Pengaruh Kebijakan Fiskal Dan Moneter Te
Pengaruh Kebijakan Fiskal Dan Moneter Te
Paper ini dibuat dalam pemenuhan terhadap mata kuliah General Business Environment
Magister Manajemen UGM dalam topik Monetary & Fiskal Policy (Mata kuliah ini diampu
oleh Prof. Wihana Kirana Jaya M.Soc.Sc., Ph.D.).
1. Pembukaan
Pengaruh Kebijakan Moneter dan Fiskal
Adanya hubungan imbal balik antara kebijakan moneter dan fiskal dengan bisnis karena
kebijakan moneter dan fiskal oleh pemerintah akan berpengaruh terhadap bisnis, dan
sebaliknya bisnis juga dapat mempengaruhi kebijakan moneter dan fiskal yang akan diambil
oleh pemerintah. Dalam paper ini akan dibahas dampak kebijakan fiskal dan moneter
terhadap industry ketenagalistrikan di Indonesia, khususnya terhadap PT PLN (Persero) Unit
Pembangkitan Jawa Bali, salah satu unit bisnis PT PLN (Persero) di bidang Pembangkitan.
Peluang dan ancaman yang muncul pada kedua isu tersebut akan diidentifikasi dan dikelola
dengan menciptakan strategi yang tepat untuk memaksimalkan peluang sekaligus
meminimalkan ancaman.
Profil PLN UPJB
PT PLN (Persero) Unit Pembangkitan Jawa Bali, selanjutnya disebut PLN UPJB, yang
berdiri sejak Juli 2011 merupakan salah satu unit bisnis PT PLN (Persero) yang dibangun
dalam rangka peningkatan efektivitas dan efisiensi pengendalian operasi dan pemeliharaan
serta untuk peningkatan kinerja dan percapaian target produksi pembangkit di Jawa-Bali
khususnya Program Percepatan Pembangunan Pembangkit 10.000 MW. PLN UPJB
melingkupi Sektor Pembangkitan Cilegon, Sektor Pengendalian Pembangkitan I (yang
mengelola aset PLTU Suralaya Unit 8, PLTU Labuan, dan PLTU Lontar), Sektor
Pengendalian Pembangkitan II (yang mengelola aset PLTU Palabuan Ratu, PLTU
Indramayu, dan PLTU Adipala), Sektor Pengendalian Pembangkitan III (yang mengelola aset
PLTU Rembang, PLTU Tanjung Awar-awar, PLTU Pacitan dan PLTU Paiton Unit 9), dan
Sektor Pengendalian Pembangkitan IV (yang mengelola aset PLTGU Muara Karang Blok 2,
PLTGU Tanjung Priok Blok 3, dan PLTGU Muara Tawar Blok 5). Gambar 1 menunjukkan
wilayah kerja PLN UPJB dalam Sistem Jawa Madura Bali (JAMALI) [1].
Dalam rangka peningkatan kinerja dan percapaian target produksi pembangkit di Jawa-Bali
khususnya Program Percepatan Pembangunan Pembangkit 10.000 MW, sebagai Asset
Manager1, PLN UPJB mengelola sistem asetnya dengan tujuan optimalisasi risiko, biaya dan
kinerja dengan pola pengusahaan sebagaimana pada Gambar 2 [1].
1
PLN UPJB sebagai Manajer Aset atas Unit Pembangkit 10.000 MW, dengan Operator Aset yaitu PT Indonesia
Power dan PT Pembangkitan Jawa Bali (Anak Perusahaan PT PLN (Persero)).
Misalkan terjadi situasi inflasi disertai dengan rendahnya output, maka kebijakan moneter
yang diambil yaitu penurunan atau pengurangan jumlah uang beredar dan menaikkan tingkat
suku bunga pinjaman bank. Kedua hal tersebut akan mengakibatkan penurunan pengeluaran
konsumsi dan investasi agregatif yang selanjutnya mengakibatkan penurunan inflasi,
walaupun tidak bisa menaikkan tingkat produksi nasional serta kesempatan kerja. [3]
Kebijakan moneter akan menaikkan atau menambah jumlah uang beredar selama
perekonomian mengalami resesi untuk merangsang pengeluaran, dan sebaliknya membatasi
dan mengurangi supplai uang selama masa-masa inflasi untuk mengerem pengeluaran.
