Anda di halaman 1dari 40

BAB IV ISU-ISU STRATEGIS

Perencanaan pembangunan daerah dilaksanakan dalam kerangka


keterpaduan perencanaan pembangunan nasional maupun regional (Provinsi
Jawa Tengah). Oleh karena itu tahap awal dari perencanaan pembangunan
daerah dimulai dengan melakukan analisis terhadap lingkungan strategis, baik
pada skala nasional maupun regional. Tujuannya adalah agar perencanaan
pembangunan daerah dapat bersinergi dan memberikan kontribusi dalam
pemecahan permasalahan pembangunan baik tingkat nasional maupun regional.
Analisis terhadap kondisi lingkungan eksternal yaitu pada tingkat nasional
maupun pada tingkat regional masih dijumpai beberapa isu strategis yang
menjadi fokus pembangunan, yaitu:
1. Tingginya angka kemiskinan dan angka pengangguran.
2. Kesejahteraan dan perlindungan anak serta kesetaraan gender.
3. Pemberantasan Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN) serta tuntutan
perwujudan good and clean governance yang semakin kuat.
4. Penurunan kemampuan pembiayaan pembangunan oleh pemerintah dan
perlunya peningkatan efisiensi pengelolaan keuangan daerah.
5. Perlunya peningkatan efisiensi organisasi perangkat daerah dan kualitas
sumberdaya manusia.
6. Perlunya pengembangan perekonomian daerah dan investasi serta
penurunan ekonomi biaya tinggi.
7. Perlunya pengembangan sarana dan prasarana yang menunjang
pengembangan wilayah, penyediaan pelayanan dasar dan pertumbuhan
ekonomi daerah.
8. Ancaman stabilitas keamanan dan ketentraman masyarakat.
9. Terjadinya krisis energi nasional.
10. Penurunan kualitas lingkungan dan peningkatan frekuensi terjadinya bencana
alam.
Selain analisis terhadap lingkungan eksternal maka perlu pula
dilakukan evaluasi terhadap pelaksanaan rencana pembangunan daerah
sebelumnya. Rencana Strategis (Renstra) Kabupaten Temanggung Tahun 2003-
2008 sebagaimana ditetapkan dengan Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2004
telah berakhir dengan pelaksanaan APBD Tahun Anggaran 2008. Berdasarkan
evaluasi pelaksanaan Renstra dimaksud menunjukkan bahwa pembangunan
daerah selama ini telah menunjukkan berbagai kemajuan di berbagai bidang baik

IV- 1
pendidikan, kesehatan, perekonomian daerah, maupun infrastruktur. Hal ini
dapat dilihat dari salah satu indikator utama untuk mengetahui tingkat
kesejahteraan masyarakat yaitu Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dimana
pencapaian angka IPM pada tahun 2005 mencapai 71,8 menempati peringkat ke
2 se-Eks Karesidenan Kedu dan peringkat ke 7 se Jawa Tengah. Pencapaian
angka IPM tersebut termasuk dalam kategori/kelas pembangunan manusia
menengah keatas yaitu pada kisaran antara 66 sampai dengan 80. Angka IPM ini
didukung oleh angka harapan hidup sebesar 72, Angka Melek Huruf 93,2%, rata-
rata lama sekolah 6,5 tahun dan pengeluaran riil per kapita Rp. 622,200,-.
Pelayanan pendidikan dan kesehatan juga sudah menunjukkan
adanya perkembangan dan kemajuan. Peningkatan mutu pendidikan antara lain
dapat dilihat dari beberapa sekolah yang telah memiliki klasifikasi standar
nasional maupun internasional dan meningkatnya angka APK dan APM.
Sedangkan penyelenggaraan pelayanan kesehatan juga menunjukkan
perkembangan yang menggembirakan, antara lain ditandai dengan peningkatan
jangkauan pelayanan kesehatan seperti Puskesmas, Puskesmas Pembantu,
Puskesmas Keliling, Poliklinik Kesehatan Desa, Posyandu serta persebaran
tenaga medis dan paramedisnya, angka kematian bayi dan prevalensi gizi buruk
yang relatif rendah.
Demikian juga untuk perekonomian daerah, rata-rata pertumbuhan
pada setiap tahunnya 3-4 persen dan masih bertumpu pada sektor pertanian.
Sedangkan infrastruktur perdesaan mengalami perkembangan yang berarti
karena selain dari program pengembangan jaringan jalan dan jembatan, juga
pembangunan di desa-desa dengan sumberdana Alokasi Dana Desa (ADD)
yang didukung oleh swadaya masyarakat.
Namun demikian selain berbagai capaian kinerja pembangunan
daerah tersebut diatas, saat ini masih dijumpai berbagai permasalahan
pembangunan yang perlu mendapatkan perhatian. Berbagai isu-isu strategis dan
permasalahan utama yang dihadapi dalam pelaksanaan pembangunan daerah
yang perlu mendapatkan perhatian dan penanganan pada 5 (lima) tahun
kedepan adalah:
1. Fasilitasi kegiatan keagamaan.
Kehidupan beragama masyarakat telah menunjukkan berbagai kemajuan
yang ditunjukkan dengan semakin berkembangnya kegiatan-kegiatan
keagamaan dalam rangka peningkatan keimanan dan ketaqwaan serta

IV- 2
tumbuh kembangnya perilaku dan sikap toleransi antar umat beragama.
Kondisi ini menjadi modal dasar bagi penciptaan kehidupan dalam
kebersamaan dan dalam suasana kesejukan guna menuju Temanggung
yang lebih maju dan sejahtera.
Guna lebih mendukung hal tersebut diatas dan semakin meningkatnya
kualitas kehidupan beragama, maka isu strategis yang perlu mendapatkan
perhatian adalah perlunya peningkatan fasilitasi kegiatan keagamaan oleh
Pemerintah Daerah baik dalam hal pengembangan tempat-tempat ibadah,
kegiatan keagamaan maupun pemberdayaan tokoh-tokoh agama.
2. Fasilitasi dan peningkatan mutu pendidikan.
Penyelenggaraan pendidikan dasar, pendidikan menengah maupun
pendidikan tinggi masih menghadapi beberapa permasalahan utama seperti
tingkat partisipasi penduduk usia sekolah masih rendah khususnya pada usia
4-6 tahun dan 16-18 tahun, masih rendahnya angka kelulusan dan kualitas
penyelenggaraan pendidikan, belum optimalnya penanganan siswa putus
sekolah atau yang tidak lulus, serta jangkauan maupun kualitas sarana
prasarana sekolah belum seluruhnya memadai.
3. Pelayanan kesehatan.
Beberapa isu strategis yang perlu mendapatkan perhatian dalam
pembangunan kesehatan antara lain perlunya upaya secara terus menerus
untuk meningkatkan jangkauan, pemerataan, mutu dan jenis pelayanan
kesehatan serta pengembangan sumberdaya kesehatan baik sarana dan
prasarana maupun tenaga kesehatan. Selain itu perlunya menumbuhkan
kesadaran hidup sehat dan pengembangan lingkungan sehat, serta perlunya
pengembangan Rumah Sakit Umum Daerah seiring dengan meningkatnya
tuntutan masyarakat dalam bidang kesehatan.
4. Pemberdayaan masyarakat dan perekonomian daerah.
Jumlah Kepala Keluarga (KK) miskin berdasarkan pendataan tahun 2006
masih sebesar 33,37% atau 61.672 KK dari keseluruhan 184.807 KK.
Demikian juga untuk tingkat pendapatan perkapita pada tahun 2007 sebesar
Rp. 2.930.000,- atau rata-rata sebesar Rp. 244.100,- per bulan. Serta masih
banyaknya masyarakat penyandang masalah sosial yang perlu penanganan.
Kondisi tersebut perlu mendapatkan perhatian melalui peningkatan
pemberdayaan masyarakat di segala bidang baik sosial, budaya, maupun
perekonomian serta pengembangan potensi perekonomian rakyat baik pada

IV- 3
sektor pertanian sebagai sektor basis maupun sektor-sektor lainnya. Selain
itu peran UMKM, industri kecil/rumah tangga, dan koperasi perlu didorong
guna memberikan kontribusi yang nyata bagi penyerapan tenaga kerja,
peningkatan pendapatan masyarakat, dan pertumbuhan ekonomi daerah.
Pembangunan infrastruktur baik bidang pekerjaan umum maupun
infrastruktur ekonomi belum merata. Hal ini berakibat pertumbuhan ekonomi
juga belum merata. Oleh karena itu masalah pemerataan pembangunan
masih perlu mendapatkan perhatian pada kurun waktu 5 (lima) tahun
kedepan. Pembangunan infrastruktur pekerjaan umum dan ekonomi di
daerah-daerah pinggiran perlu dilaksanakan guna membuka akses
transportasi dan arus ekonomi antar desa.
5. Kualitas pelayanan publik.
Pelayanan publik belum dapat dilaksanakan secara optimal, baik dari aspek
penerapan standar pelayanan minimal, kualitas aparatur maupun
ketersediaan sarana dan prasarana pelayanan yang memadai. Kehadiran
Kantor Pelayanan Perijinan Terpadu dengan sistem one stop service (OSS)
merupakan salah satu langkah maju dalam peningkatan kualitas pelayanan
publik khususnya bagi dunia usaha, sehingga Kabupaten Temanggung pada
tahun 2008 masuk 5 (lima) besar Kabupaten/Kota pro investasi di Jawa
Tengah. Namun demikian secara umum kualitas pelayanan publik pada
sektor lainnya perlu ditingkatkan. Untuk itu perlu didukung kebijakan di
bidang peningkatan kualitas dan profesionalisme aparatur, peningkatan
kualitas sarana dan prasarana pelayanan publik, pengawasan dan
penerapan prinsip-prinsip tata kelola kepemerintahan yang baik guna
meminimalisir praktek-praktek korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN).
6. Pelestarian lingkungan hidup.
Isu tentang kerusakan lingkungan hidup utamanya adalah semakin
meluasnya lahan kritis dan tingkat kerusakan lingkungan hidup pada
kawasan lereng gunung Sindoro, gunung Sumbing dan gunung Prau. Hal
tersebut dapat menyebabkan menurunnya daya dukung dan produktifitas
lahan. Tingginya tingkat erosi tanah dan kerusakan sumberdaya lahan baik
karena budidaya tanaman maupun penambangan galian golongan C menjadi
permasalahan yang perlu segera ditangani melalui upaya-upaya rehabilitasi
lahan dan konservasi tanah (RLKT) secara berkesinambungan. Demikian
juga upaya pelestarian sumberdaya hutan dan pengembangan kawasan-

