Anda di halaman 1dari 13

Fraktur 1/3 Tengah Regio Antebrachii dengan Sindroma Kompartemen

Andrian Maulana (102012125), Winy Regina (102013076), Oktarita G. Nenobais


(102013126), William Geovanni (102013257), Novita Sari (102013269), Margarita Masneno
(102013317), Jennifer Crystalia (102013462), Syawaluddin Zulfitri Bin Zulkarnain
(102013492)
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jalan Arjuna Utara No. 6 Jakarta Barat
Grace.nenobais@yahoo.co.id
Abstrak
Fraktur tulang memiliki pengertian sehubungan dengan hilangnya kontinuitas tulang,
tulang rawan, dan tulang sendi. Pada kehidupan sehari-hari ada banyak hal yang dapat
menyebabkan fraktur, mulai dari kecelakaan lalu lintas, terjatuh, dsb. Fraktur tersebut dapat
disertai dengan sindrom kompartemen. Lokasi fraktur pun beragam, mulai dari fraktur pada
femur, regio antebrachii, dan tempat-tempat lainnya. Hal tersebut dapat dipastikan melalui
pemeriksaan fisik dan penunjang seperti rontgen dan laboratorium. Dalam fraktur ini juga
terdapat berbagai gejala klinis dan komplikasi. Tapi hal tersebut dapat ditangani dengan
tindakan bedah untuk menangani tulang yang fraktur tersebut maupun sindrom kompartemen.
Kata kunci: Fraktur, Antebrachii, Sindrom Kompartemen
Abstract
Bone fracture has a sense of continuity with respect to the loss of bone, cartilage, and joints.
In everyday life there are many things that can cause fractures, ranging from traffic accidents,
falls, etc. Fractures can be accompanied with compartment syndrome. Location fractures
were varied, ranging from fractures of the femur, antebrachii region, and other places. This
can be confirmed by physical examination and investigations such as X-ray and laboratory. In
this fracture there are also many clinical symptoms and complications. But it can be treated
with surgery to handle the fractured bone and compartment syndrome.
Keywords: Fracture, Antebrachii, Compartment Syndrome

Pendahuluan
Fraktur tulang memiliki pengertian sehubungan dengan hilangnya kontinuitas tulang,
tulang rawan, dan tulang sendi. Berdasarkan klasifikasi secara klinis fraktur dibagi menjadi
dua jenis yaitu fraktur terbuka dan fraktur tertutup. Fraktur terbuka adalah fraktur yang
berhubungan dengan lingkungan eksternal. Pada fraktur terbuka ujung tulang yang patah
menembus kulit hingga keluar dari bagian tubuh. Sebaliknya, fraktur tertutup adalah frakur
yang tidak berhubungan dengan lingkungan eksternal. Pada fraktur tertutup tulang yang patah
tidak menembus kulit dan tetap berada dalam bagian tubuh. 1 Pada kehidupan sehari-hari ada
banyak hal yang dapat menyebabkan fraktur, mulai dari kecelakaan lalu lintas, terjatuh, dsb.
Lokasi fraktur pun beragam, mulai dari fraktur pada femur, regio antebrachii, dan tempattempat lainnya.
Dalam kasus kali ini, terdapat kasus mengenai seorang laki-laki berusia 30 tahun yang
dibawa ke UGD RS dengan keluhan nyeri pada lengan bawahnya setelah terjatuh dari sepeda
motornya satu hari yang lalu. Setelah kecelakaan tersebut, keluarga pasien membawanya
kedukun patah tulang untuk diurut. Saat dibawa ke UGD, pasien mengeluh lengan kanananya
sangat nyeri dan tangan kanannya terasa baal.
Pembahasan
Anamnesis
Sebelum menegakkan diagnosis, diperlukan data dari anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan penunjang. Anamnesis ditanyakan identitas diri pasien, keluhan utama, riwayat
penyakit sekarang, dan riwayat penyakit dahulu. Pada identitas diri pasien ditanyakan nama,
usia, alamat, dan pekerjaan. Kemudian pada keluhan utama ditanyakan apa penyebab pasien
datang ke dokter. Jika fraktur, tanyakan adakah nyeri, bengkak, dan kemerahan di sekitar
sendi. Tanyakan juga lokasi fraktur dan kapan terjadi kecelakaan. Riwayat penyakit sekarang
ditanyakan apakah pernah berobat sebelumnya dan adakah perbaikan. Riwayat penyakit
dahulu ditanyakan apakah ada penyakit lain yang pernah diderita, misalnya hipertensi,
diabetes mellitus, penyakit hati dan lainnya yang dapat menjadi pertimbangan dalam
memberikan tatalaksana pada pasien dengan fraktur ini.1
Didapatkan hasil anamnesis sebagai berikut:

