Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
LAPORAN PRAKTIKUM
Penetapan Kadar Sari Larut
OLEH :
NAMA
: ILHAM SUMARSONO
NIM
: N111 15 315
KELOMPOK
: TUJUH (7)
GOLONGAN
: SELASA SIANG B2
ASISTEN
: JUMRIANY H.
MAKASSAR
2016
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Metabolit sekunder adalah senyawa metabolit yang tidak esensial
bagi pertumbuhan organisme dan ditemukan dalam bentuk yang unik
atau berbeda-beda antara spesies yang satu dan lainnya.Metabolit
sekunder ini banyak digunakan sebagai bahan baku obat.
Ada beberapa teknik isolasi senyawa metabolit sekunder, salah
satu cara untuk mengetahui senyawa hasil metabolit sekunder ialah
penetapan kadar sari larut suatu simplisia.
Penetapan kadar sari adalah metode kuantitatif untuk jumlah
kandungan senyawa dalam simplisia yang dapat tersari dalam pelarut
tertentu. Penetapan ini dapat dilakukan dengan dua cara yaitu kadar
sari yang larut dalam air dan kadar sari yang larut dalam etanol. Kedua
cara ini didasarkan pada kelarutan senyawa yang terkandung dalam
simplisia.
I.2 Maksud dan Tujuan
I.2.1 Maksud Percobaan
Mengetahui dan memahami cara penetapan dan persen kadar
sari larut suatu bahan.
I.2.2 Tujuan Percobaan
Menentukan kadar sari larut simplisia legundi (Vitex trifolia).
I.2.3 Prinsip Percobaan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Teori Umum
Penetapan kadar sari adalah metode kuantitatif untuk jumlah
kandungan senyawa dalam simplisia yang dapat tersari dalam
pelarut tertentu. Penetapan ini dapat dilakukan dengan dua cara
yaitu kadar sari yang larut dalam air dan kadar sari yang larut dalam
etanol. Kedua cara ini didasarkan pada kelarutan senyawa yang
terkandung dalam simplisia.(1)
Ada beberapa teknik isolasi senyawa bahan alam yang umum
digunakan salah satunya maserasi. Maserasi merupakan metode
perendaman sampel dengan pelarut organik, umumnya digunakan
pelarut organik dengan molekul relatif kecil dan perlakuan pada
temperatur ruangan, akan mudah pelarut terdistribusi ke dalam sel
tumbuhan. Metode maserasi ini sangat menguntungkan karena
pengaruh suhu dapat dihindari, suhu yang tinggi kemungkinan akan
mengakibatkan
terdegradasinya
senyawa-senyawa
metabolit
akan diisolasi dan harus mempunyai titik didih yang tinggi pula
sehingga tidak mudah menguap.(1)
Ekstrasi adalah proses pemindahan suatu konstituen dalam
suatu sample ke suatu pelarut dengan cara mengocok atau
melarutkannya. Ektraksi pelarut bisa disebut ekstraksi caircair yaitu
proses pemindahan solut dari pelarut satu ke pelarut lainnya dan
tidak bercampur dengan cara pengocokkan berulang. Prinsip dasar
dari ekstraksi pelarut ini adalah distribusi zat terlarut dalam dua
pelarut yang tidak bercampur.(2)
Hal hal yang penting diperhatikan dalam melakukan ekstraksi
yaitu pemilihan pelarut yang sesuai dengan sifatsifat polaritas
senyawa yang ingin diekstraksiatau sesuai dengan sifat kepolaran
kandungan kimia yang diduga dimiliki simplisia tersebut.(2)
Ekstraksi yang sering digunakan untuk memisahkan senyawa
organik adalah ekstraksi zat cair, yaitu pemisahan zat berdasarkan
perbandingan distribusi zat tersebut yang terlarut dalam dua pelarut
yang tidak saling melarutkan. Yang paling baik adalah dimana
kelarutan tersebut dalam pelarut satu lebih besar daripada
konsentrasi zat terlarut dalam pelarut lainnya, harga K hendaknya
lebih besar atau lebih kecil dari satu ekstraksi jangka pendek disebut
juga proses pengorokan, sedangkan pada proses jangka panjang
menggunakan soxhlet dan dengan pemanasan.(2)
bentuk yang unik atau berbeda-beda antara spesies yang satu dan
lainnya.
Setiap
organisme biasanya
menghasilkan
senyawa
senyawa
dengan
kualitas
dari
simplisia
atau
ekstrak
diperlukan
: Chlororfonum
Nama lain
: Kloroform
RM/BM
: CHCl3/119,38
Pemerian
Kelarutan
Penyimpanan
dari
cahaya.
