Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Oleh :
Hanni Tsaaqifah
BTK/ P051150071
PENDAHULUAN
1. Latar belakang
Metode identifikasi spesies makhluk hidup telah berkembang dari identifikasi
morfologi sampai pada identifikasi molekuler berdasarkan potongan DNA pendek
yang disebut barcode DNA (Hebert et al. 2003). Barcode DNA memiliki
fungsi-fungsi aplikatif misalnya untuk survei ekologi (Dick dan Kress 2009),
identifikasi takson-takson kriptik (Lahaye et al. 2008), dan konfirmasi sampelsampel tanaman obat (Xue dan Li 2011).
Keragaman tingkat genetik merupakan tingkat keragaman yang paling rendah
dalam organisasi biologi. Keragaman genetik sangat penting bagi tanaman untuk
beradaptasi terhadap perubahan lingkungan yang terjadi disekitarnya. Informasi
keragaman genetik tanaman pada tingkat, individu, spesies maupun populasi perlu
diketahui, sebagai dasar pertimbangan dalam menyusun strategi konservasi,
pemuliaan, pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya genetik tanaman secara
berkelanjutan. Penilaian keragaman genetik tanaman dapat dilakukan dengan
menggunakan penanda morfologi, biokimia dan molekuler DNA (Zulfahmi,
2013).
Penilaian keragaman genetik tanaman secara morfologi dilakukan melalui uji
progeni, uji provenan dan pengujian lainnya dengan mengamati penampilan
fenotipik tanaman. Pengujian ini dilakukan pada lingkungan yang berbeda dengan
fokus utama adalah ciri kualitatif dan kuantitatif yang bernilai ekonomi serta ciri
yang secara biologi penting seperti kemampuan hidup (survive), sifat toleran
terhadap stres lingkungan, sifat produksi dan resistensi terhadap hama dan
penyakit. Sebagian diantara ciriciri tersebut bersifat poligenik dan ekspresinya
dipengaruhi oleh lingkungan. Studi secara tradisional dengan metode genetika
kuantitatif, penilaian keragaman dan distribusi keragaman dikelompokkan ke
dalam beberapa kelas pengaruh, seperti pengaruh fenotifik, genotipe, lingkungan
dan interaksi antara lingkungan dan genotipe. Penentuan keragaman genetik
tanaman secara konvensional ini membutuhkan waktu yang lama, relatif mahal,
dipengaruhi oleh lingkungan dan keragaman yang diperoleh terbatas dan tidak
konsisten.
METODOLOGI
1. Waktu dan Tempat
Praktikum acara isolasi dna genom tanaman nanas dilakukan pada tanggal 29
September 2015, sedangkan identifikasi tanaman nanas dilakukan pada tanggal 10
Oktober 2015. Seluruh kegiatan dilakukan di Laboratorium Biorin Pusat Antar
Universitas IPB.
2. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu collection tube (tabung
eppendorf), tabung PCR, mikropipet (ukuran 2P, 20P, 200P dan 1000P) dan tip,
mortar dan pestle, erlenmeyer, setrifuge, inkubator, pengering vakum, vortex, alat
spin down, Thermocycler, timbangan, hot plate, comb, cetakan agar, dan gel doc.
Bahan yang digunakan pada praktikum antara lain sampel tanaman nanas,
nitrogen cair, larutan CTAB,
(C:I, 24:1), Phenol Chlorofom Isoamilalcohol (PCI), NaOAc (2M; pH 5,2), EtOH
absolut dan 70%, ddH2O, Rnase, agarose, buffer TAE 1 x, dan pcr mix.
3. Cara Kerja
3. 1. Isolasi DNA, Pemurnian, dan Pengendapan DNA Genom
Daun tanaman nanas (Ananas sp.) sebanyak 2,2 cm dipotong kecil
untuk digerus sampai halus menggunakan pestle dan mortar dengan
ditambah larutan nitrogen cair. Serbuk daun nanas dimasukkan ke tabung
eppendorf yang telah diisi 600
dan 1,2
tabung dibolak balik setiap 10 menit sekali. Sampel pada tabung ditambahi
dengan 600
disentrifugasi kecepatan 10.000 rpm selama 10 menit pada suhu ruang. Fase
supernatan yang terbentuk diambil, dipindahkan ke tabung baru dan
ditambahi larutan fenol kloroform isoamil alkohol (P:C:I; 25:24:1) sebanyak
1 kali volume supernatan. Tabung disentrifugasi pada 10.000 rpm selama
10 menit pada suhu ruang. Supernatan yang terbentuk dipindahkan ke
tabung baru dan ditambahi NaOAc (2M; pH 5,2) sebanyak 1 kali volume
dan EtOH absolut sebanyak 2-3 kali volume. Campuran larutan di
diinkubasi selama semalam pada suhu -20 . Tahap selanjutnya, tabung
disentrifugasi dengan kecepatan 10.000 rpm selama 25 menit pada suhu 4
. Supernatan yang terbentuk dibuang, selanjutnya pellet ditambah
dengan 500
yang berisi pelet dikeringkan dengan vakum. Pellet yang berada pada
tabung ditambahi dengan 20
dan
OD260 = 50 ug DNA utas ganda tiap ml. Konsentrasi DNA dihitung dengan
persamaan,
g
Konsentrasi DNA ml = FP x 50 g/ml x Abs. 260
Sedangkan untuk mengetahui kualitas DNA berhubungan dengan
kemurnian
DNA terhadap
kontaminan
protein
dapat
dilihat
dari
1x
1 l
5 l
0.25 l
0.25 l
3.5 l
10 l
13x
13 l
65 l
3.25 l
3.25 l
45.5 l
130 l
menggunakan
elektroforesis
DNA genom pada bakteri dan cendawan. Pada pelisisan sel tanaman nanas,
ditambah dengan larutan
ini pada sel tanaman berfungsi untuk mencegah terjadinya proses oksidasi
senyawa fenolik sehingga menghambat aktivitas radikal bebas yang dihasilkan
oleh oksidasi fenol terhadap asam nukleat. Selain itu proses lisis juga dibantu
dengan menginkubasi sampel pada suhu 65oC selama 15 menit.
