Anda di halaman 1dari 15

s

MAKALAH
PERANCANGAN ALAT PROSES

SUSUN OLEH :

1.

Andriane Arlin

( 03101403008 )

2.

Tri Wulan Damayanti

( 03101403009 )

3.

Rizka Novarina

( 03101403025 )

Dosen Pengasuh :
LEILY NURUL KOMARIAH, ST, MT

FURNACE

FAKULTAS
UNIVERSITAS

TEKNIK
SRIWIJAYA

SUMATERA SELATAN
2009/2010

DI

BAB I
DESKRIPSI (TEORI)
Furnace adalah sebuah peralatan yang digunakan untuk melelehkan logam untuk
pembuatan bagian mesin (casting) atau untuk memanaskan bahan serta mengubah bentuknya
(misalnya rolling/penggulungan, penempaan) atau merubah sifat-sifatnya (perlakuan panas).
Furnace adalah alat yang berfungsi untuk memindahkan panas yang dihasilkan dari
proses pembakaran bahan bakar dalam suatu ruangan ke fluida yang dipanaskan melalui pipapipa pembuluh yang berada di sekitar ruang pembakaran furnace tersebut. Tujuan
perpindahan panas hasil pembakaran ke fluida yang dipanaskan tersebut adalah agar dicapai
kondisi operasi (suhu) yang diinginkan oleh proses berikutnya dalam suatu peralatan lain atau
langsung sebagai produk jadi.
Furnace merupakan struktur bangunan berdinding plat baja yang bagian dalamnya di
lapisi oleh material batu bahan api, batu isolasi untuk menahan kehilangan panas ke udara
melalui dinding dapur. Dapur akan dapat beroperasi dengan efisien yang tinggi bila : Terjadi
reaksi pembakaran yang sempurna, Panas pemabakaran bahan baker dapat diterima dengan
merata oleh fluida, Udara berlebih yang optimum, Aliran fluida di dalam pipa-pipa pembuluh
dalam keadaan bersih, Permukaan luar/dalam dari pipa-pipa pembuluh dalam keadaan bersih,
Memperkecil panas yang hilang lewat dinding dapur, Mengoptimalkan panas yang hilang
lewat gas asap, Udara pembakaran dengan temperature yang tinggi (dengan memakai Air Pre
Heater).
JENIS-JENIS FURNACE
Furnace secara luas dibagi menjadi dua jenis berdasarkan metoda pembangkitan
panasnya yaitu: furnace pembakaran yang menggunakan bahan bakar, dan funace listrik yang
menggunakan listrik. Furnace pembakaran dapat digolongkan menjadi beberapa bagian
seperti ditunjukkan dalam Tabel 1 yaitu :
Tabel 1 : Klasifikasi furnace
Metode klasifikasi
Jenis dan contoh
Jenis bahan bakar yang digunakan
Dibakar dengan minyak
Dibakar dengan gas
Dibakar dengan batubara
Cara pengisian bahan
Berselang (intermittent)/ Batch
Berkala
Penempaan
Penggulungan ulang/ re-rolling (batch/pusher)
Pot
Kontinyu
Pusher

Cara perpindahan panas


Cara pemanfaatan kembali limbah
panas

Balok berjalan (walking beam)


Perapian berjalan (walking hearth)
Continuous recirculating bogie furnaces
Furnace perapian berputar/ rotary hearth furnace
Radiasi (tempat perapian terbuka)
Konveksi (pemanasan melalui media)
Rekuperatif
Regeneratif

