Diajukan oleh:
Astri Khaerunisa Putri
J500 1000 45
A. Latar Belakang
Euthanasia secara bahasa berasal dari bahasa Yunani yaitu eu yang
berarti baik dan thanatos yang berarti kematian. Dalam bahasa Arab,
euthanasia dikenal dengan istilah qatl ar-rahma atau al mawt. Menurut istilah
kedokteran, euthanasia berarti tindakan untuk meringankan kesakitan atau
penderitaan yang dialami seseorang yang akan meninggal juga berarti
mempercepat kematian seseorang yang dalam kesakitan dan penderitaan hebat
menjelang kematiannya.
Dalam praktik kedokteran, euthanasia terbagi menjadi dua yaitu
eutanasia aktif dan eutanasia pasif. Eutanasia aktif adalah suatu tindakan
dokter
mempercepat
proses
kematian
pasien
dengan
memberikan
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Euthanasia
Euthanasia artinya mati yang baik tanpa melalui proses kematian
dengan rasa sakit atau penderitaan yang berlarut-larut . Pengertian euthanasia
termasuk kata benda yang berarti tindakan mematikan orang untuk
meringankan penderitaan orang yang sekarat . Dalam istilah medis, euthanasia
berarti membantu mempercepat kematian agar terbebas dari penderitaan.
Euthanasia adalah usaha dan bantuan yang dilakukan untuk
mempercepat kematian seseorang yang menurut perkiraan sudah hampir
diri
dari
jamaah
(H.R
Bukhari
dan
Muslim).
dirimu
kedalam
kebinasaan
dan
berbuat
baiknya,
sesungguhnya Allah suka kepada orang orang yang berbuat baik . (Q.S
al-Baqarah : 195).
Dalam ayat lain Allah berfirman pula yang artinya sebagai berikut :
Artinya : Dan janganlah kamu membunuh dirimu sendiri, sesungguhnya
Allah sangat sayang kepadamu (Q.S an-Nisa : 29).
D. Euthanasia dalam berbagai Aspek
1. Aspek Hukum
Undang-undang yang tertulis dalam KUHP Pidana hanya melihat dari
dokter sebagai pelaku utama euthanasia, khususnya euthanasia aktif yang
dianggap sebagai suatu pembunuhan berencana, atau dengan sengaja
menghilangkan nyawa seseorang. Sehingga dalam aspek hukum, dokter
selalu berada pada pihak yang dipersalahkan dalam melakukan tindakan
euthanasia tanpa melihat latar belakang dilakukannya tindakan tersebut.
2. Aspek Ilmu Pengetahuan
Pengetahuan
dalam
bidang
kedokteran
dapat
memperkirakan
3. Aspek Agama
Kelahiran dan kematian merupakan hak dari Tuhan sehingga tidak ada
seorangpun didunia ini yang mempunyai hak untuk memperpanjang atau
memperpendek umurnya sendiri. Dokter dapat dimasukkan dalam kategori
melakukan tindakan dosa karena mengingkari takdir Tuhan.
BAB III
PENUTUP
Menurut ajaran Islam, bahwa sakit yang menimpa seseorang itu dapat
menghapuskan dosa. Meskipun demikian, bukan berarti penyakit yang menimpa
seseorang itu dibiarkan saja tanpa upaya pengobatan karena agama Islam
memerintahkan untuk megobati setiap penyakit yang menimpa manusia. Menurut alImam al-Syaukani bahwa penyakit yang oleh dokter telah dinyatakan tidak ada
obatnya sekalipun, tak ada upaya untuk mengupayakan pengobatannya .
Apabila dokter mengatakan, bahwa penyakit tersebut sudah tidak bisa disembuhkan
atau keadaanya sudah masuk dalam stadium terminal dan pihak pasien atau
keluarganya dengan bebarapa pertimbangan meminta atau menyetujui dihentikannya
upaya pengobatan, maka penghentian pengobatan pasien tersebut akhirnya
meninggal. Dalam situasi dan kondisi yang demikian, tindakan yang bisa dilakukan
adalah bersabar dan tawakkal serta berdoa kepada Allah.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari ayat-ayat dan Hadits Hadits tersebut diatas dapat disimpulkan
bahwa euthanasia khususnya euthanasia aktif dimana seorang dokter
melakukan upaya aktif membantu untuk mempercepat kematian seorang
pasien, yang menurut perkiraannya sudah tidak dapat bertahan hidup,
meskipun atas permintaan si pasien maupun keluarganya dilarang menurut
Syariat Islam, karena perbuatan tersebut tergolong dalam pembunuhan
dengan sengaja. Oleh sebab itu , tindakan euthanasia menurut hukum Islam
dianggap sebagai perbuatan terlarang dan hukumnya adalah haram.
B. Saran
Dalam menghadapi kasus euthanasia, sebaiknya kita sebagai manusia
dan terutama sebagai umat Islam lebih memprioritaskan kelangsungan hidup
penderita euthanasia tersebut walaupun secara logika kehidupannya sudah
tidak dapat dipertahankan lagi, karena setiap manusia sudah memiliki
takdirnya masing-masing dalam menghadapi kematian.