Usia
Keluhan Utama

: 30 thn
: Nyeri pada lengan kanannya setelah terjatuh
dari sepeda motor satu hari yang lalu
Jari-jari tangan kanan masih dapat digerakan

Keluhan Lain

Riwayat Penyakit Dahulu

akan tetapi terasa sangat nyeri


: Pasien mengalami trauma jatuh dari motor

Pengobatan yang telah dilakukan

satu hari yang lalu


: Urut di dukun patah tulang

Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik yang dapat dilakukan meliputi pemeriksaan tanda-tanda vital (nadi,
tekanan darah, suhu, dan pernapasan) dan pemeriksaan muskuloskeletal (inspeksi-look,
palpasi-feel, gerakan-moving). Inspeksi (look) ditujukan untuk melihat adanya deformitas
atau kelainan bentuk seperti bengkak, pemendekan, rotasi, dan perubahan warna kulit. Pada
palpasi (feel) akan dilihat jika ada nyeri tekan, krepitasi, status neurologis dan status vaskuler.
Adanyanya keterbatasan gerak pada saat dilakukan gerak secara aktif maupun pasif daerah
faktur menjadi salah satu peninjauan dari pemeriksaan gerakan (moving).2
Dari hasil pemeriksaan didapatkan:
Tanda-tanda vital

: Normal

Inspeksi

: edema (+), hyperemis (+), deformitas

Palpasi

: nyeri tekan (+), krepitasi (+), pulsasi a.Radialis Melemah

Gerakan

: Jari-jari tangan masih dapat digerakan, tetapi terasa sangat nyeri

Pemeriksaan Penunjang
Untuk mengetahui apakah pasien memiliki suatu penyakit atau tidak, diperlukan
beberapa pemeriksaan penunjang, seperti pemeriksaan radiograf untuk menunjukkan adakah
fraktur tulang. Pemeriksaan radiograf yang dipakai ialah rontgen antebrachii dextra AP/lateral
untuk melihat adakah pelebaran sendi radioulnar yang mengindikasikan kerusakan kompleks
dan subluksasi pada pergelangan tangan atau siku. Proyeksi lateral bagian distal radius
memperlihatkan kemiringan permukaan volar sebesar 10-250. Hilangnya kemiringan volar
mengindikasikan adanya fraktur radius distal. 1 Selain itu juga dengan melakukan scan tulang
untuk menunjukkan adakah fraktur stress. Pada hasil rontgen antebrachii dextra AP/lateral,
didapat kesan fraktur transversa antebrachii dextra 1/3 tengah dengan soft tissue swelling.3

