Anda di halaman 1dari 81

STUDI KORELASI ANTARA KEDISIPLINAN BELAJAR

AQIDAH AKHLAQ DENGAN KEAKTIFAN BERIBADAH


SHALAT SISWA DI MTS MIFTAHUL FALAH TALUN
KAYEN PATI TAHUN PELAJARAN 2010/2011

SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Tugas dan Syarat
guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam
Ilmu Pendidikan Islam

Oleh :

ASROFAH
NIM : 093111380

FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
2011

PERNYATAAN KEASLIAN

Yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama

: Asrofah

NIM

: 093111380

Program Studi : Pendidikan Agama Islam (PAI)

menyatakan bahwa skripsi ini secara keseluruhan adalah hasil penelitian/karya


saya sendiri, kecuali bagian tertentu yang dirujuk sumbernya.

Semarang, Mei 2011.


Saya yang menyatakan,

Asrofah
NIM : 093111380

ii

DEPARTEMEN AGAMA RI
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SEMARANG
FAKULTAS TARBIYAH
Jl. Prof. DR. Hamka (Kampus II) Ngaliyan Semarang
Telp. 024-76091295 Fax. 7615387

PENGESAHAN
Naskah skripsi dengan:
Judul

Nama
NIM
Jurusan
Program Studi

: Studi Korelasi Antara Kedisiplinan Belajar Aqidah


Akhlaq dengan Keaktifan Beribadah Shalat Siswa di MTs
Miftahul Falah Talun Kayen Pati Tahun Pelajaran
2010/2011
: Asrofah
: 093111380
: Pendidikan Agama Islam
: Pendidikan Agama Islam

telah diujikan dalam sidang munaqasyah oleh Dewan Penguji Fakultas Tarbiyah
IAIN Walisongo dan dapat diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar
Sarjana dalam Ilmu Pendidikan Agama Islam.

Ketua,

Semarang,
Sekretaris

Mei 20011

.
NIP.

.
NIP.

Penguji I

Penguji II

NIP.

...
NIP.
Pembimbing,

Drs. H. Ahmad Hasmi Hashona, M.Ag.


NIP. 196403081993031002

iii

Semarang,

NOTA PEMBIMBING

Mei 2011

Kepada
Yth. Dekan Fakultas Tarbiyah
IAIN Walisongo
Di Semarang

Assalamualaikum W. W.

Dengan ini diberitahukan bahwa saya telah melakukan bimbingan, arahan dan
koreksi naskah skripsi dengan :
Judul

Nama
NIM
Jurusan
Program Studi

: Studi Korelasi Antara Kedisiplinan Belajar Aqidah


Akhlaq dengan Keaktifan Beribadah Shalat Siswa di MTs
Miftahul Falah Talun Kayen Pati Tahun Pelajaran
2010/2011
: Asrofah
: 093111380
: Pendidikan Agama Islam
: Pendidikan Agama Islam

Saya memandang bahwa naskah skripsi tersebut sudah dapat diajukan kepada
Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo untuk diujikan dalam Sidang Muanaqasyah.

Wassalamualaikum W. W.

iv

ABSTRAK
Judul

: Studi Korelasi Antara Kedisiplinan Belajar Aqidah Akhlaq


dengan Keaktifan Beribadah Shalat Siswa di MTs Miftahul
Falah Talun Kayen Pati Tahun Pelajaran 2010/2011

Penulis
NIM

: Asrofah
: 093111380

Skripsi ini membahas tentang Studi Korelasi Antara Kedisiplinan Belajar


Aqidah Akhlaq dengan Keaktifan Beribadah Shalat Siswa di MTs Miftahul Falah
Talun Kayen Pati Tahun Pelajaran 2010/2011. Kajiannya dilatarbelakangi oleh
adanya disiplin yang sangat penting dan dibutuhkan oleh setiap orang. Disiplin
menjadi prasyarat bagi pembentukan sikap, perilaku dan tata kehidupan
berdisiplin, yang akan mengantar seseorang siswa sukses dalam belajar dan kelak
ketika bekerja. Demikian pula dalam bidang kehidupan yang lain, termasuk dalam
beribadah, siswa yang berdisiplin dalam belajar biasanya juga aktif dalam
beribadah, khususnya ibadah shalat. Studi ini dimaksudkan untuk menjawab
permasalahan: (1) Bagaimana kedisiplinan belajar Aqidah Akhlaq belajar siswa di
MTs Miftahul Falah Talun Kayen Pati Tahun Pelajaran 2010/2011? (2)
Bagaimana keaktifan beribadah shalat siswa di MTs Miftahul Falah Talun Kayen
Pati Tahun Pelajaran 2010/2011? (3) Adakah korelasi antara kedisiplinan belajar
Aqidah Akhlaq dengan keaktifan beribadah shalat siswa di MTs Miftahul Falah
Talun Kayen Pati Tahun Pelajaran 2010/2011?
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan
metode angket. Teknik pengumpulan data dengan menggunakan instrument
kuesioner atau angket untuk menjaring data tentang kedisiplinan belajar Aqidah
Akhlaq (variabel X) dan dokumentasi untuk menjaring data tentang keaktifan
beribadah shalat siswa (variabel Y), juga merupakan penelitian populasi dengan
subyek penelitian sebanyak 27 responden dengan menggunakan teknik semua
populasi.
Data penelitian yang terkumpul dianalisis dengan menggunakan teknik
analisis korelasi product moment. Dari dua variabel yang ada, yaitu variabel X
(kedisiplinan belajar Aqidah Akhlaq) dan variabel Y (keaktifan beribadah shalat)
kemudian data penelitian dari kedua variabel tersebut diolah untuk mengetahui
dan menjawab permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini. Untuk
mengetahui kedisiplinan belajar Aqidah Akhlaq siswa dapat dilihat dari nilai ratarata angket yaitu 41,52 berada pada interval 40 - 48, dengan kategori sangat
tinggi, sedangkan keaktifan beribadah shalat siswa rata-rata nilai mencapai 41,85
berada pada interval 40 - 48, dengan kategori sangat tinggi.
Pengujian hipotesis penelitian menggunakan analisis korelasi product
moment menunjukkan adanya hubungan yang signifikan kedisiplinan belajar
Aqidah Akhlaq siswa dengan keaktifan beribadah shalat siswa MTs Miftahul
Falah Talun Kayen Pati Tahun Pelajaran 2010/2011. Hal ini dibuktikan dengan

hasil penghitungan r observasi = 0,623 lebih besar jika dibandingkan dengan


angka pada nilai r tabel dengan N 27 baik pada taraf signifikasi 5 % (0,623
>0,381), maupun pada taraf signifikasi 1 % (0,623 > 0,487), maka menunjukkan
angka yang signifikan. Dengan demikian, semakin baik kedisiplinan belajar
Aqidah Akhlaq siswa, maka semakin baik pula keaktifan beribadah shalat siswa.
Sebaliknya semakin rendah kedisiplinan belajar Aqidah Akhlaq siswa, maka akan
semakin rendah pula keaktifan beribadah shalat siswa.
Berdasarkan hasil penelitian ini diharapkan akan menjadi bahan informasi
dan masukan bagi para orang tua dan para guru dalam meningkatkan kedisiplinan
belajar dan keaktifan beribadah shalat siswa.

vi

MOTTO
!$# .%s!u 3 s39$#u !$tsx
9$# t 4sSs? n4n=9$# ) ( n4n=9$# %r&u

.(: )tos? $t n=t !$#u 3 t92r&


Artinya : dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari
perbuatan keji dan munkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah
(shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadah-ibadah yang
lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.1

Departemen Agama, Al-Qur'an dan Terjemahnya, (Jakarta: Departemen Agama RI,


2002), hlm. 635.

vii

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB LATIN


Berdasarkan SKB Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI
Nomor : 0543b/U/1987 tanggal 22 Januari 1988
A. Konsonan Tunggal
Huruf
Arab

Nama

Huruf

Keterangan

Latin

Alif

tidak dilambangkan

Ts

S dengan titik di atas

Jim

H dengan titik di bawah

Kh

kh

Dz

Z dengan titik di atas

Sin

Syin

sy

Sd

S dengan titik di bawah

D dengan titik di bawah

T dengan titik di bawah

Z dengan titik di bawah

Ain

Koma terbalik (apostrof


tunggal)

viii

Gain

Qf

Kf

Lm

Mim

Nun

Wu

Hamzah

Apostrof lurus miring (tidak


untuk awal kata)

T marbutah

Dibaca ah ketika mawquf

....

T marbutah

t/h

Dibaca ah/at ketika mawquf

B. Vokal pendek
Arab

Latin

Keterangan

Contoh

bunyi fathah pendek

bunyi kasrah pendek

Salima

bunyi dammah pendek

Ukhida

Afala

C. Vokal panjang
Arab

Latin

Keterangan

bunyi fathah panjang

bunyi kasrah panjang

bunyi dammah panjang

ix

Contoh


Kna
Ban

Kn

D. Diftong
Arab

Latin

Keterangan

Au

bunyi fathah diikuti waw

ai

bunyi fathah diikuti ya

Contoh
Mauzun

Kaidun

D. Pembauran Kata Sandang Tertentu


Arab

Latin

al

Keterangan
Bunyi al Qomariyah

Contoh


Alqamaru

asy
al/at

Bunyi al Syamsiyah dengan l (el)


diganti huruf berikutnya
Bunyi al Qomariyah/Syamsiyah
diawali huruf hidup, maka tidak
terbaca mandiri



Alsyamsiyyah

/
Walmuamalatu
Wat tarbiyatu

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, berkat rahmat, taufiq dan hidayahNya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul Studi Korelasi Antara
Kedisiplinan Belajar Aqidah Akhlaq dengan Keaktifan Beribadah Shalat Siswa di
MTs Miftahul Falah Talun Kayen Pati Tahun Pelajaran 2010/2011 untuk
memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar Sarjana
Pendidikan Islam dalam Ilmu Pendidikan Agama Islam di Fakultas Tarbiyah
Institut Agama Islam Negeri Walisongo Semarang.
Shalawat serta salam penulis haturkan kepada Nabi Muhammad S.A.W.
yang telah menunjukkan kepada jalan yang terang.
Keberhasilan dalam penulisan skripsi ini sudah tentu didukung oleh
berbagai pihak. Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima
kasih yang sedalam-dalamnya kepada yang terhormat ;
1. DR. Sujai, M.Ag., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo
Semarang
2. Drs. H. Ahmad Hasmi Hashona, M.Ag., selaku Dosen Pembimbing yang telah
bersedia meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan bimbingan
dalam penulisan skripsi ini.
3. Segenap Bapak dan Ibu Dosen beserta karyawan di lingkungan Fakultas
Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang yang telah membekali berbagai ilmu
pengetahuan, sehingga penulis mampu menyelesaikan penulisan skripsi ini.
4. Subadi, S.Pd., Kepala MTs Miftahul Falah Talun Kayen Pati, serta para guru
dan karyawan yang telah bersedia memberikan izin serta bantuannya kepada
penulis untuk mengadakan penelitian dalam rangka pembuatan karya ilmiyah
berupa skripsi ini.
5. Bapak dan Ibu, serta suamiku tercinta yang telah membantu baik moril dan
materiil

serta

selalu

memberi

motivasi

menyelesaikan studi ini.

xi

sehingga

penulis

mampu

6. Semua pihak yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu yang juga telah
membantu terselesainya penulisan skripsi ini.
Semoga semua bantuan, jasa dan budi baik yang telah diberikan kepada
penulis merupan amal jariyah yang baik dan diterima oleh Allah S.W.T. serta
mendapat balasan yang berlipat ganda dari-Nya. Amin.
Penulis telah berusaha semaksimal mungkin untuk memperoleh hasil
yang maksimal dan sempurna, akan tetapi karena keterbatasan kemampuan dan
pengetahuan, penulis yakin skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena
itu, penulis sangat mengharapkan kritik, saran dan masukan dari semua pihak
demi perbaikan skripsi ini.
Akhirnya penulis memohon kepada Allah S.W.T. semoga skripsi ini
dapat bermanfaat bagi penulis sendiri dan pembaca pada umumnya. Amiin.

Semarang,
Penulis

xii

Mei 2011.

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .......................................................................................

PERNYATAAN KEASLIAN ........................................................................

ii

PENGESAHAN ...............................................................................................

iii

NOTA PEMBIMBING ...................................................................................

iv

ABSTRAK .....................................................................................................

MOTTO ..........................................................................................................

vii

TRANSLITERASI ........................................................................................

viii

KATA PENGANTAR ...................................................................................

xi

DAFTAR ISI ..................................................................................................

xiii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................

A. Latar Belakang Masalah .............................................................

B. Penegasan Judul ..........................................................................

C. Rumusan Masalah .....................................................................

D. Tujuan Penelitian .......................................................................

BAB II KEDISIPLINAN

BELAJAR

AQIDAH

AKHLAQ

DAN

KEAKTIFAN BERIBADAH SHALAT SISWA ...........................

A. Kedisiplinan Belajar ...................................................................

1. Pengertian Kedisiplinan Belajar............................................

2. Indikator Kedisiplinan Belajar .............................................

10

3. Fungsi Kedisiplinan .............................................................

11

4. Pengaruh Kedisiplinan ........................................................

13

B. Aqidah Akhlaq

........................................................................

15

1. Pengertian Mata Pelajaran Aqidah Akhlaq ........................

15

2. Dasar Mata Pelajaran Aqidah Akhlaq ................................

17

3. Ruang Lingkup Mata Pelajaran Aqidah Akhlaq ................

18

C. Keaktifan Ibadah Shalat .............................................................

23

1. Pengertian Keaktifan Ibadah Shalat ....................................

23

2. Macam-Macam Keaktifan Ibadah Shalat ............................

26

xiii

3. Faktor yang Mempengaruhi Keaktifan Ibadah Shalat ........

33

D. Hipotesis ....................................................................................

35

BAB III METODOLOGI PENELIAN ..........................................................

36

A. Jenis dan Pendekatan Penelitian ...............................................

36

B. Variabel dan Indikator ...............................................................

35

C. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel .................

37

D. Teknik Pengumpulan Data ........................................................

38

E. Teknik Analisis Data ..................................................................

39

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHSAN ................................

42

A. Deskripsi Data Hasil Penelitian .................................................

42

B. Pengujian Hipotesis ...................................................................

49

C. Pembahasan Hasil Penelitian ....................................................

52

BAB V PENUTUP .........................................................................................