IV- 4
kawasan terbuka hijau perlu mendapatkan perhatian guna menjaga
keseimbangan ekosistem.
Dari berbagai isu strategis utama yang perlu mendapatkan perhatian
dalam pelaksanaan pembangunan daerah, maka secara rinci identifikasi isu-isu
strategis pada setiap urusan pemerintahan daerah baik pada pelaksanaan
urusan wajib (26 urusan) maupun urusan pilihan (8 urusan) sebagai dasar
perumusan kebijakan umum dan program-program pembangunan untuk 5 (lima)
tahun kedepan adalah sebagai berikut:

A. Urusan Wajib
1. Pendidikan
Isu-isu strategis di bidang pendidikan yang masih memerlukan
perhatian dalam 5 (lima) tahun mendatang adalah sebagai berikut:
a. Partisipasi penduduk usia sekolah, utamanya penduduk usia TK (4–6
tahun) dan usia pendidikan menengah (16–18 tahun) dalam mengikuti
pendidikan masih rendah dan belum mencapai target nasional. Kondisi
tersebut dapat dilihat dari rendahnya Angka Partisipasi Kasar (APK)
TK/sederajat dan APK pendidikan menengah (SMA/MA/SMK/sederajat)
dibandingkan dengan APK pendidikan dasar, sebagaimana tabel berikut:
Tabel 4.1. APK Nasional dan Kabupaten Temanggung
No Indikator Nasional 2008 Temanggung 2008
1 APK TK/Sederajat 50,47 41,92
2 APM SD/Sederajat 94,81 94,21
3 APK SMP/Sederajat 95,00 95,39
4 APK SMA/Sederajat 64,20 37,87
Sumber: Dinas Pendidikan
Target yang ditetapkan Departemen Pendidikan Nasional diukur
dengan APK dan APM, kecuali SD/Sederajat yang menggunakan APM
karena APK SD/Sederajat sudah cukup tinggi.
Rendahnya APK TK/Sederajat disebabkan antara lain oleh faktor
regulasi, dimana untuk masuk sekolah dasar tidak diwajibkan harus
tamat TK. Faktor berikutnya adalah adanya anggapan masyarakat bahwa
biaya pendidikan di TK lebih mahal bila dibandingkan dengan biaya
pendidikan di SD.
Lulusan SMP/Sederajat (termasuk SMP Terbuka dan Kejar Paket
B) sebanyak 9.592 siswa. Sedangkan yang melanjutkan ke
SMA/Sederajat pada tahun pelajaran 2007/2008 sebesar 53,39%.

IV- 5
Wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun telah dinyatakan tuntas
dengan APK SMP/Sederajat sedikit di atas target nasional 95,39%.
Jumlah lembaga pendidikan setingkat SMP telah tersebar merata di
seluruh kecamatan. Upaya pemenuhan wajib belajar 12 tahun disamping
meningkatkan APK dan APM SMP/Sederajat adalah melalui peningkatan
daya tampung SMA/Sederajat dengan membangun unit sekolah baru dan
penambahan ruang kelas baru, utamanya di kecamatan yang belum
memiliki lembaga pendidikan setingkat SMA.
Rendahnya APK SMA/Sederajat disebabkan antara lain karena
rendahnya daya tampung dan sebaran lembaga pendidikan menengah
yang tidak merata. Dari 40 lembaga pendidikan menengah, 14 lembaga
(37,84%) berada di Kecamatan Temanggung sedangkan 7 kecamatan
belum memiliki lembaga pendidikan menengah.
Pada Tahun pelajaran 2007/2008 daya tampung siswa baru
tingkat SMA/Sederajat reguler 5.560 siswa sedangkan jumlah lulusan
SMP/MTs reguler 7.833 siswa.
b. Dari jumlah rombongan belajar (Rombel) pada semua tingkatan masih
terdapat kekurangan ruang kelas kecuali tingkat SMP/MTs, dikarenakan
sebaran siswa yang tidak merata. Pada tahun pelajaran 2007/2008
memperlihatkan data sebagai berikut:

Tabel 4.2. Jumlah Sekolah, Siswa, Rombel dan Ruang Kelas Tahun 2007

Tingkat Jumlah Jumlah Jml Ruang


No Rombel
Pendidikan Sekolah Siswa Kelas
1 TK/RA/BA 460 19.163 901 671
2 SD/MI 581 78.891 3.679 3.594
3 SMP/MTs 97 29.614 796 827
4 SMA/MA/SMK 37 13.433 396 373
Sumber: Dinas Pendidikan
Berdasarkan data di atas dapat dihitung ratio siswa sekolah
(jumlah siswa dibagi jumlah sekolah), ratio siswa per kelas (jumlah siswa
dibagi jumlah kelas) dan ratio rombel per ruang kelas (jumlah rombel
dibagi jumlah ruang kelas), sebagai berikut:

IV- 6
Tabel 4.3. Ratio Sekolah, Ratio Kelas dan Ratio Siswa
Ratio
Ratio Ratio
Satuan Rombel/Ruang
No Siswa/Sekolah Siswa/Kelas
Pendidikan Kelas
Data SI*) Data SI*) Data SI*)
1 TK/RA/BA 42 240 21 25 1,34 1
2 SD/MI 135 240 21 40 1,02 1
3 SMP/MTs 305 360 37 40 0,96 1
4 SMA/MA/SMK 363 360 34 40 1,06 1
Sumber: Dinas Pendidikan
Keterangan SI = Standar Ideal

Berdasarkan ratio tersebut untuk meningkatkan efisiensi


khususnya satuan pendidikan SD/MI perlu penggabungan sekolah,
mengingat ratio siswa/kelas jauh dibawah standar ideal.
c. Rendahnya kualitas output pendidikan dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.4. Indikator Mutu SD - SMA

SD/MI SMP/MTs SMA/MA/SMK


No Indikator Mutu
Data SI*) Data SI*) Data SI*)

1 Rata-rata Nilai Ujian 6,54 6,75 6,33 6,73 6,87 6,84

2 Angka Lulusan 99,84 100 84,54 100 91,91 100

3 Angka Mengulang 8,38 0 0,60 0 0,45 0

4 Angka Putus Sekolah 0,26 0 1,45 0 1,89 0

Sumber: Dinas Pendidikan


Keterangan: SI adalah Standar Ideal sesuai target nasional

Target nasional untuk rata-rata nilai ujian SD/MI tahun pelajaran


2006/2007 tidak ditetapkan karena pada tahun tersebut belum
diselenggarakan ujian akhir sekolah berstandar nasional (UASBN).
Sedangkan untuk SMP/MTs dengan rendahnya angka lulusan serta
tingginya angka mengulang dan angka putus sekolah mengindikasikan
rendahnya mutu dan proses pembelajaran.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Bappeda tahun 2006
dari 70 sampel siswa putus sekolah SMP/MTs dan SMA/MA/SMK,
sebanyak 32,86% karena alasan ekonomi dan 31,43% karena malas

IV- 7
sekolah. Data tersebut menunjukkan bahwa faktor ekonomi dan motivasi
sangat dominan.
d. Sarana prasarana pendidikan
Faktor lain yang mempengaruhi mutu pendidikan adalah
terbatasnya sarana dan prasarana pendidikan yang memenuhi standar.
Berdasarkan data tahun pembelajaran 2007/2008, prosentase ruang
kelas yang kondisinya baik adalah SD/MI 52,89%; SMP/MTs 86,97%; dan
SMA/MA/SMK 96,24%. Sedangkan kebutuhan standar sarana prasarana
di tingkatan sekolah adalah, sebagaimana tabel berikut:
Tabel 4.5. Sarana dan Prasarana Sekolah
Prasarana dan Sarana
NO
SD/MI SMP/MTs SMA/MA
1 Ruang kelas Ruang kelas Ruang kelas
2 Ruang Ruang
Ruang perpustakaan
perpustakaan perpustakaan
3 Ruang lab IPA Ruang lab IPA Ruang lab biologi
4 Ruang Pimpinan Ruang Pimpinan Ruang lab fisika
5 Ruang guru Ruang guru Ruang lab kimia
6 Ruang lab
Tempat beribadah Ruang tata usaha
komputer
7 Ruang UKS Tempat beribadah Ruang lab bahasa
8 Jamban Ruang konseling Ruang pimpinan
9 Gudang Ruang UKS Ruang guru
10 Ruang sirkulasi Ruang organisasi Ruang tata usaha
kesiswaan
11 Tempat Jamban Tempat beribadah
bermain/olahraga
12 Ruang Multi Media Gudang Ruang konseling
13 Ruang Sirkulasi Ruang UKS
14 Tempat bermain/ Ruang organisasi
olahraga kesiswaan
15 Ruang Multi Media Jamban
16 Gudang
17 Ruang Sirkulasi
18 Tempat bermain/
olahraga
19 Ruang Multi Media
Sumber: Dinas Pendidikan

e. Tenaga pendidikan
Terbatasnya jumlah guru yang memenuhi standar kualifikasi akademik
dan kompetensi sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Pendidikan
Nasional Nomor 16 Tahun 2007 tentang Kualifikasi Akademik dan

IV- 8
Kompetensi Guru. Berdasarkan data tahun pelajaran 2007/2008 jumlah
guru menurut kualifikasi ijazah sebagai berikut :
Tabel 4.6. Kualifikasi Ijazah

Kualifikasi Ijazah Target


Satuan
NO Nasional
Pendidikan
≤ D3 S1/D4 ≥ S2 Total (S1/D4)
Jml 1.245 57 0 1.302
1 TK/RA/ BA 15%
% 95,62 4,38 0 100,00
Jml 4.738 903 8 5.649
2 SD/MI 25%
% 83,87 15,99 0,14 100,00
Jml 650 1.394 8 2.052
3 SMP/MTs 60%
% 31,68 67,93 0,39 100,00
SMA/MA/S Jml 204 919 18 1.141
4 80%
MK % 17,88 80,54 1,58 100,00
Jml 6.837 3.273 34 10.144
Total
% 67,40 32,27 0,33 100,00
Sumber: Dinas Pendidikan

f. Siswa putus sekolah.


Penanganan siswa putus sekolah dan yang tidak lulus ditempuh melalui
kursus-kursus yang diselenggarakan oleh pemerintah daerah seperti
Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) maupun yang diselenggarakan oleh
masyarakat. Mengingat hal tersebut maka sangat diperlukan upaya-
upaya untuk mendorong pemerataan dan perluasan akses seperti
peningkatan mutu, relevansi, daya saing, penguatan tata kelola
akuntabilitas, dan pencitraan publik pendidikan nonformal dan informal.

