Oleh :
Aditya Hernoto
011323042
Perbandingan luas daratan dari dua pulau utama tersebut yaitu Pulau Lombok
seluas 4.738,70 km2 (23,5%) dan Pulau Sumbawa seluas 15.414,50 km2 (76,5%).
Provinsi NTB terdiri dari 8 Kabupaten 2 Kota, 116 Kecamatan dan 1.117
Desa/Kelurahan (BPS 2012). Selong di Lombok Timur merupakan kota tertinggi
dengan ketinggian 148 meter dari permukaan laut sementara Raba di Bima
merupakan kota terendah yang terletak 13 meter dari permukaan laut. Rinjani
merupakan gunung tertinggi di pulau Lombok dengan ketinggian 3.775 meter,
sedangkan gunung Tambora merupakan gunung tertinggi di pulau Sumbawa
dengan ketinggian 2.851 m.
Berdasarkan data Sensus Penduduk tahun 2010, jumlah penduduk NTB mencapai
4.500.212 jiwa, bertambah menjadi 4.545.650 jiwa pada tahun 2011 dengan
kepadatan penduduk 226 jiwa per km2 (BPS 2012). Struktur penduduk NTB
didominasi oleh penduduk usia muda sebagaimana tampak pada piramida
penduduk yang berbentuk limas. Rasio jenis kelamin (sex ratio) penduduk NTB
tahun 2010 adalah 94, menunjukkan bahwa untuk setiap 100 penduduk
perempuan terdapat 94 penduduk laki-laki. Rasio yang tergolong rendah
dibandingkan angka nasional (101) disebabkan karena banyaknya penduduki lakilaki usia produktif yang keluar dari NTB termasuk untuk mencari kerja ke luar
negeri. Rasio beban tanggungan (dependency ratio) pada tahun 2011 sebesar 55.
Angka ini menunjukkan bahwa 100 penduduk usia produktif (15-64 tahun),
menanggung 55 penduduk usia tidak produktif (<15 dan 65+ tahun).
Parameter demografik lain yang lazim digunakan sebagai proksi untuk menilai
tingkat pembangunan sosial ekonomi adalah angka fertilitas dan mortalitas.
Berdasarkan hasil Sensus Penduduk 2010, Angka Fertilitas Total (Total Fertility
Rates) di provinsi NTB adalah 2,4 sedangkan Angka Mortalitas Bayi (Infant
Mortality Rate) adalah 42 per 1000 kelahiran hidup. Usia harapan hidup menurut
SP 2010 adalah 59 tahun yang menunjukkan rata-rata lama hidup yang diharapkan
oleh setiap bayi yang dilahirkan berdasarkan pola fertilitas dan mortalitas yang
ada saat itu.
Indeks Pembangunan Manusia provinsi NTB tahun 2011 tercatat 66,23 dan
tergolong dalam kelompok menengah bawah. Angka ini jauh di bawah rata-rata
nasional dan menempati posisi 32 dari 33 provinsi di Indonesia. Rendahnya IPM
Provinsi NTB disebabkan oleh rendahnya kinerja bidang pendidikan dan
kesehatan, sementara kinerja ekonomi yang ditunjukkan oleh daya beli
masyarakat sudah cukup tinggi. Umur harapan hidup masyarakat NTB pada tahun
2011 mencapai 62,4 tahun. Angka melek huruf serta rata-rata lama sekolah
masing-masing mencapai 83,24 persen dan 6,97 tahun. Kemampuan Daya Beli
Masyarakat NTB tahun 2011 mencapai Rp. 642.800,- per kapita per bulan. Di lain
pihak, kecepatan pembangunan manusia yang tercermin dari besaran angka
reduksi shortfall, maka NTB termasuk provinsi yang tinggi kenaikannya yaitu
sebesar 2,97 point di tahun 2011.