1. Forging furnace (furnace penempaan)


Furnace penempaan digunakan untuk pemanasan awal bilet dan ingot untuk
mencapai suhu tempa. Suhu furnace dicapai pada sekitar 1200 sampai 1250 oC.
furnace penempaan menggunakan sistim perapian terbuka dan hampir seluruh
panasnya ditransmisikan oleh radiasi. Bebannya biasanya adalah 5 sampai 6 ton
dengan operasi tungku 16 sampai 18 jam setiap harinya.
2. Furnace re-rolling mill
a) Jenis batch
Furnace jenis kotak digunakan sebagai re-rolling mill jenis batch. furnace ini
terutama digunakan untuk pemanasan skrap, ingot dan bilet kecil yang beratnya 2
sampai 20 kg untuk rerolling. Bahan dimasukkan dan dikeluarkan secara manual
dan hasil akhirnya berupa batang/rod, strips, dll. Suhu operasinya sekitar 1200C.
b) Jenis pusher kontinyu
Aliran proses dan siklus operasi jenis pusher kontinyu sama dengan furnace jenis
batch. Suhu operasinya sekitar 1250C. Umumnya, furnace ini beroperasi selama
8 sampai 10 jam dengan keluaran hasil 20 sampai 25 ton per hari. Penyerapan
panas oleh bahan dalam furnace tergolong lambat dibanding dengan jenis batch.
3. Continuous reheating furnace
Dalam pemanasan ulang/ reheating yang kontinyu, stok baja membentuk aliran bahan
yang kontinyu dan dipanaskan sampai mencapai suhu yang dikehendaki ketika bahan
ini berjalan melalui furnace. Continuous reheating furnace dapat dikategorikan
dengan dua metoda pengangkutan bahan yang melalui furnace :
a) Stok dijaga bersama membentuk aliran bahan yang didorong menuju furnace.
Furnace semacam ini disebut furnace jenis pusher (pendorong).
b) Stok ditempatkan pada perapian yang bergerak/ moving hearth atau struktur
penopang yang mengangkut baja menuju furnace. furnace terdiri dari balok
berjalan, perapian berjalan, Continuous recirculating bogie furnaces dan rotary
hearth furnace.
Tabel 2: membandingkan jenis utama Continuous reheating furnace yang digunakan
di industri (Diambil dari The Carbon Trust, 1993 and BEE,2005)
Jenis
furnace pusher

Deskripsi

Ciri-ciri utamanya :
1. Furnace memiliki perapian padat, namun dalam banyak hal pusher
digunakan untuk memuat dan mengeluarkan stok bahan yang bergerak pada
(rel) luncur dengan bantuan air dingin.
2. Furnace ini biasanya memiliki perapian yang miring mengarah ke ujung
pengeluaran dengan panjang 35 meter yang terbagi menjadi lima zona pada
furnace dengan pembakaran dibagian puncaknya.
3. Pembakaran furnace oleh burners terletak pada ujung pengeluaran tungku,
atau pada puncak dan/atau bagian bawah
4. Ujung pengeluaran tungku memiliki cerobong dengan sebuah recuperator
untuk pemanfaatan kembali limbah panas.
Keuntungan 1. Biaya pemasangan dan perawatannya rendah (dibanding furnace dengan
perapian yang bergerak/ moving hearth furnace)
2. Keuntungan dari pembakaran pada puncak dan bawah:
a. Pemanasan stok lebih cepat
b. Perbedaan suhu dalam stok rendah
c. Waktu tinggal stok berkurang
d. Panjang tungku lebih pendek (dibanding dengan furnace perapian padat/
solid hearth furnaces)
Kerugian
1. Kehilangan energi pendinginan air dari skid/ peluncur dan struktur
penopang stok pada tungku pembakar bagian puncak dan bawah
2. Pengeluaran harus disertai dengan pemasukan
3. Ukuran/berat stok dibatasi oleh gesekan/ friksi dan kemungkinan
penumpukan stok
4. furnace memerlukan fasilitas untuk mengosongkan keseluruhannya
5. Penurunan kualitas oleh (a) tanda fisik oleh skid atau skid mark (b)
perbedaan suhu sepanjang stok yang disebabkan oleh penopang
berpendingin air pada bagian puncak dan bawah furnace pembakar
Gambar

Figure 1. Pusher Furnace (The Carbon Trust, 1993)


Jenis
Deskripsi

Furnace balok berjalan (Walking beam furnace)