Gambar 1. Hasil rontgen 1/3 tengan regio antebrachii


2. Pemeriksaan Laboratorium
Pada fraktur, pemeriksaan laboratorium yang perlu diketahui adalah Hb dan
hematokrit sering rendah akibat perdarahan, laju endap darah (LED) meningkat bila
kerusakan jaringan lunak sangat luas. 2
Working Diagnosis
Working Diagnosis yang diambil adalah fraktur tertutup regio antebrachii dekstra
tegah dengan kompartemen sindrom. Diagnosis ini dapat diambil atas dasar anamnesis,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang serta adanya gejala klinis yang sesuai. Dari
hasil anamnesis diperoleh informasi bahwa adanya riwayat trauma. Pada pemeriksaan fisik
ditemukan gejala-gejala klinis seperti nyeri, pembengkakan atau edema, adanya krepitasi, dan
pulsasi arteri radialis yang melemah. Tanda-tanda tersebut menunjukan adanya fraktur yang
disertai dengan sindroma kompartemen. Selain itu detemukan juga gejala lain seperti rasa
nyeri saat menggerakan jari-jari tangan. Pada pemeriksaan penunjang ditemukan adanya
fraktur di regio antebrachii dekstra tengah yang sangat menunjang diagnosis kerja.
Jenis-Jenis Fraktur pada Regio Antebrachii
1. Fraktur Galeazzi
Fraktur Galeazzi adalah fraktur ulna sepertiga-tengah atau proksimal dengan disertai
dislokasi caput radii. Fraktur ini dapat terjadi saat pasien jatuh dengan tangan terbuka yang
menahan badan, terjadi pula rotasi lengan bawah dalam posisi pronasi waktu menahan berat
badan yang memberi gaya supinasi. 5

Gambar 2. Fraktur Galeazzi


2. Fraktur Monteggia
Merupakan fraktur sepertiga proksimal ulna disertai dislokasi sendi radius ulna
proksimal. Fraktur tipe ini dibagi menjadi empat jenis. Tipe pertama merupakan fraktur 1/3
tengah atau proximal ulna dan disertai dislokasi anterior caput radius, jenis kedua frakrue 1/3
tengah atau proximal dan disertai dislokasi posterior caput radius, jenis ketiga fraktur ulna
distal dan jenis keempat adalah fraktur 1/3 proximal radii.5

Gambar 3. Fraktur Monteggia


3. Fraktur Smith
Fraktur Smith merupakan fraktur dislokasi ke arah anterior (volar), karena itu sering
disebut reverse Colles fracture. Fraktur ini biasa terjadi pada orang muda. Pasien jatuh
dengan tangan menahan badan sedang posisi tangan dalam keadaan volar fleksi pada
pergelangan tangan dan pronasi. 6

Gambar 4. Fraktur Smith

4. Fraktur Colles
Deformitas pada fraktur ini berbentuk seperti sendok (dinner fork deformity). Pasien
terjatuh dalam keadaan tangan terbuka dan pronasi, tubuh beserta lengan berputar ke dalam
(endorotasi). Tangan terbuka yang terfiksasi di tanah berputar keluar (eksorotasi/supinasi). 6

Gambar 5. Fraktur Colles

Etiologi
Tulang bersifat relatif rapuh namun mempunyai cukup kekuatan dan gaya pegas untuk
menahan tekanan. Fraktur dapat diakibatkan oleh beberapa hal, diantara dikarenakan
peristiwa trauma, peristiwa kelelahan, ataupun karena faktor patologis. Sebagian besar fraktur
disebabkan oleh kekuatan yang tiba-tiba berlebihan yang dapat berupa pemukulan,
penghancuran, perubahan pemuntiran, atau pun penarikan. Trauma tersebut bisa didapat dari
bermacam aktifitas seperti terjatuh, kecelakaan lalu lintas, dsb. Bila tekanan kekuatan
langsung tulang dapat patah pada tempat yang terkena dan jaringan lunak juga pasti akan ikut
rusak.
Patofisologi
Tulang matur terdiri dari 30% materi organik (hidup) dan 70% deposit garam. Materi
organik disebut juga matriks dan terdiri dari lebih dari 90% serabut kolagen dan kurang dari
10% proteoglikan (protein + polisakarida). Deposit garam terutama terdiri dari kalsium dan
fosfat. Matriks organik membuat tulang memiliki kekuatan resistensi terhadap tarikan yang
merenggangkan, sedangkan garam tulang membuat tulang memiliki kekuatan kompresi
(kemampuan menahan kompresi). 3
Fraktur tulang adalah patah pada tulang. Adapun istilah mengenai fraktur antara lain:

Fraktur komplet : Fraktur yang mengenai tulang secara keseluruhan.