Pertanian merupakan sektor andalan di Provinsi NTB dimana sumbangan sektor
pertanian terhadap perekonomian di NTB tercatat nomor dua setelah sektor
pertambangan dan penggalian. Hampir 50 persen dari tenaga kerja yang ada
bekerja di sektor ini. Provinsi NTB ditetapkan sebagai daerah swasembada beras
dan juga sebagai salah satu daerah penyangga pangan nasional. Produksi padi di
NTB tahun 2011 mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2010 yaitu sebesar
6,98 persen atau 123.834 ton (BPS 2012). Mesti luas panen sedikit menurun,
namun meningkatnya produktivitas yaitu dari 47,41 kw/ha menjadi 51,41 kw/ha
merupakan penyebab terjadinya peningkatan produksi
itu. Hampir semua komoditas padi dan palawija mengalami peningkatan produksi
pada tahun 2011, kecuali ubi jalar dan kedelai.
Tingkat kemiskinan di provinsi NTB terus mengalami penurunan namun masih
tergolong tinggi. Data terakhir menunjukkan bahwa angka kemiskinan tahun 2012
adalah 18,02 % jauh lebih tinggi dibandingkan angka nasional (11,66 %). Provinsi
NTB telah menetapkan indikator kinerja pembangunan tahun 2012, untuk
pertumbuhan ekonomi sebesar 6,5 persen dan angka kemiskinan 16 persen.
Namun realisasinya ternyata di bawah target yakni 18,02 persen untuk kemiskinan
dan 5,72 persen untuk pertumbuhan ekonomi.
1.2 Implikasi dan Tantangan Tata Kelola Pemerintahan Provinsi NTB
Berdasarkan karakteristik wilayah pada bagian terdahulu serta hasil diskusi
kelompok pada lokakarya IGI tanggal 14 Februari 2013 di Mataram dapat
dirumuskan tantangan tata kelola pemerintahan daerah sebagai berikut:
a. Angka kemiskinan yang tergolong tinggi dan Indeks Pembangunan Manusia
yang rendah merupakan tantangan besar dan berimplikasi terhadap upaya
meningkatkan kualitas sumberdaya manusia.
b. Masalah keamanan dan pemerataan pembangunan, mencakup: (i) belum
optimalnya jaminan keamanan dan ketentraman bagi seluruh lapisan
masyarakat, (ii) ketimpangan pembangunan antara pulau Lombok dan pulau
Sumbawa, dan (iii) absennya kebijakan yang mengarah pada pemerataan.
c. Masih tingginya prevalensi kasus korupsi yang disebabkan karena sistem
pengawasan anggaran yang lemah sementara sistem politik yang ada tidak
mampu mencegah prilaku korupsi. Di lain sisi, supremasi hukum masih
lemah sejalan dengan kurangnya sinergitas antar para penegak hukum.
koordinasi
dalam
kaitannya
dengan
bidang
tugas
yang
Gambar 3 menunjukkan kontribusi kinerja antar arena dimana tampak pola yang
sama antara provinsi dan nasional. Arena Masyarakat Sipil menunjukkan kinerja
tertinggi diikuti Birokrasi dan Masyarakat Ekonomi, sementara Pemerintah
menunjukkan kinerja terendah. Tiga arena (Masyarakat Sipil, Birokrasi, dan
Masyarakat Ekonomi) di provinsi NTB menunjukkan kinerja yang sedikit lebih
baik dibandingkan rata-rata nasional, bahwa tiga arena (Birokrasi, Masyarakat
Sipil dan Masyarakat Ekonomi) memiliki kinerja Tata kelola Pemerintahan di atas
rata-rata nasional, sementara Arena Pemerintah berada di bawah angka rata-rata
nasional. Nilai tiga arena (Pemerintah, Birokrasi dan Masyarakat Ekonomi)
tergolong dalam kategori sedang dan Arena Masyarakat Sipil tergolong dalam
kategori cenderung baik.
