TESIS
OLEH
KHAIRIL ANWAR
057018014/EP
SEKOLAH PASCASARJANA
MAGISTER EKONOMI PEMBANGUNAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2007
KHAIRIL ANWAR : ANALISIS DETERMINAN PENGELUARAN KONSUMSI RUMAH TANGGA MASYARAKAT MISKIN
DI KABUPATEN ACEH UTARA, 2008.
USU e-Repository 2008
TESIS
Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Magister Sains
Dalam Program Studi Ekonomi Pembangunan
Pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara
Oleh
KHAIRIL ANWAR
057018014/EP
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2007
KHAIRIL ANWAR : ANALISIS DETERMINAN PENGELUARAN KONSUMSI RUMAH TANGGA MASYARAKAT MISKIN
DI KABUPATEN ACEH UTARA, 2008.
USU e-Repository 2008
Judul Tesis
Nama Mahasiswa
: KHAIRIL ANWAR
Nomor Pokok
: 057018014
Program Studi
: EKONOMI PEMBANGUNAN
Menyetujui
Komisi Pembimbing,
Direktur,
KHAIRIL ANWAR : ANALISIS DETERMINAN PENGELUARAN KONSUMSI RUMAH TANGGA MASYARAKAT MISKIN
DI KABUPATEN ACEH UTARA, 2008.
USU e-Repository 2008
Anggota
KHAIRIL ANWAR : ANALISIS DETERMINAN PENGELUARAN KONSUMSI RUMAH TANGGA MASYARAKAT MISKIN
DI KABUPATEN ACEH UTARA, 2008.
USU e-Repository 2008
PENGANTAR
bantuan, maupun
kritikan
kontruktif,
oleh
karenanya
penulis
KHAIRIL ANWAR : ANALISIS DETERMINAN PENGELUARAN KONSUMSI RUMAH TANGGA MASYARAKAT MISKIN
DI KABUPATEN ACEH UTARA, 2008.
USU e-Repository 2008
Irsyad Lubis, M.Soc, Sc yang telah memberikan banyak masukan dan saran-saran
dalam rangka penyempurnaan tesis ini.
Terima kasih kepada Drs. A. Hadi Arifin, M.Si selaku Rektor Universitas
Malikussaleh (Unimal) yang telah memberikan izin tugas belajar kepada penulis,
juga kepada Faisal Matriadi, SE, M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi Unimal
yang telah memberikan bantuan moril dan spirit kepada penulis untuk menyelesaikan
pendidikan pada Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara (SPs-USU).
Terima kasih kepada para sahabat, baik yang kuliah di Magister Ekonomi
Pembangunan SPs-USU, maupun rekan-rekan kerja khususnya di Fakultas Ekonomi
Unimal, yang tidak mungkin penulis sebutkan satu per satu. Kepada seluruh keluarga
besar (Almarhum) Ayahanda Tgk. Umar bin Abubakar dan (Almarhumah) Ibunda
Fatimah binti Muhammad. Terakhir penulis menyampaikan terima kasih kepada
istri tercinta Riza Izwarni dan ananda tersayang Muhammad Pavel Askari yang
dengan sabar telah mendampingi penulis dalam suka maupun duka.
Penulis menyadari tesis ini masih mengandung banyak kekurangan, baik dari
segi isi maupun tata cara penulisannya, karena penulis mengharapkan kritik dan
saran kontruktif demi kesempurnaan dimasa akan datang. Kiranya penulis
mengharapkan penelitian tesis ini memberikan manfaat kepada semua pihak yang
membacanya.
Medan,
Juni 2007
KHAIRIL ANWAR
KHAIRIL ANWAR : ANALISIS DETERMINAN PENGELUARAN KONSUMSI RUMAH TANGGA MASYARAKAT MISKIN
DI KABUPATEN ACEH UTARA, 2008.
USU e-Repository 2008
DAFTAR ISI
Hal.
LEMBAR PENGESAHAN .............................................................................
ii
PENGANTAR .................................................................................................
iii
DAFTAR ISI....................................................................................................
DAFTAR TABEL............................................................................................
vii
DAFTAR GAMBAR.......................................................................................
ix
DAFTAR LAMPIRAN....................................................................................
ABSTRAK.......................................................................................................
xi
ABSTRACT.......................................................................................................
xii
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian.............................................................