2. Kesehatan
Dalam rangka memenuhi salah satu hak dasar rakyat, yaitu akses
atas kebutuhan pelayanan kesehatan, telah dicapai kemajuan penting berupa
peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang ditandai beberapa indikator
yaitu umur harapan hidup, angka kematian bayi, angka kematian ibu, dan
prevalensi gizi buruk. Namun demikian beberapa isu-isu strategis dalam
pelaksanaan urusan kesehatan yang masih perlu terus mendapatkan
perhatian dan penanganan selama 5 (lima) tahun kedepan adalah:
a. Masih terbatasnya jangkauan, pemerataan, mutu, dan jenis pelayanan
kesehatan, yang ditandai dengan:
1) belum terlaksananya standar pelayanan minimal secara menyeluruh
(42,2%);
2) ratio Puskesmas dibanding jumlah penduduk masih tinggi yaitu 1
(satu) Puskesmas per 30.580 penduduk;

IV- 9
3) ratio tempat tidur rawat inap dibanding jumlah penduduk 1 (satu)
tempat tidur per 1.371 penduduk;
4) belum tersedianya beberapa jenis pelayanan spesialis di Rumah
Sakit, antara lain: Orthopedi, Jantung dan pembuluh darah, bedah
digestiv, rehabilitasi medik, patologi klinik;
5) persentase Rumah Sakit dan Puskesmas terakreditasi masih 0%;
6) pelayanan kesehatan terhadap masyarakat belum memuaskan
seperti yang diharapkan;
b. Perilaku masyarakat yang kurang mendukung pola hidup bersih dan
sehat, antara lain dapat dilihat dari indikator:
1) rumah tangga Sehat Utama dan Paripurna baru mencapai 55,4%;
2) penduduk menjadi peserta Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Pra
Bayar sebesar 36,1%;
3) bayi mendapatkan ASI eksklusif baru mencapai 61,91%;
Kondisi perilaku masyarakat seperti tersebut di atas antara lain
dipengaruhi oleh kurangnya pengetahuan akan pentingnya perilaku hidup
bersih dan sehat.
c. Rendahnya kondisi kesehatan lingkungan khususnya sarana sanitasi
dasar di rumah tangga, antara lain ditunjukkan oleh tingkat kepemilikan
sarana air bersih baru mencapai 75,04%, sarana pembuangan air limbah
mencapai 45,97%, jamban baru mencapai 54,04%, dan tempat sampah
mencapai 65,97%.
d. Terjadinya beban ganda penyakit.
Penyakit utama yang diderita masyarakat adalah penyakit infeksi. Pada
masa transisi epidemiologi sekarang ini ternyata penyakit-penyakit infeksi
tersebut masih tetap menjadi masalah utama. Di sisi lain penyakit-
penyakit tidak menular terus meningkat sehingga ini merupakan beban
ganda bagi masyarakat. Hal ini dapat dilihat dari indikator-indikator:
1) Angka Kesakitan Demam Berdarah Dengue: 21,6 per 10.000
penduduk;
2) Angka Kesakitan Diare: 89,5 per 10.000 penduduk;
3) Angka Kesakitan Tuberkulosa Paru: 2,3 per 10.000 penduduk;
4) Angka Kesakitan Hipertensi: 57,1 per 10.000 penduduk;
5) Angka Kesakitan Diabetes Mellitus: 55,4 per 10.000 penduduk;
6) Angka Kesakitan Stroke: 14,3 per 10.000 penduduk;

IV- 10
7) Angka Kesakitan Neoplasma (Tumor): 5,8 per 10.000 penduduk;
Di samping indikator tersebut di atas, kasus HIV/AIDS juga terus
menunjukkan peningkatan.
Tabel 4.7. Data Perkembangan Penyakit HIV

No Tahun Jumlah Kasus Keterangan


1. 2005 7 2 Meninggal
2. 2006 15 6 Meninggal
3. 2007 10 3 Meninggal
4. 2008 33 18 Meninggal
Sumber: Dinas Kesehatan
e. Terbatasnya sumberdaya kesehatan, antara lain ditunjukkan oleh:
1) kondisi gedung pelayanan kesehatan di Puskesmas yang kurang
memadai. Saat ini 39% dari jumlah gedung Puskesmas, 62% dari
jumlah gedung Puskesmas pembantu dan 78% rumah dinas medis
dan paramedis dalam kondisi rusak sedang/berat;
2) kebutuhan peralatan medis dan non medis, obat-obatan serta
perbekalan farmasi yang sebagian belum terpenuhi;
3) kurangnya jumlah semua jenis tenaga kesehatan, baik di Puskesmas
maupun di Rumah Sakit. Hal ini terlihat jelas dari perbandingan
jumlah ideal tenaga kesehatan sebagai berikut:

Tabel 4.8. Ratio Tenaga Medis Terhadap Jumlah Penduduk


(Per 100.000 penduduk) Tahun 2007

No Jenis Tenaga Kesehatan Ratio Ideal Ratio Sekarang


1 Dokter Spesialis 6 2,6
2 Dokter Umum 40 8,0
3 Dokter Gigi 11 3,3
4 Tenaga Farmasi 10 5,7
5 Tenaga Gizi 22 4,4
6 Ahli Kesehatan Masyarakat 40 4,6
7 Bidan 100 39,1
8 Perawat 117,5 64,7
9 Tenaga Sanitasi 40 2,9
Sumber: Dinas Kesehatan

IV- 11
Khusus untuk kinerja pelayanan di RSUD dapat dilihat dari indikator-
indikator sebagai berikut:

Tabel 4.9. Indikator Kinerja Pelayan di RSUD

Jumlah
No Tahun Tempat BOR LOS TOI GDR NDR
Tidur
1 2007 179 69.83 4.52 1.95 37.15 17.54
2 2006 179 66.23 4.39 2.24 35.39 18.66
3 2005 179 55.55 5.35 3.47 35.62 15.06
4 2004 179 45.63 5.03 4.30 33.15 17.65
5 2003 179 42.79 5.00 5.00 38.28 14.50
Sumber: Dinas Kesehatan

Dari Tabel tersebut di atas dapat diketahui bahwa:


1) BOR (Bed Occupation Rate) yang mencerminkan pemanfaatan
tempat tidur di RS menunjukkan kecenderungan yang terus
meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 2006 dan 2007 telah
mampu mencapai BOR ideal sesuai standar (60-80%), bahkan
khusus untuk perawatan Kelas 3 sering melampaui 100%;
2) LOS (Length of Stay) merupakan rata-rata lama perawatan seorang
pasien di RS, di mana sejak tahun 2003-2007 telah mencapai
ketentuan ideal (4-6 hari);
3) TOI (Turn of Interval) adalah rata-rata lama tempat tidur tidak
ditempati, idealnya 1-3 hari. Pada 2 tahun terakhir RSUD telah
mencapai 2,24 hari dan 1,95 hari;
4) GDR (Gross Death Rate) adalah angka kematian Umum di Rumah
Sakit pada periode waktu tertentu, idealnya kurang dari 45 per mil.
Selama 5 tahun terakhir RSUD telah dapat mencapai ketentuan ideal
tersebut;
5) NDR (Net Death Rate) adalah angka kematian < 48 jam di RS pada
periode waktu tertentu, dengan angka ideal < 25%. Selama 5 tahun
terakhir RSUD telah dapat mencapai ketentuan ideal tersebut;
Untuk peningkatan pelayanan kepada masyarakat RSUD masih
terdapat beberapa kendala, yaitu :
a. Belum terwujudnya pembangunan gedung pelayanan yang representatif:
1) tata letak, kondisi dan kapasitas gedung RSUD belum memadai;

IV- 12
2) kapasitas Poliklinik hanya cukup untuk 120 orang dengan rata-rata
jumlah pengunjung Rawat Jalan setiap hari 195 orang;
3) dengan bertambahnya jumlah dan jenis pemeriksaan/pelayanan
spesialis dibutuhkan tambahan ruang khusus untuk dokter.
b. Sumber Daya Manusia yang kurang memadai.
Semakin meningkatnya tuntutan masyarakat akan pelayanan kesehatan
dan perkembangan ilmu kedokteran maupun teknologi tentang pelayanan
kesehatan maka diperlukan SDM yang sesuai (kualitas maupun
kuantitasnya).
c. Belum lengkapnya sarana dan prasarana yang dimiliki.
Diperlukan alat-alat kedokteran yang memadai untuk menunjang
pelayanan medik sejalan dengan semakin banyaknya jenis pelayanan
yang harus dipenuhi, agar pelayanan menjadi maksimal.
d. Kelas Rumah Sakit.
Peningkatan kelas RSUD dari Kelas C menjadi Kelas B sangat
diharapkan karena tuntutan kualitas dan jenis pelayanan kesehatan dari
masyarakat yang makin meningkat.
e. Badan Layanan Umum Daerah (BLUD).
Sesuai ketentuan Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang
Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum (PPK-BLU), maka
dalam rangka meningkatkan kinerja dan mutu layanan kepada
masyarakat RSUD perlu mempersiapkan pengelolaan secara profesional
dengan meningkatkan statusnya menjadi BLUD.

3. Pekerjaan Umum
Pelaksanaan urusan pekerjaan umum meliputi: jalan, jembatan, dan
irigasi. Berbagai isu-isu strategis dalam pembangunan di bidang pekerjaan
umum 5 (lima) tahun kedepan adalah:
a. Jalan Kabupaten dalam kondisi rusak.
Kondisi jalan kabupaten yang rusak sepanjang 176,76 Km (29%) yang
terdiri dari jalan aspal maupun jalan batu/onderlag. Jalan aspal yang
rusak disebabkan karena penanganan yang belum optimal ditambah
beban kendaraan yang melebihi kapasitas kemampuan kelas jalan.

IV- 13
Gambar 4.1. Kondisi Jalan Kabupaten

b. Kondisi permukaan jalan yang masih belum beraspal.


Sampai bulan April 2008, jalan kabupaten yang belum beraspal atau jalan
batu sepanjang 126,33 Km (20%). Kondisi ini menghambat mobilitas
orang dan/atau barang yang berdampak pada pertumbuhan ekonomi.
Kondisi permukaan jalan secara lengkap dapat dijelaskan sebagai
berikut:
Gambar 4.2. Permukaan Jalan Menurut Jenisnya

c. Kondisi jembatan yang rusak dan memerlukan pemeliharaan.


Kondisi jembatan yang rusak sejumlah 14 buah (6%) terdiri dari
konstruksi jembatan kayu, jembatan batu, dan jembatan lengkung.
Kondisi jembatan tersebut dapat membahayakan pengguna jalan dan
dapat mengganggu mobilitas orang dan/atau barang. Jembatan yang
kondisinya sedang sejumlah 71 buah (30%) membutuhkan perawatan
secara rutin agar dapat berfungsi secara baik.

IV- 14
Gambar 4.3. Kondisi Jembatan Kabupaten

d. Kondisi infrastruktur/jaringan irigasi.