57

A. Kesimpulan ....................................................................................

57

B. Saran-Saran ...................................................................................

58

C. Kata Penutup ..................................................................................

58

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP

xiv

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Disiplin merupakan kesadaran diri yang muncul dari batin terdalam
untuk mengikuti dan mentaati peraturan-peraturan, nilai-nilai dan hukum yang
berlaku dalam satu lingkungan tertentu. Kesadaran itu antara lain, kalau
dirinya berdisiplin baik maka akan memberi dampak yang baik bagi
keberhasilan dirinya pada masa depannya. Disiplin juga menjadi sarana
pendidikan. Dalam mendidik, disiplin berperan untuk mempengaruhi,
mendorong, mengendalikan, mengubah, membina dan membentuk perilakuperilaku tertentu sesuai dengan nilai-nilai yang ditanamkan, diajarkan dan
diteladani, karena itu, perubahan perilaku seseorang termasuk prestasinya
merupakan hasil dari suatu proses pendidikan dan pembelajaran yang
terencana, informal atau otodidak. Orang yang disiplin selalu membuka diri
untuk mempelajari banyak hal. Sebaliknya, orang yang terbuka untuk belajar
selalu membuka diri untuk belajar berdisiplin dan mendisiplinkan dirinya1
Menurut Islam, kedisiplinan pada hakekatnya adalah amanah dan
ketaatan, yang telah diperintahkan oleh Allah SWT. sebagaimana firman
Allah dalam Al-Qur'an Surat An-Nisa' Ayat 58 59:

(#3trB r& $9$# tt/ Fs3ym #s)u $y=r& #n<) MutF{$# (#x? r& .'t !$# ) *
(#t#u t%!$# $pr't #Zt/ $Jx t%x. !$# ) 3 / /3t $ !$# ) 4 y9$$/
!$# n<) s &x tus? *s ( 3 F{$# <'&u t9$# (#r&u !$# (#r&
's? |mr&u yz y79s 4 zF$# u9$#u !$$/ t? . ) 9$#u
Artinya : Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat
kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila
menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan
1

Tulus Tu'u, Peran Disiplin pada Perilaku dan Prestasi Siswa, (Jakarta: PT. Grasindo,
2004), hlm.8.
1

dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaikbaiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha mendengar
lagi Maha Melihat. Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah
dan taatilah Rasul (nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian
jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, Maka kembalikanlah
ia kepada Allah (Al-Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu
benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. yang
demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya (QS.
An-Nisa: 58-59)2.
Berdasarkan ayat di atas, dapat disimpulkan bahwa kedisiplinan pada
hakekatnya adalah amanah, berbuat adil, taat kepada Allah, taat kepada
Rasulullah dan taat kepada pimpinan. Orang yang disiplin adalah orang yang
amanah, taat dalam melaksanakan perintah Allah dan perintah Rasulullah,
serta mentaati semua peraturan yang telah dibuat oleh pimpinan.
Dalam rangka pembangunan dan kemajuan bangsa dan Negara,
disiplin sangat penting dan menentukan. Karena, kemajuan pembangunan,
martabat dan kesejahteraan bangsa akan tercapai karena warga masyarakatnya
memiliki disiplin yang baik.
Di sekolah, apabila kedisiplinan dikembangkan dan diterapkan
dengan baik, konsisten dan konsekuen akan berdampak positif bagi kehidupan
dan perilaku siswa. Disiplin dapat mendorong mereka belajar secara konkret
dalam praktik hidup di sekolah tentang hal-hal yang positif, melakukan halhal yang lurus dan benar, menjauhi hal-hal yang negatif. Dengan
pemberlakuan disiplin, siswa belajar beradaptasi dengan lingkungan yang
baik, sehingga muncul keseimbangan diri dalam hubungan dengan orang lain.
Jadi, disiplin menata perilaku seseorang dalam hubungannya di tengah-tengah
lingkungannya3.
Disiplin bagi para siswa dapat memberikan dukungan bagi
terciptanya perilaku yang tidak menyimpang, membantu memahami dan
menyesuaikan diri dengan lingkungan, mengatur keseimbangan keinginan
individu satu dengan individu lainnya, menjauhkan siswa melakukan hal-hal
2

RHA. Soenarjo, Al-Qur'an dan Terjemahnya, (Jakarta: Departemen Agama RI, 2002),

Tu'u, Peran Disiplin, hlm.35.

hlm. 128

yang dilarang sekolah, mendorong siswa melakukan hal-hal yang baik dan
benar, peserta didik belajar hidup dengan kebiasaan-kebiasaan yang baik,
positif dan bermanfaat baginya dan lingkungannya, yang menyebabkan
ketenangan jiwanya dan lingkungnnya4.
Disiplin sangat penting dan dibutuhkan oleh setiap orang. Disiplin
menjadi prasyarat bagi pembentukan sikap, perilaku dan tata kehidupan
berdisiplin, yang akan mengantar seseorang siswa sukses dalam belajar dan
kelak ketika bekerja. Demikian pula dalam bidang kehidupan yang lain,
termasuk dalam beribadah, siswa yang berdisiplin dalam belajar biasanya juga
aktif dalam beribadah, khususnya ibadah shalat.
Shalat lima waktu merupakan kewajiban bagi setiap muslim yang
harus dikerjakan oleh setiap muslim yang mukalaf, yaitu yang telah baligh,
dan berakal sehat. Shalat fardlu wajib dikerjakan dalam sehari semalam lima
waktu bagi orang yang beriman karena shalat adalah merupakan rukun Islam
yang kedua. Selain itu shalat adalah sebagai simbol bagi orang yang beriman
dan dengan shalat dapat menjaga dari perbuatan yang keji dan mungkar,
sebagai mana firman Allah dalam Al-Quran Surat Al-Ankabuut Ayat 45 :

3 t92r& !$# .%s!u 3 s39$#u !$tsx&9$# t 4sSs? n4n=9$# ) ( n4n=9$# %r&u

.(: )tos? $t n=t !$#u


Artinya : dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari
perbuatan keji dan munkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah
(shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadah-ibadah
yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan
(QS.Al-Ankabut: 45).5
Dalam surat An-Nisa' Ayat 103 Allah juga berfirman tentang
kewajiban shalat lima waktu, yang berbunyi :

( , )$Y?% $Y7tF. 9$# n?t Mt%x. n4n=9$# )


4
5

Maman Rachman, Manajemen Kelas, (Jakarta: Depdiknas, 1999), hlm.171-172


RHA. Soenarjo, Al-Qur'an, hlm. 635.

Artinya : Sesungghnya shalat itu adalah fardlu yang ditentukan waktunya atas
orang-orang yang beriman (DS. An-Nisa: 103)6.
Berdasarkan ayat di atas dapat diketahui bahwa shalat lima waktu
adalah wajib bagi setiap orang yang beriman, termasuk anak seusia murid
MTs. Anak-anak seusia MTs sudah tahu dan faham tentang shalat, karena
mereka telah diajarkan mata pelajaran Fiqih, yang mengajarkan tentang ibadah
shalat. Bahkan mereka sudah mempelajarinya ketika masih berada pada
jenjang pendidikan sebelumnya, yaitu di Taman Kanak-Kanak atau Raudlatul
Athfal dan di Sekolah Dasar atau Madrasah Ibtidaiyah. Sedangkan di tingkat
MTs juga diajarkan lagi mata pelajaran yang sama tentang shalat. Dengan
demikian, siswa Madrasah Tsanawiyah sudah mengerti dan faham betul
tentang hukum dan tata cara melaksanakan shalat.
Meski siswa Madrasah Tsanawiyah sudah tahu dan faham tentang
shalat, tetapi kadang mereka sering meninggalkan shalat, karena adanya
godaan, baik godaan yang muncul dari dalam diri anak itu sendiri maupun
godaan yang muncul dari luar diri anak. Godaan yang muncul dari dalam diri
anak adalah sifat malas dan kurang adanya kesadaran anak dalam
melaksanakan ibadah shalat. Sedangkan godaan yang dari luar diri anak
adalah dari pengaruh lingkungan anak, baik lingkungan keluarga maupun
pergaulan dan lingkungan masyarakat. Pengaruh-pengaruh tersebut seringkali
menjadikan anak malas dalam melaksanakan ibadah shalat, yang semestinya
menjadi kewajibannya.
Bagi anak mempunyai kedisiplinan tinggi dalam belajar, biasanya ia
aktif dalam melaksanakan ibadah shalat lima waktu. Dan bagi anak yang
malas belajar biasanya kurang aktif dalam menjalankan ibadah shalat. Hal ini
disebabkan karena anak yang rajin belajar mempunyai kebiasaan yang baik
dalam segala hal, termasuk dalam hal ibadah. Sedangkan anak yang malas
belajar biasanya juga malas dalam melaksanakan kegiatan yang lain, termasuk
ibadah shalat.

RHA. Soenarjo, Al-Quran, hlm.138.

Berdasarkan keterangan di atas, dapat penulis simpulkan bahwa


kedisiplinan siswa dalam belajar ada hubungannya dengan keaktifan
beribadah shalat siswa. Siswa yang rajin dan disiplin dalam belajar akan aktif
dalam beribadah shalat. Sebaliknya, siswa yang kerap kali melanggar
ketentuan sekolah pada umumnya juga malas dalam beribadah shalat.
Berangkat dari latar belakang masalah tersebut di atas, maka penulis
akan mengadakan penelitian dan membahas skripsi yang berjudul "Studi
Korelasi Antara Kedisiplinan Belajar Aqidah Akhlaq dengan Keaktifan
Beribadah Shalat Siswa di MTs Miftahul Falah Talun Kayen Pati Tahun
Pelajaran 2010/2011, dengan alasan sebagai berikut :
1. Kedisiplinan sangat penting bagi setiap siswa karena kedisiplinan menjadi
prasyarat bagi pembentukan sikap, perilaku dan tata kehidupan berdisiplin,
yang akan mengantar seorang siswa sukses dalam belajar dan kelak ketika
bekerja, serta dalam kehidupan sehari-hari.
2. Keaktifan beribadah selain ditentukan oleh beberapa faktor, juga
ditentukan sejauhmana siswa mempunyai kedisiplinan dalam belajar, untuk
itu penulis perlu mengadakan penelitian lebih lanjut tentang sejauhmana
kedisiplinan belajar tersebut mempunyai hubungan dengan keaktifan
beribadah shalat siswa.
3. Siswa yang mempunyai kedisiplinan tinggi dalam belajar biasanya juga
aktif dalam menjalankan ibadah shalat, sedangkan siswa yang malas
belajar biasanya juga malas dalam menjalankan ibadah shalat. Oleh karena
itu enulis ingin membuktikan hal tersebut perlu dengan mengadakan
penelitian tentang hubungan antara kedisiplinan belajar tersebut dengan
keaktifan beribadah shalat siswa.
4. Penulis pribadi adalah termasuk salah satu tenaga pengajar di MTs
Miftahul Falah Talun Kayen perlu mengetahui sejauhmana hubungan
antara kedisiplinan belajar Aqidah Akhlaq dengan keaktifan beribadah
shalat siswa di MTs Miftahul Falah Talun Kayen Pati Tahun Pelajaran
2010/2011.

B. Penegasan Judul
Untuk memperoleh gambaran yang jelas dalam memahami isi
kandungan

skripsi

yang merupakan

cerminan judul,

maka penulis

menganggap perlu untuk memberikan batasan pengertian secara singkat.


1. Studi Korelasi
Studi artinya : kajian; telaah; penyelidikan ilmiah7. Sedangkan
korelasi adalah hubungan timbal balik atau sebab akibat)8.
Jadi studi korelasi adalah penyelidikan ilmiah tentang hubungan
timbal balik dan sebab akibat sehingga diperoleh data yang kongkrit
tentang hubungan timbal balik antara kedisiplinan belajar Aqidah Akhlaq
dan keaktifan beribadah shalat siswa.
2. Kedisiplinan Belajar Aqidah Akhlaq
Kedisiplinan artinya: "ketaatan (kepatuhan) kepada peraturan tata
tertib"9. Sedangkan belajar artinya "berusaha memperoleh kepandaian atau
ilmu".10 Adapun Aqidah artinya kepercayaan dasar, keyakinan pokok11.
Dan akhlak artinya : budi pekerti; kelakuan12.
Jadi yang dimaksud dengan kedisiplinan belajar Aqidah Akhlaq
adalah: ketaatan siswa terhadap tata tertib sekolah dalam usaha
memperoleh kepandaian dalam mata pelajaran tentang keyakinan dan budi
pekerti, guna memperdalam keimanan kepada Allah serta memiliki budi
pekerti yang baik, yang dijarkan di Madrasah Tingkat Tsanawiyah.
3. Keaktifan Beribadah Shalat
Keaktifan adalah kegiatan atau kesibukan.13 Menurut Masud
Khasan Abdul Qohar, aktif adalah giat menjalankan kewajiban dengan

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar
Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1982), hlm. 860.
8
Bahasa, Kamus Besar, hlm. 641.
9
WJS. Poerwodarminto, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,
1999), hlm.208.
10
Poerwodarminto, Kamus Besar, hlm.13.
11
Poerwodarminto, Kamus Besar, hlm. 20.
12
Poerwodarminto, Kamus Besar, hlm. 20.
13
Poerwodarminto, Kamus Besar, hlm. 28.

rajin, bersemangat dan sungguh-sungguh.14 Ibadah berasal dari bahasa


arab yaitu ibadat. Ibadat adalah suatu upacara pengabdian yang sudah
digariskan oleh syariat islam, baik bentuknya, caranya, waktunya serta
syarat dan rukunnya, seperti shalat, puasa, zakat, haji dan sebagainya.15
Sedangkan shalat adalah suatu ibadah yang mengandung beberapa
ucapan dan perbuatan tertentu, yang dimulai dengan takbir dan diakhiri
dengan salam.16
Jadi keaktifan beribadah shalat siswa yang penulis maksudkan
disini adalah suatu bentuk keaktifan atau kesungguhan dalam menjalankan
dan mentaati segala peraturan yang telah ditetapkan guna mengamalkan
shalat dalam kehidupan sehari-hari.
c. MTs Miftahul Falah
MTs adalah singkatan dari Madrasah Tsanawiyah, yaitu "sekolah
tingkat menengah pertama yang mengajarkan ilmu-ilmu pengetahuan
umum dan agama"17. Sedangkan Miftahul Falah merupakan nama
lembaga pendidikan yang bernuansa Islam setingkat menengah pertama,
yang berada di Desa Talun Kecamatan Kayen Kabupaten Pati.
Jadi, yang dimaksud dengan judul di atas adalah penyelidikan ilmiah
tentang hubungan timbal balik dan sebab akibat antara ketaatan siswa
terhadap tata tertib dalam usaha memperoleh kepandaian tentang keyakinan
dan budi pekerti dengan keaktifan dan kesungguhan dalam menjalankan dan
mentaati segala peraturan yang telah ditetapkan guna mengamalkan shalat
dalam kehidupan sehari-hari bagi siswa di lembaga pendidikan yang
bernuansa Islam setingkat sekolah menengah pertama bernama MTs Miftahul
Falah, yang berada di Desa Talun Kecamatan Kayen Kabupaten Pati.

14

Masud Khasan Abdul Qohar, Kamus Istilah Populer, (Jakarta: Bintang Pelajar, t.th,),

hlm. 55.
15

Zakiah Daradjat dkk, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi
Aksara, 1995), hlm. 73
16
Masjfuk Zuhdi, Studi Islam, (Jakarta: Rajawali Pers, 1992), hlm. 13.
17
Azyumardi Azra, dkk., Ensiklopedi Islam 3, (Jakarta: PT. Ichtiar Baru van Hoeve,
2003), hlm. 108.

C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan yang akan
penulis teliti dalam skripsi ini adalah :
1. Bagaimana kedisiplinan belajar siswa di MTs Miftahul Falah Talun Kayen
Pati Tahun Pelajaran 2010/2011?
2. Bagaimana keaktifan beribadah shalat siswa di MTs Miftahul Falah Talun
Kayen Pati Tahun Pelajaran 2010/2011?
3. Adakah korelasi antara kedisiplinan belajar dengan keaktifan beribadah
shalat siswa di MTs Miftahul Falah Talun Kayen Pati Tahun Pelajaran
2010/2011?

D. Tujuan Penelitian
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis mempunyai beberapa tujuan,
yaitu :
1. Untuk mengetahui kedisiplinan belajar siswa di MTs Miftahul Falah Talun
Kayen Pati Tahun Pelajaran 2010/2011.
2. Untuk mengetahui keaktifan beribadah shalat siswa di MTs Miftahul
Falah Talun Kayen Pati Tahun Pelajaran 2010/2011.
3. Untuk mengetahui korelasi antara kedisiplinan belajar dengan keaktifan
beribadah shalat siswa di MTs Miftahul Falah Talun Kayen Pati Tahun
Pelajaran 2010/2011.

BAB II
KEDISIPLINAN BELAJAR AQIDAH AKHLAQ
DAN KEAKTIFAN BERIBADAH SHALAT

A. Kedisiplinan Belajar
1. Pengertian Kedisiplinan
Kedisiplinan adalah kepatuhan dan ketaatan pada peraturanperaturan, yang dibuat oleh pimpinan. Dalam bahasa Indonesia istilah
disiplin kerapkali terkait dan menyatu dengan istilah tata tertib dan
ketertiban. Istilah ketertiban mempunyai arti kepatuhan seseorang dalam
mengikuti peraturan atau tata tertib karena didorong atau disebabkan oleh
sesuatu yang datang dari luar dirinya. Sebaliknya, istilah disiplin sebagai
kepatuhan dan ketaatan yang muncul karena adanya kesadaran dan
dorongan dari dalam diri orang itu.18
Menurut Joyce M. Hawkins

mengatakan bahwa discipline is

orderly or controlled behafiour; training or control producing this19.


(disiplin adalah tertib/teratur atau tingkah laku yang terkontrol).
Sedangkan disiplin dalam bahasa arab urut, menurut Al-Munjid
Fil-Lughati Wal Alami adalah -./01 451 9:;< -1@ ?;>= AB

@CDE120 (tetap, lurus dan tidak bergerak/berubah, atau sesuatu yang lurus
dan tetap).
Menurut Wardiman Djojonegoro, disiplin adalah suatu kondisi
yang tercipta dan terbentuk melalui proses dari serangkaian perilaku yang
menunjukkan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan, keteraturan dan
ketertiban21.

