Anda di halaman 1dari 7

POTENSI PANAS BUMI KANANDEDE KECAMATAN LIMBONG

KAB.LUWU UTARA
Nataniel C.J.Tappi
Penyelidik Bumi Madya Dinas Esdm Propinsi Sulawesi Selatan
I.PENDAHULUAN
Kebutuhan pada sektor energi hingga saat ini menjadi salah satu tulang punggung
dalam upaya dapat menopang laju pembangunan yang semakin genjar
dilaksanakan baik oleh pemerintah maupun elemen masyarakat lain. Salah satu
potensi sumber daya alam yang tersedia dalam kaitannya dengan upaya
penyediaan energi adalah terdapat sumber daya panas bumi (geothermal). Di
Sulawesi Selatan khususnya di beberapa kabupaten /kota diduga menyimpan
cadangan potensi panas bumi yang cukup besar.
Salah satu daerah di Sulawesi Selatan yang memiliki potensi Panas bumi adalah di
Kabupaten Luwu utara. Di Kabupaten Luwu utara khususnya yang berada di
Kecamatan Limbong; keberadaan panas bumi berdasarkan atas penyelidikan
sebelumnya berada di Desa Kanandede. Diharapkan dengan keterdapatan indikasi
panas bumi di daerah ini dapat menjadi peluang untuk memperoleh sumber energi
yang dapat dikembangkan lebih lanjut.
Beberapa kegiatan penyelidikan telah dilakukan di daerah ini menjadi bagian yang
tidak terpisahkan dalam mengungkap keberadan potensi panas bumi di daerah
Kanandede. Penyelidikan tersebut diantaranya adalah Van Bemellen (1949); Saiful
Bahri dan Muziel Alzwar (1975); T.O.Simanjuntak,dkk (1991); N. Ratman dkk (1993)
dan Tim Penyidik dari Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral (DIM) Bandung
(1992).
II. GEOLOGI DAERAH PENYELIDIKAN
Keadaan bentang alam daerah penyelidikan umumnya dapat dibagai atas bentuk
morfografi,morfogenetik. Berdasarkan keadaan tersebut maka daerah penyelidikan
sebagian besar merupakan; satuan Morfologi Pegunungan, Morfologi perbukitan.
Morfologi pegunungan memanjang ke arah utara hingga Sulawesi Tengah dan Kab.
Toraja Utara. Bentang alam ini menyebar di wilayah Kecamatan Seko, Rampi,dan

Limbong. Wilayah ini berada hingga ketinggian > 2000 meter diatas permukaan laut.
Batuan dasarnya berupa batuan gunungapi dan intrusi granit.

Gambar 1. Geomorfologi Daerah Penelitian


Satuan morfologi perbukitan mendiami pada daerah bagian selatan dan mengarah
ke timur. Satuan morfologi ini sebagian besar masih menampakkan bentuk aslinya.
Pada satuan morfologi tersebut sebagian telah berubah sebagai lahan pemukiman,
peladangan yang berpindah-pindah. Sungai-sungai yang bersumber di daerah
pegunungan mengalir melewati daerah ini terus ke daerah pedataran dan bermuara
di Teluk Bone. Pola alirannya dendrit.
Terdapatnya pola aliran subdendritik menyebabkan pembentukan air terjun
dibeberapa tempat,terutama di daerah pegunungan, aliran sungai yang deras, serta
dengan memperhatikan dataran yang agak luas di bagian selatan peta dan adanya
perkelokan sungai utama, semuanya menunjukkan morfologi dewasa.
Stratigrafi wilayah Kabupaten Luwu Utara dapat dilihat dalam Peta Geologi Regional
lembar Malili. Berdasarkan peta tersebut dijelaskan susunan batuan penyusun
Kabupaten Luwu Utara sekaligus menjadi dasar dalam komposisis batuan di daerah
panas bumi. Adapun satuan batuan yang terdapat di daerah ini adalah sebagai
berikut: Satuan Formasi Latimojong (TKI) satuan batuan ini terdiri dari batusabak,
kuarsit, filit, batupasir kuarsa, batuan malihan dan pualam. Batusabak berwarna
kelabu kehitaman, filit berwarna merah kecoklatan, kuarsit berwarna putih
kehijauan, mampat dan keras. Batuan malihan (batupasir dan batulempung)
umumnya berwarna putih kelabu sampai kecoklatan. Batulempung gampingan
berwarna kelabu muda, keras dan mengandung fosil.

