RI 1999 2004 Agus Condro
yang membuat banyak nama-nama terseret di dalamnya. Kasus-kasus seperti inilah
yang membuat mereka yang terlibat pantas diberi gelar sebagai anggota Legislathief.
Eksekutif (Eksekuthief)
Kekuasaan eksekutif dalam suatu negara ialah merupakan kekuasaan dimana
dijalankannya segala kebijakan-kebijakan yang telah ditetapkan badan legislatif dan
menyelenggarakan undang-undang yang telah diciptakan oleh badan legislatif. Akan
tetapi, dalam perkembangannya pada masa negara modern seperti saat ini kekuasaan
badan eksekutif jauh lebih luas karena kekuasaannya dapat pula mengajukan
rancangan undang-undang pada lembaga legislatif. Namun fakta yang terjadi adalah
lembaga eksekutif sebagai penyelenggara pemerintahan yang terdiri dari kementerian,
gubernur, bupati dan walikota, juga melakukan korupsi. Sama dengan legislatif,
kalangan eksekutif pun kebanyakan dari partai politik (parpol). Tanpa dukungan parpol
mereka tidak mungkin dapat menduduki kursinya sekarang, untuk memperoleh
dukungan dari parpol mereka membutuhkan dana. Karena parpol tidak akan menerima
mereka sebagai kadernya kalau tidak memberikan uang. Tiada uang tiada kursi.
Jumlah uang yang pernah terungkap untuk jabatan Gubernur DKI yang diminta oleh
sebuah parpol konon hingga mencapai Rp 40 milyar ! Sebuah jumlah yang fantastis,
tetapi toh masih ada orang yang berani memberikannya demi kedudukan gubernur
tersebut. Jadi, sudah jadi rahasia umum bahwa untuk mencalonkan diri sebagai
gubernur, bupati atau walikota, sejumlah uang dalam jumlah besar harus sudah
disiapkan. Uang itu akan masuk ke kas parpol yang akan mengusungnya. Media cetak
ternama yakni Kompas pada 20 Juni 2011 secara rinci menghadirkan daftar kerusakan
moral bangsa Indonesia dalam bentuk korupsi yang merasuk ke seluruh sendi
kehidupan bernegara kita. Menurut catatan Kompas ada 158 kepala daerah yang terdiri
atas gubernur, bupati, dan walikota yang tersangkut korupsi. Kita bisa membayangkan
bagaimana jalannya birokrasi kita yang dilakukan dengan semangat korupsi di kalangan
para eksekutif yang menjadi Eksekuthief dalam melayani masyarakat yang notabene
adalah rakyat yang memilihnya dahulu.
Contoh teraktual dari kasus yang berbau thief yang melibatkan kalangan Eksekutif
yakni
kasus
yang
menimpa
Kementerian
Tenaga
Kerja
dan
Transmigrasi
tersebut. Badan-badan itu adalah Mahkamah Agung, Mahkamah Konstitusi, dan Komisi
Yudisial.
Mahkamah Agung, sesuai Pasal 24 A UUD 1945, memiliki kewenangan mengadili
kasus hukum pada tingkat kasasi, menguji peraturan perundang-undangan di bawah
undang-undang terhadap undang-undang, dan mempunyai wewenang lain yang
diberikan oleh undang-undang.
Mahkamah Konstitusi, sesuai Pasal 24C UUD 1945, berwenang mengadili pada tingkat
pertama dan terakhir yang putusannya bersifat final untuk menguji undang-undang
terhadap Undang-undang Dasar, memutuskan sengketa kewenangan lembaga negara
yang kewenangannya diberikan oleh Undang-undang Dasar, memutus pembubaran
partai politik, dan memutus perselisihan tentang hasil pemilihan umum.
Komisi Yudisial, sesuai pasal 24B UUD 1945, bersifat mandiri dan berwenang
mengusulkan pengangkatan hakim agung dan mempunyai wewenang lain dalam
rangka menjaga dan menegakkan kehormatan, keluruhan martabat, serta perilaku
hakim.