Furnace ini beroperasi sebagai berikut:
1. Stok ditempatkan pada daerah stasioner
2. Balok yang berjalan dinaikkan dari bawah untuk menaikan stok
3. Balok berjalan dengan stok bergerak maju
4. Balok berjalan direndahkan pada ujung furnace untuk me letakkan stok
pada daerah stasioner
5. Stok dikeluarkan dari furnace dan balok berjalan kembali ke jalan masuk
furnace
Pada mulanya suhu terbatas pada 10000C namun model yang baru mampu
mencapai 11000C

keuntungan

Kerugian

1. Mengatasi banyak masalah dari furnace pusher (skid mark , penumpukan


stok, pengisian/pe ngeluaran)
2. Memungkinkan untuk memanaskan permukaan bawah dari stok
menghasilkan waktu pemanasan stok yang lebih pendek dan memendekan
panjang furnace dan dengan begitu mengendalikan laju panas yang lebih
baik, suhu pe ngeluaran stok yang seragam dan operasi yang fleksibel
1. Kehilangan energi yang tinggi melalui pendinginan air (dibanding walking
hearth furnaces/ furnace dengan perapian berjalan)
2. Kebanyakan furnace berada dibawah mill; hal ini dapat mengakibatkan
hambatan untuk beberapa penggunaan.
3. Kadangkala bila mekanisme operasi balok memerlukan pembakaran dari
samping, akan mengakibatkan pemanasan stok yang tidak seragam

Gambar

Figure 2. Walking Beam Furnace (The Carbon Trust 1993)


Jenis

furnace bogie dengan sirkulasi ulang kontinyu (Continuous recirculating bogie


furnaces)
Deskripsi
furnace memiliki bentuk terowongan panjang dan sempit dengan rel
didalamnya dan bekerja sebagai berikut:
a. Stok bahan ditempatkan pada bogie (gerobak beroda) dengan perapian
refraktori
b. Beberapa bogie bergerak seperti sebuah kereta api yang mengelilingi
seluruh panjang furnace melalui furnace
c. Stok dikeluarkan pada ujung pengeluaran dan bogie kembal ke ujung
pengisisan furnace
Keuntungan Cocok untuk stok kompak yang bervariasi ukuran dan geometrisnya
Kerugian
1. Stok dalam bogie harus mengalami siklus pemanasan dan pendinginan dan
pemanasan lagi
2. Kehilangan panas tangki penyimpan melalui pemanasan dan pendinginan
bogies
3. Penutup sil untuk celah diantara bogies dan shell tungku yang tidak
mencukupi, kesulitan dalam membuang kerak, dan kesulitasn dalam
pembakaran yang melintas perapian yang sempit yang disebabkan oleh
bentuk furnace yang panjang dan sempit
Gambar

Figure 3. Continuous Re-circulating Bogie Furnace (The Carbon Trust,


1993)
Jenis
Deskripsi

furnace perapian berputar (rotary hearth furnace)


Jenis tungku yang baru-baru ini dikembangkan adalah yang menyusul tungku
bogie. Dinding dan atap tungku tetap stasioner sementara perapian bergerak
dalam suatu lingkaran pada bingkai penggulung, membawa stok. Gas yang
sudah dipanaskan bergerak dalam arah yang berlawanan dengan perapian dan
gas-gas buang dibuang dekat pintu pengisian. Suhunya dapat mencapai 1300 oC
Keuntungan 1. Cocok untuk stok yang bervariasi ukuran dan geometrisnya
2. Mengurangi kehilangan panas penyimpanan dibanding dengan Furnace
bogie
Kerugian
1. Rancangannya lebih rumit dengan bentuk annular dan perapian yang
memutar
2. Kemungkinan masalah logistik dalam tata letak beberapa rolling mills dan
penempaan disebabkan dekatnya lokasi dengan posisi pengisian dan
pembuangan
Gambar

Figure 4. Rotary Hearth Furnace (The Carbon Trust, 1993)

BAB II
GAMBAR

Gambar 5: Komponen-komponen furnace (The Carbon Trust, 1993)