18

Tulus Tu'u, Peran Disiplin Pada Perilaku dan Prestasi Siswa, (Jakarta: PT. Grasindo,
2004), hlm.30-31.
19
Joyce M. Hawkins, Oxford, (Jakarta: Erlangga, 2005), hlm. 36.
20
Al-Munjid Fil-Lughati Wal Alami, (Bairut: Darul Masyriq, t.th), hlm. 247.
21
Wardiman Djojonegoro, Pembudayaan Disiplin Nasional, dalam D. Soemarmo ed,
Pedoman Pelaksanaan Disiplin Nasional dan Tata Tertib Sekolah, (Jakarta: CV. Minijaya Abadi,
1998), hlm.20.
9

10

Adapun menurut Soegeng Prijodarminto, disiplin adalah kondisi


yang tercipta dan terbentuk melalui proses dari serangkaian perilaku yang
menunjukkan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan kesetiaan, keteraturan
ketertiban. Nilai-nilai tersebut telah menjadi bagian perilaku dalam
kehidupannya. Perilaku itu tercipta melalui proses binaan melalui
keluarga, pendidikan dan pengalaman22.
Dan menurut Malayu S.P. Hasibuan,

mengatakan bahwa ia

(kedisiplinan) merupakan fungsi SDM yang terpenting, karena semakin


baik disiplin pegawai, akan semakin tinggi prestasi kerja yang dapat di
capainya. Tanpa disiplin, sulit bagi sebuah organisasi/lembaga mencapai
hasil yang optimal. Disiplin yang baik akan mencerminkan besarnya
tanggung

jawab

seseorang

terhadap

tugas-tugas

yang

diberikan

kepadanya. Hal ini mendorong gairah kerja, semangat kerja, dan


terwujudnya tujuan perusahaan, karyawan dan masyarakat. Oleh karena
itu, setiap manajer selalu berusaha agar para bawahannya mempunyai
disiplin yang baik. Bahkan dikatakan bahwa seorang Manajer dikatakan
efektif dalam kepemimpinannya jika para bawahannya berdisiplin baik
dalam segala hal yang menyangkut pekerjaan.23
Dari uraian di atas dapat penulis simpulkan bahwa pengertian
kedisiplinan adalah kepatuhan dalam mengikuti peraturan karena didorong
adanya kesadaran dalam diri, sehingga tercipta serangkaian perilaku yang
menunjukkan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan, keteraturan dan
ketertiban.
2. Indikator Kedisiplinan
Indikator kedisiplinan sebagaimana dirumuskan oleh Tulus Tu'u24
adalah :
a. Mengikuti dan menaati peraturan, nilai, dan hukum yang berlaku.

22

Soegeng Prijodarminto, Disiplin Kiat Menuju Sukses, (Jakarta: Abadi, 1994), hlm. 23.
Malayu Hasibuan, Menejemen Dasar, Pengertian dan Masalah, (Jakarta: Gunung
Agung, 2002). hlm. 190.
24
Tu'u, Peran Disiplin, hlm.33.
23

11

b. Pengikutan dan ketaatan tersebut terutama muncul karena adanya


kesadaran diri bahwa hal itu berguna bagi kebaikan dan keberhasilan
dirinya. Dapat juga muncul karena rasa takut, tekanan, paksaan dan
dorongan dari luar dirinya.
c. Sebagai alat pendidikan untuk mempengaruhi, mengubah, membina
dan membentuk perilaku sesuai dengan nilai-nilai yang ditentukan atau
diajarkan.
d. Jika terdapat hukuman yang diberikan bagi yang melanggar ketentuan
yang berlaku adalah dalam rangka mendidik, melatih, mengendalikan
dan memperbaiki tingkah laku.
e. Peraturan-peraturan yang berlaku sebagai pedoman dan ukuran
perilaku.
Menurut

Wardiman

Djojonegoro25,

ada

tiga

indikator

kedisiplinan, sebagaiman aspek disiplin pada tingkat individu, yaitu:


a. Pemahaman yang baik mengenai sistem aturan dan norma, yang
menumbuhkan kesadaran dan ketaatan pada aturan, norma, kriteria
standar, yang merupakan syarat untuk mencapai keberhasilan (sukses).
b. Sikap mental (mental atitude), yang merupakan sikap taat dan tertib
sebagai hasil atau pengembangan dari latihan, pengendalian pikiran
dan pengendalian watak.
c. Perilaku yang secara wajar menunjukkan kesungguhan hati untuk
mentaati segala hal secara cermat dan tertib.
3. Fungsi Kedisiplinan
Menurut

Tulus

Tuu,

merumuskan

ada

empat

fungsi

kedisiplinan26yaitu :
a. Mengatur tata kehidupan manusia dalam kelompok tertentu atau
dalam masyarakat. Dengan begitu, hubungan antara individu satu
dengan yang lain menjadi baik dan lancar.
25
26

Djojonegoro, Pembudayaan Disiplin, hlm.21.


Tulus Tuu, Peran Disiplin, hlm. 38

12

b. Membangun kepribadian, yaitu membangun seluruh sifat, tingkah laku


dan pola hidup seseorang yang tercermin dalam penampilan,
perkataan dan perbuatan sehari-hari. Dengan disiplin seseorang
dibiasakan mengikuti, mematuhi, menaati aturan-aturan yang berlaku.
Kebiasaan itu lama-kelamaan masuk ke dalam kesadaran dirinya
sehingga akhirnya menjadi kepribadian dan menjadi bagian dalam
kehidupan sehari-hari.
c. Melatih kepribadian, yaitu sikap, perilaku, pola kehidupan yang tertib,
teratur, taat, patuh yang baik dan berdisiplin tidak terbentuk dalam
waktu singkat, namun terbentuk melalui proses yang membutuhkan
waktu panjang, yaitu memerlukan adanya latihan, pembiasaan diri,
mencoba, berusaha dengan gigih, bahkan gemblengan dan tempaan
keras.
d. Menciptakan lingkungan yang kondusif. Disiplin di sekolah berfungsi
mendukung terlaksananya proses dan kegiatan pendidikan agar
berjalan lancar. Hal itu dicapai dengan merancang peraturan sekolah,
yakni peraturan bagi guru-guru dan bagi para siswa, serta peraturan
lain yang dianggap perlu. Kemudian diimplementasikan secara
konsisten dan konsekuen. Dengan demikian, sekolah menjadi
lingkungan pendidikan yang aman, tenang, tenteram, tertib dan teratur.
Menurut Sylvia Rimm, fungsi kedisiplinan adalah untuk
mengarahkan anak agar mereka belajar mengenai hal-hal baik yang
merupakan persiapan bagi masa dewasa, saat mereka bergantung kepada
disiplin diri. Diharapkan, kelak disiplin diri mereka akan membuat hidup
mereka bahagia, berhasil dan penuh kasih sayang27.
Menurut Wardiman Djojonegoro, fungsi kedisiplinan adalah
membuat seseorang tahu dan dapat membedakan hal-hal yang apa yang
seharusnya dilakukan, yang wajib dilakukan, yang boleh dilakukan, yang
tak sepatutnya dilakukan karena merupakan hal-hal yang dilarang. Bagi
27

Sylvia Rimm, Mendidik dan Menerapkan Disiplin pada Anak Prasekolah, (Jakarta:
PT. Gramedia, 2003), hlm. 47.

13

seseorang yang berdisiplin, karena sudah menyatu dalam dirinya, maka


sikap atau perbuatan yang dilakukan bukan lagi dirasakan sebagai beban,
namun sebaliknya akan membebani dirinya apabila tidak berbuat disiplin.
Nilai-nilai kepatuhan telah menjadi bagian dari perilaku dalam
kehidupannya. Apabila ia berbuat yang menyimpang, ada perasaan
"aneh", risi atau merasa malu28.
Berdasarkan pendapat-pendapat di atas maka dapat penulis
rumuskan, bahwa fungsi kedisiplinan adalah :
a. Membuat seseorang tahu dan dapat membedakan hal-hal yang apa
yang seharusnya dilakukan, yang wajib dilakukan, yang boleh
dilakukan, yang tak sepatutnya dilakukan karena merupakan hal-hal
yang dilarang.
b. Mengatur tata kehidupan manusia dalam kelompok tertentu atau dalam
masyarakat. Dengan begitu, hubungan antara individu satu dengan
yang lain menjadi baik dan lancar.
c. Membangun kepribadian, yaitu membangun seluruh sifat, tingkah laku
dan pola hidup seseorang yang tercermin dalam penampilan, perkataan
dan perbuatan sehari-hari.
d. Melatih kepribadian, yaitu sikap, perilaku, pola kehidupan yang tertib,
teratur, taat, patuh yang baik.
e. Menciptakan lingkungan yang kondusif.
f. Mengarahkan anak agar mereka belajar mengenai hal-hal baik yang
merupakan persiapan bagi masa dewasa, saat mereka bergantung
kepada disiplin diri.
4.

Pengaruh Kedisiplinan
Disiplin diperlukan oleh siapa pun di mana pun dan kapan pun.
Hal ini disebabkan dimana pun seseorang berada, di sana selalu ada
peraturan atau tata tertib. Apabila manusia mengabaika disiplin, akan
menghadapi banyak masalah dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena

28

Wardiman Djojonegoro, Pembudayaan Disiplin, hlm. 20.

14

itu, perilaku hidupnya tidak sesuai dengan peraturan yang berlaku di


tempat manusia berada dan yang menjadi harapan.
Kedisiplinan bagi para siswa dapat memberikan dukungan bagi
terciptanya perilaku yang tidak menyimpang, membantu memahami dan
menyesuaikan diri dengan lingkungan, mengatur keseimbangan keinginan
individu satu dengan individu lainnya, menjauhkan siswa melakukan halhal yang dilarang sekolah, mendorong siswa melakukan hal-hal yang baik
dan benar, peserta didik belajar hidup dengan kebiasaan-kebiasaan yang
baik, positif dan bermanfaat baginya dan lingkungannya, yang
menyebabkan ketenangan jiwanya dan lingkungnnya29.
Disiplin sekolah apabila dikembangkan dan diterapkan dengan
baik, konsisten dan konsekuen akan berdampak positif bagi kehidupan dan
perilaku siswa. Disiplin dapat mendorong mereka belajar secara konkret
dalam praktik hidup di sekolah tentang hal-hal positif, melakukan hal-hal
yang lurus dan benar, menjauhi hal-hal negatif. Dengan pemberlakuan
disiplin, siswa belajar beradaptasi dengan lingkungan yang baik itu,
sehingga muncul keseimbangan diri dalam hubungan dengan orang yang
lain30.
Tujuan disiplin adalah mengarahkan anak agar mereka belajar
mengenai hal-hal baik yang merupakan persiapan bagi masa dewasa, saat
mereka sangat bergantung pada disiplin diri. Diharapkan kelak disiplin
diri mereka membuat hidup mereka bahagia, berhasil dan penuh kasih
sayang31.
Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa disiplin
mempunyai pengaruh dalam membuat bahagia dan kesuksesan dalam
setiap pekerjaan.

29

Maman Rachman, Manajemen Kelas, (Jakarta: Depdiknas, 1999), hlm.171-172


Tulus Tuu, Peran Disiplin, hlm. 35.
31
Sylvia Rimm, Mendidik, hlm. 37.
30

15

B. Aqidah Akhlaq
1.

Pengertian Aqidah Akhlak


Aqidah Akhlak merupakan dua istilah yang biasa diberikan
kepada amal perbuatan yang harus dilakukan untuk mencapai kebahagiaan
dunia dan akherat. Aqidah merupakan keyakinan yang tersimpul dengan
kokoh di dalam hati, bersifat mengikat dan mengandung perjanjian32.
Menurut Ensiklopedi Islam, kata aqidah berakar dari kata aqadayaqidu, yang berarti menyimpulkan atau mengikatkan tali dan
mengadakan perjanjian. Aqidah adalah merupakan unsur yang paling
esensial dan paling utama dalam Islam, meliputi segala hal yang bertalian
dengan kepercayaan (keimanan) dan keyakinan seorang Muslim33.
Menurut Ahsin W. Al-Hafidz, term Aqidah tidak ditemukan
dalam Al-Quran, namun ajaran aqidah, yaitu mengesakan Tuhan menjadi
inti dari nilai-nilai yang ada dalam Al-Quran. Adapun yang dimaksud
aqidah

adalah

keyakinan

atau

kepercayaan

yang

mengikat

(mempertalikan) antara jiwa makhkuk yang diciptakan dengan Al-Khaliq


(Yang menciptakan)34.
Sedangkan kata akhlak menurut bahasa artinya: budi pekerti;
kelakuan35. Menurut Kamus Ilmu Al-Quran, kata akhlak dalam bentuk
tunggal tidak disebut dalam Al-Quran, tetapi dalam bentuk jama, yaitu
khuluq, disebut pada QS. Asy-Syuara (26): 137, berbunyi khuluq alawwalin artinya adat istiadat orang-orang dahulu kala, dan QS. Al-Qalam
(68):4, yang berbunyi wa innaka laala khuluqin adzim, artinya
sesungguhnya engkau (Muhammad) memilik akhlak yang sangat mulia.
Akhlak adalah peraturan Allah yang bersumberkan pada Al-Quran dan
sunnah Rasul, baik peraturan yang menyangkut hubungan dengan Al-

32

Yunahar Ilyas, Kuliah Aqidah Islam, (Yogyakarta: Lembaga Pengkajian dan


Pengamalan Islam (LOOI), 2005), hlm. 1.
33
Hasan Muarif Ambary, Suplemen Ensiklopedi Islam 1, (Jakarta: Ichtiar Baru Van,
Hoeve, 2003), hlm. 24
34
Ahsin W. Al-Hafidz, Kamus Ilmu Al-Quran, (Jakarta: AMZAH, 2008), hlm. 26.
35
Depdikbud, Kamus, hlm. 20.

16

Khaliq (Allah), hubungan manusia dengan sesamanya, atau hubungan


manusia dengan lingkungannya (makhkuk lain)36.
Akhlak adalah suatu keadaan yang melekat pada jiwa manusia,
yang daripadanya lahir perbuatan-perbuatan dengan mudah, tanpa melalui
proses pemikiran, pertimbangan atau penelitian. Jika keadaan (hal)
tersebut melahirkan perbuatan yang baik dan terpuji menurut pandangan
akal dan syarak (hukum Islam), disebut akhlak yang baik. Jika perbuatanperbuatan yang timbul itu tidak baik, dinamakan akhlak yang buruk. Kata
akhlak merupakan bentuk jamak dari kata al-khuluq atau al-khuq, yang
secara etimologis berarti: (1) tabiat, budi pekerti, (2) kebiasaan atau adapt,
(3) keperwiraan, kesatriaan, kejantanan, (4) agama, dan (5) kemarahan (alghadab)37.
Adapun beberapa pengertian akhlak menurut para ahli adalah :
a. Menurut Humaidi Tatapangarsa
Mengutip Ibnu Asyif dari buku An-Nihayah diterangkan lima hakikat
makna khuluq itu adalah gambaran batin manusia yang tepat yaitu
(jiwa dan sifat-sifatnya). Sedangkan akhlak menurut gambaran bentuk
luarnya (raut muka, warna kulit, tinggi rendah tubuhnya dan lain
sebagainya).38
b. Menurut Ah. Amin
Berpendapat

Akhlak

adalah

kebiasaan

kehendak

itu

bila

membiasakan sesuatu maka kebiasaan itu disebut akhlak.39


c. Menurut Mustafa
Menurut Imam Ghozali yang dikutip kembali oleh Drs. HA. Mustafa
dalam bukunya Akhlak dan Tasawuf mengemukakan defenisi akhlak
sebagai berikut :

36

Al-Hafidz, Kamus Ilmu, hlm. 18.


Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, Ensiklopedi Islam 1, (Jakarta: Ichtiar Baru Van,
Hoeve, 2003), 102
38
Humaidi Tatapangarsa, Pengantar Kuliah Akhlak, (Surabaya: Bina Ilmu, 1984), hlm.
13.
39
Ah. Amin, Etika (Ilmu Akhlak), (Jakarta: Bulan Bintang, 1993), hlm. 62.
37

17





.


Artinya : Akhlak adalah suatu sifat yang tertanam dalam jiwa yang
daripadanya timbul perbuatan-perbuatan dengan mudah
dengan tidak mempertimbangkan pikiran (lebih dahulu)40.
Dari definisi-definisi diatas dapat disimpulkan bahwa akhlak
adalah perbuatan yang dilakukan sebagai aktualisasi dari Nas yaitu AlQuran dan As-Sunnah Nabi Muhammad S.A.W.
Kata majmuk Aqidah dan Akhlak merupakan kata yang dipakai
dalam sebuah nama mata pelajaran di Madrasah, baik di tingkat Ibtidaiyah,
Tsanawiyah maupun Aliyah yaitu mata pelajaran Aqidah Akhlak yang
didalamnya memuat materi pelajaran Aqidah atau keimanan dan materi
pembelajaran Akhlak atau etika kehidupan manusia.
2. Dasar Mata Pelajaran Aqidah Akhlak
Adapun dasar yang dipakai sebagai pedoman mata pelajaran
Aqidah Akhlak bersumber dari sumber ajaran Islam yaitu Al-Qur'an dan
Al-Hadits. Diantara ayat-ayat Al-Qur'an memang banyak memuat tentang
masalah keimanan, bahkan hampir seluruh ayat makiyah selalu berkaitan
dengan masalah aqidah. Misalnya Surat Al-Iklas, Surat Al-Baqarah 1-5
dan masih banyak lagi. Pada prinsipnya manusia tidak dapat mengetahui
hal-hal yang ghoib seperti surga, neraka dan lain-lain kecuali berita-berita
dari Al-Qur'an dan Al-Hadits, karenanya dasar Aqidah dalam islam adalah
Al-qur'an dan Al-hadits. Begitu halnya dengan dasar akhlak, karena akhlak
dalam hal ini adalah akhlak menurut ajaran islam, maka dasarnya pun
bersumber dari Al-qur'an dan Al-hadits yang memang merupakan sumber
utama dalam islam.
Akhlak sebagi barometer tinggi rendahnya derajat seseorang
banyak disebutkan dalam Al-qur'an maupun hadits Nabi Muhammad

40

HA. Mustafa, Akhlak dan Tasawuf, (Bandung: Pustaka Setia, 1997), hlm. 12.