Kebijakan Moneter Ekspansif adalah suatu kebijakan dalam rangka menambah jumlah uang
yang beredar. Kebijakan Moneter Kontraktif adalah suatu kebijakan dalam rangka
mengurangi jumlah uang yang beredar. Disebut juga dengan kebijakan uang ketat. [3]
Kebijakan moneter dapat dilakukan dengan menjalankan instrumen kebijakan moneter, yaitu
antara lain :
1.
2.
Fasilitas Diskonto
Fasilitas diskonto adalah pengaturan jumlah uang yang beredar dengan memainkan
tingkat bunga bank sentral pada bank umum. Bank umum kadang-kadang mengalami
kekurangan uang sehingga harus meminjam ke bank sentral. Untuk membuat jumlah uang
bertambah, pemerintah menurunkan tingkat bunga bank sentral, serta sebaliknya
menaikkan tingkat bunga demi membuat uang yang beredar berkurang.
3.
4.
Imbauan Moral
Himbauan moral adalah kebijakan moneter untuk mengatur jumlah uang beredar dengan
jalan memberi imbauan kepada pelaku ekonomi. Contohnya seperti menghimbau
perbankan pemberi kredit untuk berhati-hati dalam mengeluarkan kredit untuk
mengurangi jumlah uang beredar dan menghimbau agar bank meminjam uang lebih ke
bank sentral untuk memperbanyak jumlah uang beredar pada perekonomian.
Kebijakan Fiskal, merupakan kebijakan yang dilakukan pemerintah untuk mengendalikan
perekonomian dengan mengubah-ubah anggaran penerimaan dan pengeluaran pemerintah.
[4]
Menurut Farid Wijaya, Kebijakan Fiskal memiliki tujuan agar APBN seimbang. Hal ini
dicapai dengan merubah besarnya pajak dan/ atau pengeluaran pemerintah dengan tujuan
menstabilkan harga serta tingkat output maupun kesempatan kerja dan memacu atau
mendorong pertumbuhan ekonomi. Pemerintah melalui kebijakan fiskal, yaitu melalui
perubahan pajak dan pengeluarannya, dapat mempengaruhi tingkat kegiatan ekonomi yang
diukur dengan Produk Domestik Bruto (PDB), distribusi pendapatan, dan sebagainya.
Kebijakan fiskal dalam upaya untuk mencapai tingkat pendapatan atau output kesempatan
kerja penuh, serta stabilisasi tingkat harga (inflasi). [3]
Kebijakan fiskal memiliki dampak: (1) Kebijakan APBN surplus mempunyai impak
deflasioner, (2) Kebijakan APBN defisit memiliki impak ekspansioner, dan (3) Kebijakan
APBN seimbang mempunyai impak ekonomis yang ekspansioner dan terkendali. [3]
Macam-macam Kebijakan Fiskal
1.
Functional finance
2.
The managed
budget approach
3.
The stabilizing
budget
4.
Balance budget
approach
2. Pembahasan
Kebijakan Moneter BI
Sesuai Tinjauan Kebijakan Moneter Bank Indonesia, bulan Desember 2014, Kebijakan
Moneter yang diambil oleh Bank Indonesia yaitu: [5]
Mempertahankan BI Rate sebesar 7,75%, dengan suku bunga Lending Facility dan
suku bunga Deposit Facility masing-masing tetap pada level 8% dan 5,75%.
Tingkat suku bunga tersebut untuk memastika tekanan inflasi jangka pendek pasca
kebijakan realokasi subsidi BBM, selain itu diharapkan untuk mengendalikan deficit
transaksi berjalan kea rah yang lebih sehat.
Pembebasan
Bea
Masuk
atas
Impor
Barang
Modal
Pembangunan
dan
Tarif Tenaga Listrik, sebelumnya disebut dengan istilah Tarif Dasar Listrik (TDL), adalah tarif yang boleh
dikenakan oleh pemerintah untuk para pelanggan PT PLN (Persero).
