Anda di halaman 1dari 9

EUTHANASIA DALAM PERSPEKTIF ISLAM

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan


Pendidikan Baitul Insani
Fakultas kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta

Diajukan oleh:
Astri Khaerunisa Putri
J500 1000 45

Program Kepaniteraan Klinik Fakultas Kedokteran


Universitas Muhammadiyah Surakarta
2014
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Euthanasia secara bahasa berasal dari bahasa Yunani yaitu eu yang
berarti baik dan thanatos yang berarti kematian. Dalam bahasa Arab,
euthanasia dikenal dengan istilah qatl ar-rahma atau al mawt. Menurut istilah
kedokteran, euthanasia berarti tindakan untuk meringankan kesakitan atau
penderitaan yang dialami seseorang yang akan meninggal juga berarti
mempercepat kematian seseorang yang dalam kesakitan dan penderitaan hebat
menjelang kematiannya.
Dalam praktik kedokteran, euthanasia terbagi menjadi dua yaitu
eutanasia aktif dan eutanasia pasif. Eutanasia aktif adalah suatu tindakan
dokter

mempercepat

proses

kematian

pasien

dengan

memberikan

suntikan/obat ke dalam tubuh pasien tersebut. Alasan yang umum


dikemukakan dokter ialah pengobatan yang diberikan kepada pasien tidak
mengurangi keadaan sakitnya. Hal ini dikarenakan penyakit yang diderita
memang sudah parah dan hanya akan memperpanjang penderitaan pasien.
Eutanasia pasif (taisir al-maut al-munfail) adalah tindakan dokter yang
menghentikan pemberian bantuan medis atau obat. Penghentian pengobatan
ini berarti mempercepat kematian pasien. Misalnya menghentikan alat
penompang kehidupan.
Syariat Islam adalah hukum dan aturan Islam yang mengatur seluruh
sendi kehidupan umat Muslim. Syariah Islam merupakan hukum dan aturan
yang mampu mengatasi seluruh persoalan kehidupan di segala waktu dan
tempat. Maka oleh penganut agama islam, syariat islam merupakan panduan
seluruh permasalahan hidup dunia. Begitu pula masalah eutanasia yang
termasuk dalam masalah yang terpengaruh dari dampak modernisasi.
B. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk meninjau penanganan dan
memberikan informasi kasus euthanasia dalam sudut perspektif islam.
C. Manfaat Penulisan
Manfaat penulisan makalah ini adalah untuk memberikan penjelasan
bagaimana menghadapi kasus euthanasia dalam sudut pandang islam.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Euthanasia
Euthanasia artinya mati yang baik tanpa melalui proses kematian
dengan rasa sakit atau penderitaan yang berlarut-larut . Pengertian euthanasia
termasuk kata benda yang berarti tindakan mematikan orang untuk
meringankan penderitaan orang yang sekarat . Dalam istilah medis, euthanasia
berarti membantu mempercepat kematian agar terbebas dari penderitaan.
Euthanasia adalah usaha dan bantuan yang dilakukan untuk
mempercepat kematian seseorang yang menurut perkiraan sudah hampir

mendekati kematian, dengan tujuan meringankan atau membebaskannya dari


penderitaannya.
B. Macam-macam euthanasia
Euthanasia dapat dibagi dua macam, yaitu euthanasia aktif dan
euthanasia pasif. Euthanasia aktif (positif) adalah apabila seorang dokter
melihat pasiennya dalam keadaan penderitaan yang sangat berat karena
penyakitnya yang sangat sulit disembuhkan dan menurut pendapatnya
penyakit terssebut akan mengakibatkan kematian dan karena rasa kasihan
terhadap si penderita ia melakukan penyuntikan untuk mempercepat
kematiannya.
Euthanasia pasif (negatif) adalah apabila dokter tidak memberikan
bantuan secara aktif untuk mempercepat proses kematian si pasien. Jika
seorang pasien menderita penyakit dalam stadium terminal, yang menurut
dokter sudah tidak bisa lagi disembuhkan, maka kadang-kadang pihak
keluarga tidak tega melihat seorang anggota kelurganya berlama-lama
menderita dirumah sakit, lalu meminta kepada dokter untuk menghentikan
pengobatannya. Akibatnya si penderita meninggal.
C. Hukum euthanasia dalam Islam
Dalam agama Islam, yang mana terdapat petunjuk mengenai kematian
yang akan dihadapi oleh manusia ditegaskan bahwa semua bentuk kehidupan
ciptaan Allah akan mengalami kebinasaan, kecuali Allah sendiri sebagai Sang
Pencipta. Syariat Islam menghormati dan menjunjung tinggi hak hidup bagi
manusia. Setiap perbuatan menghilangkan hidup (nyawa), baik oleh orang lain
maupun oleh diri sendiri dilarang dengan tegas dalam al-Quran dan alSunnah.

Dalam kitab suci al-Quran banyak ayat-ayat yang melarang pembunuhan,


bahkan mengancamnya dengan hukuman. Ayat-ayat tersebut antara lain:
1. QS an-Nisa ayat 92 :

.