Pualam berwarna putih kelabu;berbutir halus, keras dan mampat. Satuan batuan ini
diperkirakan berumur Kapur Akhir dengan lingkungan pengendapan pada laut
dalam.
Formasi Toraja (Tets) terdiri atas ;serpih batupasir sisipan konglomerat dan
batugamping. Batupasir kuarsa, berwarna putih kelabu muda, coklat kemerahan,
berbutir
sedang
kasar.
Konglomerat
kuarsa
berwarna
putih
kelabu;membundar tanggung-baik;komponennya berupa kuarsa dan sedikit sedimen
malihan. Serpih berwarna kelabu kecoklatan; setempat bersisipan batugamping
kelabu agak keras dan tak mengandung fosil. Batu lanau berwarna kelabu muda
sampai kelabu tua. Pelapukan berwarna merah kecoklatan. Batugamping bioklastik;
berwarna putih kehijauan sampai kelabu;pejal. Pelapukan batuan ini berwarna
merah dan berfosil. Satuan batuan ini diperkirakan berumur Eosen Tengah-Eosen
Akhir.

Gambar 2. Peta Geologi Daerah Penelitian


Satuan kompleks Pompangeo(MTmp); terletak di bagian timur ; penyebaran ke arah
utara - selatan. Satuan batuan tersebut merupakan satuan metamorf terdiri dari ;
sekis, geneiss, kuarsit dan filit. Penyebaran batuan ini cukup sulit membedakannya.
Hal ini disebabkan tingkat pelapukan batuan cukup tinggi, dimana singkapan yang
utuh jarang ditemukan.
Satuan Gunungapi Lamasi; satuan ini terletak di bagian tengah, barat daya dan di
bagian selatan. Penyebaran terpisah dan menempati wilayah perbukitan dan

pegunungan. tufa dan setempat xenolit dan tufa. Pada beberapa tempat
mengandung sulfide tembaga. Tufa berupa tufa hijau, tufa sela dan tufa lapilli.
Satuan batuan Gunungapi Lamasi diterobos oleh intrusi granit yang dapat
menyebkan terjadinya permineralan. Satuan batuan ini diambil dari anggota satuan
batugamping yang berumur Oligosen Miosen.
Satuan kompleks Pompangeo(MTmp); terletak di bagian timur ; penyebaran ke arah
utara - selatan. Satuan batuan tersebut merupakan satuan metamorf terdiri dari ;
sekis, geneiss, kuarsit dan filit. Penyebaran batuan ini cukup sulit membedakannya.
Hal ini disebabkan tingkat pelapukan batuan cukup tinggi, dimana singkapan yang
utuh jarang ditemukan.
Satuan Gunungapi Lamasi; satuan ini terletak di bagian tengah, barat daya dan di
bagian selatan. Penyebaran terpisah dan menempati wilayah perbukitan dan
pegunungan. tufa dan setempat xenolit dan tufa. Pada beberapa tempat
mengandung sulfide tembaga. Tufa berupa tufa hijau, tufa sela dan tufa lapilli.
Satuan batuan Gunungapi Lamasi diterobos oleh intrusi granit yang dapat
menyebkan terjadinya permineralan. Satuan batuan ini diambil dari anggota satuan
batugamping yang berumur Oligosen Miosen.
Satuan Batuan Gunungapi Tineba; sebaran batuan terpisah-pisah terletak di bagian
utara dan barat daya. Satuan batuan ini berada pada wilayah pegunungan. Satuan
batuan Gunungapi Tineba terdiri dari lava andesit, basal, dan latit kuarsa. Lava
andesit berwarna kelabu dan kenampakan fisiknya massif. Basal berwarna abu-abu
kehitaman dengan struktur bantal(lava flow). Latit berwarna putih abu-abu, tekstur
hypokristalin dengan dominasi mineral kuarsa. Satuan batuan ini berumur Miosen.
Satuan batupasir Formasi Sekala; terletak di bagian barat laut. Penyebarannya pada
daerah timur barat. Satuan batuan ini terdiri dari pasir, tufa serpih, batupasir
gampingan dengan sisipan breksi, lava dan konglomerat. Kenampakan fisik
berwarna hijau hingga kelabu kehijauan, berlapis baik dan bersifat tufaan serta
massif.Sisipan lava konglomerat dan breksi umumnya bersusun andesit dan basal.
Satuan
batuan
ini
berumur
Oligosen

Miosen
Awal.
Satuan Granit Kambuni; terletak di bagian tengah dengan penyebaran dapat
mencapai 30% luas daerah penyelidikan. Satuan batuan ini termasuk dalam
kelompok batuan granit yang terdiri dari granit, granodiorit, fenolit dan diorite.
Kenampakan fisik berwarna kelabu.