1.2 Perumusan Masalah ......................................................................
1.3 Tujuan Penelitian ..........................................................................
1.4 Manfaat Penelitian ........................................................................
1
7
8
8
10
10
12
17
21
25
28
34
40
42
44
44
44
47
49
51
52
53
54
KHAIRIL ANWAR : ANALISIS DETERMINAN PENGELUARAN KONSUMSI RUMAH TANGGA MASYARAKAT MISKIN
DI KABUPATEN ACEH UTARA, 2008.
USU e-Repository 2008
54
55
115
118
122
LAMPIRAN-LAMPIRAN ..............................................................................
126
KHAIRIL ANWAR : ANALISIS DETERMINAN PENGELUARAN KONSUMSI RUMAH TANGGA MASYARAKAT MISKIN
DI KABUPATEN ACEH UTARA, 2008.
USU e-Repository 2008
DAFTAR TABEL
Hal.
Tabel 1.1
Tabel 3.1
46
Tabel 4.1
58
60
62
Tabel 1.2
Tabel 4.2
Tabel 4.3
Tabel 4.4
Tabel 4.5
66
68
Tabel 4.6
Tabel 4.7
Tabel 4.8
72
74
Tabel 4.10 Jumlah Penduduk dan Keluarga Miskin di Desa Batu XII dan
Ulee Gampong Kecamatan Cot Girek .......................................
76
Tabel 4.11 Jumlah Penduduk dan Keluarga Miskin di Desa Tgk. Dibalee
dan Alue Pangkat Kecamatan Tanah Luas ...............................
78
Tabel 4.12 Jumlah Penduduk dan Keluarga Miskin di Desa Alue Papeun
dan Cot Mambong Kecamatan Nisam .......................................
80
Tabel 4.9
KHAIRIL ANWAR : ANALISIS DETERMINAN PENGELUARAN KONSUMSI RUMAH TANGGA MASYARAKAT MISKIN
DI KABUPATEN ACEH UTARA, 2008.
USU e-Repository 2008
Tabel 4.13 Jenis Kelamin dan Status Perkawinan Kepala Keluarga ............
83
84
87
88
89
90
92
95
97
99
102
Tabel 4.24 Hasil Uji Park Model Pengeluaran Konsumsi Bukan Makanan.
104
105
107
Tabel 4.27 Uji Goodness of Fit Model Konsumsi Makanan dan Model
Konsumsi Bukan Makanan.........................................................
109
KHAIRIL ANWAR : ANALISIS DETERMINAN PENGELUARAN KONSUMSI RUMAH TANGGA MASYARAKAT MISKIN
DI KABUPATEN ACEH UTARA, 2008.
USU e-Repository 2008
DAFTAR GAMBAR
Hal.
Gambar 1: Preferensi Konsumen Selama Konsumsi Periode Pertama dan
Kedua ............................................................................................
16
42
45
101
KHAIRIL ANWAR : ANALISIS DETERMINAN PENGELUARAN KONSUMSI RUMAH TANGGA MASYARAKAT MISKIN
DI KABUPATEN ACEH UTARA, 2008.
USU e-Repository 2008
103
DAFTAR LAMPIRAN
Hal.
Lampiran 1: Kuisioner Penelitian .............................................................
126-129
130-131
132-141
142-149
150-157
158-161
162-163
164-213
KHAIRIL ANWAR : ANALISIS DETERMINAN PENGELUARAN KONSUMSI RUMAH TANGGA MASYARAKAT MISKIN
DI KABUPATEN ACEH UTARA, 2008.
USU e-Repository 2008
ABSTRAK
KHAIRIL ANWAR : ANALISIS DETERMINAN PENGELUARAN KONSUMSI RUMAH TANGGA MASYARAKAT MISKIN
DI KABUPATEN ACEH UTARA, 2008.
USU e-Repository 2008
ABSTRACT
The aim of this research is to recognize the income variable, the economic activity,
and the family size determination, also differences of society living against poor
societys consumption in North Aceh Regency. The Method that used to analyze the
data is Multiple Linear Regression model, specified in Least Square Dummy
Variable (LSDV) method.
The data which used in this research is cross-section data, collected from questioner.
The observation attended on 180 families that divided equally in three clusters;
coastal area, hinterland, and urban. The sample decision was notified in two stage
clusters, on the first level was notified 12 districts from 22 districts, on the second
level was notified 2 villages from each 12 district, and for a village in a district was
notified 15 families which was determined by judgment sampling.