Fraktur inkomplet: Fraktur yang mengenai tulang secara parsial.

Fraktur simple / tertutup : Fraktur yang tidak menyebabkan robeknya kulit

Fraktur compound / terbuka : Fraktur yang menyebabkan robeknya kulit.3

Fraktur terbuka dan fraktur tertutup dapat bersifat komplet atau inkomplet. Penyebab
fraktur tulang yang paling sering adalah trauma. Jatuh dan cedera olahraga adalah penyebab
utama fraktur traumatic.
Beberapa fraktur dapat terjadi setelah trauma minimal atau tekanan ringan apabila tulang
lemah. Hal ini disebut fraktur patologis. Fraktur ini sering terjadi pada lansia yang terkena
osteoporosis atau seseorang yang terkena tumor tulang, infeksi atau penyakit lain.
Jenis fraktur lain adalah fraktur stress / fatigue fracture yang terjadi pada tulang normal
karena stress tingkat rendah yang berulang. Hal ini terjadi pada seseorang yang memulai
aktivitas fisik yang baru; individu merasa mampu melakukan aktivitas melebihi tingkat
sebelumnya meskipun tulang mungkin tidak bisa menunjang peningkatan tekanan. Fraktur
stress terjadi biasanya pada pelari jarak jauh.
Ketika tulang patah, sel tulang mati. Perdarahan biasa terjadi di sekitar tempat patah dan
ke dalam jaringan lunak di sekitar tulang itu. Jaringan lunak biasanya rusak akibat cedera. Sel
darah putih dan sel mast berakumulasi sehingga menyebabkan peningkatan aliran darah ke
daerah tersebut. Fagositosis dan pembersihan debris/ sisa sel mati dimulai. Bekuan fibrin
(hematoma fraktur) terbentuk di tempat patah dan berfungsi sebagai jala untuk melekatnya
sel-sel baru. Aktivitas osteoblas segera terstimulasi dan terbentuk tulang baru imatur yang
disebut kalus. Bekuan fibrin direabsorbsi dan sel tulang baru mengalami remodeling untuk
membentuk tulang sejati. Tulang sejati menggantikan kalus dan perlahan-lahan mengalami
kalsifikasi. Penyembuhan butuh waktu beberapa minggu sampai beberapa bulan (fraktur pada
anak sembuh lebih cepat). Penyembuhan dapat terganggu atau terlambat apabila hematoma
fraktur atau kalus rusak sebelum tulang sejati terbentuk, atau apabila sel tulang baru rusak
selama kalsifikasi dan pengerasan. 3,7
Gejala Klinis9
Pasien mengalami nyeri dan spasme otot. Pada fraktur stress, nyeri biasanya
menyertai aktivitas dan berkurang saat istirahat. Sementara pada fraktur patologis, mungkin
tidak ada nyeri. Selain itu posisi tulang atau ekstremitas yang tidak alami akan tampak jelas
(deformitas) dan terjadi pembengkakan di sekitar lokasi fraktur. Adapun krepitus (bunyi

gemeretak) dapat terdengar saat tulang digerakkan karena ujung-ujung patahan tulang
bergeser satu sama lain. Selain itu, dapat pula terjadi gangguan sensasi (kesemutan) yang
menandakan adanya kerusakan saraf.
Hilangnya denyut nadi di sebelah distal menandakan adanya sindrom kompartemen
walaupun adanya denyut nadi tidak menyingkirkan gangguan ini.

