Dari tabel 1 menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan antara kelompok
kontrol dan kelompok permen karet dalam hal lamanya operasi, area reseksi, dan level
potassium (p>0,05). Namun, terdapat perbedaan yang signifikan dalam hal waktu pertama
makan, tingkat nyeri, waktu pertama flatus, dan waktu KRS. Pada kelompok permen karet,
waktu pertama makan lebih cepat (3 hari) dibandingkan dengan kelompok kontrol (4 hari).
waktu pertama flatus, defekasi, dan KRS, kelompok permen karet lebih cepat dibandingkan
kelompok kontrol (masing-masing p<0,001 dan p<0,002). Waktu pertama flatus 51 jam pada
kelompok permen karet dan 87 jam pada kelompok kontrol. Waktu pertama defekasi 73 jam
pada kelompok permen karet dan 137 jam pada kelompok kontrol. Pasien pada kelompok
permen karet KRS pada hari 7 post operasi, sedangkan pada kelompok kontrol KRS pada
hari ke 9 post operasi.
Demikian halnya dengan tingkat nyeri (gambar 2), pada hari pertama dan kedua post
operasi tidak ada perbedaan tingkat nyeri di kedua kelompok. Perbedaan nyeri terlihat pada
hari ke 3-5 post operasi, dimana secara statistik tingkat nyeri pada kelompok permen karet
lebih rendah (p<0,05). Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat pengaruh
mengunyah permen karet terhadap waktu pertama makan, tingkat nyeri, waktu pertama
flatus, dan waktu KRS pada pasien post operasi colorectal.
5.2 Pembahasan
Dalam penelitian ini menjelaskan efek dari mengunyah permen karet terhadap POI
pada pasien pos pembedahan kolorektal. Seperti yang dijelaskan literature bahwa
penyembuhan pada pasien dengan pembedahan daerah usus jauh lebih lama di banding
pembedahan gastrointestinal dan mengunyah permen karet mampu meningkatkan fungsi
gastrointestinal dan mengurangi terjadinya ileus.
Dalam penelitian ini didapatan hasil bahwa kelompok
karet memiliki waktu yang lebih singkat untuk flatus dan defekasi dibanding dengan
kelompok kotrol. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Lim et al, Zaghiyan et al,
quah et al, dan Schuster et al dalam penelitiannya mengatakan pasien yang mengunyah
permen karet memiliki waktu yang lebih cepat dalam aktifitas ususnya. Dalam penelitian
Matros et al mengatakan pasien yang mengunyah permen karet posca operasi memiliki
waktu untuk buang angin pertama kali 7 jam dan defekasi pertama 8 jam lebih awal dari
standar perawatan pos operasi seharusnya. Asao et al dalam penelitian juga menjelaskan
tentang pasien post op laparotomi dengan menggunakan metode mengunyah permen karet
memiliki waktu flatus lebih cepat di banding biasanya.
et al
melaporkan bahwa buang angin pertama dan defekasi pertama menjadi lebih singkat
dengan cara mengunyah permen karet. Dalam literature review yang dilakukan oleh Leiers
menunjukkan bahwa aktivitas usus pasien yang mengunyah permen karet memiliki waktu
yang lebih pendek dalam proses recovery POI. Metode ini merupakan metode yang sangat
efektif dan murah untuk di aplikasikan. Dalam peneleitian ini di dapatkan hasil bahwa
mengunyah permen karet mampu meningkatkan fungsi kerja pencernaan dan kerja usus.
Dari hasil studi literature dijelaskan bahwa mengunyah permen karet merupakan metode
yang mudah, murah dan nyaman untuk perbaikan POI dan juga direkomendasikan sebagai
salah satu intervensi keperawatan dalam mengatasi masalah ileus.
Dalam penelitian yang dilakukan Takagi et al menjelaskan dalam penelitiannya
menggunakan metode mengunyah permen karet terhadap operasi abdominal aorta
didapatkan hasil bahwa mengunyah permen karet sangat membantu dalam mengurangi
durasi of POI dan meningkatkan toleransi nutrisi setelah pembedahan pada daerah colon,
serta meningkatkan fungsi usus dalam menyerap nutrisi dari makanan.
Dalam penelitian lain yang dilakukan oleh Jakkaew &Charoenkwan menjelaskan
bahwa pasien yang mengunyah permen karet mendapatkan susunan nutrisi lebih awal di
banding dengan pemulihan dengan cara biasa. Penelitian lain yang dilakukan oleh Crainic et
al menyatakan bahwa mengunyah pemern karet dapat mentoleransi pemasukan cairan per
oral lebih awal, hal ini di tunjukkan dengan kelompok yang menggunakan metode
mengunyah permen karet dapat makan lebih cepat 1-1,5 hari di banding dengan kelompok
control.