18

SAW. Diantara ayat-ayat Al-qur'an yang biasa dipakai dalam landasan


akhlak antara lain surat Al-Ahzab ayat 21 :




.( : )
Artinnya : "Sesungguhnya telah ada pada diri Rosulullah itu suri tauladan
yang baik bagimu (yaitu) bagi orang-orang yang
mengharapkan rahmat Allah dan keselamatan hari akhir dan
mereka banyak mengingat Allah" (QS. Al-Ahzab: 21).41
Adapun dasar akhlak dalam hadits adalah hadits riwayat Albaihaqi




.( )


Artinya : "Akhlak yang baik dapat menghapus kesalahan bagaikan air


yang dapat menghancurkan tanah yang keras, dan akhlak yang
jahat dapat merusak amal seperti cuka merusak manisnya
madu".
3. Ruang Lingkup Mata Pelajaran Aqidah Akhlak
Ruang lingkup aqidah akhlak antara lain :
a. Iman kepada Allah
Iman merupakan kepercayaan dalam hati dan diucapkan melalui lisan.
Orang yang beriman akan selalu dijaga oleh Allah baik menyangkut
perkataan maupun perbuatan lainnya yang semuanya ini memiliki
tujuan meningkatkan amal ibadah kepada Allah. Allah berfirman
dalam Al Qur'an Surat Al Mukminun, ayat 1-6;

()

()
() ()

( )
()

41
42

RHA. Soernarjo., Al-Qur'an dan Terjemahnya, (Jakarta: Depag RI, 2002), hlm. 670.
Jalaluddin As-Suyuthy, Jami'us Shaghir, (Bahirut: Darul Fikr, t.th.), hlm. 670.

19

Artinya : Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman,


(yaitu) orang-orang yang khusyu` dalam shalatnya, dan
orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan
perkataan) yang tiada berguna, dan orang-orang yang
menunaikan zakat, dan orang-orang yang menjaga
kemaluannya, kecuali terhadap isteri-isteri mereka atau
budak yang mereka miliki; maka sesungguhnya mereka
dalam hal ini tiada tercela. (QS. Al Mukminun : 1-6)43
Ayat ini menjelaskan bahwa iman dapat ditunjukkan melalui salat
dengan khusuk, menjauhkan diri dari perbuatan tercela, menuniakkan
zakat dan sadaqah serta mau menjaga kehormatannya. Hal ini jika
dilaksanakan dengan baik dan benar, maka derajat kemuliaan dan
ketentraman hidup di dunia dan akherat akan dapat tercapai. Di
sekolah formal, pembalasan iman ini menyangkut pembahasan rukun
iman yang jumlahnya 6 macam.
b. Akhlak. Yaitu amal perbuatan manusia yang mengarah kepada
kebaikan hidup, baik di dunia dan di akherat. Antara iman dan akhlak
merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Akhlak ini
juga menyangkut akhlak kepada Allah, kepada sesama manusia dan
kepada alam sekitar.
1) Akhlak kepada Allah. Yaitu amal perbuatan yang dilakukan
dengan cara berhubungan dengan Allah, melalui media-media yang
telah disediakan Allah, seperti salat, puasa dan haji44. Selain hal
tersebut masih ada akhlak kepada Allah yang pelaksanaannya tidak
ditentukan melalui syarat dan rukunnya, tetapi cukup melalui
tuntunan Rasulullah Saw sepertibertahmid, takbir, basbih dan tahlil.
c. Akhlak terhadap sesama manusia. Akhlak ini mengarah kepada
bergaul dan berbuat baik kepada orang lain45. Adapun lingkup akhlak
terhadap sesama manusia ini menyangkut berbuat baik kepada kedua
orang tua, akhlak dalam keluarga, dan akhlak terhadap tetangga.
43

RHA. Soernarjo, Al-Quran, hlm. 526.


Sofyan Sauri, Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian Pendidikan Agama Islam,
(Bandung: Alfabeta, 2004), hlm. 117.
45 45
Sauri, Mata Kuliah, hlm. 118.
44

20

1) Akhlak kepada kedua orang tua


Akhlak terhadap kedua orang tua, merupakan suatu perbuatan
yang diperintahkan Allah untuk melaksanakannya. Orang tua
merupakan orang yang telah bersusah payah melahirkan dan
membesarkan kita hidup di dunia ini, bahkan sampai kepada
keberhasilan dalam membimbing dan mencarikan pekerjaan yang
layak. Allah berfirman dalam Al Qur'an Surat Luqman 14 :



()


Artinya : Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik)
kepada dua orang ibu-bapaknya; ibunya telah
mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambahtambah, dan menyapihnya dalam dua tahun.
Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu
bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu. (QS.
Luqman : 14) 46
Selain itu Allah berfirman dalam Al Qur'an Surat Al Israr' ayat 23;






()
Artinya : Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu
jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu
berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya.
Jika salah seorang di antara keduanya atau keduaduanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu,
maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada
keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu
membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka
perkataan yang mulia. (Q s. Al Isra' : 23)47
Ayat ini menjelaskan bahwa betapa beratnya orang tua ketika
mengemban amanat Allah untuk melahirkan dan menghidupi anak
46
47

RHA. Soernarjo, Al-Quran, hlm.


RHA. Soernarjo, Al-Quran, hlm. 427.

21

sampai dewasa bahwa sampai mampu hidup mandiri. Sebagai


timbal baliknya adalah diwajibkannya anak untuk berbakti kepada
kedua orang tuannya, yang harus dilakukan secara ikhlas, mulai
saat masih sehat, sampai tua bahkan ketika keduanya sedang
menjalani

lanjut

usia,

yang

memerlukan

pelayanan

dan

pengawasan secara ketat. Hal ini hanya dapat dilakukan secara


baik oleh anak-anak mereka. Ketika kedua orang tua tersebut telah
meninggal dunia, maka anak masih mendapat kewajiban dari
Allah untuk selalu mendoakan keduanya agar mendapat
keselamatan dan dijauhkan dari siksa neraka.
2) Akhlak dalam keluarga
Keluarga merupakan sebuah persekutuan antara ibu-bapak dengan
anak-anaknya yang hidup bersama dalam sebuah institusi yang
terbentuk karena ikatan perkawinan yang sah menurut hukum,
dimana didalamnya ada interaksi (saling berhubungan dan
mempengaruhi) antara satu dengan lainnya48. Kehidupan dalam
keluarga mampu menumbuhkembangkan potensi anak sebagai
wahana menstranfer nilai-nilai dan sebagai agen transformasi
kebudayaan. Oleh karena itu penanaman keimana dan pembiasaan
beribadah kepada Allah yang dimulai dari kehidupan keluarga
amat penting dilakukan dalam kehidupan sehari-hari. Seperti
ajaran Allah yang ditunjukkan dalam Al Qur'an Surat Al An'aam
ayat 151;





()

48

Syaiful Bahri Djamarah, Pola Komunikasi Orang Tua dan Anak Dalam Keluarga,
(Jakarta: Rineka Cipta, 2004), hlm. 3.

22

Artinya: Katakanlah: "Marilah kubacakan apa yang diharamkan


atas kamu oleh Tuhanmu, yaitu: janganlah kamu
mempersekutukan sesuatu dengan Dia, berbuat baiklah
terhadap kedua orang ibu bapa, dan janganlah kamu
membunuh anak-anak kamu karena takut kemiskinan.
Kami akan memberi rezki kepadamu dan kepada mereka;
dan janganlah kamu mendekati perbuatan-perbuatan
yang keji, baik yang nampak di antaranya maupun yang
tersembunyi, dan janganlah kamu membunuh jiwa yang
diharamkan Allah (membunuhnya) melainkan dengan
sesuatu (sebab) yang benar". Demikian itu yang
diperintahkan oleh Tuhanmu kepadamu supaya kamu
memahami (nya). (QS. Al An'aam : 151)49
Ayat ini menjelaskan tentang larangan menyekutukan Allah,
perintah memelihara dan mendidik anak-anak mereka, larangan
berbuat keji. Hal ini menunjukkan bahwa pengajaran budi pekerti
kepada anak-anaknya tentang bagaimana membentuk keluarga
yang baik dan bagaimana memelihara keturunan merupakan hal
yang sebenarnya telah ditetapkan oleh Allah. Oleh karena itu tidak
ada alasan bagi seseorang untuk tidak menikah dan tidak
membentuk keluarga sakinah, karena hal itu merupakan perbuatan
yang benar-benar telah diatur berdasarkan petunjuk Allah.
3) Akhlak terhadap tetangga
Tetangga merupakan orang yang berada di sekitar kita dan hidup
bersama berdampingan dengan kita. mereka selalu bersama-sama
membentuk sebuah masyarakat yang baik dan saling menghormati
dan menjaga diri dan keluarga mereka masing-masing sesuai
dengan aturan yang telah disepakati bersama. Allah berfirman
dalam Al Qur'an Surat An Nisaa' ayat 36 :

49

RHA. Soernarjo, Al-Quran., hlm. 214.

23








()

Artinya: Sembahlah
Allah
dan
janganlah
kamu
mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat
baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat,
anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang
dekat dan tetangga yang jauh, teman sejawat, ibnu sabil
dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak
menyukai orang-orang yang sombong dan membanggabanggakan diri. (QS. An Nisaa' : 36)50
Ayat ini menjelaskan tentang perintah berbuat baik kepada
tetangga baik yang dekat maupun yang jauh. Berbuat baik dapat
diterjemahkan

sebagai

perilaku

yang

baik

untuk

saling

menghormati dan saling menghargai karena mereka harus hidup


untuk saling berdampingan satu sama lainnya. Perbuatan yang
baik kepada tetangga akan membuahkan hasil yang baik pula
yaitu mendapatkan perlakuan yang baik diantara mereka dan
mendapatkan

ketentraman

hidup

selama

mereka

hidup

bermasyarakat.

C. Keaktifan ibadah shalat


1. Pengertian Kektifan Ibadah Shalat
Yang dimaksud dengan keaktifan adalah keadaan yang selalu giat
dan sibuk diri baik jasmani maupun rohani dalam mengikuti kegiatan yang
berlangsung.
Keaktifan berasal aktif artinya kegiatan yang tidak terjadi
dengan sendirinya seperti karena proses kematangan (misalnya bayi yang
bisa merangkak setelah bias duduk), tetapi karena usaha itu sendiri51.

50

RHA. Soernarjo, Al-Quran, hlm. 123-124.


Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: PT
Remaja Rosda Karya, 2008), hlm. 117
51

24

Menurut Max Darsono dkk, aktif artinya terlibat secara intelektual


dan emosional, sehingga berperan dan berpartisipasi aktif dalam
melakukan kegiatan52.
Menurut Uzer Usman, keaktifan adalah keterlibatan anak secara
fisik,

mental,

intelektual,

dan

emosionaldalam

kegiatan

yang

bersangkutan, asimilasi dan akomodasi kognitif dalam pencapaian


pengetahuan, perbuatan serta pengalaman langsung terhadap balikannya
(feedback) dalam pembentukan keterampilan dan penghayatan serta
internalisasi nilai-nilai dalam pembentukan sikap53.
Menurut Zakiah Darajat, keaktifan di bagi dua, yaitu kektifan
jasmani dan rohani. Keaktifan jasmani adalah giat dengan anggota badan,
membuat sesuatu, bermain-main ataupun bekerja. Keaktifan rohani ialah
jiwa anak bekerja sebanyak-banyaknya, jadi anak mendengarkan,
mengamati, menyelediki, mengingat-ingat, menguraikan, mengasosiasikan
ketentuan yang satu dengan ketentuan yang lain dan sebagainya. Seluruh
perasaan dan kemauan dikerahkan agar daya-daya tersebut tetap giat
untuk memperoleh hasil yang diinginkan54.
Sedangkan menurut Sriyono, keaktifan meliputi:
a. Keaktifan indera, yaitu : berusaha mendayagunakan alat indera sebaikbaiknya seperti pendengaran, penglihatan, peraba dan sebagainya.
b. Keaktifan akal, yaitu : melakukan kegiatan dengan akal harus selalu
aktif atau diaktifkan untuk memecahkan masalah seperti menimbangnimbang, menyusun pendapat dan mengambil suatu kesimpulan.
c. Keaktifan emosi, yaitu : senantiasa berusaha mencintai apa yang telah
lakukan karena senang maupun tidak adalah tanggung jawab diri
sendiri.55

52
53

hlm. 23.

54

Max Darsono dkk, Belajar dan Pembelajaran, (Semarang: IKIP Press, 2000), hlm. 72
Moh Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002),

Zakiah Darajat, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara,
t.th.), hlm. 137
55
Sriyono, dkk., Teknis Belajar Mengajar Dalam CBSA, (Jakarta: Rineka Cipta, 1992),
hlm. 75.

25

Adapun ibadah menurut bahasa artinya adalah taat, menurut,


mengikut dan tunduk. Sedangkan arti ibadah menurut istilah adalah segala
ketaatan yang semata-mata karena mencari keridlaan Allah56.

Ibadah

merupakan pengabdian diri manusia kepada Allah yang harus dilakukan


semata-mata karena melaksanakan perintah Allah.

Ketaatan tersebut

memiliki tujuan mendekatkan diri kepada Allah.


Dan shalat menurut bahasa adalah doa.57 Ada yang berkata
shalat itu bermakna doa, tazim, rahmat dan berkat. Dan bermakna puji.
Rumah tempat sembahyang orang Yahudipun di namai shalat.
Menurut syara Shalat adalah hubungan antara hamba dengan
Tuhannya.58

Dinamai ibadah ini dengan shalat, adalah karena ia

melengkapi doa karena itulah membaca doa untuk Nabi dinamai shalat
(shalawat).
Sedangkan Shalat menurut istilah syariat Islam sebagaimana
dijelaskan oleh Syaikhul Islam Zakariya Al-Anshori :

Artinya : Shalat adalah ucapan-ucapan dan perbuatan-perbuatan yang


diawali dengan takbiratul ihrom dan diakhiri dengan salam.
Adapun menurut Hasbi Ash-Shiddiqy, shalat adalah Ibadah yang
terdiri dari ucapan-ucapan dan perbuatan yang diawali dengan takbiratul
ikhram dan di akhiri dengan salam dengan syarat-syarat dan rukun
tertentu.60
Menurut Nasrudin Razaq, shalat berarti suatu sistem ibadah yang
tersusun dari beberapa perkataan dan perbuatan yang dimulai dengan

56

Hasbi Ash-Shiddiqy, Kulian Ibadah, Ibadah Ditinjau dari segi Hukum dan Hikmah,
(Semarang: Pustaka Rizki Putra, 2000), hlm 5.
57
Tengku Muhammad Hasbi As-Shiddieqy, Kuliah Ibadah, (Semarang: Pustaka Rizqi
Putra, 2000), hlm. 130.
58
As-Shiddieqy, Kuliah Ibadah, hlm. 130.
59
Syaikhul Islam Zakariya Al-Anshori, Tuhfatut Thullab Bisyarhi Tanqiihul Lubab,
(Surabaya: Maktabah Al-Hidayah, t.th), hlm. 19
60
As-Shiddieqy, Kuliah Ibadah, hlm. 131.