Infrastruktur jaringan irigasi masih banyak yang kondisinya rusak dan
butuh penanganan secara berkesinambungan sebagaimana tabel berikut:

Tabel 4.10. Kondisi Jaringan Irigasi Kabupaten


Per April 2008

Kondisi
No. Infrastruktur
Baik Sedang Rusak
1. Jaringan Irigasi (Km) 188,247 316,597 350,824
2. Bangunan Bendung (Ha) 109 183 203
Sumber : Dinas Bina Marga dan Pengairan Kab. Temanggung
Rusaknya jaringan irigasi akan mempengaruhi produktifitas pertanian.
e. Belum meratanya persebaran pembangunan sarana dan prasarana
pekerjaan umum dan pengairan.
f. Masih minimnya peralatan, sarana dan prasarana bidang pekerjaan
umum, seperti alat laboratorium jalan, alat berat dan peralatan teknis
lainnya.
g. Masih belum memadainya infrastruktur bidang pekerjaan umum di
perdesaan.

4. Perumahan Rakyat
Pelaksanaan urusan perumahan rakyat meliputi penataan perumahan
dan sarana dan prasarana lingkungan perumahan. Beberapa isu strategis
dalam pelaksanaan urusan perumahan adalah :
a. Masih banyaknya rumah tidak layak huni.
b. Terbatasnya lingkungan perumahan yang sehat.
c. Belum tertatanya sanitasi lingkungan perumahan.

IV- 15
5. Penataan Ruang
Penataan ruang untuk lima tahun kedepan didasarkan pada
Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Kabupaten Temanggung Tahun 2008-2028. Beberapa isu strategis
dalam pelaksanaan urusan penataan ruang adalah:
a. Pemanfaatan ruang kota belum sesuai ketentuan.
b. Tidak terkendalinya pendirian bangunan seperti tower.
c. Kurangnya Ruang Terbuka Hijau (RTH) di daerah perkotaan.
d. Tidak terkendalinya alih fungsi lahan pertanian menjadi non pertanian.

6. Perencanaan Pembangunan
Perencanaan pembangunan daerah dimaksudkan untuk
menghasilkan pembangunan yang mampu memenuhi aspirasi dan
kebutuhan masyarakat. Selain itu perencanaan pembangunan daerah
didorong pada tercapainya keseimbangan antara perencanaan bottom up
dan top down, serta mengembangkan perencanaan partisipatif.
Beberapa isu strategis dalam perencanaan pembangunan antara lain:
a. Mekanisme penjaringan aspirasi masyarakat belum dilaksanakan secara
optimal.
b. Masih lemahnya koordinasi dan sinkronisasi perencanaan pembangunan
daerah.
c. Belum tersedianya database perencanaan pembangunan yang
komprehensif.
d. Belum terwujudnya sinkronisasi dan konsistensi antara hasil perencanaan
pembangunan dengan kemampuan keuangan daerah.

7. Perhubungan
Belum optimalnya struktur pelayanan transportasi yang efisien sesuai
hierarki pelayanan dan moda transportasi serta minimalnya rambu-rambu lalu
lintas akan mengakibatkan ketidaknyamanan berlalu lintas dan meningkatnya
kecelakaan. Isu-isu strategis yang perlu penanganan selama 5 (lima) tahun
kedepan adalah:
a. Sarana, prasarana dan fasilitas perhubungan belum memadai.
b. Belum optimalnya pelayanan dan tingkat uji kelayakan angkutan
penumpang umum.

IV- 16
c. Belum lengkapnya data base pelayanan jasa angkutan dalam rangka
pembangunan Sistem Informasi Manajemen Pengujian Kendaraan
Bermotor (SIM PKB).

8. Lingkungan Hidup
Permasalahan lingkungan hidup sejalan dengan meningkatnya
aktivitas perekonomian dibidang industri, pertambangan, pertanian,
transportasi, perdagangan, dan jasa. Penanganan dalam jangka waktu lima
tahun kedepan antara lain mencakup masalah kondisi wilayah yang
mengalami degradasi, rendahnya sumber daya manusia, terbatasnya sarana
prasarana pengendalian dan pengelolaan lingkungan hidup serta regulasi
yang berkaitan dengan lingkungan hidup. Secara detail isu-isu strategis yang
perlu untuk ditangani adalah:
a. Adanya eksploitasi lahan berlebihan sehingga melampaui daya
dukungnya.
Kegiatan usaha tani yang kurang memperhatikan konservasi berakibat
pada peningkatan luasan lahan kritis terutama lahan di lereng Gunung
Sumbing, Sindoro, dan Prau mencakup 13 kecamatan dengan luasan
13.209 Ha (Tahun 2007) atau 70,95% dari total luasan lahan kritis yaitu
18.615 Ha. Disamping itu pengelolaan dan penanganan kawasan lindung
di luar kawasan hutan lindung di 16 kecamatan dengan luas 12.806,15
Ha juga belum memperhatikan kaidah-kaidah konservasi berakibat pada
tingkat erosi yang tinggi sehingga menyebabkan kesuburan tanah turun
secara drastis, juga berdampak pada kemampuan tanah menyerap air
hujan.
b. Penggunaan lahan yang tidak sesuai peruntukkannya.
Kecenderungan peningkatan penggunaan lahan yang tidak sesuai
dengan kebijakan peruntukan lahan, antara lain adalah perubahan
peruntukan lahan dari lahan pertanian ke pemukiman, perindustrian dan
infrastruktur lainnya.
c. Pertumbuhan wilayah perkotaan tidak diimbangi dengan luasan Ruang
Terbuka Hijau (RTH).
Peningkatan aktivitas perekonomian dan pemukiman belum diimbangi
dengan peningkatan luas RTH yang berfungsi sebagai sarana penjaga
keserasian dan keseimbangan ekosistem lingkungan perkotaan,

IV- 17
peningkatan kualitas lingkungan yang sehat indah bersih dan nyaman
serta sebagai sarana estetika kota. Kondisi saat ini baru 6,36% (63,736
Ha) dari luas wilayah perkotaan (1000,95 Ha) masih jauh dari standar
baku yang disyaratkan di dalam Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007
tentang Penataan Ruang dan Permendagri Nomor 1 Tahun 2007 tentang
Penataan Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan yaitu 30% dari luas
wilayah perkotaan.
d. Meningkatnya tingkat pencemaran lingkungan hidup.
Adanya kecenderungan peningkatan tingkat pencemaran lingkungan
hidup (udara, air, tanah dan suara) disebabkan oleh:
1) meningkatnya aktifitas perekonomian baik industri menengah/besar
(19 unit), industri kecil (9 unit), industri rumah tangga (107 unit),
perhotelan (7 unit), rumah sakit (4 unit) dan SPBU (12 unit). Dari total
158 unit jenis usaha tersebut yang sudah mempunyai sarana
pengolah limbah baru 48 unit dan yang sudah melengkapi dokumen
UKL-UPL baru 43 buah;
2) peningkatan aktivitas masyarakat juga berakibat pada peningkatan
jumlah kendaraan bermotor dan frekuensi lalu lintas;
3) meningkatnya jumlah penduduk dan pendapatan masyarakat
berakibat pada perubahan pola konsumsi masyarakat yang
berdampak pada meningkatnya produk sampah. Dimana pada tahun
2007 volume sampah adalah sejumlah 1.616,23 m3 meningkat dari
1.596.5 m3 pada tahun 2006, sementara sarana dan prasarana
pengelolaan sampah masih terbatas;
4) jumlah rumah tangga tanpa septic tank cukup besar yaitu 55.076
rumah tangga atau 27,5 % dari jumlah rumah tangga yang ada.
e. Kebersihan, Kesehatan, Ketertiban, dan Keindahan (K4).
Kebijakan yang berkaitan dengan K4 merupakan salah satu tolok ukur
kepedulian masyarakat. Belum optimalnya kedisiplinan masyarakat
terhadap kebersihan dan kesehatan berakibat belum teraihnya Adipura.
f. Peraturan Daerah tentang Lingkungan Hidup.
Belum adanya Peraturan Daerah yang memayungi masalah Lingkungan
Hidup antara lain Perda Pengelolaan Lingkungan Hidup, Ruang Terbuka
Hijau Kawasan Perkotaan, Penanganan Kawasan Lindung di Luar
Kawasan Hutan, Penetapan Kawasan Lindung dan lainnya, berakibat

IV- 18
pada belum adanya pegangan dalam penanganan permasalahan terkait
dengan lingkungan hidup.
g. Masih rendahnya kesadaran masyarakat dalam pemeliharaan dan
pengelolaan lingkungan. Hal ini disebabkan keterbatasan pengetahuan
dan kemampuan di bidang lingkungan hidup. Tanggung jawab
pengelolaan lingkungan hidup bukan hanya tanggung jawab pemerintah,
melainkan merupakan tanggung jawab bersama.
h. Keterbatasan data dan informasi SDA dan lingkungan hidup.

9. Pertanahan
Sesuai dengan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 34
Tahun 2003 tentang Kebijakan Nasional di bidang Pertanahan dan Peraturan
Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan
Antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota disebutkan bahwa kewenangan Pemerintah Kabupaten di
bidang pertanahan terdiri dari :
a. Pemberian izin lokasi.
b. Penyelenggaraan pengadaan tanah untuk kepentingan pembangunan.
c. Penyelesaian sengketa tanah garapan.
d. Penyelesaian masalah ganti kerugian dan santunan tanah untuk
pembangunan.
e. Penetapan subyek dan obyek redistribusi tanah, serta ganti kerugian
tanah kelebihan maksimum dan tanah absentee.
f. Penetapan dan penyelesaian masalah tanah ulayat.
g. Penetapan dan penyelesaian masalah tanah kosong.
h. Pemberian ijin membuka tanah.
i. Perencanaan penggunaan tanah wilayah Kabupaten.
Dari 9 kewenangan yang diberikan kepada Pemerintah kabupaten, di
Kabupaten Temanggung hanya memiliki 6 kewenangan.
Isu-isu strategis yang dihadapi dalam urusan pertanahan antara lain :
a. Belum berjalannya izin lokasi.
Izin lokasi sampai saat ini masih ditangani oleh Badan Pertanahan
Nasional (BPN), sedangkan berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 34
Tahun 2003 tentang kebijakan nasional di bidang pertanahan, izin lokasi
sudah menjadi kewenangan Pemerintah Kabupaten.