Seluruh furnace memiliki komponen-komponen seperti yang ditunjukkan dalam Gambar 5
(Carbon Trust, 1993):
1. Ruang refraktori dibangun dari bahan isolasi untuk menahan panas pada suhu operasi
yang tinggi.
2. Hearth (perapian untuk menyangga atau membawa baja, yang terdiri dari bahan
refraktori yang didukung oleh sebuah bangunan baja, sebagian darinya didinginkan oleh
air
3. Burners yang menggunakan bahan bakar cair atau gas digunakan untuk menaikan dan
menjaga suhu dalam ruangan. Batubara atau listrik dapat digunakan dalam pemanasan
ulang/ reheating tungku.
4. Cerobong digunakan untuk membuang gas buang pembakaran dari ruangan
5. Charging and discharging doors digunakan untuk pemuatan dan pengeluaran muatan.
Peralatan bongkar muat termasuk roller tables, conveyor, mesin pemuat dan pendorong
furnace

BAB III
TAHAPAN PERANCANGAN ALAT

Berikut ini adalah algoritma perancangan suatu unit fired heater/furnace:


1. Pilih diameter yang sesuai dengan diameter tabung minyak dingin kecepatan dengan
kecepatan 5-6 ft/sec. Carilah jarak center-to-center ratio tabung. Tentukan efisiensi
termal yang dikehendaki. Angka ini mungkin perlu dimodifikasi setelah jumlah tube
diperoleh.
2. Tentukan Excess Combustion Air (kelebihan udara yang digunakan). Hitung jumlah
panas yang diserap (total heat absorbed) dari data-data yang diberikan, yaitu entalpi
proses inlet dan outlet serta panas reaksi.
3. Tentukan panas yang dikeluarkan [Heat absorbed/efficiency]. Asumsikan bahwa 75 %
panas diserap di zona radian. Hitung Average Radiant Heat Flux, biasanya antara
8000 20.000 Btu/hr.ft2. angka ini juga perlu dimodifikasi, jika hitungan pada step
ke-28 telah dilakukan
4. Tentukan Tube Surface yang dibutuhkan dari panas yang diserap dan dari radiant
flux. Saat sisi proses dari perancangan ini dibuat, jumlah tube yang dibutuhkan akan
diketahui dan tidak perlu penghitungan ulang.
5. Ambillah jarak sekitar 20 ft antara tepi tube. Panduan kasar untuk dimensi
furnace adalah dibutuhkan sebesar 4 cuft/sqft dari luas area perpindahan panas di
radiant, tetapi kriteria utama adalah ruang yang cukup untuk menghindari timpaan
api.
6. Pilihlah panjang tube antar 30 dan 60 ft dan sejenisnya sehingga membuat box
menjadi seimbang. Panjang tube yang terekspos dan panjang shell dari furnace itu
adaah 1,5 ft lebih pendek dari pada panjang sesungguhnya.
7. Pilih jumlah Shield Tube antara zona radian dan konveksi sehingga kecepatan flue gas
sekitar 0.3 0.4 lb/sec.(sqr ft cross section). Convective tube biasanya berbentuk
sirip2 (finned). Hitung cold plane area, Acp. Hitung refractory area, Aw.
8. Diperolehlah nilai absorptivitas, , dari persamaan 5. Untuk shiled tube nilai = 1.
Hitung jumlah dari produk dari area dan absorptivitas pada zona radian [.As]. Hitung
nilai Beam Length, untuk bentuk box nilainya diperkirakan sebesar = 2/3 (volum
furnace) 1/3.
9. Hitung partial pressure dari flue gas (CO2 dan H2O). Hitung nilai PL yang bisa
diperoleh dari langkah ke-18 dan 19. Hitung Mean tube wall temperature.
10. Hitung temperatur gas yang meninggalkan radiant Zone, Tg. Empat persamaan yang
digunakan pada tahap 22 dihitung secara simultan dengan suatu nilai tebakan untuk

memperoleh temperatur keluaran dari si gas. Kemungkinan diperlukan metode


Newton-Raphson. Biasanya nilainya berada antara 1500 -1800 F
11. Setelah dipeoleh, hitunglah nilai panas yang diabsorb (Qr). Hitung heat flux. Dengan
menggunakan neraca panas, hitung temperatur inlet dan outlet dari aliran prosesnya.
Hitung Qs/Qn yang merupakan fungsi dari temperatur stack gas (Ts) seperti pada
persamaan 4 . Hitung temperatur rata-rata dari gas film di zona konveksi, Tf.
12. Pilihlah jarak tube padan zona konveksi sehingga mass velocity nya G= 0,3 0,4
lb/sqr ft (free cross section). Hitung over all heat transfer coefficient. Hitung area
perpindahan panas pada zona konveksi