Sindrom kompartemen

ditandai oleh kerusakan saraf dan pembuluh darah karena bengkak dan edema di daerah
fraktur. Pada pembengkakan intersitisial (wilayah berisi cairan yang mengelilingi sel-sel
suatu jaringan tertentu, juga dikenal sebagai ruang jaringan) yang intens, tekanan pada
pembuluh darah yang menyuplai daerah tersebut menyebabkan pembuluh darah akan kolaps.
Hal ini menimbulkan hipoksia jaringan dan kematian saraf yang mempersarafi daerah
tersebut dan biasanya akan timbul nyeri hebat. Akibatnya, pasien tidak bisa menggerakkan
jari tangannya atau kakinya. Sindrom ini biasanya terjadi di lengan. Risiko terjadinya
sindrom kompartemen paling besar terjadi jika trauma otot dengan patah tulang karena
pembengkakan yang terjadi akan hebat. Pemasangan gips pada ekstremitas fraktur yang
terlalu dini atau terlalu ketat dapat meningkatkan tekanan di kompartemen ekstremitas dan
menghilangkan fungsi secara permanen sehingga gips tersebut harus diangkat dan kadangkadang kulit ekstremitas dirobek. Pedoman evaluasi untuk memeriksa kemungkinan pasien
mengalami sindrom kompartemen adalah melihat adakah nyeri, pucat, parestesia dan
paralisis. Denyut nadi mungkin teraba atau mungkin tidak. 3
Komplikasi9
Komplikasi yang dapat terjadi pada fraktur tulang meliputi dua komplikasi utama
yakni komplikasi dini dan komplikasi lanjut. Komplikasi dini dapat meliputi kehilangan
darah, infeksi, emboli lemak, DVT, dan sindroma kompartemen. Komplikasi lanjut dapat
menyebabkan non-union, delayed union, malunion, dan terhambatnya pertumbuhan.
Kehilangan darah terjadi karena trauma yang menyebabkan fraktur terbuka dan
banyak darah yang hilang saat trauma berlangsung. Infeksi dapat terjadi terutama pada
fraktur terbuka. Sistem pertahanan tubuh rusak bila ada trauma pada jaringan. Pada trauma
orthopedic infeksi dimulai pada kulit (superficial) dan masuk ke dalam. Bisa terjadi oleh
karena penggunaan bahan lain dalam pembedahan seperti pin dan plat.
Emboli lemak adalah tetesan lemak yang masuk ke dalam pembuluh darah.
Faktor resiko terjadinya emboli lemak pada fraktur meningkat pada laki-laki usia 20-40 tahun
terutama bagi yang obesitas. Embolus lemak dapat timbul akibat pajanan sumsum tulang,
atau dapat terjadi akibat aktivasi sistem saraf simpatis yang menimbulkan stimulasi