IV- 19
b. Penataan tanah belum sesuai RTRW.
Peruntukan tanah baik penguasaan, pemilikan, penggunaan, dan
pemanfaatan tanah secara berkelanjutan belum sesuai dengan RTRW.
c. Belum optimalnya inventarisasi asset tanah Pemda.
Invetarisasi asset-asset tanah Pemerintah Daerah baik yang berasal dari
Eks instansi vertikal maupun dari perubahan status desa menjadi
kelurahan sudah dilaksanakan, hasilnya belum optimal.
Tabel 4.11. Jumlah Asset Tanah Pemda yang Telah Bersertifikat

Jumlah Asset Tanah Pemda


Bersertifikat Belum Bersertifikat
606 bidang 880 bidang
Sumber : Bagian Pemerintahan Umum Setda.
10. Kependudukan dan Catatan Sipil
Beberapa isu strategis yang berkaitan dengan pelaksanaan urusan
kependudukan dan catatan sipil adalah:
a. Masih rendahnya kesadaran masyarakat terhadap pentingnya
dokumen kependudukan dan catatan sipil. Data sampai semester I
tahun 2008 menunjukkan bahwa dari jumlah penduduk sebanyak
767.994 orang, yang memiliki akta baru mencapai 384.419 orang
(50,06%).
b. Belum adanya bank data sebagai basis data kependudukan di Daerah.
c. Perlunya penertiban administrasi kependudukan secara menyeluruh,
terutama penggantian Kartu Keluarga (KK) dan Kartu Tanda Penduduk
(KTP) berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang
Administrasi Kependudukan.
d. Tuntutan masyarakat terhadap peningkatan pelayanan administrasi
kependudukan yang cepat, murah dan transparan.
e. Perlunya layanan online di seluruh kecamatan agar pelayanan
adminsitrasi kependudukan terutama KK dan KTP lebih optimal.

11. Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak


Isu-isu strategis dalam pemberdayaan perempuan dan perlindungan
anak yang perlu mendapatkan perhatian dalam rangka meningkatkan peran

IV- 20
perempuan dan kesetaraan gender serta permasalahan keluarga, antara
lain :
a. Masih rendahnya kualitas sumber daya manusia perempuan di
perdesaan.
b. Tingkat kesejahteraan perempuan yang masih perlu ditingkatkan dalam
hal kesehatan dan ekonomi, diantaranya kurang memperhatikan
kesehatan reproduksi sehingga berakibat kematian ibu dan anak serta
melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah.
c. Masih adanya perempuan korban kekerasan dalam rumah tangga.
d. Masih adanya perempuan pekerja yang menjadi korban perdagangan
manusia (trafficking on person).
e. Masih banyaknya anak jalanan, anak korban narkoba, anak bermasalah
dengan hukum, dan anak putus sekolah serta adanya anak usia
sekolah yang mengalami lemah penglihatan (low vision).
f. Kurangnya arena bermain dan ruang kreasi anak yang memadai untuk
mendukung tumbuh kembang anak.

12. Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera


Program Keluarga Berencana untuk masa mendatang masih
dihadapkan pada permasalahan yang cukup krusial, antara lain:
a. Jumlah penduduk yang besar, angka kelahiran dan tingkat kematian
yang cukup tinggi.
b. Rendahnya tingkat partisipasi peserta keluarga berencana pria.
c. Rendahnya pengetahuan dan pemahaman tentang kesehatan
reproduksi bagi remaja.
d. Belum semua akses pelayanan dapat memberikan pelayanan yang
berkualitas sesuai standar.
e. Ratio petugas yang masih kurang, dan terbatasnya tenaga provider
serta kader yang memiliki pengetahuan tentang konseling keluarga
berencana dan kesehatan reproduksi.
f. Belum optimalnya pemberdayaan ekonomi keluarga, khususnya melalui
kelompok Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga Sejahtera
(UPPKS).
g. Terbatasnya SDM dalam pengelolaan data sebagai sumber informasi
hasil program.

IV- 21
h. Kurangnya tenaga Petugas Lapangan Keluarga Berencana (PLKB) dan
Penyuluh Keluarga Berencana (PKB).
i. Terbatasnya alat kontrasepsi khususnya implant yang diminati oleh
peserta keluarga berencana.

13. Sosial
Permasalahan sosial masih cukup banyak dan harus mendapatkan
perhatian secara khusus dan komprehensif. Berbagai isu strategis yang
dihadapi terkait dengan pelaksanaan urusan sosial meliputi beberapa hal,
yaitu:
a. Keberadaan Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) masih
banyak dan belum tertangani secara menyeluruh bahkan semakin
meningkat baik kualitas maupun kuantitas.
PMKS adalah seseorang, keluarga, atau kelompok masyarakat yang
karena sesuatu hambatan, kesulitan, atau gangguan, tidak dapat
melaksanakan fungsi sosialnya dan oleh karenanya tidak dapat menjalin
hubungan yang serasi dan kreatif dengan lingkungannya, sehingga tidak
dapat terpenuhinya kebutuhan hidup (jasmani, rohani, dan sosial) secara
layak dan wajar.
Dari 28 permasalahan sosial yang ada, masih terdapat 27 jenis PMKS,
yang digolongkan pada 4 (empat) kategori yaitu kemiskinan, kecacatan,
keterbelakangan/keterbatasan, dan keterlantaran.
b. Kurangnya pemberdayaan Potensi Sumber Kesejahteraan Sosial (PSKS).
PSKS merupakan potensi untuk mengembangkan kesejahteraan sosial
yang tumbuh dari, oleh, dan berada dalam masyarakat. Namun demikian
potensi PSKS selama ini masih kurang diberdayakan dan dukungan
sarana prasarananya belum memadai. PSKS yang ada adalah sebagai
berikut:

IV- 22
Tabel 4.12 PSKS di Kabupaten Temanggung Tahun 2007

No. Jenis PSKS Jumlah


1. Pekerja Sosial Masyarakat (PSM) 936
- Laki- laki 740
- Perempuan 196
2. Karang Taruna (KT) 289
- Pasif/Tumbuh 252
- Aktif/Berkembang 35
- Aktif / Maju 2
3. Yayasan/Organisasi Sosial (ORSOS)
- Yayasan /ORSOS yang sudah mantap/terdaftar 29
- ORSOS Desa 92
- ORSOS Embrional 34
4. Wanita Pemimpin Kesejahteraan Sosial (WPKS) 485
5. Dunia Usaha (DU) yang peduli sosial 25
6. Wahana Kesejahteraan Sosial Berbasis Masyarakat 182
(WKSBM)
Sumber: Dinas Sosial

14. Ketenagakerjaan
Permasalahan utama di bidang ketenagakerjaan adalah terbatasnya
lapangan pekerjaan dan semakin meningkatnya jumlah pengangguran
dengan tingkat pendidikan dan ketrampilan yang rendah, sehingga perlu
mendapat perhatian khusus dari Pemerintah Pusat maupun Pemerintah
Daerah. Secara rinci permasalahan tersebut dapat dijabarkan sebagai
berikut:
a Rendahnya produktivitas tenaga kerja.
Rendahnya produktivitas tenaga kerja lebih banyak disebabkan karena
rendahnya tingkat pendidikan dan ketrampilan tenaga kerja sehingga
tidak dapat menghasilkan output kerja yang diharapkan. Hal ini dibuktikan
dengan banyaknya pekerja pada lapangan kerja kurang produktif
sehingga semakin banyak yang hidup di bawah garis kemiskinan.
b Meningkatnya jumlah pengangguran terbuka.
Pengangguran terbuka adalah orang yang tidak bekerja dan sedang
mencari pekerjaan, sedangkan tingkat pengangguran terbuka adalah
proporsi pengangguran terbuka terhadap angkatan kerja. Meningkatnya
jumlah pengangguran terbuka disebabkan pertumbuhan pencari kerja
yang tidak sebanding dengan lapangan kerja yang tersedia.
Perkembangan angkatan kerja, setengah penganggur, dan tingkat
pengangguran terbuka selama 5 (lima) tahun terakhir sebagaimana tabel
berikut.

IV- 23
Tabel 4.13. Perkembangan angkatan kerja, setengah penganggur
dan tingkat pengangguran terbuka.

Tahun
No Uraian
2002 2003 2004 2005 2006
1 Penduduk Usia 550.245 552.599 657.372 570.257 578.893
Kerja
2 Angkatan Kerja 370.370 360.405 376.338 383.384 393.647
3 Bekerja 234.445 217.396 238.034 237.430 266.656
4 Penganggur 8.296 8.181 9.446 9.163 18.423
terbuka
5 Setengah 127.629 134.828 128.858 136.791 108.568
Penganggur
6 Tingkat Partisipasi 67,31 65,22 57,25 67,23 68
Angk. Kerja
(TPAK)
7 Tingkat 63,3 60,32 63,25 61,93 67,74
Kesempatan Kerja
(TKK)
8 Tingkat 2,24 2,27 2,51 2,39 4,68
Penganggur
Terbuka (TPT)
Sumber: Badan Pusat Statistik

Data tersebut menunjukkan bahwa dalam kurun waktu 5 (lima) tahun


terakhir jumlah angkatan kerja cenderung meningkat dari tahun ke tahun
dengan rata-rata pertumbuhan 1,57%. Jumlah setengah pengangguran
juga cenderung meningkat kecuali pada tahun 2006. Tingkat
pengangguran terbuka juga cenderung meningkat khususnya pada tahun
2006 mencapai 101,1%. Di sisi lain pertumbuhan tingkat kesempatan
kerja relatif kecil yaitu rata-rata sebesar 1,86% sedangkan tingkat
pengangguran terbuka rata-rata pertumbuhannya sebesar 4,11%. Oleh
karena itu perlu adanya perhatian khusus untuk mengurangi tingkat
pengangguran.
c Terbatasnya kesempatan kerja.
Dua hal yang menjadi penyebab utama terbatasnya kesempatan kerja
adalah lapangan kerja yang terbatas dan rendahnya kompetensi pencari
kerja sehingga memperkecil kesempatan untuk bekerja. Perkembangan
kesempatan kerja dapat dilihat pada tingkat kesempatan kerja
sebagaimana tabel tersebut di atas.
d Belum optimalnya hubungan industrial antara pekerja dan pengusaha.
Hubungan industrial antara pekerja dan pengusaha belum optimal.
Berbagai permasalahan muncul dari kurang harmonisnya hubungan

IV- 24
industrial tersebut termasuk kasus-kasus Perselisihan Hubungan
Industrial (PHI) dan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK). Namun demikian
hubungan tripartit khususnya dalam hal penetapan Upah Minimum
Kabupaten (UMK) relatif cukup baik sehingga tercipta iklim sejuk dalam
perjalanan penetapannya. Adapun perkembangan PHI dan PHK
sebagaimana tabel berikut.

Tabel 4.14. Perkembangan PHI dan PHK


Tahun (Kasus)
No Kasus
2002 2003 2004 2005 2006
1 Pemutusan Hubungan Kerja 9 3 5 7 5
2 Mogok Kerja 0 0 1 0 0
JUMLAH 9 3 6 7 5
Sumber: Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi
Dari keseluruhan kasus ketenagakerjaan yang muncul selama kurun
waktu 2002-2006 seluruhnya dapat diselesaikan.