untuk
mendeproteinisasi
berdasarkan
kemampuan
rantai
alkohol
(P:C:I,
25:24:1).
Campuran
pelarut
akan
atas tempat DNA berada), fase protein (protein terkoagulasi di fase tengah), dan
fase kloroform (paling bawah karena sifat kloroform yang berat jenisnya besar).
metode
spektrofotometri
untuk
mengetahui
kemurnian
dan
PCI, protein yang mengendap ikut terbawa. Hal lainnya dimungkinkan pada
praktikum ini tidak dilakukan penambahan enzim proteinase K (enzim
pendenaturasi protein).
Adanya pita marker lambda yang terlihat jelas menandakan proses
elektroforesis berjalan dengan benar. Sehingga faktor ini bukan pemicu
ketidakmunculannya pita DNA hasil isolasi.
4. Identifikasi Tanaman Nanas berdasarkan matK
Identifikasi spesies tumbuhan awalnya menggunakan metode morfologi yang
diidentifikasi dari bentuk fisiknya (bunga, daun, batang, cabang dan biji). Namun,
dengan adanya perkembangan teknologi elektronika dan genetika saat ini telah
dikembangkan suatu metode terbaru dalam identifikasi spesies tumbuhan dan
hewan, yaitu teknologi DNA barcoding yang menggunakan potongan DNA
pendek standar (barcode DNA) (Kalangi, 2014).
Untuk identifikasi tanaman dalam teknologi DNA barcoding, disepakati
menggunakan gen pengkode standar yaitu gen ribulosa-1,5-bifosfat karboksilase
(rbcL) dan gen maturaseK (matK) yang terdapat pada kloroplas (CBOL Plant
Working Group, 2009). Gen matK lebih banyak digunakan dalam berbagai
penelitian dibandingkan gen rbcL, karena tingkat keakuratannya yang lebih
spesifik pada yaitu pada tingkat spesies. Gen matK dijadikan gen pengkode
standar untuk barcode DNA sejak tahun 2003 dan telah diuji melalui beberapa
penelitian. Gen maturaseK (matK) diidentifikasi pertama kali oleh Sugita et al.
(1985) dari tanaman tembakau (Nicotiana tabacum). Gen matK merupakan gen
pengkode enzim maturase bagian sub-unit K yang terdapat dalam kloroplas pada
tanaman. Daerah urutan nukleotida gen matK ini dapat menghasilkan kira-kira
1500 pb (pasang basa) (Kalangi, 2015).
bp
100
00
800
0
600
0
500
0
400
0
350
0
300
0
250
0
200
0
150
0
100
0
750
Log bp
4
3,9030
9
3,7781
51
3,6989
7
3,6020
6
3,5440
68
3,4771
21
3,3979
4
3,3010
3
3,1760
91
3
2,8750
61
Jarak
(cm)
membantu
menyebabkan
proses
DNA
pelisisan,
namun
terpotong-potong
dapat
sehingga
3,4
3,7
4
4,35
4,7
5
5,25
5,7
6,2
6,9
7,8
8,5
nanas
yang
telah
diamplifikasi.
Hasil
4.5
4
f(x) = - 0.21x + 4.62
R = 0.99
3.5
3
2.5
2
Linear ()
1.5
1
0.5
0
3
10 11
Migrasi DNA tanaman nanas dari semua sampel ketika diukur dengan
penggaris, jaraknya adalah 8,4 cm dari sumuran. Sehingga, berdasarkan
persamaan linier y = -0,209x + 4,4623, diperoleh ukuran DNA genom bakteri
sebesar 736 pasang basa atau berkisar 750 pasang basa.
KESIMPULAN