Tidak jauh beda dengan dua lembaga yang sudah di bahas sebelumnya, lembaga
yudikatif sebagai lembaga penegak hukum pun tak terlepas dari godaan korupsi. Sudah
sangat banyak contoh kasus yang terjadi yang melibatkan hakim-hakim nakal di dalam
jajaran yudikathief yang menjadi sorotan publik. Seperti penangkapan hakim ad hoc di
Bandung, Imas Dianasari, oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) membuktikan
bahwa korupsi di lembaga peradilan sudah sangat sistemik. Artinya, orang sebersih
apapun
akan
tergoda
memanfaatkan
kekuasaannya
untuk
kepentingan
pribadi. Menurut pakar hukum pidana, Abdul Fickar Hadjar, peristiwa hakim ad hoc
tertangkap telah menghapuskan asumsi bahwa hakim ad hoc tidak selamanya bersih.
Karena itu dibutuhkan pengawasan yang ketat dari masyarakat terutama sipil dan pers,
karena Komisi Yudisial belum bisa diharapkan maksimal dalam menjalankan fungsinya.
Kasus korupsi di jajaran yudikathief yang lain ialah kasus yang menimpa hakim
Pengadilan Negeri Jakarta Pusat Syarifuddin Umar. KPK menetapkan Syarifuddin
sebagai tersangka dugaan suap untuk memuluskan perkara penjualan aset perusahaan
garmen PT Skycamping Indonesia (SCI), yang dinyatakan pailit. Aset tersebut berupa
dua bidang tanah di Bekasi senilai Rp 16 miliar dan Rp 19 miliar. Ketua Perhimpunan
dari
Legislathief,
Eksekuthief,
dan
Yudikathief.
Diawali
dengan
mempunyai
jiwa
kejujuran
karena
kejujuranlah
yang
dapat
memberantas korupsi. Apabila individual kita memiliki jiwa kejujuran maka kasus
korupsi di negeri ini akan semkin berkurang bahkan perlahan akan mampu
terselesaikan.
Pemerintah juga harus tegas memberikan hukum terhadap orang yang tersandung
kasus korupsi. Kalau perlu berikan hukuman yang berat agar dapat membuat jera
orang-orang yang tersandung korupsi.
Selanjutnya adalah agama. Di mana setiap agama mengajarkan kepada pemeluknya
untuk melakukan kebaikan dan melarang melakukan kejahatan.Kita menemukan
pendidikan tentang agama secara intens hanya pada pesentren, madrasah, atau yang
sejenisnya di agama lain.Jika pendidikan agam lebih diperbanyak dan secara kontinyu,
pastinya akan memberikan dampak yang cukup baik untuk menjadikan manusia
menjadi lebih baik. Baik dari segi pengetahuan umum, maupun pengetahuan agama.
SOLUSI LAIN :
Solusi Radikal
Korupsi merupakan extra ordinary crime, maka penanganannya harus dengan cara radikal. Jadi,
'hukuman mati' untuk koruptor harus dilegalkan. Meskipun belum ada terdakwa kasus korupsi
dijatuhi hukuman mati, tapi suatu saat pasal ini akan efektif dan harus diberlakukan di Indonesia.
Sehingga, hukuman mati menjadi solusi jitu untuk memberantas korupsi. Jika tak ada
pemberlakuan hukuman mati kepada koruptor, dan hukuman yang diberikan kepada mereka
terlalu ringan, maka hal itu pasti tidak akan menimbulkan efek jera. Untuk itulah, perlu
pembenahan sistem hukum, sehingga tidak ada lagi yang berani melakukan korupsi.
Pembenahan itu terkait banyaknya koruptor yang divonis bebas. Apalagi, banyak koruptor
mendapat fasilitas mewah di dalam tahanan.
Sistem penggajian yang layak. Aparat pemerintah harus bekerja dengan sebaik-baiknya. Dan
itu sulit berjalan dengan baik bila gaji mereka tidak mencukupi. Para birokrat tetaplah manusia
biasa.
Larangan menerima suap dan hadiah. Hadiah dan suap yang diberikan seseorang kepada
aparat pemerintah pasti mengandung maksud tertentu, karena buat apa memberi sesuatu bila
tanpa maksud di belakangnya, yakni bagaimana agar aparat itu bertindak menguntungkan
pemberi hadiah.