The estimation result found that all of independent variable positive significantly
influenced the food consumption. Otherwise, the negative ones significantly
influenced the non-food consumption outcome. The estimation result also found that
the level of consumption for many kinds of urban food was fewer than hinterland
society food consumption about Rp.12.046,94. However, the urban consumption
more excessively than coastal area society about Rp.13.238,54. While the level of
consumption outcome for many kinds of non-food urban consumption larger than
non-food hinterland consumption about Rp.57.045,73. Also larger than non-food
coastal society consumption about Rp.31.760,25. The variation of independent
variable capability to explain the food consumption about 92,5% and non-food
consumption outcome about 87,4%. The specification models were appropriated
which the model free of multicollinierity and Heteroscedasticity classic assumption
collision.
The result of this research was expected to be a good suggestion to the North Aceh
Government and related department to arrange the planning and implementing the
development policy, especially to improve the life level of poor society, and could be
a guidance for poorness decreasing in North Aceh Regency.
Keywords: consumption, income, social-economy, poverty
KHAIRIL ANWAR : ANALISIS DETERMINAN PENGELUARAN KONSUMSI RUMAH TANGGA MASYARAKAT MISKIN
DI KABUPATEN ACEH UTARA, 2008.
USU e-Repository 2008
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
dapat dilihat dari berbagai tulisan seperti; Levinsohn et.al (1999), Suharyadi et.al
(2000), Asra (2000) dan banyak peneliti lainnya yang menyoroti masalah
kemiskinan. Berbagai isu yang menyangkut masalah kemiskinan disampaikan, mulai
dari sebab-sebab kemiskinan, perangkap kemiskinan, kondisi sosial, pendidikan,
kesehatan masyarakat miskin, sampai kepada strategi penganggulangan kemiskinan.
Sejak tahun 1994 berbagai usaha penanggulangan kemiskinan di Provinsi
Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) diimplementasikan dengan berbagai program
pembangunan, seperti Program Inpres Desa Tertinggal (IDT), Pembangunan
Prasarana Pendukung Desa Tertinggal (P3DT), Program Pembangunan Kecamatan
(PPK), Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan (P2KP). Pada saat krisis
ekonomi telah diluncurkan program Jaring Pengaman Sosial (JPS), Program
Pembangunan Masyarakat Mulia Sejahtera (PMMS), Program Pengembangan
Ekonomi Rakyat (PER), Gema Assalam, dan berbagai program sosial lainnya.
Tujuannya adalah untuk merubah nasib masyarakat miskin ke arah yang lebih
sejahtera dalam seluruh aspek kehidupannya. Dari laporan yang ada, semua program
yang diluncurkan telah terimplementasi dengan baik. Kendati demikian, kenyataan di
lapangan memperlihatkan efektivitas program-program belum optimal. Hal ini
diperkirakan akibat masih adanya elemen-elemen penting yang belum lengkap
pelibatannya dalam implementasi setiap program pembangunan.
KHAIRIL ANWAR : ANALISIS DETERMINAN PENGELUARAN KONSUMSI RUMAH TANGGA MASYARAKAT MISKIN
DI KABUPATEN ACEH UTARA, 2008.
USU e-Repository 2008
Keberhasilan
suatu
program,
termasuk
program
penangggulangan
kemiskinan, paling tidak bergantung pada tiga elemen pokok, yaitu : (1) Pemahaman
tentang seluk beluk kelompok sasaran dan wilayah sasaran yang hendak dituju oleh
program; (2) Kesesuaian antara tujuan program dengan hakekat permasalahan yang
dihadapi oleh kelompok miskin (kelompok sasaran); dan (3) Pemilihan instrumen
atau paket program yang paling sesuai serta ketersediaan prasarana dan sarana
penunjang. Meskipun demikian, ketiga elemen ini belum menjamin berhasilnya suatu
program, melainkan baru merupakan syarat perlu (necessary condition). Untuk
benar-benar menjamin keberhasilan program masih diperlukan berbagai persyaratan
lain, yaitu
KHAIRIL ANWAR : ANALISIS DETERMINAN PENGELUARAN KONSUMSI RUMAH TANGGA MASYARAKAT MISKIN
DI KABUPATEN ACEH UTARA, 2008.