II.3. Analisa Prinsip Keseluruhan
Keadilan
ansi
Efektivitas
i
Pemerinta
5,75
2,37
5,60
6,04
6,97
4,96
h
Birokrasi
6,94
4,90
7,73
5,50
7,17
2,96
Masyarak
6,40
6,40
6,40
6,40
6,40
6,40
at Sipil
Masyarak
6,40
6,40
6,40
6,40
6,40
2,34
at
Ekonomi
Untuk prinsip partisipasi, Arena Birokrasi memperoleh nilai tertinggi (6,94)
diikuti oleh Masyarakat sipil dan Masyarakat Ekonomi dengan nilai masingmasing 6,40 dan Pemerintah dengan nilai 575. Angka indeks untuk prinsip
keadilan lebih rendah dibandingkan prinsip partisipasi dan bervariasi cukup
senjang dari yang terendah, Pemerintah (2,37) diikuti Birokrasi (4,90), sedangkan
Masyarakat Sipil dan Masyarakat Ekonomi masing-masing mendapat nilai 6,40.
Untuk prinsip akuntabilitas, Birokrasi menunjukkan kinerja baik dengan nilai
7,73, diikuti oleh Masyarakat Sipil dan Masyarakat Ekonomi dengan nilai
cenderung baik (6,40) dan Pemerintah dengan nilai cukup (5,60).
Untuk prinsip transparansi, dua arena memiliki kinerja cenderung baik dengan
nilai 6,40 didapatkan oleh Masyarakat Sipil dan Masyarakat Ekonomi, sedangkan
arena Pemerintah (6,04) dan Birokrasi (5,50) dengan kategori cukup. Untuk
prinsip efisiensi, semua arena memiliki kinerja yang cenderung baik, yaitu
Birokrasi (7,17), Masyarakat Sipil dan Masyarakat Ekonomi (6,40) serta
Pemerintah (6,97. Prinsip efektivitas menunjukkan nilai terendah antar keenam
prinsip dimana Birokrasi dan Masyarakat Ekonomi menunjukkan kinerja yang
buruk dengan nilai masing-masing 2,96 dan 2,34 sedangkan Pemerintah tergolong
sedang (4,96) dan Masyarakat Sipil memiliki kinerja cenderung baik (6,40).
II.4. Analisa Prinsip per Arena
II.4.1 Arena Pemerintah
Tabel 2. Skor Prinsip pada Arena Pemerintah
NTB
2,37
Akuntabilitas
Nasional
5,87
3,89
5,60
5,45
Transparansi
6,04
4,58
Efisiensi
6,97
7,51
Efektivitas
4,96
5,49
NTB
4,90
Akuntabilitas
Nasional
3,96
5,91
7,73
6,17
Transparansi
5,50
5,04
Efisiensi
7,17
6,98
Efektivitas
2,96
5,38
NTB
6,40
Keadilan
6,40
Prinsip
Akuntabilitas
Nasional
6.53
6.28
6,40
6.17
Transparansi
6,40
6.28
Efisiensi
6,40
6.22
Efektivitas
6,40
6.48
Arena Masyarakat Sipil mencatat nilai yang sama untuk keenam prinsip yakni
6,40 dan masuk dalam kategori cenderung baik. Nilai partisipasi dan efektivitas
rata-rata nasional tercatat lebih baik dibandingkan NTB yakni masing-masing
6,53 dan 6,48 sementara keadilan (6,28), akuntabilitas (6,17), transparansi (6,28)
dan efisiensi (6,22) menunjukkan kinerja NTB di atas rata-rata nasional.
II.4.4 Arena Masyarakat Ekonomi
Tabel 5. Skor Prinsip pada Arena Masyarakat Ekonomi.
Indeks Arena Birokrasi
Partisipasi
6,40
Keadilan
6,40
Prinsip
Akuntabilitas
Transparansi
6,40
Efisiensi
6,40
Efektivitas
2,34
NTB
Nasional
6,16
5,83
6,40
6,18
5,80
5,54
4,89
(gini
ratio)
dan
lebarnya
disparitas
pendapatan
antar