Post operative ileus berperan dalam memberikan rangasanagan nyeri pasca oprasi
dan hal ini berkaitan dengan terjadinya POI yang dapat menekan fungsi kerja usus. Dari
hasil penelitian didapatkan bahwa terdapat hubungan negative antara nyeri yang di rasakan
dengan motilitas pencernaan pada kelompok gum chewing, nyeri berkurang pada hari ke 3
sampai ke 5 pasca operasi.
menjelaskan pasien yang menjalani oprasi colorectal nyeri berkurang pada hari ke dua
hingga 5 dan juga lebih sedikit mengkonsumsi analgesic. Hal ini menjelaskan bahwa
mengunyah permen karet mampu membantu mengurangi rasa nyeri yang disebabkan oleh
pergerakan usus
Post operative ileus juga merupakan salah satu penyebab lamanya pasien di rawat
di rumah sakit. Semakin lama proses penyembuhan hal ini meningkatatkan semakin
tingginya biaya rumah sakit pasien. Asgeirsson et al melaporkan lama pasien tinggal di
rumah sakit sekitar 5 hari. Begitu juga dengan penelitian yang dilakukan oleh Kuruba et al
mengatakan rata rata pasien yang memiliki POI lamanya di rawat sekitar 10,5 hari dan yang
tidak terdapat indikasi POI sekitar 6,5 hari. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Dukulu yang menjelaskan bahwa terdapat perbedan yang signifikan antara pasien yang
menggunakan metode mengunyah permen karet di banding dengan kelompok kontrol.
Sehingga dapat dijelaskan bahwa mengunyah permen karet sangat berperan penting dalam
mencegah terjadinya POI dengan hal ini dapat membantu pasien untuk lebih nyaman
dengan kondisinya pasca oprasi ileus dan pasien dapat segera pulang jika memungkinkan.
5.3 Aplikasi Di Indonesia
Mengunyah permen karet adalah suatu treatment yang dipercaya memberikan
hasil dalam menstimulasi usus halus untuk kembali bekerja normal kembali pasca
pembedahan (Basaran & Pitkin, 2009).Penelitian yang bertujuan mengevaluasi pengaruh
mengunyah permen karet terhadap durasi waktu post operative ileus pada pasien yang
menjalani bedah abdomen, sudah banyak dilakukan termasuk di indonesia sendiri. Seperti
penelitian yang dilakukan oleh Hardono dkk (2015) dengan judul Pengaruh Mengunyah
Permen Karet Terhadap Durasi Waktu Postoperative Ileus Pasca Bedah Abdomen.
Dalam penelitian ini, Hardono dkk meneliti pengaruh treatment mengunyah permen karet
pada pasien post operative ileus. Jenis pembedahan yang digunakan dalam penelitian ini
adalah bedah urologi dan bedah obgin.
Penelitian ini dilakukan terhadap pasien pria dan wanita di RSUD Pringsewu
Lampung. Jumlah
pasien
30
dengan
diagnose
medis nefrolitiasis,
uretrolitiasis,
secara
purposive, dimana
15
responden
digunakan
sebagai kelompok
postoperative ileus
p 0,000 dengan
pada
perbedaan
kedua
rerata
kelompok,
sebesar
4,5.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan rerata durasi waktu postoperative
ileus yang bermakna antara kelompok yang mengunyah permen karet dengan kelompok
yang tidak mengunyah permen karet, dimana durasi waktu postoperative ileus pada
kelompok yang mengunyah permen karet lebih rendah dari pada tidak mengunyah
permen karet.
Penelitian lain dengan tema yang sama juga dilakukan oleh Annita Nainggolan dalam
tesisnya pada tahun 2006, dengan judul Efektivitas Mengunyah Permen Karet Terhadap
Motilitas Saluran Cerna Pada Ibu Post Seksio Sesaria Dengan Anestesi Spinal Di
Rumah Sakit Umum Daerah Koja. Penelitian ini merupakan penelitian dengan design
quasi experimental pretest-posttest with control group yang bertujuan untuk mengetahui
efektivitas mengunyah permen karet dalam meningkatkan motilitas saluran cerna (frekuensi
bising usus, mual/muntah, kembung dan flatus) di RSUD Koja. Sampel dalam penelitian ini
adalah ibu yang melahirkan dengan seksio sesaria yang berjumlah 75 orang, 37 orang
kelompok perlakuan dan 38 orang kelompok kontrol. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
terdapat perbedaan rata-rata frekuensi bising usus diantara kedua kelompok setelah
mengunyah permen karet (p=0,00), baik pada kelompok perlakuan maupun kontrol tidak
ditemukan kejadian mual/muntah dan kembung setelah intervensi, namun demikian pada
kelompok perlakuan kejadian mual/muntah lebih cepat hilang satu jam. Mengunyah permen
karet juga memberi efek flatus lebih cepat (13,5%) dibanding dengan yang tidak mengunyah
permen karet. Berdasarkan hasil tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa mengunyah
permen karet dapat meningkatkan motilitas saluran cerna.