Teladan pemimpin. Pemberantasan korupsi hanya akan berhasil bila para pemimpin, terlebih
pemimpin tertinggi, dalam sebuah negara bersih dari korupsi. Dengan takwa, seorang pemimpin
melaksanakan tugasnya dengan penuh amanah.
Fenomena korupsi di negara-negara berkembang juga menimbulkan masalah baru. Yaitu, ekspor korupsi dari
negara maju ke negara berkembang. Pengusaha di negara maju, seperti Singapura dan Amerika Serikat, bisa
saja bersih di negara asalnya. Tapi, saat berbisnis di negara berkembang, mereka justru lebih kotor daripada
pengusaha lokal. Pemberian sejumah uang suap kepada pejabat di tingkat lokal dianggap sebagai sesuatu
yang wajar dan menjadi biaya yang wajib dibayarkan untuk memenangi suatu kontrak atau tender.
Penerapan transparansi dan akuntabilitas di dalam sektor swasta merupakan salah satu kunci untuk mencapai
masyarakat yang terbebas dari korupsi. Hal tersebut juga diamanatkan dalam Konvensi Perserikatan BangsaBangsa untuk Pemberantasan Korupsi-United Nation Convention Against Corruption (UNCAC) yang di dalam
pasal 12 mengatur tentang kewajiban setiap negara untuk mencegah terjadinya korupsi di sektor swasta.
Krisis ekonomi global telah membuka mata semua orang tentang pentingnya penerapan transparansi dan
akuntabilitas di sektor swasta. Praktik bisnis yang kotor dalam sektor swasta ternyata memberi efek domino
yang merugikan kepentingan publik secara langsung. Praktik spekulan bursa saham, penghindaran pajak, dan
disinformasi oleh pebisnis swasta mengakibatkan kerugian besar yang dalam krisis ini dirasakan langsung
masyarakat luas.
Skandal di perusahaan Enron, Global Crossing, dan WorldCom yang terjadi di Amerika Serikat beberapa tahun
lalu merupakan contoh penipuan (fraud) yang dilakukan perusahaan swasta. Skandal tersebut memberikan
efek bola salju ke seluruh dunia dan korporasi global serta merusak kepercayaan publik tentang integritas
bisnis.
Hal yang sama terjadi di Indonesia. Selama ini banyak pihak yang lebih berfokus pada persoalan korupsi di
sektor publik. Secara faktual sektor publik di Indonesia memang masih marak dengan korupsi, namun tidak
berarti sektor swasta bersih. Pada kenyataannya, praktik penjualan ke dalam dan kolusi yang terjadi dalam
sektor perbankan di Indonesia pada 1998 dianggap sebagai salah satu penyebab terjatuhnya Indonesia dalam
krisis ekonomi. Skandal Bank Century merupakan contoh terbaru yang sangat relevan tentang kasus penipuan
(fraud) oleh sektor swasta di Indonesia.
Indonesia adalah salah satu negara yang meratifikasi UNCAC pada 2006. Karena itu, selayaknya di Indonesia
perhatian terhadap korupsi dalam sektor swasta mulai ditingkatkan. Contoh-contoh kasus di atas menunjukkan
secara jelas urgensi perhatian masyarakat dalam konteks pemberantasan korupsi di sektor swasta.
Sektor swasta sesungguhnya bisa memainkan peran dalam pemberantasan korupsi dengan mengupayakan
agar sektor swasta tidak ikut-ikutan korupsi dengan melakukan kongkalikong dengan aparat atau pejabat
publik. Namun, untuk mencapai itu, terlebih dahulu penegakan hukum harus berjalan. Lembaga penegak
hukum, seperti Komisi Pemberantasan Korupsi dan kejaksaan, harus mulai memprioritaskan kasus korupsi di
sektor swasta. Selain itu, sektor swasta bisa berperan dalam mendukung upaya pencegahan korupsi dengan
proaktif melaporkan tindakan-tindakan korupsi atau suap kepada aparat penegak hukum. (*)
Emerson Yuntho, wakil koordinator Badan Pekerja Indonesia Corruption Watch (ICW)
tulisan ini disalin dari Jawa Pos, 14 Oktober 2009