26

takbir dan diakhiri dengan salam berdasarkan atas syarat-syarat dan rukun
tertentu.61
Ibadah shalat merupakan rukun Islam yang kedua, kerena kita
sebagai muslim mak diwajibkan mengerjakan shalat dimana dan
bagaimanapun keadaan seorang muslim yang mukallaf. Ibadah shalat
mulai diwajibkan pada malam isro miroj Nabi Muhammad S.W.T. yang
menurut pendapat kebanyakan ulama terjadi lima tahun sebelum Nabi
S.A.W. hijrah ke Madinah.
Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa keaktifan
ibadah shalat adalah giat, bersemangat dan sungguh-sungguh dalam
melaksanakan ketaatan berupa kewajiban shalat lima waktu yang
dilaksanakan semata-mata karena mencari keridlaan Allah. Keaktif dalam
beribadah shalat berarti selalu melaksanakan ibadah shalat lima waktu
selama sehari semalam sesuai dengan ketentuan syariat dan tidak pernah
meninggalkan shalat.
2. Macam-Macam Keaktifan Ibadah Shalat
Macam-Macam keaktifan ibadah shalat diantaranya adalah 62:
a. Frekuensi Ibadah Shalat
Dalam menjalankan ibadah shalat waktunya telah ditentukan
oleh Allah SWT dalam sehari semalam lima kali. Oleh karena itu
disiplin dalam melaksanakan ibadah shalat merupakan amaliyah yang
harus dilakukan terus menerus oleh setiap orang yang beriman. Dan
berdosalah orang yang melalaikan ibadah shalat sebagaimana firman
Allah dalam Al-Quran Surat al-Mauun ayat 4-5 yang berbunyi :

(- , )



Artinya : Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat, (yaitu)
orang-orang yang lalai dari shalatnya (QS. Al-Mauun: 45)63.

61

Nazaruddin Razak, Dienul Islam, (Bandung: Al Maarif, 1977), hlm. 178.


Saleh Al-Fauzan, Fiqih Sehari-Hari, (Jakarta: Gema Insanim 2006), hlm 66.
63
RHA. Soernarjo, Al-Quran,, hlm. 1108.
62

27

Ayat ini menekankan bahwa menyia-nyiakan shlat merupakan


perbutan yang tercela dan dilaknat oleh Allah. Salah satu cara
menjalankan dan mentaati perintah Allah adalah dengan mengaktifkan
ibadah shalat, sesuai dengan firman Allah dalam Al-Quran Surat AlAnkabut ayat 45, yang berbunyi :



.( : )

Artinya : dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah


dari perbuatan keji dan munkar. Dan sesungguhnya
mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya
dari ibadah-ibadah yang lain). Dan Allah mengetahui apa
yang kamu kerjakan (QS. Al-Ankabuut: 45).64
Ayat tersebut di atas memberikan tuntunan kepada manusia
untuk rajin beribadah kepada Allah dengan cara shalat karena dengan
shalat akan dapat mencegah dari perbuatan yang keji dan munkar.
b. Tepat waktu dalam melaksanakan shalat
Shalat adalah merupakan kewajiban yang telah ditentukan
waktunya, sebagaimana telah dijelaskan oleh Allah SWT dalam AlQuran surat An-Nisa' Ayat 103, Allah SWT. juga berfirman tentang
kewajiban shalat lima waktu, yang berbunyi :

( , )


Artinya : Sesungghnya shalat itu adalah fardlu yang ditentukan
waktunya atas orang-orang yang beriman. (QS. An-Nisa:
103)65.
Berkaitan dengan ketepatan waktu shalat, Asy-Syekh
Zainuddin bin Abdul Aziz Al-Malibari dalam Kitab Fathul Mu'in
menjelaskan:

64
65

RHA. Soernarjo, Al-Quran, hlm. 635.


RHA. Soernarjo, Al-Quran, hlm.138.

28



Artinya : Shalat-shalat yang fardlu 'ain itu lima kali dalam satu hari
satu malam, yang sudah diketahui dengan pasti dari agama.
Oleh karena itu, kafirlah orang yang menentangnya. Shalat
maktubah, yaitu shalat lima waktu wajib dikerjakan oleh
setiap Muslim yang mukallaf, yaitu yang baligh, berakal
sehat, laki-laki atau selainnya, dan yang suci. Orang Muslim
mukalaf yang suci, apabila dengan sengaja menunda shalat
fardlu hingga melewati waktu penjamakannya, malas
mengerjakannya namun masih berkeyakinan bahwa shalat
itu hukumnya wajib, lantas dia disuruh bertobat tapi tidak
mau, maka wajib ditetapkan had atasnya, yaitu dengan
memancung lehernya66.
c. Tata cara shalat yang tepat
Ketepatan dalam tata cara shalat ini terdiri dari lima hal,
yaitu:
1) Shalat dilaksanakan setelah masuk waktunya
Syarat shalat yang pertama adalah mengetahui masuknya
waktu shalat, baik secara yakin, maupun fikiran yang kuat67.
Berdasarkan Al-Quran Surat An-Nisa Ayat 103 tersebut di atas,
menunjukkan bahwa salah satu syahnya shalat adalah dilakukan
tepat waktu yang telah ditentukaan. Artinya Allah SWT telah
menentukan batas-batas waktu tertentu untuk dilaksanakan di
dalamnya. Para ulama sepakat bahwa shalat lima waktu

66

Asy-Syeh Zainuddin bin Abdul Aziz Al-Malibari, Fathul Mu'in Bisyarkhi Qurratul
'Ain Bimuhimmadid Din diterjemahkan oleh Ust. Abul Hiyadh, (Surabaya: Al-Hidayah, 1993),
hlm.13-15.
67
Masjfu Zuhdi, Studi Islam Jilid II Ibadah, (Jakarta: Rajawali Pers, 1992), hlm.17

29

mempunyai

waktu-waktu

khusus,

jika

shalat

dilaksanakan

68

sebelumnya maka shalat tersebut tidak sah .


2) Menutup aurat
Menutup aurat adalah termasuk syarat syahnya shalat.
Adapun batasan aurat lelaki sewaktu shalat adalah kemaluan dan
pinggul (bagian tubuh inilah yang telah disepakati oleh Ulama
untuk ditutupi sewaktu shalat). Mengenai bagian tubuh yang lain,
yakni paha, pusat dan lutut,para Ulama berbeda pendapat.
Menurut Syafii dan Hambali aurat lelaki dalam shalat adalah
antara pusat dan lutut dengan catatan antara pusat dan lututnya
harus ditutup. Menurut Hanafi, aurat lelaki yang harus ditutupi
pada waktu shalat adalah dari pusat sampai dengan lutut, dengan
catatan bahwa pusat takmasuk aurat. Menurut Maliki, aurat lelaki
yang mutlak harus ditutupi adalah kelamin dan dubur (anus). Aurat
ini disebut berat (mughaladhah). Batas aurat wanita pada waktu
shalat adalah seluruh badannya kecuali muka dan kedua telapak
tangannya, berdasarkan Al-Quran Surat An-Nur ayat 31 dan
hadits-hadits Nabi. Pakaian yang dipakai shalat harus menutupi
aurat, sekalipun pakaiannya sempit. Pakaian yang tembus mata
hingga terlihat warna kulitnya, maka tidak sah shalatnya.
Sebaiknya orang memakai pakaian sebaik dan serapi mungkin pada
waktu shalat, dan terdiri dari dua potong atau lebih69.
Penanaman kesadaran berpakaian dalam shalat bagi anak
didik tidak seperti membalik kedua telapak tangan saat dibalik
langsung jadi. Bagi anak kesadaran merupakan hal yang paling
utama sebagai dasar dalam mengamalkan sebuah ajaran tersebut.
Seperti halnya bagi anak yang memiliki sifat egosentris memiliki
kecenderungan memiliki kesadaran keagamaan banyak dipengaruhi
oleh egonya. Dan pertumbuhan egonya pun juga banyak ditentukan
68
69

Saleh Al-Fauzan, Fiqih Sehari-Hari, (Jakarta: Gema Insanim 2006), hlm 66.
Masjfu Zuhdi, Studi, hlm. 17-18.

30

oleh pertumbuhan dirinya. Oleh karena itu semakin anak


berkembang, maka akan semakin memiliki keraguan keagamaan
yang

menonjol,

dan

banyak

menuntut

pada

kesenangan

pribadinya70.
3) Suci badan, pakaian dan tempat yang digunakan
Termasuk syarat syahnya shalat adalah menghindari najis.
Maka ketika shalat tubuh, pakaian dan tempat shalat harus bersih
dari najis dan kotoran. Najis merupakan kotoran tertentu yang
menyebabkan shalat tidak sah71. Suci badan, pakaian, dan tempat
shalat ini berdasarkan Al-Quran Surat Al-Mudatsir Ayat 4 yang
berbunyi :

( : )

Artinya : Dan pakaianmu bersihkanlah (QS.Al-Mudatstsir: 4)72.
Orang yang hendak shalat harus suci, baik dari hadats kecil
maupun hadats besar dengan mandi, wudlu atau tayamum sesuai
dengan keadaan masing-masing. Jika seseorang melakukan shalat
tanpa bersuci dari hadats, baik dengan sengaja maupun terlupakan
maka shalatnya tidak sah, dan jika ia berhadats setelah mulai
shalat, shalatnya menjadi batal, sebab syaratnya tidak terpenuhi.
Selain suci dari hadats, juga disyaratkan suci badan,
pakaian, dan tempat shalat dari najis. Hal ini berdasarkan beberapa
dalil, misalnya firman Allah dalam Al-Quran Surat Al-Mudasir
watsiyabaka fathahhir, Dan pakaianmu bersihkanlah.
Adapun keharusan kesucian pakaian diambil dari perintah
Nabi untuk mencuci pakaian yang terkena haid. Adapun keharusan
sucinya tempat shalat dapat dipahami dari perintah nabi agar
menyiram kencing orang Arabiy di masjid dengan air: Shubbu
70

Jalaluddin, Psikologi Agama, (Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 2004), hlm. 71.
Jalaluddin, Psikologi Agama, hlm. 74.
72
RHA. Soernarjo, Al-Quran, hlm. 992
71

31

alaihi dzanuban min al-ma; tuangkanlah atasnya seember air.


Berdasarkan persyaratan ini,jika seseorang melakukan shalat
sementara di badan, pakaian, dan tempat shalatnya terdapat najis
yang tidak dimaafkan, maka shalatnya tidak sah. Begitu juga, jika
badan pakaian, atau tempat shalat terkena najis ketika ia melakukan
shalat, maka shalatnya batal73.
4) Menghadap kiblat
Dinamakan kiblat karena manusia berkiblat kepadanya dan
karena orang yang melaksanakan shalat menghadap kepadanya74.
Para ulama telah sepakat, tidak sah shalat tanpa menghadapkiblat.
Hal ini didasarkan pada firman Allah dalam Al-Quran Surat AlBaqarah Ayat 144 yang berbunyi :


, )



(
Artinya : Sungguh kami (sering) melihat mukamu menengadah ke
langit, Maka sungguh kami akan memalingkan kamu ke
kiblat yang kamu sukai. palingkanlah mukamu ke arah
Masjidil Haram. dan dimana saja kamu berada,
palingkanlah mukamu ke arahnya. dan Sesungguhnya
orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang diberi Al Kitab
(Taurat dan Injil) memang mengetahui, bahwa berpaling
ke Masjidil Haram itu adalah benar dari Tuhannya; dan
Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang mereka
kerjakan. (QS. Al-Baqarah:144)75.
Karena tidak ada kewajiban menghadap kiblat di luar
shalat, maka difahami bahwa kewajiban itu berlaku dalam
mengerjakan shalat. Rasulullah bersabda kepada Khalid Ibnu
73

Supiana & Karman, Materi Pendidikan Agama Islam, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2001), hlm. 29-30
74
Supiana, Materi PAI,, hlm. 37
75
RHA. Soernarjo, Al-Quran, hlm. 37

32

Rafii: Apabila Anda hendak mengerjakan shalat, maka


sempurnakanlah

wudlu

dan

menghadap

kiblat,

kemudian

bertakbirlah. Dalam hadits lain dijelaskan bahwa Nabi shalat dua


rekaat dengan menghadap ke kabah kemudian berkata : inilah
kiblat Hadits ini berkaitan dengan hadits lainnya : Shhaluu kama
raiatumuuni ushalli; shalatlah kamu sebagaimana kamu lihat saya
shalat. Jadi, karena beliau shalat menghadap ke kiblat, maka
umatnya pun harus melakukannya demikian. Orang yang dekat
dengan

kabah

dan

dapat

melihatnya

harus

benar-benar

menghadapkan tubuhnya ke ain (benda) kabah itu sehingga tidak


ada bagian tubuhnya yang tidak menghadapnya. Bagi orang yang
jauh

dari

kabah,

ulama

berbeda

pendapat

tentang

kewajibannya.Sebagaian berpendapat bahwa ia wajib menghadap


ke benda kabah tetapi ketepatannya tidak mesti mencapai
kepastian, cukupdengan kuat sangkaan saja. Sebagai ulama dari
kabah, ulama berbeda pendapat tentang kewajibannya. Sebagian
berpendapat bahwa ia wajib menghadap ke benda kabah tetapi
ketepatannya tidak mesti mencapai kepastian, cukup dengan kuat
sangkaan saja. Sebagian ulama lainnya berpendapat, hanya wajib
menghadap ke arah kabah.76
5) Niat shalat
Niat termasuk rukun shalat yang harus dipenuhi bagi setiap
orang yang mengerjakan shalat. Niat diisyaratkan untuk senantiasa
berlanjut dalam shalat. Jika seseorang memotong niatnya di tengahtengah shalat maka shalatnya menjadi batal. Niat ini berdasarkan
Al-Quran Surat Al-Bayyinah Ayat 5 yang berbunyi :






( , )

76

Supiana &Karman, Materi PAI, hlm. 31.

33

Artinya: Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah


Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam
(menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka
mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang
demikian Itulah agama yang lurus (QS. Al-Bayyinah:
5)77.
Menurut Ibnu Qayyim, niat itu letaknya di dalam hati,
tidak ada hubungannya dengan lisan sama sekali. Karena itu,
tidakpernah diberitakan lafaz niat (nawaitu ushalli ) dari Nabi
dan juga dari sahabat. Melafazkan niat pada waktu wudlu dan
shalat itu bias memberipeluang kepada syetan untukmenjadikan
was-was pada orang, sehingga ia mengulang-ulangi dan bersusah
payah untuk melafazkannya, padahal melafazkan niat tidak
termasuk shalat. Tetapi menurut Syafii dan Hambali, melafazkan
niat itu sunat, agar lisannya dapat membantu hatinnya. Hanafi
berpendapat, melafazkan niat itu bidah karena tidak dilakukan
oleh

nabi

dan

sahabat.

Tetapi

dipandang

baik,

apabila

mengucapkan niat itu untuk mengatasi was-was. Menurut Maliki,


mengucapkan niat itu tidak begitu baik, kecuali bagi orang yang
was-was. Ia malah disunatkan untuk mengatasi was-was78.
3. Faktor yang Mempengaruhi Keaktifan Ibadah Shalat
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi keaktifan ibadah shalat
siswa antara lain79 :
a. Faktor pembiasaan beribadah dalam keluarga. Kehidupan dalam
keluarga sangat mempengaruhi ketampilan beribadah bagi anakanaknya. Mereka akan melihat bagaimana orang tuanya beribadah dan
bagaimana mereka melaksanakan dalam kehidupan sehari-hari. Anak
biasanya mengikuti dan menjadikan contoh teladan dari orang tuanya.
Selain itu bimbingan dari kedua orang tua agar anaknya rajin beribadah
77

RHA. Soernarjo, Al-Quran, hlm. 1084


Masjfuk Zuhdi, Studi, hlm. 19-20.
79
Teungku Muhammad Hasbi Ash-Shiddiqy, Kuliah Ibadah, (Semarang: PT. Pustaka
Rizki Putra, t.th), hlm. 95.
78

34

sangat penting. Artinya orang tua selalu memberi bimbingan secara


cermat, baik mulai dari cara berimbadah salat, melakukan puasa,
berbuat baik, berkata jujur dan hormat kepada orang lain. Hal ini dapat
dilakukan dan dibina sejak dini, yaitu dalam lingkungan keluarga yang
selalu mendapat pengawasan dan keteladanan orang tuanya.
b. Faktor lingkungan tempat tinggal/masyarakat. Lingkungan merupakan
kumpulan orang-orang yang berada dalam kelompok sendiri-sendiri,
mereka akan mengurus dan mencukupi kebutuhan sesuai dengan
tingkat ekonomi dan kemampuan yang dimilikinya. Tetapi lingkungan
masyakarakat akan terbentuk ketika mereka saling berhubungan satu
dengan yang lain, saling tukar pikiran dan mempengaruhi perilaku
anggota keluarganya. Dalam pergaulan di masyarakat inilah anak-anak
akan mendapat pengaruh besar tentang kedisiplinan beribadah dan
penerapakan perilaku baik terhadap sesamanya.
c. Faktor teman bermain. Teman merupakan orang yang memiliki tingkat
umur sebaya dan memiliki kecenderungan untuk melakukan suatu
aktivitas dan bermain yang sama pula. Mereka berkumpul dalam suatu
arena untuk mencurahkan kebolehannya bersama teman-temannya
untuk

mencapai

suatu

tujuan

bersama.