3. WILAYAH PANAS BUMI KECAMATAN LIMBONG


Pada dasarnya sistem panas bumi yang terjadi di bawah permukaan; merupakan
hasil dari proses perpindahan panas. Baik yang terjadi secara konduksi maupun
konveksi Sistem hidrogeologi daerah panas bumi merupakan salah satu bagian dari
sistem hidrogeologi umumnya dimana proses perpindahan panas terjadi secara
konveksi. Pada konteks sistem hidrgeologi panas bumi ;air yang meresap kedalam
tanah secara vertikal melalui batuan berpermiabilitas tinggi kemudian tertransportasi
secara horizontal.
Bila air meteorik berjumpa dengan sumber panas (hot rock) maka akan terjadi
perpindahan panas yang menyebabakan perubahan fisik pada air. Dalam hal ini air
tersebut tidak lagi turun ke bawah melainkan mengalami perubahan temperatur,
volume bertambah dan tekanan juga bertambah akibatnya air tersebut berusaha
untuk mencari celah untuk menuju kekeadaan kestabilannya. Pada daerah vulkanik
biasanya ditemukan adanya struktur seperti sesar yang merupakan zona lemah dan
menciptakan rekahan-rekahan yang memberi peluang bagi naiknya air panas ke
permukaan.
Pada proses transportasi air panas ke permukaan, sebagian berubah menjadi uap
panas dan sebagian lagi terjebak pada batuan impermeabilitas. Air panas yang
keluar kepermukaan dalam bentuk mata-mata air maupun merupakan hasil dari
proses perpindahan panas. Baik yang terjadi secara konduksi maupun konveksi
Sistem hidrogeologi daerah panas bumi merupakan salah satu bagian dari sistem
hidrogeologi umumnya dimana proses perpindahan panas terjadi secara konveksi.
Pada konteks sistem hidrgeologi panas bumi ;air yang meresap kedalam tanah
secara vertikal melalui batuan berpermiabilitas tinggi kemudian tertransportasi
secara horizontal.
Bila air meteorik berjump
a dengan sumber panas (hot rock) maka akan terjadi perpindahan panas yang
menyebabakan perubahan fisik pada air. Dalam hal ini air tersebut tidak lagi turun ke
bawah melainkan mengalami perubahan temperatur, volume bertambah dan
tekanan juga bertambah akibatnya air tersebut berusaha untuk mencari celah untuk
menuju kekeadaan kestabilannya. Pada daerah vulkanik biasanya ditemukan
adanya struktur seperti sesar yang merupakan zona lemah dan menciptakan
rekahan-rekahan yang memberi peluang bagi naiknya air panas ke permukaan.

Pada proses transportasi air panas ke permukaan, sebagian berubah menjadi uap
panas dan sebagian lagi terjebak pada batuan impermeabilitas. Air panas yang
keluar kepermukaan dalam bentuk mata-mata air maupun uap air; kemudian
tertransportasi di permukaan dan pada suatu tempat kemudian meresap kedalam
tanah yang pada akhirnya akan membentuk siklus hidrogeologi panas bumi lagi.
Proses Hidrogeologi panas bumi tidak terlepas dari adanya bentuk morfologi
lapangan panas bumi. Morfologi perbukitan biasanya merupakan daerah zona
pengisian (Zone recharge).

Gambar 3. Manifestasi Panas Bumi Di Daerah Penyelidikan


Manifestasi panas bumi di daerah penyelidikan berupa mata air panas yang terdapat
di daerah kanandede dengan panas yang spesifik menjadikan daerah ini untuk
berbagai prospek. Sumber panas bumi tersebut kemunculannya dipermukaan
berada pada tebing-tebing bukit dan pada daerah dinding sungai yang bermuara di
Sungai Rongkong. Adapun sumber air panas tersebut telah dimanfaatkan untuk
kebutuhan objek wisata alam. Daerah tersebut merupakan satu lokasi hamparan
ladang panas bumi memberikan manifestasi berupa mata air panas, tanah panas
dan Uap panas. Tempratur bervariasi antara 45 derajat celcius hingga mencapai
104 derajad celcius
DAFTAR PUSTAKA
Djuri dan Sudjatmiko,.1998, Peta Geologi Lembar Majene dan Bagian Barat Lembar
Palopo,Sulawesi Selatan., Departemen Pertambangan dan Energi, Direktorat

Jenderal Pertambangan Umum , Pusat Penelitian dan Pengembangan


Geologi, skala 1:250.000, Bandung.
Joni W., Muhammad Kholid ; 2011 ; Survey
Magnetotellurik Daerah
Panas Bumi Limbong Kabupaten Luwu Utara, Sulawesi Selatan; Prosiding
Hasil Kegiatan Pusat Sumber Daya Geologi; Pusat Sumber Daya Geologi,
Badan Geologi ;Kementeriaan Energi dan Sumber Daya Mineral Republik
Indonesia; Bandung.
Kusbini, et al, 1992, Laporan Penyelidikan Geologi Terpadu Kabupaten Dati II Tana
Toraja ., Bidang Geologi dan Sumberdaya Mineral., Provinsi Sulawesi
Selatan,Kantor Wilayah Pertambangan dan Energi Provinsi Sulawesi Selatan
dan Tenggara, Ujung Pandang.
Ratman, Rab. Dan Atmawinata.S,,1993, Peta Geologi Lembar Mamuju Sulawesi
Selatan, Departemen Pertambangan dan Energi, Direktorat Pertambangan
Umum, Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, skala 1:250.000,
Bandung

Anda mungkin juga menyukai