PENDAHULUAN
Pararaton dimulai dengan pendahuluan singkat mengenai bagaimana Ken
Arok mempersiapkan inkarnasi dirinya sehingga ia bisa menjadi seorang
raja. Diceritakan bahwa Ken Arok menjadikan dirinya kurban persembahan
(bahasa Sanskerta: yadnya) bagi Yamadipati, dewa penjaga pintu neraka,
untuk mendapatkan keselamatan atas kematian. Sebagai balasannya, Ken
Arok mendapat karunia dilahirkan kembali sebagai raja Singhasari, dan di
saat kematiannya akan masuk ke dalam surga Wisnu.
Janji tersebut kemudian terlaksana. Ken Arok dilahirkan
oleh Brahma melalui seorang wanita dusun yang baru menikah. Ibunya
meletakkannya di atas sebuah kuburan ketika baru saja melahirkan; dan
tubuh Ken Arok yang memancarkan sinar menarik perhatian Ki Lembong,
seorang pencuri yang kebetulan lewat. Ki Lembong mengambilnya
sebagai anak dan membesarkannya, serta mengajarkannya seluruh
keahliannya. Ken Arok kemudian terlibat
dalam perjudian, perampokan dan pemerkosaan. Dalam naskah
disebutkan bahwa Ken Arok berulang-kali diselamatkan dari kesulitan
melalui campur tangan dewata. Disebutkan suatu kejadian di Gunung
Kryar Lejar, di mana para dewa turun berkumpul dan Batara
Guru menyatakan bahwa Ken Arok adalah putranya, dan telah ditetapkan
akan membawa kestabilan dan kekuasaan di Jawa.
Pendahuluan Pararaton kemudian dilanjutkan dengan cerita mengenai
pertemuan Ken Arok dengan Lohgawe, seorang Brahmana yang datang
dari India untuk memastikan agar perintah Batara Guru dapat terlaksana.
ANALISIS NASKAH
Beberapa bagian Pararaton tidak dapat dianggap merupakan fakta-fakta
sejarah. Terutama pada bagian awal, antara fakta dan fiksi serta khayalan
dan kenyataan saling berbaur. Beberapa pakar misalnya C.C. Berg
berpendapat bahwa teks-teks tersebut secara keseluruhan supranatural
dan ahistoris, serta dibuat bukan dengan tujuan untuk merekam masa lalu
melainkan untuk menentukan kejadian-kejadian pada masa
depan. Meskipun demikian sebagian besar pakar dapat menerima pada
tingkat tertentu kesejarahan dari Pararaton, dengan memperhatikan
kesamaan-kesamaan yang terdapat pada inskripsi-inskripsi lain serta
sumber-sumber China, serta menerima lingkup referensi naskah tersebut
di mana suatu interpretasi yang valid dapat ditemukan.
Haruslah dicatat bahwa naskah tersebut ditulis dalam pemahaman
kerajaan masyarakat Jawa. Bagi masyarakat Jawa, merupakan fungsi
seorang raja untuk menghubungkan masa kini dengan masa lalu dan
masa depan; dan menetapkan kehidupan manusia pada tempatnya yang