15. Koperasi dan Usaha Kecil Menengah


Pembangunan koperasi dan usaha kecil menengah memiliki potensi
yang besar dalam meningkatkan taraf hidup rakyat. Peranan koperasi
sebagai sokoguru perekonomian dan pengembangan usaha mikro, kecil, dan
menengah terbukti lebih mampu bertahan dalam menghadapi krisis ekonomi.
Usaha-usaha mikro, kecil dan menengah masih mampu bertahan ditengah
badai krisis yang melanda Indonesia.
Kondisi koperasi yang berbadan hukum sampai dengan tahun 2006
jumlah koperasi sebanyak 431 koperasi. Jumlah koperasi yang aktif
sebanyak 308 dan tidak aktif sebanyak 123.
Untuk Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM), sampai dengan tahun
2006 terdapat 5.629 unit yang bergerak di sektor perdagangan, 2.460 unit di
sektor pertanian, 91 unit di sektor pertambangan, 14.596 unit di sektor
industri pengolahan, 4 unit di sektor usaha tembaga dan kuningan, 68 unit di
sektor konstruksi, 181 unit di sektor angkutan, dan 4 unit di sektor industri
gas, air, dan jasa lainnya sebanyak 347 unit.
Secara kuantitatif, jumlah koperasi maupun UMKM memang cukup
banyak, namun dari segi kualitatif masih sangat perlu untuk ditingkatkan.
Permasalahan atau isu mendasar dalam pengembangan koperasi dan

IV- 25
UMKM adalah:
a. Rendahnya kualitas SDM pengelola Koperasi dan UMKM.
b. Lemahnya manajemen koperasi dan UMKM.
c. Rendahnya tingkat kesadaran masyarakat akan usaha koperasi dan
UMKM.
d. Rendahnya akses UMKM pada sumberdaya produktif baik berupa akses
permodalan, informasi, dan pemasaran.
e. Belum optimalnya perhatian perbankan pada sektor koperasi dan UMKM.

16. Penanaman Modal


Dalam rangka menuju kemandirian daerah sebagai realisasi
semangat dan kebijakan otonomi daerah, salah satu diantaranya adalah
kemandirian dalam pembiayaan pembangunan daerah. Untuk mendukung
hal tersebut, salah satu cara yang bisa ditempuh adalah peningkatan
investasi dan peningkatan kinerja BUMD.
Keberhasilan kinerja bidang investasi/penanaman modal akan
memberikan kontribusi pada kegiatan ekonomi riil dan pertumbuhan ekonomi.
Laju pertumbuhan ekonomi selama ini sebagian besar ditopang dari
besarnya konsumsi dalam negeri atau regional bukan dari pertumbuhan
investasi maupun ekspor.
Berdasarkan data perkembangan dan penyebaran investasi berupa
Penanaman Modal Asing (PMA), nilai investasi sampai dengan tahun 2006
mencapai Rp 123.095.000.000,- yang terdiri dari 1 PMA dan 20 PMDN non
fasilitas. Dari nilai dimaksud pertumbuhan investasi relatif masih kecil. Oleh
karena itu upaya untuk mendorong peningkatan investasi melalui penciptaan
iklim investasi yang kondusif, promosi, dan kerjasama investasi, diharapkan
dapat mempercepat pertumbuhan ekonomi daerah. Disamping itu juga perlu
dikembangkan investasi sektor UMKM seiring dengan perkembangan
investasi besar.
Adapun isu-isu strategis yang dihadapi urusan penanaman modal,
adalah:
a. Belum optimalnya pelayanan dan rendahnya kepastian hukum dalam
investasi/penanaman modal.
Pelayanan dalam penanaman modal masih belum dilaksanakan secara
efisien, efektif, cepat dan murah. Rendahnya kepastian hukum antara lain

IV- 26
tercermin dari banyaknya tumpang tindih kebijakan pusat dengan daerah,
sehingga mengakibatkan kesimpangsiuran dalam penerapan kebijakan
investasi. Di samping itu kebijakan pemerintah daerah untuk menaikkan
Pendapatan Asli Daerah dalam bentuk penerapan peraturan daerah
berupa pajak daerah dan retribusi daerah, dapat menjadi penghalang
terhadap upaya peningkatan investasi dan pengembangan usaha.
b. Belum optimalnya penanganan kawasan pertumbuhan ekonomi daerah.
Pengembangan kawasan merupakan daya tarik tersendiri bagi masuknya
investasi baik lokal maupun regional/nasional, sehingga perlu
perencanaan yang pasti tentang pengembangan kawasan melalui
kawasan pertumbuhan yang dikemas dalam pengembangan lintas
sektoral.
c. Belum optimalnya jaringan promosi sebagai sarana pengembangan
investasi/penanaman modal.
Upaya untuk menyediakan informasi dan promosi tentang potensi dan
peluang penanaman modal sangat dipengaruhi oleh ketersediaan dan
akurasi basis data investasi. Ketersediaan informasi yang berkaitan
dengan investasi meliputi kemudahan perijinan, ketersediaan sumber
daya produksi, iklim usaha dan peluang pasar.
d. Kurangnya insentif investasi dan keterbatasan infrastruktur.
Insentif investasi meliputi kemudahan perijinan, keringanan atau
pembebasan dari pungutan retribusi dan pajak daerah, kemudahan
mendapatkan lahan, dan membangun infrastruktur yang diperlukan masih
tertinggal dibanding daerah lain.

17. Kebudayaan
Perkembangan dan kemajuan di bidang teknologi komunikasi dan
informasi yang pesat serta masuknya budaya asing dapat membawa
pengaruh terhadap nilai-nilai budaya dan kepribadian masyarakat.
Isu-isu strategis yang dihadapi dalam pengelolaan budaya daerah
antara lain :
a Keterbatasan kualitas sumberdaya manusia pelaku budaya.
b Keterbatasan sarana dan prasarana pendukung seni dan budaya.
c Belum diberdayakannya seluruh potensi produk budaya.
d Belum optimalnya pelestarian cagar budaya yang ada.

IV- 27
Tabel 4.15. Potensi Produk Budaya
Potensi Produk Sudah Belum
No Jumlah
Budaya diberdayakan diberdayakan
1. Upacara Adat 23 11 12
2. Seni pertunjukan 1.259 393 966
rakyat
3. Seniman 758 39 719
4. Budayawan 107 10 97
Sumber: Dinas Perhubungan dan Pariwisata

18. Kepemudaan dan Olahraga


Pemuda dan olah raga perlu mendapatkan perhatian khusus
mengingat pentingnya peran pemuda dalam pembangunan dan belum
optimalnya penanganan olah raga di daerah. Isu-isu strategis pada
pembangunan pemuda dan olah raga adalah:
a. Belum optimalnya fasilitasi terhadap kegiatan kepemudaan dan olah raga.
b. Masih rendahnya koordinasi dan kerjasama antar lembaga yang
menangani kegiatan kepemudaan dan olah raga.
c. Sarana dan prasarana kepemudaan dan olah raga belum memadai.

19. Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam Negeri


Kondisi daerah yang aman dan kondusif menjadi prasyarat utama
pelaksanaan pembangunan daerah. Oleh karena itu penciptaaan kondisi
daerah yang aman, tertib, dan tenteram menjadi isu utama pelaksanaan
urusan kesatuan bangsa dan politik dalam negeri. Beberapa Isu-isu strategis
lainnya yang perlu mendapatkan perhatian adalah:
a. Belum optimalnya implementasi peran dan fungsi lembaga-lembaga
politik dan pendidikan politik rakyat.
b. Merosotnya sikap nasionalisme atau wawasan kebangsaan.
c. Masih munculnya isu SARA.
d. Berkembangnya penyakit masyarakat.

20. Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi Keuangan Daerah,


Perangkat Daerah, Kepegawaian dan Persandian
Pelaksanaan urusan ini dimaksudkan untuk terciptanya pemerintahan
yang efektif, efisien, dan bebas dari praktek-praktek Korupsi, Kolusi, dan
Nepotisme (KKN), disamping peningkatan pelayanan kepada masyarakat.

IV- 28
Isu-isu strategis yang dihadapi dalam urusan Pemerintahan Umum antara
lain :
a. Kurang berjalannya reformasi birokrasi.
Pelaksanaan reformasi birokrasi belum sesuai dengan tuntutan reformasi.
Hal tersebut terkait dengan masih adanya penyalahgunaan wewenang,
praktek KKN, dan masih lemahnya pengawasan terhadap kinerja aparatur
pemerintah daerah.
b. Penyelenggaraan manajemen pemerintahan dan pembangunan daerah
belum optimal.
Kualitas manejemen dalam penyelenggaraan pemerintahan dan
pembangunan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, pelaporan,
monitoring, dan evaluasi serta pengawasan belum sepenuhnya berjalan
secara efektif.
c. Kinerja aparatur belum optimal.
Belum optimalnya kinerja aparatur terlihat masih adanya keluhan
terhadap pelayanan yang diberikan dan in-efisiensi penggunaan sumber
daya daerah. Kondisi tersebut menjadi permasalahan yang harus segera
diatasi dalam rangka perwujudan tata pemerintahan yang baik (Good
Governance).
Beberapa permasalahan di bidang aparatur daerah adalah:
1) kurangnya pendidikan dan pelatihan (diklat) aparatur untuk
meningkatkan kemampuan teknis dan fungsional menuju aparatur
yang profesional;
2) etos kerja aparatur dalam melaksanakan pelayanan belum optimal;
3) masih adanya ketidaksesuaian jumlah penerimaan pegawai baru
dengan formasi yang dibutuhkan;

IV- 29
Tabel 4.16. Jumlah Pegawai, Formasi Tambahan, Penerimaan, Pensiun Pegawai
Tahun
No Keterangan
2003 2004 2005 2006 2007
1 Jumlah 7.798 7.971 8.031 8.430 8.726 Pertambahan
Pegawai PNS dari 2005-
2 Formasi 3.656 3.242 3.168 4.912 3.108 2007 secara riil
Tambahan tidak banyak
3 Penerimaan 130 174 574 556 296 bertambah
CPNS jumlahnya(tetapi
lebih pada
4 Pensiun 152 190 172 189 257 perubahan status
dari honorer ke
PNS)
Sumber: Badan Kepegawaian Daerah

4) belum optimalnya menejemen pengelolaan dan pembinaan


kepegawaian melalui analisa jabatan, evaluasi kinerja, pola karier dan
pengukuran kompetensi untuk mendukung pengambilan kebijakan
dibidang kepegawaian;
5) kurangnya sosialisasi peraturan perundang-undangan bidang
kepegawaian;
6) perlunya optimalisasi pengelolaan Sistem Informasi Manajemen
Kepegawaian (SIMPEG) sebagai sumber data kepegawaian;
7) belum optimalnya penempatan pegawai sesuai dengan keahliannya.
d. Inkosistensi produk hukum.
e. Belum optimalnya pengelolaan asset dan persandian daerah.
f. Rendahnya kemampuan dan kemandirian keuangan daerah.
Kontribusi Pendapatan Asli Daerah (PAD) terhadap belanja daerah masih
rendah rata-rata sebesar 6.2 % dari total APBD.
g. Masih lemahnya pengawasan.
Dalam menjalankan tugas pokok dan fungsinya aparat pengawasan
fungsional masih mengalami kendala, antara lain masih kurangnya
personil yang profesional di bidang pengawasan serta sarana dan
prasarana.