USU e-Repository 2008
Tabel 1.1
Komposisi Mata Pencaharian Utama dan Jumlah Penduduk
Nanggroe Aceh Darussalam Sebelum Tsunami
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
Kabupaten/Kota
Kota Banda Aceh
Kab. Aceh Besar
Kota Sabang
Kab. Pidie
Kab. Bireun
Kab. Aceh Utara
Kota Lhokseumawe
Kab. Aceh Timur
Kota Langsa
Kab. Aceh Tamiang
Kab. Aceh Jaya
Kab. Aceh Barat
Kab. Nagan Raya
Kab. Aceh Barat Daya
Kab. Aceh Selatan
Kab. Simeulu
Kab. Aceh Singkil
Kab. Aceh Tengah
Kab. Bener Meriah
Kab. Aceh Tenggara
Kab. Gayo Lues
TOTAL
Jumlah
penduduk)*
260.478
302.405
26.303
517.898
361.528
493,599
167.362
331.636
122.865
225.011
98.796
195.000
143.985
115.358
192.947
77.761
124.758
160.453
112.000
150.776
86.448
4.297.485
Jasa-jasa
58,4
3,2
16,7
0,2
2,6
0,1
6,0
1,0
31,4
7,2
0,6
1,0
0,5
2,3
3,6
0,0
3,8
1,8
0,0
0,0
0,0
Lainnya
39,4
5,5
11,1
6,1
8,9
8,4
49,2
16,9
31,3
11,4
0,7
3,1
3,6
14,8
6,5
14,8
16,2
4,9
1,5
11,0
1,5
KHAIRIL ANWAR : ANALISIS DETERMINAN PENGELUARAN KONSUMSI RUMAH TANGGA MASYARAKAT MISKIN
DI KABUPATEN ACEH UTARA, 2008.
USU e-Repository 2008
lumpur bergaram yang dibawa gelombang tsunami, hal ini tentu saja memerlukan
waktu yang cukup lama. Apalagi dibeberapa daerah ada sekitar 2.900 lahan pertanian
hilang sama sekali ditelan laut.
Lumpuhnya perekonomian Aceh yang ditimbulkan bencana gempa dan
tsunami, ternyata telah menyebabkan jumlah penduduk miskin diperkirakan
bertambah satu juta jiwa. Bila pada tahun 2004 jumlah penduduk miskin di NAD
sebanyak 1,1 juta jiwa, realitasnya pada saat sekarang ini telah melampaui 2 juta
jiwa. Oleh karenanya dalam rangka meningkatkan kesejahteraan sosial, diperlukan
adanya kebijakan-kebijakan yang dapat mengurangi angka kemiskinan. Hal ini
disebabkan tingkat pengagguran yang tetap tinggi yaitu 9,8%, sedangkan tingkat
kemiskinan bisa mencapai 16,6%. Sedangkan penyerapan tenaga kerja
sangat
tergantung pada pertumbuhan ekonomi pada tahun 2005 yang diperkirakan hanya
5,3% dan tingkat inflasi 7,5% (Kompas, 26 Januari 2005).
Langkah-langkah penanggulangan kemiskinan dapat didekati dari dua sisi.
Pertama, meningkatkan pendapatan melalui peningkatan produktivitas. Sisi ini
memberi peluang dan perlindungan kepada masyarakat miskin yang berkemampuan
dalam pengelolaan potensi yang ada untuk mendapatkan hasil yang lebih baik dalam
berbagai kegiatan ekonomi, sosial budaya, dan politik; Kedua, mengurangi
pengeluaran melalui minimalisasi beban kebutuhan dasar yang kurang perlu seperti
tembakau (rokok), dan lainnya dan mempermudah akses untuk pendidikan,
kesehatan, dan lainnya yang mendukung kegiatan sosial ekonomi masyarakat miskin.
Kabupaten Aceh Utara, dengan jumlah penduduk pada tahun 2005 mencapai
493.599 jiwa yang tersebar di 850 desa yang berada dalam 22 kecamatan merupakan
kawasan yang sejak tahun 1984 telah dicanangkan sebagai kawasan investasi
KHAIRIL ANWAR : ANALISIS DETERMINAN PENGELUARAN KONSUMSI RUMAH TANGGA MASYARAKAT MISKIN
DI KABUPATEN ACEH UTARA, 2008.