Berdasarkan beberapa penelitian diatas, intervensi mengunyah permen karet untuk
menurunkan posoperatif ileus dapat menjadi rekomendasi untuk di aplikasikan ruangan
bedah RSSA, hal ini dikarenakan selain cost efektif dan sederhana, mengunyah permen
karet dapat menurunkan POI dengan mempercepat meningkatkan motilitas usus. Hal ini
sesuai dengan pernyataan dari Basaran & Pitkin (2009) bahwa Mengunyah permen karet
adalah suatu treatment yang dipercaya memberikan hasil dalam menstimulasi usus halus
untuk kembali bekerja normal kembali pasca pembedahan. Mengunyah permen karet
adalah suatu proses seperti makan dimana ada massa di dalam mulut, ada proses
mengunyah. Dengan adanya mekanisme vagal cholinergic (parasimpatis) menstimulasi
saluran pencernaan, hal ini sama dengan proses makan secara oral, namun secara
teori, proses ini lebih jarang menimbulkan respon muntah pada pasien dan mencegah
terjadinya aspirasi. Pada saat proses menelan dimulai maka makanan akan didorong
masuk ke esofagus dan merangsang saraf enterik pada dinding esofagus, dari sinilah
dimulainya motilitas gastrointestinal (Lunding, Nordstrom, Haukelid, Gilja, Berstad, et al.
2008).
Selain itu mengunyah permen karet dapat mencegah refluk vagal karena permen
karet dapat meningkatkan PH asam lambung. Ketika terdapat makanan didalam mulut,
maka pusat
vagal
di
medulla
oblongata
dengan cepat akan mendapatkan tanggapan di pusat otak dan akan menstimulasi organ
target yaitu di mulut dengan merangsang pengeluaran air liur, produksi air liur ini
diikuti dengan produksi enzim amylase dan lipase
yang
berguna
dalam
membantu
pemecahan pati. Respon yang dibawa oleh serabut saraf efferen juga merangsang
lambung
yaitu
dengan
aktifnya
menstimulasi gastrin-histamin. Perjalanan serabut saraf efferen dimulai dari pusat vagal
di medulla oblongata sampai ke lambung (Harper., Kidd., & Scratcherd, 1959. Behm &
Stollman, 2002). Penelitian yang dilakukan Moazzez, R., Bartlett, D., & Anggiansah, A.
(2005) dalam Hardono dkk (2015) di London, terhadap dua kelompok responden diberi
perlakuan menguyah permen karet bebas gula dan tidak mengunyah permen karet
dan diukur pH cairan esophagus setelah 2 jam, dan didapatkan hasil bahwa rerata pH
cairan esophagus yang mengunyah permen
karet
bebas
gula
5,7
dan
3,6
pada
kelompok kontrol. Dengan pH 5,7 maka akan mencegah terjadinya refluks pada
esophagus. Kandungan garam bicarbonat dalam air liur dapat menetralkan keasaman
pada makanan, namun karena permen karet yang di kunyah tidak ditelan maka hanya air
liur yang mengandung bicarbonat akan mengurangi keasaman pada esophagus.
5.4 Kelebihan dan Kekurangan Jurnal
Dalam penelitian ini memiliki kelebihan jurnal diantaranya, Jurnal ini merupakan
salah salah satu jurnal keperawatan yang bisa di aplikasikan dengan metode yang mudah
dan murah, Peneliti menjelaskan dengan baik manfaat mengunyah permen karet mampu
mencegah pasien mengalami POI ataupun membantu dalam proses penyembuhan POI itu
sendiri pasca pembedahan pada daerah gastrointestinal. Peneliti juga menjelaskan metode
penggunaan metode mengunyah permen karet dengan jelas, sehingga pembaca dapat
dengan mudah memahami cara penggunaan metode ini. Peneliti juga melakukan peenlitian
ini dengan cara membagi responden penelitian menjadi kelompok control dan kelompok
yang menggunakan metode mengunyah permen karet. Metode ini sudh banyak di gunakan
di Indonesia dan bisa diaplikasikan di rumah sakit di Indonesia.
Adapun kekurangan dalam penelitian ini adalah peneliti tidak menjelaskan
penggunaan permen karet yang digunakan, jenis dan kandungan apa saja yang di gunakan
dalam penelitian ini. Seperti yag kita ketahui bahwa di Indonesia memiliki berbagai macam
jenis permen karet yang di konsumsi, penelti tidak menjelaskan bahaya atau dampak yang
terjadi dari kesalahan mengkonsumsi permen karet yang salah dan tidak sesuai metode.
Dapus tambahan
Lunding, J.A., Nordstrom, L.M., Haukelid, A.O., Gilja, O.H., Berstad, A. et al. (2008) Vagal
Activation by Sham Feeding Improves Gastric Motility in Functional Dyspepsia.
Journal Compilation. Sweden. Blackwell Publishing.
Basaran, M., Pitkin, R.M.(2009) Gum Chewing to Prevent Postoperative ileus. Anatolian
Journal of Obstetrics & Gynecology. 1(2), 1-3.
Behm
Gastroenterology. Westhampton