mobilisasi asam lemak bebas setelah trauma. Embolus lemak yang timbul setelah patah
tulang panjang sering tersangkut disirkulasi paru karena ada robekan dari pembuluh balik
yang mempunyai daya tarik kembali terhadap darah-darah kotor yang keluar dari pembuluh
balik yang juga mengikutsertakan lemak yang dapat menimbulkan gawat napas dan gagal
napas
Deep Vein Thrombosis, trombosis vena dalam sering terjadi pada individu yang tidak
bergerak dalam jangka waktu yang lama karena trauma atau ketidakmampuannya bergerak
seperti pada lazimnya. Shock terjadi karena kehilangan banyak darah dan meningkatnya
permeabilitas kapiler yang bisa menyebabkan menurunnya oksigenasi.
Malunion, adalah suatu keadaan dimana tulang yang patah telah sembuh dalam posisi
yang tidak pada seharusnya, membentuk sudut atau miring. Kelainan penyatuan tulang
karena penyerasian yang buruk menimbulkan deformitas, angulasi atau pergeseran tulang dari
tempat yang normal. Delayed union adalah proses penyembuhan yang berjalan terus tetapi
dengan kecepatan yang lebih lambat dari keadaan normal. Nonunion, patah tulang yang tidak
menyambung kembali.
Gangren gas, Gas gangren berasal dari infeksi yang disebabkan oleh bakterium
saprophystik gram-positif anaerob yaitu antara lain Clostridium welchii atau clostridium
perfringens. Clostridium biasanya akan tumbuh pada luka dalam yang mengalami penurunan
suplai oksigen karena trauma otot. Jika kondisi ini terus terjadi, maka akan terdapat edema,
gelembung gelembung gas pada tempat luka. Tanpa perawatan, infeksi toksin tersebut dapat
berakibat fatal.
Selain komplikasi yang berdasarkan dari fraktur, sindroma kompartemen yang tidak
mendapatkan penangan dengan segera mungkin dan sebaik mungkin juga dapat menimbulkan
berbagai komplikasi.10 Beberapa komplikasinya antara lain: kegagalan dalam mengurangi
tekanan intrakompartemen dapat menyebabkan nekrosis jaringan, selama perfusi kapiler
masih kurang dan menyebabkan hipoksia pada jaringan tersebut.
Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Fraktur9
Penatalaksaaan secara umum yang dapat dilakukan antara lain mencari tanda-tnda
syok atau pendarahan dan melakukan pemeriksaan ABC (Airway Management, Breathing,
Circulation). Selain itu juga perlu untuk mencari trauma pada tempat lain yang berisiko
(kepala dan tulang belakang, iga dan pneumotoraks, femoral dan trauma pelvis). Setelah itu
dengan segara menghilangkan rasa nyeri (analgesik-antipiretik, opiat intravena, blok saraf,

gips, dan traksi), buat akses intravena dengan baik dan kirim golongan darah dan sample
untuk dicocokan. Untuk fraktur terbuka membutuhkan debridement, antibiotik dan profilaksis
tetanus.
Penatalaksaan secara definitif dapat diakukan dengan reduksi, imobilisasi, dan
rehabilitasi. Reduksi adalah penyambungan kembali tulang; penting dilakukan agar posisi
dan rentang gerak normal pulih. Sebagian besar reduksi dapat dilakukan tanpa intervensi
bedah (reduksi tertutup). Apabila diperlukan tindakan bedah untuk fiksasi (reduksi terbuka),
dapat dipasang pen atau sekrup untuk mempertahankan sambungan. Mungkin diperlukan
traksi untuk mempertahankan reduksi dan merangsang penyembuhan.
Imobilisasi dimaksudkan agar fraktur harus segera diimobilisasi agar hematom fraktur
dapat terbentuk dan untuk memperkecil kerusakan. Imobilisasi jangka-panjang dilakukan
setelah reduksi agar kalus dan tulang baru dapat terbentuk. Imobilisasi jangka-panjang
biasanya dilakukan dengan gips, traksi, fiksasi internal, fiksasi eksternal, bracing fungsional.
Rehabilitasi bertujuan untuk mengembalikan pasien ke tingkat fungsi seperti sebelum trauma
dengan fisioterapi dan terapi okupasi.

Gambar 6. Imobalisasi dengan plate screw


2. Penatalaksanaan Sindroma Kompartemen4
Menempatkan ekstremitas setinggi jantung untuk mempertahankan ketinggian
kompartemen yang minimal dan juga dapat dilakukan Fasciotomi jika tekanan intra
kompartemen >30 mmHg dan ada disfungsi neuromuskular.