Kaitaannya

dengan

keterampilan beribadah, maka pengaruh teman bermain ini sangat


besar. Oleh karena itu akan harus hati-hati dalam memilih teman
bermain, terutama dalam memilih teman yang baik dan menghindari
teman-teman yang tidak baik.
d. Faktor pendidikan agama di sekolah. Pendidikan agama di sekolah
akan selalu mendapat bimbingan dari guru di sekolah. Oleh karena itu
dengan dibekali beberapa pokok materi pelajaran, maka siswa akan
lebih memahmi tentang aqidah akhlak dan diharapkan mampu
mengamalkannya dalam perilaku sehari-hari. Oleh karena itu dengan
bimbingan guru aqidah akhlak, maka siswa dapat melaksankaan ajaran
Islam dengan baik, sesuai dengan petunjuk yang telah ditentukan.

35

C. Hipotesis
Hipotesis artinya: dugaan yang mungkin benar atau mungkin juga
salah80. Sedangkan menurut Sumadi Suryabrata, hipotesis adalah jawaban
sementara terhadap masalah penelitian, yang kebenarannya masih harus diuji
secara empiris81. Menurut Suharsimi Arikunto, Hipotesis adalah catatan yang
bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian sampai terbukti melalui
data yang terkumpul82.
Berdasarkan penjelasan tersebut, maka pengertian hipotesis disini
adalah jawaban sementara terhadap masalah penelitian yang harus diuji
kebenarannya, melalui penyelidikan terhadap fakta-fakta yang dikumpulkan
dan data-data yang otentik.
Adapun hipotesis yang penulis ajukan adalah "Ada korelasi yang
signifikan antara kedisiplinan belajar Aqidah Akhlaq dengan keaktifan
beribadah shalat siswa di MTs Miftahul Falah Talun Kayen Pati Tahun
Pelajaran 2010/2011"
Artinya: semakin baik kedisiplinan belajar Aqidah Akhlaq, maka akan
semakin tinggi pula keaktifan beribadah shalat siswa di MTs Miftahul Falah
Talun Kayen Pati Tahun Pelajaran 2010/2011.

80

Sutrisno Hadi, Metodologi Research Jilid 1, (Yogyakarta: Andi Offset, 2000), hlm.63.
Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian, (Jakarta: CV Rajawali, 1992), hlm. 69.
82
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka
Cipta, 1998), hlm. 67.
81

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis dan pendekatan penelitian


Penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research), yaitu
penelitian yang dilakukan di kancah atau medan terjadinya gejala-gejala83.
Penelitian ini adalah suatu jenis penelitian lapangan yang langsung
berhubungan dengan objek yang diteliti untuk mendapatkan data yang riil dan
bersifat kuantitatif, kemudian dianalisis dengan analisis kuantitaif untuk
menguji hipotesis, oleh karena itu penelitian ini juga disebut penelitian
kuantitatif.

B. Variabel dan indikator


Dalam penelitian ini terdapat dua variabel, yaitu :
1. Variabel independent (variabel bebas) yaitu kedisiplinan belajar Aqidah
Akhlaq siswa dengan indikator sebagai berikut :
a. Mengikuti dan menaati peraturan, nilai, dan hukum yang berlaku.
b. Pengikutan dan ketaatan tersebut muncul karena adanya kesadaran diri
bahwa hal itu berguna bagi kebaikan dan keberhasilan dirinya.
c. Sebagai alat pendidikan untuk mempengaruhi, mengubah, membina
dan membentuk perilaku sesuai dengan nilai-nilai yang ditentukan atau
diajarkan.
d. Jika melanggar ketentuan yang berlaku adalah diberi hukuman dalam
rangka mendidik, melatih, mengendalikan dan memperbaiki tingkah
laku.
e. Peraturan-peraturan yang berlaku sebagai pedoman dan ukuran
perilaku.

83

Sutrisno Hadi, Metodologi Research Jilid 1, (Yogyakarta: Andi Offset, 2000), hlm. 10
36

37

f. Pemahaman yang baik mengenai sistem aturan dan norma, yang


menumbuhkan kesadaran dan ketaatan pada aturan, norma, kriteria
standar, yang merupakan syarat untuk mencapai keberhasilan (sukses).
g. Sikap mental (mental atitude), yang merupakan sikap taat dan tertib
sebagai hasil atau pengembangan dari latihan, pengendalian pikiran
dan pengendalian watak.
h. Perilaku yang secara wajar menunjukkan kesungguhan hati untuk
mentaati segala hal secara cermat dan tertib
2. Variabel dependent (variabel terikat) yaitu keaktifan beribadah shalat siswa
dengan indikator :
a. Frekuensi shalat lima waktu
b. Disiplin dalam menjalankan shalat lima waktu
c. Tidak meninggalkan shalat lima waktu
d. Segera melaksanakan shalat setelah masuk waktu shalat
e. Melaksanakan shalat lima waktu dengan berjamaah

C. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel


1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang terdiri dari
manusia, benda-benda, hewan, tumbuh-tumbuhan gejala-gejala, nilai tes
atau peristiwa-peristiwa sebagai sumber data yang memiliki karakteristik
tertentu di dalam suatu penelitian84.
Adapun yang menjadi populasi penelitian ini adalah seluruh siswa
MTs Miftahul Falah Talun Kayen Pati Tahun Pelajaran 2010/2011
sebanyak 108 siswa.
2. Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel
Sampel adalah sebagian dari populasi, sebagai contoh yang diambil
dengan menggunakan cara-cara tertentu.85 Menurut Suharsimi Arikunto
84

S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1996),

85

Margono, Metodologi, hlm. 121.

hlm. 118.

38

menyebutkan bahwa apabila subyeknya kurang dari 100, maka lebih baik
diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi.
Selanjutnya jika jumlah subyeknya besar dapat diambil antara 10 - 15 %
atau 20 - 25 % atau lebih.86
Berdasarkan pendapat di atas, karena populasi lebih dari 100, maka
penulis mengambil sampel sebanyak 108 siswa X 25 % = 27 siswa, dengan
menggunakan teknik Random Sampling.

D. Teknik Pengumpulan Data


Adapun tehnik pengumpulan data dalam penelitian ini, penulis
menggunakan data lapangan dengan meneliti secara langsung atau meneliti
gejala di lapangan atau menggunakan jenis penelitian field research.
Untuk memperoleh data empiris yang akurat dan valid, maka penulis
menggunakan metode sebagai berikut :
1. Metode Observasi
Observasi artinya suatu pengamatan dan pencatatan dengan
sistematik terhadap fenomena-fenomena yang diselidiki87.
Metode ini penulis gunakan untuk menggali data atau informasi
langsung di MTs Miftahul Falah Talun Kayen Pati tentang proses belajar
mengajarnya. Fenomena-fenomena tersebut diselidiki, diamati dan dicatat
secara seksama dan sistematis.
Adapun yang penulis amati adalah kegiatan kedisiplinan belajar
dan keaktifan beribadah shalat siswa.
2. Metode angket
Angket adalah suatu cara dalam pengumpulan data yang
menggunakan suatu daftar yang berisikan suatu rangkaian pertanyaan
mengenai sesuatu hal atau dalam suatu bidang, yang berupa daftar

86

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka


Cipta, 1998), hlm. 120.
87
Sutrisno Hadi, Metodologi Research Jilid 2, (Yogyakarta: Andi Offset, 2000), hlm.
136.

39

pertanyaan

untuk

memperoleh

data

jawaban-jawaban

dari

para

88

responden .
Metode angket ini penulis gunakan untuk mendapatkan data
tentang kedisiplinan belajar Aqidah Akhlaq sebagai variabel X, dan data
tentang keaktifan beribadah shalat siswa sebagai variabel Y.
Angket ini dibedakan menjadi dua yaitu, kuesioner berstruktur
atau yang disebut dengan kuesioner tertutup dan kuesioner tak berstruktur
atau yang disebut kuesioner tidak langsung. Kuesioner berstruktur adalah
berisi pertanyaan-pertanyaan yang disertai sejumlah alternatif jawaban
yang disediakan. Sedangkan kuesioner tak berstruktur adalah jawaban
responden terhadap setiap pertanyaan diberikan secara bebas menurut
pendapat sendiri89. Adapun dalam penelitian ini penulis menggunakan
kuesioner berstruktur atau kuesioner tertutup dalam pengumpulan data.

E. Teknik Analisis Data


Dalam menganalisis data penulis menggunakan tiga tahap analisis,
yaitu :
1. Analisis Pendahuluan
Analisis
menggunakan

pendahuluan

tabel-tabel

pada

distribusi

umumnya

dilakukan

frekuensi/pembagian

dengan

kekerapan,

keseringan secara sederhada untuk setiap variabel yang terdapat dalam


penelitian. Dalam analisis ini penulis memasukkan data-data yang
terkumpul ke dalam tabel distribusi frekuensi untuk memudahkan
penghitungan dalam pengolahan data selanjutnya.
Selanjutnya pengukuran nilai menggunakan skala likert. Skala
likert memberikan suatu nilai skala untuk tiap alternatif jawaban yang
berjumlah 4 kategori90.
88

Koenjaraningrat, Metode-metode Penelitian Masyarakat, (Jakarta: PT Gramedia,


1991), hlm. 215.
89
Margono, Metodologi, hlm. 167
90
Sanafiah Faisal, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Surabaya: Usaha Nasional,
1982), hlm.197.

40

Adapun kriteria alternatif jawaban dan skornya adalah sebagai


berikut :
a. Untuk alternatif jawaban a diberi skor 4
b. Untuk alternatif jawaban b diberi skor 3
c. Untuk alternatif jawaban c diberi skor 2
d. Untuk alternatif jawaban d diberi skor 1
Penggunaan skor tersebut dimaksudkan agar mempermudah
dalam penghitungan.
Setelah melakukan penskoran kemudian dilanjutkan dengan
langkah-langkah sebagai berikut :
a. Mencari mean nilai angket tentang kedisiplinan belajar Aqidah Akhlaq
dengan rumus sebagai berikut :
Mx =

fX 91
N

b. Membuat interval untuk menentukan kategori nilai angket tentang


kedisiplinan belajar Aqidah Akhlaq.
Adapun rumus dalam menetukan kategori ini adalah :
Interval =

(nt nr + 1)

N
c. Mencari mean nilai angket
tentang keaktifan beribadah shalat dengan
rumus sebagai berikut :
Mx =

fX 92
N

d. Membuat interval untuk menentukan kategori nilai angket tentang


keaktifan beribadah shalat siswa dengan rumus :
Interval =

(nt nr + 1)

2. Analisis Uji Hipotesis

Pada tahap ini data yang telah terkumpul kemudian dianalisis


dengan menggunakan tehnik analisis product moment, sebagai berikut:

91
92

Hartono, Statistik untuk Penelitian, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004), hlm. 30


Hartono, Statistik, hlm. 30

41

rxy =

( X )( Y )
XY
n

( X )
( Y )

Y
N
N
2

Keterangan :
rxy

= Koefisien korelasi X dan Y

= Variabel kedisiplinan belajar Aqidah Akhlaq siswa

= Variabel keaktifan beribadah shalat siswa

XY

= Perkalian antara variabel X dan Y

= Jumlah sampel93

3. Analisis lanjut
Analisis lanjut sebagai interpretasi lanjutan yang didasarkan atas
hasil uji hipotesis dengan membandingkan hasil penghitungan rxy
observasi dengan r tabel. Apabila

rxy observasi (ro) sama dengan atau

lebih besar dari harga tabel r tabel pada taraf signifikasi 5 % maupun 1 %,
maka Ha diterima sebaliknya H0 ditolak. Artinya: jika nilai rxy observasi
(ro) lebih besar jika dibandingkan dengan nilai r yang ada pada tabel
berarti ada hubungan yang signifikan antara kedisiplinan belajar Aqidah
Akhlaq dengan keaktifan beribadah shalat siswa, dan jika nilai rxy
observasi (r o) lebih kecil jika dibandingkan dengan nilai r yang ada pada
tabel berarti tidak ada hubungan yang signifikan antara kedisiplinan belajar
Aqidah Akhlaq dengan keaktifan beribadah shalat siswa.

93

Sutrisno Hadi, Statistik 2, (Yogyakarta: Andi Offset, 2000), hlm. 294.

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data Hasil Penelitian


Untuk memperoleh data tentang korelasi kedisiplinan belajar Aqidah
Akhlaq siswa dengan keaktifan beribadah shalat siswa MTs Miftahul Falah
Talun Kayen Pati Tahun Pelajaran 2010/2011 dapat diperoleh dari hasil angket
yang telah diberikan kepada para siswa sebagai responden yang berjumlah 27
siswa, angket disebar kepada para siswa MTs Miftahul Falah Talun Kayen Pati
Tahun Pelajaran 2010/2011 yang menjadi responden.
Angket tentang kedisiplinan belajar Aqidah Akhlaq siswa terdiri dari
12. Dari masing masing butir pertanyaan dalam angket tersebut diikuti 4
(empat) alternatif jawaban, yaitu: berturut-turut a, b, c, dan d dengan skornya
berturut-turut 4, 3, 2, dan 1.
Adapun angket tentang keaktifan beribadah shalat siswa juga terdiri
dari 12. Dari masing masing butir pertanyaan dalam angket tersebut diikuti 4
(empat) alternatif jawaban, yaitu: berturut-turut a, b, c, dan d dengan skornya
berturut-turut 4, 3, 2, dan 1.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dari deskripsi data sebagai berikut :
1. Data Hasil Angket tentang Kedisiplinan belajar Aqidah Akhlaq siswa
(Variabel X)
Untuk mendapatkan nilai kuantitatif tentang kedisiplinan belajar
Aqidah Akhlaq siswa adalah dengan menjumlah skor jawaban angket
tentang kedisiplinan belajar Aqidah Akhlaq siswa MTs Miftahul Falah
Talun Kayen Pati Tahun Pelajaran 2010/2011dari responden sesuai dengan
frekunsi jawaban. Agar lebih jelas dapat dilihat pada tabel berikut ini :

42

43

Tabel 4.1
Nilai Angket tentang Kedisiplinan Belajar Aqidah Akhlaq siswa
di MTs Miftahul Falah Talun Kayen Pati
Tahun Pelajaran 2010/2011
No

Nilai Pertannyaan
Jml

Resp.

10

11

12

42

40

39

38

44

43

42

45

41

10

40

11

39

12

44

13

39

14

43

15

41

16

42

17

45

18

46

19

43

20

40

21

41

22

44

23

39

24

42

44

25

38

26

44

27

37

Jumlah

1121

Dari hasil angket tersebut kemudian menyiapkan tabel distribusi


frekwensi (Tabel Penghitungan) untuk mencari mean kedisiplinan belajar
Aqidah Akhlaq siswa sebagai berikut :
Tabel 4.2
Tabel Distribusi Frekwensi Penghitungan Mencari Mean
Hasil Angket tentang Kedisiplinan Belajar Aqidah Akhlaq
siswa di MTs Miftahul Falah Talun Kayen Pati
Tahun Pelajaran 2010/2011
No

Nilai

fx

37

37

38

76

39

156

40

120

41

123

42

168

43

129

44

176

45

90

10

46

46

N = 27

= 1121

Jumlah

Dari tabel di atas penulis peroleh


N

= 27

fx

= 1121

Selanjutnya penulis masukkan kedalam rumus

45

fX

Mx =
Mx =

N
1121
27

= 41,52
Dari hasil tersebut di atas, kemudian penulis membuat tabel
kategori nilai dengan rumus :
nt nr + 1
N

Interval =

Maka data yang disajikan adalah :


Nilai tertinggi

= 48

Nilai terendah

= 12

Rata - rata

= 41,52

Option kategori

= 4

Maka diperoleh hasil sebagai berikut :


Interval =

( 48 12 + 1) ( 36 + 1) 37
=
= 9 , 25 kemudian dibulatkan
=
4
4
4

menjadi 9
Maka hasil interval yang diperoleh adalah sebagai berikut
Tabel 4.3
Kategori Nilai Hasil Angket tentang Kedisiplinan Belajar Aqidah Akhlaq
Siswa di MTs Miftahul Falah Talun Kayen Pati
Tahun Pelajaran 2010/2011
No

Interval Nilai

Kategori

40 - 48

Sangat Tinggi

31 - 39

Tinggi

22 - 30

Sedang

12 - 21

Rendah

46

Dari tabel kategori nilai tersebut di atas, maka dapat diketahui


bahwa kedisiplinan belajar Aqidah Akhlaq siswa di MTs Miftahul Falah
Talun Kayen Pati Tahun Pelajaran 2010/2011 termasuk dalam kategori
sangat tinggi karena rata-rata nilai 41,52 adalah pada interval 40 - 48,
dengan kategori sangat tinggi.

2. Data tentang keaktifan beribadah shalat siswa


Untuk memperoleh data tentang keaktifan beribadah shalat siswa
adalah dengan menjumlah skor jawaban angket tentang keaktifan
beribadah shalat siswa MTs Miftahul Falah Talun Kayen Pati Tahun
Pelajaran 2010/2011 dari responden sesuai dengan frekunsi jawaban. Agar
lebih jelas dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 4.4
Nilai Angket tentang Keaktifan Beribadah Shalat Siswa
MTs Miftahul Falah Talun Kayen Pati
Tahun Pelajaran 2010/2011
No

Nilai Pertannyaan
Jml

Resp.