IV- 30
21. Ketahanan Pangan
Isu-isu strategis urusan ketahanan pangan antara lain menyangkut
hal-hal:
a. Ketersediaan pangan:
1) ketersediaan pangan pokok menunjukkan kondisi surplus, kecuali
ikan air tawar dan susu;
2) kurangnya kemampuan masyarakat mengantisipasi perubahan
musim;
3) kurangnya informasi dan data konsumsi, stok pangan serta belum
mutakhirnya parameter pasca panen.
Tabel 4.17. Ketersediaan Pangan
No Komoditi Produksi Kebutuhan +/-
1. Beras (ton) 99.824 81.231 18.592
2. Daging (ton) 8.15 4.181 3.994
3. Telur (ton) 8.530 2.853 5.676
4. Susu (liter) 167..323 2.540.049 2.372.726
5. Ikan (ton) 1.481 7.819 -6.338
Sumber: Dinas Pertanian
Ket : Asumsi jumlah penduduk 713.497 jiwa (ada pertumbuhan 1,4 % dari th. 2006)

b. Penganekaragaman pangan menuju gizi seimbang:


1) rendahnya pengetahuan dan pemahaman masyarakat tentang
pangan beragam dan bergizi seimbang;
2) konsumsi karbohidrat masih didominasi oleh beras sekitar 133,15 kg
perkapita/tahun;
3) kurang berkembangnya pemanfaatan pangan lokal sebagai sumber
karbohidrat, protein, vitamin dan mineral;
4) cadangan pangan lokal khususnya sumber karbohidrat belum digali
dan dikembangkan secara optimal.
c. Keamanan pangan:
1) merebaknya penggunaan bahan kimia berbahaya untuk bahan
tambahan pangan (formalin, boraks dan zat pewarna yang dilarang);
2) rendahnya pengetahuan dan pemahaman masyarakat terhadap
keamanan pangan.

IV- 31
d. Kerawanan pangan dan gizi buruk:
1) masih adanya penduduk miskin yang rentan terhadap rawan
pangan;
2) terbatasnya akses masyarakat terhadap fasilitas kesehatan,
pendidikan dan informasi.
e. Alih fungsi lahan pertanian dan konservasi lahan dan air :
1) persaingan pemanfaatan sumber daya lahan dan air dengan sektor
industri dan pemukiman;
2) menurunnya kualitas dan kesuburan tanah.
f. Permasalahan utama yang terkait dengan distribusi pangan,
ketersediaan dan pemerataan pangan, serta diversifikasi pangan adalah:
1) rantai pemasaran dan distribusi hasil pertanian terlalu panjang;
2) rendahnya tingkat pengembangan dan tingkat pengetahuan petani
terhadap penerapan teknologi pasca panen;
3) rendahnya diversifikasi pengolahan hasil pertanian;
4) ketergantungan masyarakat terhadap pangan pokok (beras) sangat
tinggi;
5) terbatasnya permodalan petani dalam produksi pertanian.

22. Pemberdayaan Masyarakat dan Desa


Isu-isu strategis dalam pelaksanaan urusan pemberdayaan masyarakat
dan desa, antara lain :
a. Tingginya jumlah penduduk miskin terutama di perdesaan.
b. Belum optimalnya partisipasi masyarakat dalam pembangunan desa.
c. Belum optimalnya pemanfaatan Teknologi Tepat Guna (TTG) dalam
pengelolaan sumber daya alam yang berwawasan lingkungan.
d. Belum optimalnya fungsi kelembagaan sosial ekonomi dalam menunjang
pemberdayaan masyarakat.
e. Belum optimalnya penyelenggaraan pemerintahan desa.
f. Masih rendahnya kualitas penyelenggaraan pemerintahan desa yang
ditandai dengan berbagai hal, yaitu:
1) masih rendahnya kualitas pelayanan aparatur pemerintahan desa dan
belum optimalnya pengelolaan keuangan desa;
2) rendahnya kualitas aparatur pemerintah desa;

IV- 32
3) penghasilan tetap Kepala Desa dan Perangkat Desa masih di bawah
standar UMR;
4) belum tertibnya penyelenggaraan administrasi pemerintah desa;
5) masih perlunya pemantapan kerangka regulasi tentang pemerintahan
desa;
6) rendahnya kontribusi Pendapatan Asli Desa dalam APBDesa sebagai
daya dukung pembangunan desa.
Tabel 4.18. Kontribusi Pendapatan Asli Desa terhadap APBDesa per Kecamatan
Persentase PAD
APBDesa PADesa terhadap
No Kecamatan
(Rp) (Rp) APBDesa
(%)
1. Parakan 3.003.063.800 960.036.820 31,97
2. Kledung 2.572.679.754 442.665.000 17,21
3. Bansari 2.706.827.250 836.817.000 30,92
4. Bulu 5.097.440.146 769.447.000 15.09
5. Temanggung 1.220.001.555 420.509.500 34,47
6. Tlogomulyo 2.961.810.402 628.670.000 21,23
7. Tembarak 3.386.013.800 796.144.256 23,51
8. Selopampang 2.755.349.694 711.744.500 25,83
9. Kranggan 3.515.028.681 493.334.960 14,04
10. Pringsurat 4.677.575.643 936.314.185 20,02
11. Kaloran 4.986.574.733 801.212.150 16,07
12. Kandangan 3.526.908.439 422.522.500 11,98
13. Kedu 4.340.517.740 1.392.848.910 32,09
14. Ngadirejo 4.653.125.387 2.270.935.352 48,80
15. Jumo 2.932.871.365 1.037.187.000 35,36
16. Gemawang 2.217.906.868 487.018.200 21,96
17. Candiroto 4.028.033.624 1.005.410.300 24,96
18. Bejen 2.542.156.393 264.833.600 10,42
19. Tretep 2.015.172.100 371.976.500 18,46
20. Wonoboyo 2.785.329.000 535.592.180 19,23
Jumlah 65.924.386.374 15.585.219.913 23,64
Sumber: Bagian Pemerintahan Desa Setda

23. Statistik
Berdasarkan Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional disebutkan bahwa perencanaan
pembangunan daerah harus didasarkan data-data yang akurat dan memadai
baik menyangkut data kepemerintahan, keuangan daerah maupun potensi
yang dimiliki daerah. Kewenangan daerah dalam urusan statistik meliputi
pengumpulan dan pemanfaatan data dan statistik daerah. Beberapa
permasalahan pokok pada pelaksanaan urusan statistik daerah adalah :

IV- 33
a. Pengumpulan data pembangunan daerah belum dilakukan secara
periodik.
b. Kurangnya akurasi dan validitas data-data yang digunakan dalam
perencanaan pembangunan daerah.
c. Belum dimanfaatkannya secara optimal data-data pembangunan dalam
perencanaan pembangunan daerah.

24. Kearsipan
Penyelengaraan urusan kearsipan mempunyai fungsi strategis bagi
perkembangan daerah karena menangani arsip aktif, arsip inaktif, dan
dokumentasi daerah. Beberapa isu strategis yang dihadapi pada urusan
kearsipan, adalah:
a. Belum optimalnya pengelolaan arsip.
b. Belum optimalnya pengelolaan dokumen daerah.
c. Masih rendahnya kualitas pengelola arsip di semua satuan kerja.
d. Masih rendahnya kualitas pengelola dokumen di semua satuan kerja.
e. Belum memadainya sarana dan prasarana kearsipan daerah.
f. Belum memadainya sarana dan prasarana dokumen daerah.

25. Komunikasi dan Informasi


Beberapa isu strategis dalam pengelolaan urusan komunikasi dan
informasi, adalah:
a. Belum optimalnya peran media informasi cetak maupun elektronik dalam
penyebarluasan kebijakan dan kegiatan pemerintah dan pembangunan
kepada masyarakat.
b. Perlunya perluasan peran dan fungsi Lembaga Penyiaran Publik (LPP)
Lokal sebagai media informasi pendidikan hiburan serta kontrol dan
perekat sosial kemasyarakatan.
c. Belum adanya regulasi tentang pelayanan komunikasi dan informatika.

26. Perpustakaan
Perpustakaan merupakan sumber informasi dan sarana strategis
peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM). Berdasarkan Undang-undang
Nomor 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan antara lain mengatur kewajiban
Pemerintah Daerah dalam pengelolaan perpustakaan, yaitu:

IV- 34
a. Menjamin penyelenggaraan dan pengembangan perpustakaan.
b. Menjamin ketersediaan layanan perpustakaan secara merata.
c. Menjamin kelangsungan penyelenggaraan dan pengelolaan
perpustakaan sebagai pusat belajar masyarakat.
Isu-isu strategis dalam pelaksanaan urusan perpustakaan sebagai
berikut:
a. Belum terpenuhinya sarana dan prasarana Perpustakaan Umum Daerah
yang memadai.
b. Kurangnya kualitas SDM pengelola Perpustakaan Umum dan
Perpustakaan Desa.
c. Belum optimalnya pengelolaan dan pelayanan Perpustakaan Umum
Daerah.
d. Belum berkembangnya perpustakaan desa sebagai sumber informasi dan
ilmu pengetahuan.
e. Belum terlaksananya perpustakaan keliling.