Artinya : dan tidak boleh seorang mukmin membunuh orang mukmin


yang lain, kecuali karena kesalahan. Barangsiapa membunuh orang
mukmin karena kesalahan, maka ia wajib memerdekakan hamba sahaya
yang mukmin dan membayar diyat yang diserahkan kepada keluarganya,
kecuali jika mereka (keluarga terbunuh) menyedekahkannya .
2. Q.S an-Nisa ayat 93 :

Artinya : Barangsiapa membunuh orang mukmin dengan sengaja maka
balasannya ialah neraka jahannam, ia kekal didalamnya. Allah
mengutuknya dan menyediakan baginya siksaan yang pedih.
3. Dalam Hadits-Hadits Nabi saw larangan pembunuha ini dipertegas oleh
Rasulullah saw, antara lain:
Dari Ibnu Masud ra, ia berkata, Rasulullah saw bersabda:
, : , ,
) , ,
Artinya : Tidak halal darah seseorang yang bersyahadat, kecuali dengan
salah satu dari tiga perkara yaitu janda atau duda yang berzina, orang yang

melakukan pembunuhan dan orang yang meninggalkan agamanya dan


memisahkan

diri

dari

jamaah

(H.R

Bukhari

dan

Muslim).

Disamping melarang untuk melakukan pembunuhan terhadap orang


lain, syariat Islam juga melarang untuk melakukan perbuatan bunuh diri,
sebagaimana disebutkan dalam al-Quran surat al-Baqarah ayat 195 yang
artinya Dan bernafkanlah kamu pada jalan Allah dan janganlah kamu
lemparkan

dirimu

kedalam

kebinasaan

dan

berbuat

baiknya,

sesungguhnya Allah suka kepada orang orang yang berbuat baik . (Q.S
al-Baqarah : 195).
Dalam ayat lain Allah berfirman pula yang artinya sebagai berikut :
Artinya : Dan janganlah kamu membunuh dirimu sendiri, sesungguhnya
Allah sangat sayang kepadamu (Q.S an-Nisa : 29).
D. Euthanasia dalam berbagai Aspek
1. Aspek Hukum
Undang-undang yang tertulis dalam KUHP Pidana hanya melihat dari
dokter sebagai pelaku utama euthanasia, khususnya euthanasia aktif yang
dianggap sebagai suatu pembunuhan berencana, atau dengan sengaja
menghilangkan nyawa seseorang. Sehingga dalam aspek hukum, dokter
selalu berada pada pihak yang dipersalahkan dalam melakukan tindakan
euthanasia tanpa melihat latar belakang dilakukannya tindakan tersebut.
2. Aspek Ilmu Pengetahuan
Pengetahuan

dalam

bidang

kedokteran

dapat

memperkirakan

kemungkinan keberhasilan dalam upaya tindakan medis untuk mencapai


kesembuhan atau pengurangan penderita pasien.

3. Aspek Agama
Kelahiran dan kematian merupakan hak dari Tuhan sehingga tidak ada
seorangpun didunia ini yang mempunyai hak untuk memperpanjang atau
memperpendek umurnya sendiri. Dokter dapat dimasukkan dalam kategori
melakukan tindakan dosa karena mengingkari takdir Tuhan.

BAB III
PENUTUP
Menurut ajaran Islam, bahwa sakit yang menimpa seseorang itu dapat
menghapuskan dosa. Meskipun demikian, bukan berarti penyakit yang menimpa
seseorang itu dibiarkan saja tanpa upaya pengobatan karena agama Islam
memerintahkan untuk megobati setiap penyakit yang menimpa manusia. Menurut alImam al-Syaukani bahwa penyakit yang oleh dokter telah dinyatakan tidak ada
obatnya sekalipun, tak ada upaya untuk mengupayakan pengobatannya .
Apabila dokter mengatakan, bahwa penyakit tersebut sudah tidak bisa disembuhkan
atau keadaanya sudah masuk dalam stadium terminal dan pihak pasien atau
keluarganya dengan bebarapa pertimbangan meminta atau menyetujui dihentikannya
upaya pengobatan, maka penghentian pengobatan pasien tersebut akhirnya
meninggal. Dalam situasi dan kondisi yang demikian, tindakan yang bisa dilakukan
adalah bersabar dan tawakkal serta berdoa kepada Allah.

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari ayat-ayat dan Hadits Hadits tersebut diatas dapat disimpulkan
bahwa euthanasia khususnya euthanasia aktif dimana seorang dokter
melakukan upaya aktif membantu untuk mempercepat kematian seorang
pasien, yang menurut perkiraannya sudah tidak dapat bertahan hidup,
meskipun atas permintaan si pasien maupun keluarganya dilarang menurut
Syariat Islam, karena perbuatan tersebut tergolong dalam pembunuhan
dengan sengaja. Oleh sebab itu , tindakan euthanasia menurut hukum Islam
dianggap sebagai perbuatan terlarang dan hukumnya adalah haram.
B. Saran
Dalam menghadapi kasus euthanasia, sebaiknya kita sebagai manusia
dan terutama sebagai umat Islam lebih memprioritaskan kelangsungan hidup
penderita euthanasia tersebut walaupun secara logika kehidupannya sudah
tidak dapat dipertahankan lagi, karena setiap manusia sudah memiliki
takdirnya masing-masing dalam menghadapi kematian.

Anda mungkin juga menyukai