BAB IV
PERTIMBANGAN PERTIMBANGAN ILMIAH

1. Semakin tinggi temperatur furnace, maka semakin meningkatkan kristalinitas,


transmitan, dan semakin menurunkan ukuran partikel AZO yang terbentuk.
2. Tingkat kristalinitas dan transmitan yang paling optimum terjadi pada konsentrasi
doping sebesar 2%
3. Semakin tinggi konsentrasi prekusor, maka semakin meningkatkan transmitan.
Semakin rendah konsentrasi prekusor, maka semakin kecil ukuran partikel. Sementara
kristalinitas terbaik dicapai pada konsentrasi prekusor 0,5 Molar.
4. Semakin rendah laju alir udara sebagai carrier gas, maka semakin meningkatkan
kristalinitas, transmitan, dan semakin menurunkan ukuran partikel.
5. Penggunaan aditif urea dapat digunakan sebagai salah satu cara untuk menurunkan
ukuran partikel AZO, tetapi menghasilkan transmitan dan kristalinitas yang rendah.
6. Pada kondisi operasi temperatur furnace 900C, konsentrasi doping 2%, konsentrasi
prekusor 0,1 M, dan laju alir udara 2 liter/menit menghasilkan produk partikel yang
optimum untuk memenuhi tingkat kristalinitas, persen transmitan, dan ukuran partikel
yang kecil.
7. Hampir seluruh furnace menggunakan bahan bakar cair, bahan bakar gas atau listrik
sebagai masukan energinya.
8. furnace induksi dan busur/arc menggunakan listrik untuk melelehkan baja dan besi
tuang
9. furnace pelelehan untuk bahan baku bukan besi menggunakan bahan bakar minyak
10. furnace yang dibakar dengan minyak bakar hampir seluruhnya menggunakan minyak
11. furnace, terutama untuk pemanasan kembali dan perlakuan panas bahan.
12. Minyak diesel ringan (LDO) digunakan dalam tungku bila tidak dikehendaki adanya
sulfur.
13. Idealnya furnace harus memanaskan bahan sebanyak mungkin sampai mencapai suhu
yang seragam dengan bahan bakar dan buruh sesedikit mungkin.
14. Kunci dari operasi furnace yang efisien terletak pada pembakaran bahan bakar yang
sempurna dengan udara berlebih yang minim.
15. furnace beroperasi dengan efisiensi yang relatif rendah (serendah 7%), karena suhu
operasi yang tinggi dalam furnace.
BAB V
PERSAMAAN DAN CONTOH PERHITUNGAN

Efisiensi furnace meningkat bila persentase panas yang dipindahkan ke stok atau
beban dibagian dalam furnace meningkat. Efisiensi furnace dapat dihitung dengan dua cara,
sama halnya dengan boiler yaitu : metoda langsung dan metoda tidak langsung. Kedua
metoda tersebut diterangkan dibawah ini.
1. Metoda langsung
Efisiensi furnace dapat ditentukan dengan mengukur jumlah panas yang diserap oleh
stok dan membaginya dengan jumlah total bahan bakar yang dipakai.