10

11

12

40

39

42

40

45

42

40

44

43

10

42

11

41

12

43

13

41

47

14

45

15

43

16

42

17

41

18

44

19

45

20

38

21

43

22

42

23

40

24

45

25

39

26

42

27

39

Jumlah

1130

Dari nilai keaktifan beribadah shalat siswa MTs Miftahul Falah


Talun Kayen Pati Tahun Pelajaran 2010/2011 tersebut, kemudian
menyiapkan tabel distribusi frekwensi (Tabel Penghitungan) untuk
mencari mean keaktifan beribadah shalat siswa

MTs Miftahul Falah

Talun Kayen Pati Tahun Pelajaran 2010/2011 sebagai berikut :


Tabel 4.5
Tabel Distribusi Frekwensi Penghitungan Mencari Mean Prestasi Belajar
Al-Quran Hadits siswa MTs Miftahul Falah Talun Kayen Pati
Tahun Pelajaran 2010/2011
No

Nilai

fx

38

38

39

117

40

160

48

41

123

42

252

43

172

44

88

45

180

N = 27

= 1130

Jumlah

Dari tabel di atas penulis peroleh :


N

= 27

fx

= 1130

Selanjutnya penulis masukkan kedalam rumus :


Mx =
Mx =

fX
N
1130
27

= 41,85
Dari hasil tersebut di atas, kemudian penulis membuat tabel
kategori nilai dengan rumus :
Interval =

nt nr + 1
N

Maka data yang disajikan adalah :


Nilai tertinggi

= 48

Nilai terendah

= 12

Rata - rata

= 41,85

Option kategori

= 4

Maka diperoleh hasil sebagai berikut :


Interval

( 48 12 + 1) ( 36 + 1) 37
=
=
= 9 , 25 kemudian
4
4
4

dibulatkan menjadi 9
Maka hasil interval yang diperoleh adalah sebagai berikut

49

Tabel 4.6
Kategori Nilai Keaktifan beribadah shalat Siswa
MTs Miftahul Falah Talun Kayen Pati
Tahun Pelajaran 2010/2011
No

Interval Nilai

Kategori

40 - 48

Sangat Tinggi

31 - 39

Tinggi

22 - 30

Sedang

12 - 21

Rendah

Dari tabel kategori nilai tersebut di atas, maka dapat diketahui


bahwa keaktifan beribadah shalat siswa MTs Miftahul Falah Talun
Kayen Pati Tahun Pelajaran 2010/2011 termasuk dalam kategori
sangat tinggi karena rata-rata nilai mencapai 41,85 berada pada
interval 40 - 48, dengan kategori sangat tinggi.

B. Pengujian Hipotesis
Hipotesis yang penulis ajukan adalah: ada korelasi yang signifikan
antara kedisiplinan belajar Aqidah Akhlaq dengan keaktifan beribadah shalat
siswa di MTs Miftahul Falah Talun Kayen Pati Tahun Pelajaran 2010/2011.
Untuk menguji hipotesis di atas penulis menggunakan analis korelasi
product moment dengan rumus sebagai berikut :

rxy =

( X )( Y )
XY
n

( X )
( Y )

Y
N
N
2

Keterangan :

rxy

= Koefesien korelasi antara X dan Y

XY

= Perkalian antara X dan Y

50

= Variabel kedisiplinan belajar Aqidah Akhlaq siswa

= Variabel keaktifan beribadah shalat siswa

= Jumlah sampel 1
Adapun langkah-langkahnya adalah sebagai berikut :

1. Menghitung koefisien korelasi antara variabel X dengan variabel Y dalam


tabel kerja sebagai berikut :
Tabel 4.7
Tabel Kerja Koefesien Korelasi Product Moment Nilai Angket tentang
Kedisiplinan Belajar Aqidah Akhlaq siswa (Varibel X dan Keaktifan
Beribadah Shalat (Variabel Y) siswa MTs Miftahul Falah
Talun Kayen Pati Tahun Pelajaran 2010/2011

No

X2

Y2

XY

42

40

1764

1600

1680

40

39

1600

1521

1560

39

42

1521

1764

1638

38

40

1444

1600

1520

44

45

1936

2025

1980

43

42

1849

1764

1806

42

40

1764

1600

1680

45

44

2025

1936

1980

41

43

1681

1849

1763

10

40

42

1600

1764

1680

11

39

41

1521

1681

1599

12

44

43

1936

1849

1892

13

39

41

1521

1681

1599

14

43

45

1849

2025

1935

15

41

43

1681

1849

1763

16

42

42

1764

1764

1764

Sutrisno Hadi, Statistik 2, (Yogyakarta: Andi Offset, 2000), hlm. 294.

51

17

45

41

2025

1681

1845

18

46

44

2116

1936

2024

19

43

45

1849

2025

1935

20

40

38

1600

1444

1520

21

41

43

1681

1849

1763

22

44

42

1936

1764

1848

23

39

40

1521

1600

1560

24

42

45

1764

2025

1890

25

38

39

1444

1521

1482

26

44

42

1936

1764

1848

27

37

39

1369

1521

1443

1121

1130

46697

47402

46997

2. Hasil

penghitungan

terhadap

masing-masing

variabel,

kemudian

dioperasikan ke dalam rumus korelasi product moment.


Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa :

= 27

= 1121

= 1130

= 46697

= 47402

XY = 46997
3. Setelah

data

dapat

diketahui,

maka

langkah

berikutnya

memasukkan ke dalam rumus product moment2 yaitu :

rxy =

( X )( Y )
XY
N

( X )
( Y )

Y
N
N
2

Sutrisno Hadi, Statistik 2, (Yogyakarta: Andi Offset, 2000), hlm. 294

adalah

52

46997
=

(1121)(1130)
27

(
(
1130 )
1121)
46697
47402

27
27

1266730
27
1276900
1256641

46697
47402

27
27

46997

=
=

=
=

46997 46915,925

(46697 46542,259)(47402 47292,592)


81,075

(154,741)(109,408)
81,075
16929,903
81,075
130,115

= 0,623
Dari penghitungan tersebut maka dapat diketahui hasil akhir dari
koefesien korelasi antara variabel X (kedisiplinan belajar Aqidah Akhlaq)
dengan variabel Y (keaktifan beribadah shalat) adalah rxy = 0,623.
Kemudian untuk mengetahui apakah hipotesis yang telah diajukan
sebelumnya diterima atau ditolak, maka nilai koefisien korelasi yang
diperoleh tersebut dibandingkan dengan data tabel korelasi product
moment, baik pada taraf signifikan 5% maupun 1 %, yang akan penulis
bahas dalam pembahasan hasil penelitian.

C. Pembahasan Hasil Penelitian


Dari hasil penghitungan r observasi (ro) = 0,623 tersebut signifikan
atau tidak, kemudian penulis konsultasikan dengan nilai r tabel (rt) dengan N
27 pada taraf signifikasi 5 % maupun 1 %. Dari tabel nilai r, ditemukan harga
r tabel (rt) pada taraf signifikasi 5 % diperoleh hasil sebagai berikut :

53

Nilai r tabel 5 % = 0,381


Nilai r observasi = 0,623
jadi r observasi > r tabel 5 % berarti signifikan.
Dan tabel pada taraf signifikasi 1 % diperoleh hasil sebagai berikut :
Nilai r tabel 1 % = 0,487
Nilai r observasi = 0,623
jadi r observasi > r tabel 1 % berarti signifikan.
Karena r xy atau r o terbukti lebih besar dari nilai r dalam tabel r t
baik pada taraf signifikan 5% maupun 1 %, maka hipotesis yang penulis
ajukan yang berbunyi ada hubungan yang signifikan kedisiplinan belajar
Aqidah Akhlaq siswa dengan keaktifan beribadah shalat siswa MTs Miftahul
Falah Talun Kayen Pati Tahun Pelajaran 2010/2011 dapat diterima.
Oleh karena itu dapat jelaskan bahwa kedisiplinan belajar Aqidah
Akhlaq siswa mempunyai hubungan yang positif dengan keaktifan beribadah
shalat siswa MTs Miftahul Falah Talun Kayen Pati Tahun Pelajaran
2010/2011. Hal ini telah dibuktikan dengan adanya penghitungan r observasi
yang lebih besar jika dibandingkan dengan r tabel. Artinya kedisiplinan belajar
Aqidah Akhlaq siswa ada hubungannya dengan keaktifan beribadah shalat
siswa MTs Miftahul Falah Talun Kayen Pati Tahun Pelajaran 2010/2011.

D. Analisis Lanjut
Dalam penelitian ini, yang penulis teliti adalah korelasi kedisiplinan
belajar Aqidah Akhlaq siswa dengan keaktifan beribadah shalat siswa MTs
Miftahul Falah Talun Kayen Pati Tahun Pelajaran 2010/2011 dengan
menggunakan responden sebanyak 27 siswa. Data yang diperoleh adalah dari
nilai angket yang telah diberikan dan diisi oleh responden.
Berdasarkan kualifikasi dari tabel dapat diketahui bahwa rata-rata
variabel X (kedisiplinan belajar Aqidah Akhlaq) adalah 41,52, yaitu dalam
kategori sangat tinggi pada interval 40 - 48. Sedangkan rata-rata variabel Y
(keaktifan beribadah shalat) adalah 41, 85 dengan kategori sangat
tinggipada interval 40 - 48.

54

Setelah diadakan uji hipotesis, terbukti ada hubungan yang signifikan


kedisiplinan belajar Aqidah Akhlaq dengan keaktifan beribadah shalat siswa
MTs Miftahul Falah Talun Kayen Pati Tahun Pelajaran 2010/2011 karena
berdasarkan hasil pengujian hipotesis di atas, telah diketahui bahwa korelasi
antara variabel X (kedisiplinan belajar Aqidah Akhlaq) dengan variabel Y
(keaktifan beribadah shalat) baik pada taraf signifikansi 5 %, maupun taraf
signifikansi 1 % menunjukkan hasil yang signifikan.
Dari analisis uji hipotesis di atas membuktikan bahwa kedisiplinan
belajar Aqidah Akhlaq siswa mempunyai hubungan yang positif dengan
keaktifan beribadah shalat siswa, khususnya dalam kesadaran melaksanakan
shalat wajib dan frekwensi shalat lima waktu.
Korelasi tersebut karena kedisiplinan belajar Aqidah Akhlaq dapat
menambah keaktifan beribadah shalat siswa. Selain itu, kedisiplinan belajar
Aqidah Akhlaq juga membuat siswa giat dalam belajar dan mempunyai
kesadaran dalam mengimplementasikan ilmu yang diperoleh melalui kegiatan
belajar.
Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi kedisiplinan belajar
Aqidah Akhlaq semakin tinggi pula keaktifan beribadah shalat siswa MTs
Miftahul Falah Talun Kayen Pati Tahun Pelajaran 2010/2011. Sebaliknya,
semakin rendah kedisiplinan belajar Aqidah Akhlaq siswa maka semakin
rendah pula keaktifan beribadah shalat siswa MTs Miftahul Falah Talun
Kayen Pati Tahun Pelajaran 2010/2011.
Kedisiplinan belajar Aqidah Akhlaq siswa yang dapat mempengaruhi
keaktifan beribadah shalat siswa ini dilihat dari beberapa indikator, yaitu :
hadir di dalam kelas sebelum tanda masuk dibunyikan, memanfaatkan waktu
untuk belajar dengan sebaik-baiknya, tidak pernah membolos ketika jam
pelajaran, membawa buku pelajaran sesuai dengan jadwal, memperhatikan
pelajaran, dan melaksanakan tugas yang diberikan oleh guru.
Jika siswa hadir di dalam kelas sebelum tanda masuk dibunyikan,
maka dalam melaksanakan ibadah shalat siswa juga akan tepat pula dalam

55

melaksanakan ibadah shalat, karena dengan kebiasaan berdisiplin dalam


masuk sekolah juga membuat anak terbiasa dalam pekerjaan atau tugas yang
lain seperti menjalankan shalat wajib. Namun sebaliknya, jika siswa sering
terlambat dalam masuk kelas, maka biasanya dalam melaksanakan pekerjaan
yang lain juga malas dan tidak tepat waktu, termasuk dalam melaksanakan
ibadah shalat.
Anak yang memanfaatkan waktu untuk belajar dengan sebaik-baiknya,
maka anak tersebut juga memanfaatkan waktunya dengan sebaik-baiknya
dalam beribadah shalat, tidak akan menyia-nyiakan waktunya dan aktif dalam
beribadah shalat. Sedangkan anak yang sering menyia-nyiakan waktu dalam
belajar biasanya juga menyia-nyiakan waktu dalam beribadah.
Siswa yang tidak pernah membolos ketika jam pelajaran, maka siswa
tersebut juga mempunyai sikap yang sama dalam hal ibadah shalat. Anak
tersebut tidak akan meninggalkan shalat lima waktu karena terbiasa berdisiplin
dalam segala hal, baik dalam hal belajar maupun beribadah. Demikian pula
anak yang membawa buku pelajaran sesuai dengan jadwal, juga berdisiplin
dalam hal beribadah.
Termasuk hal yang berhubungan dengan keaktifan ibadah shalat anak
adalah anak yang memperhatikan pelajaran di sekolah, karena anak yang
memperhatikan pelajaran di sekolah menunjukkan sikap yang tanggung jawab
dan juga akan memperhatikan kewajiban-kewajibannya termasuk kewajiban
ibadah shalat.
Anak yang melaksanakan tugas yang diberikan oleh guru, juga akan
berpengaruh terhadap keaktifan beribadah shalat, karena anak yang
melaksanakan tugas dari guru tentunya akan melaksanakan kewajiban
terhadap Allah SWT., yaitu kewajiban beribadah shalat lima waktu.
Dengan demikian, beberapa indikator kedisiplinan belajar Aqidah
Akhlaq siswa di atas adalah beberapa hal yang dapat mempengaruhi keaktifan
beribadah shalat siswa. Berarti, baiknya keaktifan beribadah shalat siswa
dipengaruhi oleh kedisiplinan belajar Aqidah Akhlaq siswa. Semakin tinggi
kedisiplinan belajar Aqidah Akhlaq siswa, maka semakin tinggi keaktifan

56

beribadah shalat siswa di MTs Miftahul Falah Talun Kayen Pati Tahun
Pelajaran 2010/2011.
Namun faktor kedisiplinan belajar Aqidah Akhlaq siswa bukanlah
satu-satunya faktor yang sangat mempengaruhi keaktifan beribadah shalat
siswa di MTs Miftahul Falah Talun Kayen Pati Tahun Pelajaran 2010/2011,
karena masih ada faktor lain yang dapat mempengaruhi, diantaranya faktor
pembiasaan

beribadah

dalam

keluarga,

faktor

lingkungan

tempat

tinggal/masyarakat, faktor teman bermain, faktor pendidikan agama di sekolah


dan lain-lain
Sebagai kesimpulan akhir dapat dikatakan bahwa kedisiplinan belajar
Aqidah Akhlaq siswa mempunyai hubungan yang signifikan dengan keaktifan
beribadah shalat siswa di MTs Miftahul Falah Talun Kayen Pati Tahun
Pelajaran 2010/2011. Artinya semakin tinggi kedisiplinan belajar Aqidah
Akhlaq siswa semakin tinggi pula keaktifan beribadah shalat siswa di MTs
Miftahul Falah Talun Kayen Pati Tahun Pelajaran 2010/2011.

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pada akhir pembahasan skripsi yang berjudul Studi Korelasi
Antara Kedisiplinan Belajar Aqidah Akhlaq dengan Keaktifan Beribadah
Shalat Siswa di MTs Miftahul Falah Talun Kayen Pati Tahun Pelajaran
2010/2011, maka penulis dapat menyimpulkan :
1. Kedisiplinan belajar Aqidah Akhlaq siswa di MTs Miftahul Falah Talun
Kayen Pati Tahun Pelajaran 2010/2011 termasuk dalam kategori sangat
tinggi karena rata-rata nilai 41,52 berada pada interval 40 - 48 dengan
kategori sangat tinggi.
2. Keaktifan beribadah shalat siswa MTs Miftahul Falah Talun Kayen Pati
Tahun Pelajaran 2010/2011 termasuk dalam kategori sangat tinggi karena
rata-rata nilai mencapai 41,85 berada pada interval 40 - 48 dengan
kategori sangat tinggi.
3. Ada hubungan yang signifikan kedisiplinan belajar Aqidah Akhlaq siswa
dengan keaktifan beribadah shalat siswa MTs Miftahul Falah Talun Kayen
Pati Tahun Pelajaran 2010/2011, karena hasil penghitungan r xy atau r o
= 0,623 lebih besar jika dibandingkan dengan angka pada nilai r tabel
korelasi product moment dengan N = 27, baik pada taraf signifikasi 5 %
(0,623 > 0,381), maupun pada taraf signifikasi 1 % (0,623 > 0,487).
Dengan demikian hipotesis yang penulis ajukan yang berbunyi : "ada
hubungan yang signifikan kedisiplinan belajar Aqidah Akhlaq siswa
dengan keaktifan beribadah shalat siswa MTs Miftahul Falah Talun Kayen
Pati Tahun Pelajaran 2010/2011 dapat diterima.