II.2.2 Etanol (6)
Nama resmi
Nama lain
RM/BM
: C2H5OH/46,07
Pemerian
Penyimpanan
: Plantae
Division
: Spermatophyta
Subdivision
: Angiospermae
Class
: Dicotyledonae
Order
: Resales
Family
: Leguminosae
Genus
: Abrus
Spesies
: Plantae
Division
: Tracheophyta
Subdivision
: Spermatophytina
Class
: Magnoliopsida
Superorder
: Rosanae
Order
: Malvales
Family
: Malvaceae
Genus
: Kleinhovia L.
Species
: Kleinhovia hospita L.
: Plantae
Division
: Tracheophyta
Subdivision
: Spermatophytina
Class
: Magnoliopsida
Order
: Lamiales
Family
: Lamiaceae
Genus
: Vitex L.
Species
: Vitex trifolia L.
BAB III
METODE KERJA
III.1 Alat dan Bahan
III.1.1 Alat Percobaan
Alat yang digunakan dalam praktikum ini meliputi botol semprot,
cawan porselin, botol cokelat 300 ml, timbangan analitik, pipet tetes,
corong.
III.1.2 Bahan Percobaan
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini meliputi simplisia
Legundi (Vitex trifolia), etanol 96%, air jenuh kloroform, aquades, kertas
saring.
III.2 Cara Kerja
III.2.1 Tarer Capor
1. Dimasukkan cawan porselin ke dalam oven dengan suhu 120C
selama 3 jam.
2. Ditimbang cawan porselin.
3. Dicatat hasil timbangan.
III.2.2 Maserasi
1. Ditimbang simplisia legundi sebanyak 5 gram.
2. Dimasukkan ke dalam 2 botol cokelat masing-masing sebanyak
3.
4.
5.
6.
2,5 gram.
Botol pertama dimasukkan air jenuh kloroform sebanyak 50 ml.
Botol kedua dimasukkan etanol 96% sebanyak 50 ml.
Dikocok selama 2 jam.
Disaring ekstrasi menggunakan kertas saring ke dalam cawan
porselin yang telah ditarer.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.1 Pembahasan
Pada praktikum kali ini, dilakukan penetapan kadar sari larut
air dan etanol dari simplisia legundi (Vitex trifolia). Untuk penetapan
kadar sari larut air, digunakan air uang dijenuhkan dengan
kloroform. Sedangkan untuk penetapan kadar sari larut etanol,
digunakan etanol 96%. Penetapan ini berdasarkan pada jumlah
kandungan senyawa dalam simplisia yang dapat tersari dalam
pelarut, yaitu air dan etanol.
Simplisia yang digunakan dalah legundi sebanyak 5 gram.
Untuk penetapan kadar sari larut air, simplisia dimasukkan ke
dalam 100 mL air yang telah dijenuhkan dengan kloroform.
Penjenuhan tersebut bertujuan agar pelarut tidak menarik kembali
senyawa lain yang semipolar, tetapi sari dalam simplisia. Simplisia
dalam pelarut kemudian dikocok dalam botol coklat yang ditutup
dengan aluminium foil dan penutup botol kemudian dilakukan
pengocokan selama kurang lebih 2 jam. Hal tersebut bertujuan
untuk mempercepat tingkat kelarutan, sehingga kadar yang tersari
dalam pelarut semakin banyak.
Dari hasil penyaringan kemudian diambil 10 Ml filtrat. Filtrat
yang
didapat
kemudian
dipanaskan
dalam
cawan
porselin
dilakukan
dengan
seksama
karena
dapat
proses
penyaringan,
terdapat
perbedaan
yang
signifikan antara pembentukan filtrat pada sari larut air dan sari
larut etanol. Simplisia lebih cepat terlarut dalam etanol dan filtrat
lebih cepat terbentuk. Ini terlihat dari sari simplisia yang telah
mengering. Filtrat pada penetapan kadar sari larut dengan
menggunakan etanol berwarna hijau. Ini menandakan pelarut
etanol
lebih
banyak
melarutkan
sari
dari
sampel
legundi
etanol
lebih
besar
dibandingkan
dengan
yang
BAB V
PENUTUP
V.1 Simpulan
Persen kadar sari larut simplisia legundi (Vitex trifolia) dengan
pelarut air jenuh kloroform dan etanol masing-masing adalah 1,0423%
dan 1,455% .
V.2 Saran
Sebaiknya praktikan memperhatikan alat-alat yang harus dibawa
pada saat praktikum agar tidak terjadi kekurangan alat sehingga tidak
menghambat berjalannya proses praktikum.