Jumlah panas (Q) yang akan dipindahkan kestock dihitung dengan rumus: Q= m x Cp (t1 t2)
t1= Suhu akhir stok dalam oC

Dimana, Q= Besarnya panas stok dalam kKal


Cp= Panas jenis stok rata-rata dalam kKal /kg oC

M= Berat stok dalam kg

t2= Suhu stok mula- mula sebelum masuk tungku dalam oC


2. Metoda tidak langsung
Efisiensi furnace dapat juga ditentukan melalui metoda tidak langsung. Prinsipnya
sederhana yaitu : kehilangan panas dikurangkan dari panas yang dipasok ke furnace.
Tabel 3. Effisiensi panas untuk furnace industri yang umum (BEE 2005)
Jenis furnace
1) furnace dengan Suhu Rendah
a. 540 980 oC (Jenis batch)
b. 540 980 oC (Jenis kontinyu)
2) furnace dengan Suhu Tinggi
a. Pusher, Rotary
b. Penempaan batch

Effisiensi panas dalam persen


20-30
15-25
7-15
5-10

Contoh perhitungan efisiensi furnace


Hitung efisiensi furnace pemanas ulang dengan pembakaran menggunakan minyak
dengan metoda langsung dan tidak langsung menggunakan data dibawah ini.
Suhu operasi

: 1340 oC

Suhu gas buang keluar setelah pemanas awal

: 750 oC

Suhu ambien

: 40 oC

Suhu udara yang diberi pemanasan awal

: 190 oC

Specific gravity bahan bakar minyak

: 0,92

Pemakaian bahan bakar minyak rata-rata

: 400liter/jam=368 kg/jam

Nilai kalor minyak

: 10000 kKal/kg

Persentase O2 rata-rata dalam gas buang

: 12 persen

Kadar air dalam 1 kg bahan bakar minyak

: 0,15 kg

H2 dalam 1 kg bahan bakar minyak

: 0,1123 kg

Udara teoritis yang diperlukan untuk membakar 1 kg minyak

: 14 kg

Berat stok

: 6000 kg/jam

Panas jenis bilet

: 0,12 kKal/kg/0C

Ketebalan dinding tungku (D)

: 460 mm

Saluran keluar ekstraksi bilet (X)

:1mx1m

Suhu permukaan rata-rata zona pemanasan dan Soaking

: 122 oC

Suhu permukaan rata-rata area selain zona pemanasan dan soaking : 80 oC


Luas area zona pemanasan dan Soaking

: 70,18 m2

Luas area selain zona pemanasan dan soaking

: 12,6 m2

Perhitungan dengan metoda langsung


Panas yang masuk sebesar 400 liter per jam. Specific gravity bahan bakar digunakan untuk
merubah besaran diatas menjadi kg. Oleh karena itu: 400 l/jam x 0,92 kg/l = 368 kg/jam
Panas yang keluar dihitung dengan rumus = m x Cp x T
= 6000 kg x 0,12 kKal/kg/0C x (1340oC 40oC)
= 936000 kKal
Efisiensinya dengan rumus = (panas masuk/panas keluar ) x 100%
= [(936000kKal / (368kg x 10000kal)] x 100% = 25,43 persen
Perkiraan kehilangan panas = 100% 25% = 75%
Perhitungan Metoda tidak langsung
Kehilangan panas yang berbeda dihitung seperti dibawah ini.
a) Kehilangan panas dalam gas buang

Massa udara yang dipasokkan

Udara berlebih (EA):

= (1 kg + EA/100%) x Udara teoritis

= O2 persen/ (21 O2 persen)

= (1 kg + 1,13) x 14 kg

= 12 / (21 12)

= 32,62 kg/kg bahan bakar minyak

= 133 %

Dimana:

m = berat gas buang (udara + bahan bakar)


= 32,62 kg + 1,0 kg
= 33,62 kg/kg minyak

Cp = panas jenis
%

Kehilangan

panas

T= perbedaan suhu
=

57,29%

b) Kehilangan panas dari kadar air dalam bahan bakar

Dimana: M= kg kadar air dalam 1 kg bahan bakar minyak


GCV= Nilai Kalor Kotor bahan bakar, kKal/kg
% Kehilangan panas =

Tfg= Suhu gas buang, 0C


Tamb = Suhu ambien, 0C
= 1,36%

c) Kehilangan dikarenakan hidrogen dalam bahan bakar

Dimana:

H2 = kg H2 dalam1 kg bahan bakar minyak


= 0,1123 kg/kg bahan bakar minyak

% Kehilangan panas =

= 9,13%

d) Kehilangan panas dikarenakan bukaan pada furnace

Faktor radiasi yang melewati bukaan dan radiasi black body dapat dicapai dari grafik standar
seperti yang ditunjukkan dalam Gambar 12 dan Gambar 13

Faktor radiasi (mengacu ke Gambar 12) = 0,71


Radiasi black body pada13400C (mengacu ke Gambar 13) = 36 kKal/kg/cm2/jam
Area bukaan adalah 100 cm x 100 cm = 10000 cm2
Emisivitas = 0,8

% Kehilangan panas dari bukan furnace =


= 5,56%
e) Kehilangan panas melalui kulit furnace
Untuk menentukan kehilangan panas yang melalui kulit furnace, pertama kehilangan
panas melalui atap dan sisi dinding dan melalui area lain harus dihitung secara terpisah.

1) Kehilangan panas melalui atap/langit-langit & dinding (zona pemanasan & soaking):
Total suhu permukaan rata-rata = 122oC
Kehilangan panas pada 122oC (Mengacu ke Gambar 14) = 1252 kKal /m2 jam
Total area zona pemanasan + soaking = 70,18 m2

Total kehilangan panas =

= 87865 kKal/jam

2) Kehilangan panas dari area selain zona pemanasan dan soaking


Total suhu permukaan rata-rata = 80oC
Kehilangan panas pada 80oC (Mengacu ke Gambar14) = 740 kKal /m2 jam
Total area = 12,6 m2

Total kehilangan panas =

= 9324 kKal/jam

% Kehilangan panas melalui kulit furnace =


= 2,64%
f) Kehilangan yang tidak terhitung
Kehilangan yang tidak terhitung tidak dapat dihitung kecuali kehilangan jenis lainnya
diketahui.
Efisiensi furnace
Dengan menjumlahkan kehilangan-kehilangan a sampai f memberikan kehilangan total:
a. Kehilangan gas buang
= 57,29 %
b. Kehilangan dikarenakan kadar air dalam bahan bakar = 1,36 %
c. Kehilangan dikarenakan H2 dalam bahan bakar
= 9,13 %
d. Kehilangan dikarenakan bukaan dalam tungku
= 5, 6 %
e. Kehilangan melalui kulit tungku
= 2,64 %
Total kehilangan

= 5,98 %

Efisiensi tungku dihitung melelui metoda tidak langsung = 100 75,98 = 24,02%

DAFTAR PUSTAKA
Bureau of Energy Efficiency, Ministry of Power, India. Energy Efficiency in Thermal
Utilities. 2005
Department of Coal, Government of India. Coal and Industrial Furnaces. 1985
Gilchrist J. D. Fuels, Furnaces and Refractories, Pergamon Press, 1977
Petroleum Conservation Resource Association, Ministry of Petroleum, Government of India.
Fuel Economy in furnaces and Waste heat recovery. www.pcra.org \
The Carbon Trust. Energy Efficiency Office, UK Government. Good Practice Guide 76
Continuous Steel Reheating Furnaces: Specification Design and Equipment. 1993.
www.thecarbontrust.co.uk/energy/pages/home.asp
Trinks, W. Industrial Furnaces (Vol-2). John Wiley and Sons Inc, New York, 1925
Vladimir B Ginzburg, Flat Rolling Fundamentals, provided by Marcel Dekker through the
Google Books Partner Program
William L Roberts, Hot Rolling of Steel, provided by Marcel Dekker through the Google
Books Partner Program
United Nations Industrial Development Organization (UNIDO) and Ministry of International
Trade and Industry (MITI), Japan. Output of seminar on energy conservation in iron
and steel industry. 1992
UA Department of Energy (US DOE), Waste Heat reduction & Recovery for Improving
Furnace

efficiency,

Productivity

&

Emissions

Performance.

http://eereweb.ee.doe.gov/industry/bestpractices/pdfs/35876.pdf

2004

Anda mungkin juga menyukai