Gambar 7.Fasciatomi
Untuk menghilangkan rasa nyeri akibat fraktur, pasien juga dapat diberikan Tramadol HCL
kapsul 50 mg 2x sehari.
Jika ada nyeri otot berikan Ibuprofen kaplet 200 mg 3x sehari. Kedua obat ini diminum
setelah makan untuk menghindari efek iritasi lambung. 4

Prognosis
Pada kasus fraktur, prognosisnya bergantung dari tingkat keparahan serta tata laksana
terhadap pasien dengan korban fraktur. Jika penanganannya cepat, maka prognosisnya akan
lebih baik. Begitu juga sebaliknya. Sedangkan dari tingkat keparahan, jika fraktur yang di
alami ringan, maka proses penyembuhan akan berlangsung dengan cepat dengan prognosis
yang baik. Tapi jikalau pada kasus yang berat prognosisnya juga akan buruk.bahkan jikalau
parah, tindakan yang dapat di ambil adalah cacat fisik hingga amputasi. Selain itu penderita
dengan usia yang lebih muda akan lebih bagus prognosisnya di banding penderita dengan
usia lanjut.
Preventif2
Pencegahan fraktur dapat dilakukan berdasarkan penyebabnya. Pada umumnya
fraktur disebabkan oleh peristiwa trauma benturan atau terjatuh baik ringan maupun berat.
Pada dasarnya upaya pengendalian kecelakaan dan trauma adalah suatu tindakan pencegahan
terhadap peningkatan kasus kecelakaan yang menyebabkan fraktur. Pencegahan dapat
dilakukan dengan upaya menghindari terjadinya trauma benturan, terjatuh atau kecelakaan
lainnya. Dalam melakukan aktifitas yang berat atau mobilisasi yang cepat dilakukan dengan
cara hati hati, memperhatikan pedoman keselamatan dengan memakai alat pelindung diri.

Kesimpulan
Fraktur tulang adalah hilangnya kontinuitas tulang dan kartilago. Gejala klinis yang
nampak berupa reaksi peradangan yaitu kemerahan, hiperemia dan nyeri, tampak deformitas.
Jika terdapat oedem, terjadi gangguan sensasi serta melemahnya denyut nadi, menandakan
adanya sindrom kompartemen. Penatalaksanaanya berupa tindakan non bedah dan bedah
(fasciotomi). Sementara itu penatalaksaan fraktur secara definitif berupa imobilisasi, reduksi
dan rehabilitasi. Prognosisnya baik jika pasien mendapatkan perawatan dengan tepat.

Daftar Pustaka
1.

Sudoyo AW, et al. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Jilid I. Ed 5. Jakarta: Interna

Publishing; 2009. h. 25-28.


2.

Suratun, Heryati, Manurung S, Raenah E. Klien gangguan sistem muskuloskeletal.

Jakarta: EGC; 2008.h.15-32.

3.

Pemeriksaan Rontgen & Ultrasonografi (USG) . 2009. Diunduh dari http://www.rsab-

harapankita.co.id/index.php?option=com_content&view=article&id=17&Itemid=136,

15

Maret 2014.
4.

Bickley S. Anamnesis. Bates Guide to physical examination and history taking.

International edition. 10th edition. Lippincott Williams & Wilkins. Wolters Kluwer Health.
2009.
5.

Simbardjo D. Kumpulan kuliah ilmu bedah. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas

Indonesia; 2004.
6.

Mahode AA, Halim MJ, Bourman V, Hartanto YB. Terapi dan rehabilitasi fraktur.

Jakarta: EGC; 2011.h.157-175.


7.

Rasjad C. Pengantar ilmu bedah ortopedi. Jakarta: Yarsif Watampone; 2007. h.355-61,

368-9.
8.

Grace PA, Borley NR. Gruendemann BJ, Fernsebner B. Buku ajar keperawatan

perioperatif. Jakarta: EGC; 2006.h.288-98.


9. Grace PA, Borley NR. At a glance ilmu bedah. Edisi ke-3. Jakarta: Erlangga; 2006.
10. Oman KS, Mclain JK, Scheetz LJ. Panduan belajar keperawatan emergensi. Jakarta:
EGC; 2008.h.305-16.

Anda mungkin juga menyukai