B. Urusan Pilihan
1. Pertanian
Sebagai daerah agraris pembangunan dan pengembangan urusan
pertanian (meliputi pertanian tanaman pangan, peternakan, dan perkebunan)
perlu mendapatkan perhatian khusus dalam rangka memberdayakan potensi
sumberdaya yang dimiliki baik lahan maupun petani. Pembangunan dan
pengembangan pertanian sebagai sektor utama pembentuk PDRB
Kabupaten Temanggung akan memberikan kontribusi bagi pertumbuhan
ekonomi yang berdampak kepada peningkatan pendapatan dan
kesejahteraan sebagian besar masyarakat. Berbagai isu-isu strategis
pembangunan dan pengembangan pertanian yang perlu memperoleh
perhatian selama 5 (lima) tahun kedepan, yaitu:
a. Bidang pertanian tanaman pangan dan hortikultura:
1) rendahnya tingkat produktivitas pertanian;

IV- 35
Tabel 4.19. Realisasi Padi palawija
2005 2006 2007
Rata-rata
Komoditas LP PROD LP PROD LP PROD
Provitas
(Ha) (ton) (ha) (ton) (Ha) (ton)
Padi 28.362 143.796 31.350 148.410 32.022 190,933 5,90
Jagung 41.767 135.744 32.307 106.562 36.849 149,151 4,04
Kedelai 111 203 39 58 54 60 1,10
Kc. Tanah 3.425 6.884 2.720 4.724 3.389 7.077 2,10
Ubi kayu 5.225 103.403 3.588 77.114 5.338 62.375 11,87
Ubi Jalar 412 5.331 361 4.542 382 4.084 12,10
Sumber: Dinas Pertanian

2) terbatasnya penguasaan teknologi;


3) minimnya akses sumberdaya pertanian dan kemandirian petani;
4) masih terdapat jaringan infrastruktur pertanian yang perlu perbaikan
dan penambahan;
5) semakin menurunnya tingkat kesuburan tanah;
6) fluktuasi harga komoditas pertanian berpengaruh terhadap
pendapatan petani;
7) makin sempitnya lahan pertanian akibat alih fungsi lahan;
8) perlunya penataan dan pengawasan distribusi pupuk;
9) masih rendahnya tingkat pendapatan dan kesejahteraan petani
disebabkan oleh luas lahan kepemilikan petani yang sempit (< 0,5
Ha);
10) belum optimalnya penyerapan teknologi oleh petani;
11) peranan kelembagaan petani belum optimal;
12) belum optimalnya peranan penyuluh dalam mendampingi petani.
b. Bidang Peternakan:
1) masih tingginya kasus penyakit hewan menular dan semakin
bertambahnya sebaran penyakit endemik terus meningkat;
2) masih rendahnya kualitas produk hasil ternak;
3) rendahnya populasi ternak dibandingkan dengan Carrying Capacity
Hijauan Makanan Ternak (HMT);
Kapasitas daya dukung HMT terhadap ternak kelebihan : 33,993
animal unit (1 animal unit untuk 1 ekor sapi);
4) rendahnya prosentase ternak unggul kurang lebih 8.833 ekor (25%),
dari populasi sapi : 35.335 ekor;
Rendahnya populasi ternak unggul disebabkan antara lain:

IV- 36
- kemampuan petani ternak yang terbatas dalam mengakses
informasi, permodalan, pengetahuan dan ketrampilan;
- ketersediaan ternak unggul dipasaran yang terbatas dan harga
yang relatif mahal.
5) belum optimalnya pemuliaan hewan dari plasma nutfah Indonesia di
Temanggung yaitu ayam kedu.
c. Bidang Perkebunan
1) masih rendahnya mutu produk perkebunan antara lain: tembakau dan
kopi;
2) belum optimalnya pengembangan potensi perkebunan (Kopi arabika,
kopi robusta dan kakao);
3) perlu upaya pelestarian komoditas identitas panili;
4) produktifitas tanaman perkebunan masih cukup rendah.

2. Kehutanan
Isu strategis urusan kehutanan yang utama adalah:
a. Berkurangnya luasan hutan di lahan dengan kemiringan 40 % atau lebih
(lereng Gunung Sindoro, Sumbing dan pegunungan Prau). berdampak
pada tingginya tingkat erositas lahan (saat ini pada kisaran 47 ton / ha /
tahun, jauh di atas ambang yang diijinkan yakni sebesar 12 ton / ha /
tahun).
b. Masih rendahnya kesadaran masyarakat terhadap upaya pelestarian dan
konservasi sumber daya alam biotik dan abiotik.
c. Masih belum optimalnya fungsi lindung dalam kawasan hutan Negara
(hutan lindung) maupun kawasan lindung diluar kawasan hutan yang
mempunyai kriteria fisiografi seperti hutan lindung, akibat dari
perambahan hutan, pencurian dan penebangan liar.
d. Berkurangnya luasan hutan rakyat.

3. Energi dan Sumber Daya Mineral


Sumberdaya alam khususnya mineral belum banyak yang diusahakan
karena tidak semua mempunyai nilai ekonomis untuk ditambang, seperti
diatomae di kecamatan Pringsurat. Sumberdaya mineral yang selama ini
dilakukan penambangan terbatas adalah galian golongan C, utamanya pasir

IV- 37
dan batu. Demikian juga untuk pemanfaatan energi alternatif belum
dikembangkan.
Isu-isu strategis urusan Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM)
yang perlu untuk ditangani adalah:
a. Perlunya regulasi baru tentang pengelolaan tambang galian C.
b. Perubahan peruntukan lahan pertanian ke pertambangan galian C tanpa
melakukan prosedur perijinan sehingga berdampak pada kerusakan
lingkungan.
c. Masih rendahnya kesadaran masyarakat maupun pengusaha tambang
bahan galian golongan C tentang peraturan perundang–undangan dan
upaya pemulihan bekas areal penambangan.
d. Belum terpadunya koordinasi antar instansi terkait dalam penerapan
peraturan pengelolaan pertambangan galian C.

4. Pariwisata
Obyek pariwisata yang ada perlu ditangani secara optimal karena
masih mungkin untuk dikembangkan. Beberapa obyek wisata utama akan
ditangani mulai tahun 2008 yaitu obyek wisata Pikatan dan rest area
Kledung. Sedangkan beberapa obyek wisata lainnya masih mengalami
keterbatasan sarana dan prasarana yang disebabkan oleh lambatnya
pembangunan infrastruktur pendukung.
Beberapa isu strategis pengembangan pariwisata adalah:
a. Belum optimalnya pengelolaan obyek wisata.
b. Masih rendahnya sumber daya manusia di bidang pariwisata.
c. Kurang dikenalnya obyek wisata dan potensi wisata.
d. Perlunya pengembangan jaringan kepariwisataan secara terpadu.

5. Perikanan
Beberapa isu strategis dalam pelaksanaan urusan perikanan adalah :
a. Produksi dan produktivitas perikanan yang terdiri dari produksi ikan
konsumsi maupun produksi benih ikan masih rendah, disebabkan oleh
sebagian besar budidaya ikan yang dilakukan masyarakat masih bersifat
tradisional dan belum menerapkan teknologi tepat guna.
b. Potensi perikanan yang ada belum dimanfaatkan secara optimal. Hal ini
disebabkan karena usaha perikanan masih dianggap usaha sampingan

IV- 38
dan dari potensi lahan kolam seluas 488,94 Ha, mina padi seluas 19.883
Ha baru dimanfaatkan seluas 2.544 Ha.

Tabel 4.20. Potensi Kolam dan Sawah perikanan


Potensi Luas Areal Budidaya
Tahun
Kolam Mina padi kolam Mina padi
2005 93,82 1.930,7
2006 99,40 2.045,6
488,94 19.883,01
2007 104,40 2.544,4
Sumber: Dinas Pertanian
c. Masih rendahnya kesadaran masyarakat akan pentingnya melestarikan
ekosistem perairan umum, sehingga masih sering ditemui penangkapan
ikan di perairan umum dengan menggunakan alat/bahan yang dilarang.
d. Masih rendahnya tingkat konsumsi ikan sebagai sumber protein hewani,
sehingga tingkat konsumsi masih rendah yaitu 10,6 kg perkapita/tahun.

6. Perdagangan
Dalam rangka pengembangan urusan perdagangan di daerah, maka
harus ada kesesuaian antara produk, sarana, dan prasarana perdagangan.
Disamping itu perlu tersedianya informasi pasar, pengembangan
perdagangan daerah guna mendukung pemberdayaan potensi yang dimilki.
Beberapa hal permasalahan/isu yang dihadapi pada pelaksanaan urusan
perdagangan adalah sebagai berikut :
a. Masih lemahnya pengawasan peredaran barang dan jasa serta
perlindungan konsumen.
b. Kurangnya akurasi database dan informasi pengembangan perdagangan.
c. Kurangnya sarana dan prasarana perdagangan.

7. Perindustrian
Perkembangan usaha industri selama tahun 2007, kurang
menggembirakan, bahkan dapat dikatakan mengalami penurunan, baik dari
jumlah unit usaha maupun penyerapan tenaga kerja. Hal tersebut sebagai
akibat dari perkembangan situasi ekonomi nasional maupun internasional,
utamanya fluktuasi harga bahan bakar minyak / gas dan harga bahan pokok
lainnya.
Begitu pula dengan perkembangan ekspor komoditi kayu olahan
mengalami penurunan baik volume maupun nilainya. Pada tahun 2006
volume ekspor mencapai 256.270,51 m3 dengan nilai US$ 113.471.179,67,

IV- 39
sedang pada tahun 2007 mengalami penurunan menjadi 202.923,14 m3
dengan nilai US$ 96.502.930,54.
Beberapa permasalahan/isu yang dihadapi pada pelaksanaan urusan
perdagangan adalah sebagai berikut :

a. Masih rendahnya penerapan teknologi terhadap Industri Kecil Menengah


(IKM).
b. Rendahnya Standarisasi produk dan penerapan Hak Atas Kekayaan
Intelektual (HAKI).
c. Lemahnya akses IKM terhadap sumber daya produktif yaitu permodalan,
teknologi, informasi dan pasar.
d. Kurang optimalnya pengembangan sentra industri lokal potensial.

8. Transmigrasi
Isu-isu strategis dalam pelaksanaan urusan transmigrasi adalah:
a. Belum optimalnya kerjasama antar wilayah, antar pelaku dan antar sektor
pendukung urusan transmigrasi.
b. Belum sebandingnya jumlah calon transmigran dengan kuota di daerah
penempatan. Berikut disampaikan data calon transmigran dan
transmigran telah ditempatkan dalam kurun waktu 5 (lima) tahun terakhir.

Tabel 4.21. Data Transmigran Kabupaten Temanggung


Calon Transmigran Jumlah Transmigran
No Tahun %
yang terdaftar (KK) ditempatkan (KK)
1 2002 154 150 97,40
2 2003 167 150 89,82
3 2004 181 125 69,06
4 2005 161 90 55,90
5 2006 124 65 52,42
6 2007 81 25 30,86
Sumber: Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi

c. Kurang optimalnya penyediaan lokasi penempatan. Permasalahan ini


sangat tergantung dengan kesiapan daerah penempatan dalam
menyiapkan lokasi yang benar-benar memenuhi kriteria Clear and Clean
– Layak Huni, Layak Usaha, Layak Berkembang, Layak Lingkungan (2C-
4L).

IV- 40

Anda mungkin juga menyukai