meningkatkan
efisiensinya,
memperbaiki
kualitas
pelayanannya,
dan
Biaya penyediaan listrik dibagi atas parameter terkendali dan parameter tidak
terkendali. Parameter terkendali akan menjadi reward and punishment untuk
perusahaan. Sedangkan parameter tidak terkendali akan menjadi tanggung jawab
pemerintah dan pelanggan, contohnya yaitu: harga energi primer, kurs, inflasi,
pertumbuhan listrik, dan ketidaktersediaan energi primer. [9]
Dengan penerapan skema PBR, subsidi listrik tahun 2015 mengalami penurunan dari
Rp 94,26 triliun pada APBNP 2014 menjadi Rp 68,69 triliun pada RAPBN 2015 atau
mengalami penurunan sebesar Rp 25,57 triliun. [10]
2001
2002
2003
2004
2005
ALOKASI
2006
2007
REALISASI
2008
2009
2010
2011
Indikator Perekonomian
Keterangan: HBA yang ditetapkan Kementerian ESDM merupakan harga batubara untuk kesetaraan
nilai 6.322 kilokalori/kilogram (Kkal/Kg) dengan basis GAR (gross as recieved).
Source: BI [5]
10
JAN '12
FEB '12
MAR '12
APR '12
MEI '12
JUN '12
JUL '12
AGS '12
SEP '12
NOP '12
DES '12
JAN '13
FEB '13
MAR '13
MEI '13
JUL '13
AGS '13
SEP '13
OKT '13
NOP '13
DES '13
JAN '14
FEB '14
MAR '14
APR '14
MEI '14
JUN '14
JUL '14
AGS '14
SEP '14
Keterangan: HBA yang ditetapkan Kementerian ESDM merupakan harga batubara untuk kesetaraan
nilai 6.322 kilokalori/kilogram (Kkal/Kg) dengan basis GAR (gross as recieved).
Source: ESDM [12]
Harga acuan ditetapkan berdasarkan rata-rata harga pada indeks harga Indonesia Coal Index (ICI), Platss 59,
New Castle Export Index, dan New Castle Global Coal Index (GC). Formulanya, HBA = 25% ICC + 25%
Platss59 + 25% NEX + 25% GC
11
12
3. Analisa
Peluang
itu,
mengingat
besarnya
kebutuhan
pembangunan
infrastruktur
13
kesempatan
berbagai
pihak
untuk
berparisipasi
dalam
4. Kesimpulan
Atas peluang dan ancaman yang telah dijabarkan pada bagian sebelumnya, maka PLN UPJB
perlu mengambil beberapa inisiatif strategis berikut guna memaksimalkan benefit yang dapat
diambil dari peluang yang ada dan meminimalisir dampak ancaman yang mungkin diterima.
14
Daftar Pustaka
1. PT PLN (Persero) UPJB. 2014. Rencana Jangka Panjang Perusahaan 2014-2018.
2. Warijo Perry dan Solikin. 2003. Kebijakan Moneter di Indonesia. PPSK: Bank
Indonesia.
3. Faried Wijaya.2000. Seri pengantar Ekonomika Ekonomi Makro Edisi 3. BPFE,
Yogyakarta.
4. Rahardja Prathama dan Manurung Mandala. 2001. Teori Ekonomi Makro. Lembaga
Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta.
5. Bank Indonesia Bank Sentral Republik Indonesia. 2014. Tinjauan Kebijakan
Moneter: Ekonomi, Moneter, dan Keuangan Desember 2014.
6. http://www.pln.co.id/blog/pemerintah-terapkan-adjustment-tarif -listrik-di-tahun2015/
7. Pusat Data dan Informasi Energi dan Sumber Daya Mineral. 2012. Kajian Analisis
Isu-isu Sektor ESDM. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral.
8. Rasbin. 2014. Kebijakan Energi dan Subsidi Energi: Tantangan Pemimpin Baru
Indonesia. Pusat Pengkajian, Pengolahan Data dan Informasi Sekretariat Jendral DRP
RI.
9. Pusat Pengelolaan Risiko Fiskal Badan Kebijakan Fiskal. 2013. Kajian Efektivitas
Penugasan Public Service Obligation (PSO) kepada BUMN Sektor Energi:
Implementasi Performance-Based Regulatory (PBR) pada PT PLN (Persero).
Kementerian Keuangan.
10. Paramita Purwanto, Niken. 2014. Kebijakan Pengurangan Subsidi Listrik. Pusat
Pengkajian, Pengolahan Data dan Informasi Sekretariat Jendral DRP RI.
11. http://www.bps.go.id/
12. http://www.minerga.esdm.go.id/
13. http://www.esdm.go.id
15
16