57

58

B. Saran-saran
Dari kajian teori dan hasil penelitian lapangan yang peneliti
kemukakan, penulis menyampaikan saran-saran sebagai berikut :
1. Dengan kedisiplinan belajar Aqidah Akhlaq siswa di MTs Miftahul Falah
Talun Kayen Pati Tahun Pelajaran 2010/2011 yang termasuk dalam
kategori

sangat

tinggi

hendaknya

kedisiplinan

tersebut

tetap

dipertahankan.
2. Dengan keaktifan beribadah shalat siswa MTs Miftahul Falah Talun
Kayen Pati Tahun Pelajaran 2010/2011 termasuk dalam kategori sangat
tinggi, hendaknya orang tua tetap memantau keaktifan ibadah putraputrinya.
3. Dengan adanya hubungan yang signifikan kedisiplinan belajar Aqidah
Akhlaq siswa dengan keaktifan beribadah shalat siswa MTs Miftahul
Falah Talun Kayen Pati Tahun Pelajaran 2010/201, hendaknya
kedisiplinan dan keaktifan beribadah shalat siswa tetap dipertahankan..

C. Kata Penutup
Segala puji nagi Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.
Penulis menyadari, bahwa dalam penulisan skripsi ini banyak
kekurangan dan jauh dari kesempurnaan karena keterbatasan kemampuan
penulis. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik, saran dan masukan dari
berbagai pihak demi perbaikan skripsi ini. Harapan penulis semoga skripsi ini
bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya. Selain itu,
penulis juga berharap semoga dapat memberikan sumbangan pikiran yang
berharga terutama dalam bidang pembelajaran agama Islam. Amiin.

DAFTAR PUSTAKA

Al-Anshori, Syaikhul Islam Zakariya, Tuhfatut Thullab Bisyarhi Tanqiihul Lubab,


(Surabaya: Maktabah Al-Hidayah, t.th).
Al-Fauzan, Saleh, Fiqih Sehari-Hari, (Jakarta: Gema Insanim 2006).
Al-Hafidz, Ahsin W., Kamus Ilmu Al-Quran, (Jakarta: AMZAH, 2008).
Al-Malibari, Asy-Syeh Zainuddin bin Abdul Aziz, Fathul Mu'in Bisyarkhi
Qurratul 'Ain Bimuhimmadid Din diterjemahkan oleh Ust. Abul Hiyadh,
(Surabaya: Al-Hidayah, 1993).
Al-Munjid Fil-Lughati Wal Alami, (Bairut: Darul Masyriq, t.th.).
Ambary, Hasan Muarif, Suplemen Ensiklopedi Islam 1, (Jakarta: Ichtiar Baru
Van, Hoeve, 2003).
Amin, Ah., Etika (Ilmu Akhlak), (Jakarta: Bulan Bintang, 1993).
Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta:
Rineka Cipta, 1998).
As-Suyuthy, Jalaluddin, Jami'us Shaghir, ( Bahirut : Darul Fikr, t.th.).
Ash-Shiddiqy, Hasbi, Kulian Ibadah, Ibadah Ditinjau dari segi Hukum dan
Hikmah, (Semarang: Pustaka Rizki Putra, 2000).
Azra, Azumardi, dkk., Ensiklopedi Islam 3, (Jakarta: PT. Ichtiar Baru van Hoeve,
2003).
Daradjat, Zakiah, dkk, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi
Aksara, 1995).
Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2002).
Departemen Agama, Al-Quran dan Terjemahnya, (Jakarta: Departemen Agama
RI, 2002).
------------------------, Al-Qur'an dan Terjemahnya, (Jakarta : Depag RI, 2002).
Djamarah, Syaiful Bahri, Pola Komunikasi Orang Tua dan Anak Dalam
Keluarga, (Jakarta: Rineka Cipta, 2004).
Djojonegoro, Wardiman, Pembudayaan Disiplin Nasional, dalam D. Soemarmo
ed, Pedoman Pelaksanaan Disiplin Nasional dan Tata Tertib Sekolah,
(Jakarta: CV. Minijaya Abadi, 1998).

Hadi, Sutrisno, Analisis Regresi, (Yogyakarta: Andi, 2000).


-----------------, Metodologi Research Jilid 1, (Yogyakarta: Andi Offset, 2000).
-----------------, Metodologi Research Jilid 2, (Yogyakarta: Andi Offset, 2000).
Hartono, Statistik untuk Penelitian, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004).
Hasibuan, Malayu, Menejemen Dasar, Pengertian dan Masalah, (Jakarta: Gunung
Agung, 2002).
Hawkins, Joyce M., Oxford, (Jakarta: Erlangga, 2005).
Ilyas, Yunahar, Kuliah Aqidah Islam, Yogyakarta: Lembaga Pengkajian dan
Pengamalan Islam (LOOI), 2005.
Jalaluddin, Psikologi Agama, (Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 2004).
Koenjaraningrat, Metode-metode Penelitian Masyarakat, (Jakarta: PT Gramedia,
1991).
Margono, S., Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: PT. Rineka Cipta,
1996).
Mustafa, Akhlak dan Tasawuf, (Bandung: Pustaka Setia, 1997).
Porwodarminto, WJS., Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,
1982).
Prijodarminto, Soegeng, Disiplin Kiat Menuju Sukses, (Jakarta: Abadi, 1994).
Qohar, Masud Khasan Abdul, Kamus Istilah Populer, (Jakarta, Bintang Pelajar,
t.th,).
Rachman, Maman, Manajemen Kelas, (Jakarta: Depdiknas, 1999).
Razak, Nazaruddin, Dienul Islam, (Bandung: Al Maarif, 1977).
Rimm, Sylvia, Mendidik dan Menerapkan Disiplin pada Anak Prasekolah,
(Jakarta: PT. Gramedia, 2003).
Sauri, Sofyan, Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian Pendidikan Agama
Islam, (Bandung: Alfabeta, 2004).
Soenarjo, RHA., Al-Qur'an dan Terjemahnya, (Jakarta; PT. Intermasa, 1985).
Supiana & Karman, Materi Pendidikan Agama Islam, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2001).

Surahmad, Winarno, Pengantar Penelitian Ilmiah Dasar Metode dan Tehnik,


(Bandung: Tarsito, t.th.).
Suryabrata, Sumadi, Metodologi Penelitian, (Jakarta: CV Rajawali, 1992).
Tatapangarsa, Humaidi, Pengantar Kuliah Akhlak, (Surabaya: Bina Ilmu, 1984).
Tim Penyusun Kamus Besar Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia,
(Jakarta: Balai Pustaka, 2003).
Tuu, Tulus, Peran Disiplin pada Perilaku dan Prestasi Siswa, (Jakarta: PT.
Grasindo, 2004).
Zain, Sutan Muhammad, Kamus Modern Bahasa Indonesia, (Jakarta: Yayasan
Dharma Grafika, t.th.).
Zuhdi, Masjfu, Studi Islam Jilid II Ibadah, (Jakarta: Rajawali Pers, 1992).

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

1. Nama Lengkap

: Asrofah

2. Tempat Tanggal Lahir

: Pati, 18 Mei 1980

3. NIM

: 093111380

4. Alamat Asal

: Talun RT 4 RW 3 Kec. Kayen Kab. Pati

5. Pendidikan Formal :
a. SDN 1 Talun

Lulus tahun 1992

b. MTs Miftahul Falah Talun

Lulus Tahun 1996

c. MA Roudlotul Ulum Guyangan

Lulus Tahun 1999

d. D2 PGMI/PGAISD STAIMUS Surakarta

Lulus Tahun 2007

e. Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang, Jurusan

PAI angkatan

2009

Demikian riwayat hidup ini penulis buat dengan sebenar-benarnya.

Semarang, 28 Mei 2011


Penulis

Asrofah
NIM. 093111380

Lampiran 1III

NILAI-NILAI r TEORETIK PRODUCT MOMENT1


N

Taraf Signifikan
5%

1%

0,997

0,999

0,950

Taraf Signifikan
5%

1%

26

0,388

0,496

0,990

27

0,381

0,878

0,959

28

0,811

0,917

0,754

Taraf Signifikan
5%

1%

49

0,281

0,364

0,487

50

0,279

0,361

0,374

0,478

55

0,266

0,345

29

0,367

0,470

60

0,254

0,330

0,874

30

0,361

0,463

65

0,244

0,317

0,707

0,834

31

0,355

0,456

70

0,235

0,306

0,666

0,798

32

0,349

0,449

75

0,227

0,296

10

0,632

0,765

33

0,344

0,442

80

0,220

0,286

11

0,602

0,735

34

0,339

0,436

85

0,213

0,278

12

0,576

0,708

35

0,334

0,430

90

0,207

0,270

13

0,553

0,684

36

0,329

0,424

95

0,202

0,263

14

0,532

0,661

37

0,325

0,418

100

0,195

0,256

15

0,514

0,641

38

0,320

0,413

125

0,176

0,230

16

0,497

0,623

39

0,316

0,408

150

0,159

0210

17

0,482

0,606

40

0,312

0,403

175

0,148

0,194

18

0,467

0,590

41

0,308

0398

200

0,138

0,181

19

0,456

0,575

42

0,304

0,393

300

0,113

0,148

20

0,444

0,561

43

0,301

0,389

400

0,098

0,128

21

0,433

0,549

44

0,297

0,384

500

0,088

0,115

22

0,423

0,537

45

0,294

0,380

600

0,080

0,105

23

0,413

0,526

46

0,291

0,376

700

0,074

0,097

24

0,404

0,515

47

0,288

0,372

800

0,070

0,091

25

0,396

0,505

48

0,284

0,368

900

0,065

0,086

Sutrisno Hadi, Statistik 2. (Yogyakarta: Andi Offset,2004), hlm 359.

ANGKET TENTANG KEDISIPLINAN BELAJAR AQIDAH AKHLAQ


DAN KEAKTIFAN BERIBADAH SHALAT SISWA
MTS MIFTAHUL FALAH TALUN KAYEN PATI
TAHUN PELAJARAN 2010/2011
A. PETUNJUK :
1. Jawab dengan sejujur-jujurnya
2. Pilihlah jawaban yang telah disediakan dengan memberi tanda silang ( X )
3. Angket ini hanya untuk keperluan penelitian saja.
4. Terima kasih atas bantuan anda.
B. IDENTITAS RESPONDEN
1. Nama

2. No. Induk

3. Kelas

4. Alamat

C. ANGKET TENTANG KEDISIPLINAN BELAJAR AQIDAH AKHLAQ


Mengikuti dan menaati peraturan, nilai, dan hukum yang berlaku.
1. Ketika pelajaran Aqidah Akhlaq, apakah Anda hadir di dalam kelas sebelum
tanda masuk dibunyikan?
a. selalu

c. kadang-kadang

b. sering

d. tidak pernah

2. Ketika pelajaran Aqidah Akhlaq, apakah Anda segera masuk kelas ketika bel
masuk dibunyikan?
a. selalu

c. kadang-kadang

b. sering

d. tidak pernah

Pengikutan dan ketaatan tersebut muncul karena adanya kesadaran diri bahwa
hal itu berguna bagi kebaikan dan keberhasilan dirinya
3. Apakah Anda belajar Aqidah Akhlaq dengan tanpa dipaksa?
a. selalu

c. kadang-kadang

b. sering

d. tidak pernah

4. Apakah Anda yakin bahwa Anda belajar Aqidah Akhlaq akan bermanfaat
bagi Anda di masa yang akan datang?
a. selalu

c. kadang-kadang

b. sering

d. tidak pernah

Sebagai alat pendidikan untuk mempengaruhi, mengubah, membina dan


membentuk perilaku sesuai dengan nilai-nilai yang ditentukan atau diajarkan
5. Apakah Anda tidak pernah membolos ketika jam pelajaran Aqidah Akhlaq ?
a. selalu

c. kadang-kadang

b. sering

d. tidak pernah

6. Setelah belajar Aqidah Akhlaq, apakah Anda sopan kepada orang tua?
a. selalu

c. kadang-kadang

b. sering

d. tidak pernah

Jika melanggar ketentuan yang berlaku adalah diberi hukuman dalam rangka
mendidik, melatih, mengendalikan dan memperbaiki tingkah laku
7. Ketika Anda melanggar tata tertib sekolah apakah Anda dihukum?
a. selalu

c. kadang-kadang

b. sering

d. tidak pernah

Peraturan-peraturan yang berlaku sebagai pedoman dan ukuran perilaku


8. Apakah Anda mentaati tata tertib sekolah?
a. selalu

c. kadang-kadang

b. sering

d. tidak pernah

Pemahaman yang baik mengenai sistem aturan dan norma, yang menumbuhkan
kesadaran dan ketaatan pada aturan, norma, kriteria standar, yang merupakan
syarat untuk mencapai keberhasilan (sukses)
9. Apakah memahami semua aturan sekolah?
a. selalu

c. kadang-kadang

b. sering

d. tidak pernah

10. Apakah Anda senang mengikuti aturan sekolah?


a. selalu

c. kadang-kadang

b. sering

d. tidak pernah

Sikap mental (mental atitude), yang merupakan sikap taat dan tertib sebagai
hasil atau pengembangan dari latihan, pengendalian pikiran dan pengendalian
watak
11. Apakah Anda melaksanakan semua tugas yang diberikan oleh guru Aqidah
Akhlaq dengan penuh tanggung jawab?
a. selalu

c. kadang-kadang

b. sering

d. tidak pernah

Perilaku yang secara wajar menunjukkan kesungguhan hati untuk mentaati


segala hal secara cermat dan tertib
12. Apakah Anda mengerjakan setiap ulangan Aqidah Akhlaq yang diberikan
oleh guru Anda?
a. selalu

c. kadang-kadang

b. sering

d. tidak pernah

C. ANGKET TENTANG KEAKTIFAN BERIBADAH SHALAT

Frekuensi shalat lima waktu


1. Shalat merupakan ibadah wajib yang diperintahkan Allah, apakah Anda
melaksanakan shalat lima waktu?
a. Selalu

c. Kadang - kadang

b. Sering

d. Tidak pernah.

2. Berapa kali dalam sehari Anda melaksanakan shalat wajib?


a. 5 kali

c. 3 kali

b. 4 kali

d. 2 kali

Disiplin dalam menjalankan shalat lima waktu


3. Apakah Anda melaksanakan shalat dengan tepat waktu?
a. Selalu

c. Kadang - kadang

b. Sering

d. Tidak pernah.

4. Apakah Anda menunda-nunda shalat?


a. Tidak pernah

c. Sering

b. Kadang-kadang

d. Selalu

5. Apakah Anda terlambat dalam menjalankan shalat?


a. Tidak pernah

c. Sering

b. Kadang-kadang

d. Selalu

Tidak meninggalkan shalat lima waktu


6. Apakah Anda tidak pernah meninggalkan shalat lima waktu?
c. Selalu

c. Kadang - kadang

d. Sering

d. Tidak pernah.

7. Jika Anda dalam keadaan sibuk dengan kegiatan sekolah atau kegiatan
rumah, apakah Anda masih melaksanakan ibadah shalat?
a. Selalu

c. Kadang - kadang

b. Sering

d. Tidak pernah.

8. Jika Anda sedang berpergian jauh, apakah Anda tetap melaksanakan shalat
lima waktu?
a. Selalu

c. Kadang - kadang

b. Sering

d. Tidak pernah.

9. Jika Anda dalam keadaan sakit, apakah Anda juga masih melaksanakan
shalat lima waktu ?
a. Selalu

c. Kadang - kadang

b. Sering

d. Tidak pernah.

Segera melaksanakan shalat setelah masuk waktu shalat


10. Saat Adzan dikumandangkan, apakah Anda segera ke masjid untuk
menunaikan shalat ?
a. Selalu

c. Kadang - kadang

b. Sering

d. Tidak pernah.

11. Apakah Anda shalat di awal waktu?


a. Selalu

c. Kadang - kadang

b. Sering

d. Tidak pernah

Melaksanakan shalat lima waktu dengan berjamaah


12. Apakah Anda menjalankan shalat lima waktu dengan berjamaah?
a. Tidak pernah

c. Sering

b. Kadang-kadang

d. Selalu

Anda mungkin juga menyukai