USU e-Repository 2008
terutama sektor industri (zona industri). Pencanangan kabupaten ini sebagai zona
industri merupakan upaya pengembangan sektor industri yang tidak terlepas dengan
sektor pertanian, artinya pengembangan sektor industri tetap berbasis pada sektor
pertanian. Namun pemanfaatan sumberdaya daerah yang dimiliki tersebut masih
mengalami banyak kendala. Selain disebabkan oleh masih minimnya informasi
tentang potensi daerah yang dapat dikembangkan, juga belum terciptanya iklim
investasi yang memadai, terutama dalam penyediaan infrastruktur, disamping
kestabilan politik dan keamanan yang rentan oleh berbagai gangguan.
Secara geografis Kabupaten Aceh Utara terletak pada posisi 4 54' 5 18'
Lintang Utara (LU) dan 96 20' 97 21' Bujur Timur (BT), dengan luas wilayah
3.477,13 Km atau 347.713 Ha. Kabupaten ini memiliki batasan wilayah sebagai
berikut; sebelah utara dengan Kabupaten Bireuen, sebelah selatan dengan Kabupaten
Aceh Timur, sebelah barat dengan Kabupaten Aceh Tengah, sebelah timur dengan
Selat Malaka.
Keadaan topografinya sangat bervariasi, dari dataran rendah sampai berbukit
dan sedikit pergunungan. Rata-rata ketinggian daerah ini adalah 125 m di atas
permukaan laut. Dataran rendah pada umumnya terdapat di sepanjang kawasan
pantai dan jalan negara yang memanjang dari arah Barat ke Timur, sedangkan
dataran tinggi/perbukitan dan pergunungan terdapat di sepanjang daerah pedalaman
di bagian selatan. Sekitar 43,6 % dari luas wilayah ini berada pada ketinggian 25500 m di atas permukaan laut, sementara tingkat kelerengannya sangat bervariasi,
mulai datar sampai curam.
KHAIRIL ANWAR : ANALISIS DETERMINAN PENGELUARAN KONSUMSI RUMAH TANGGA MASYARAKAT MISKIN
DI KABUPATEN ACEH UTARA, 2008.
USU e-Repository 2008
Tabel 1.2
Kecamatan, Desa dan Jumlah Penduduk
Kabupaten Aceh Utara Tahun 2005
NO
KECAMATAN
DESA)*
PENDUDUK)**
LAKI-LAKI
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
PEREMPUAN
JUMLAH
Sawang
Nisam
Kuta Makmur
Simpang Keramat
Syamtalira Bayu
Meurah Mulia
Matangkuli
Paya Bakong
Cot Girek
Tanah Jambo Aye
Langkahan
Seunudon
Baktiya
Baktiya Barat
Lhok Sukon
Tanah Luas
Nibong
Samudera
Syamtalira Aron
Tanah Pasir
Muara Batu
Dewantara
39
44
40
15
49
50
72
38
24
47
23
33
59
24
75
56
20
40
34
29
24
15
14.696
16.577
9.209
3.156
10.853
7.906
10.636
5.302
8.742
18.813
8.933
10.768
14.972
7.828
20.736
10.037
4.416
10.468
7.522
7.554
11.318
21.445
16.169
17.890
10.030
3.328
10.943
8.515
11.303
5.635
8.562
19.223
8.955
10.689
15.572
8.152
21.236
10.353
4.671
10.998
7.922
7.981
11.868
21.717
30.865
34.467
19.239
6.484
21.796
16.421
21.939
10.937
17.304
38.036
17.888
21.457
30.544
15.980
41.972
20.390
9.087
21.466
15.444
15.535
23.186
43.162
TOTAL
850
241.887
251.712
493.599
KHAIRIL ANWAR : ANALISIS DETERMINAN PENGELUARAN KONSUMSI RUMAH TANGGA MASYARAKAT MISKIN
DI KABUPATEN ACEH UTARA, 2008.
USU e-Repository 2008
Suatu hal yang sangat sulit dalam menentukan kriteria miskin bagi
masyarakat Indonesia pada umumnya sebagaimana juga yang terjadi di Aceh Utara.
Dalam hal-hal tertentu masyarakat akan merasa terusik bila dimasukkan dalam
katagori miskin, sementara disaat yang lain justru banyak masyarakat yang berada
dalam katagori sejahtera yang mendaftarkan diri dalam katagori miskin. Oleh
karenanya, diperlukan suatu pendekatan yang komprehensif untuk menentukan
kelompok masyarakat miskin melalui pendekatan pengeluaran konsumsi rumah
tangga masyarakat di Kabupaten Aceh Utara, agar kebijakan-kebijakan pemerintah
dalam upaya mengentaskan kemiskinan tepat sasaran.
1.2
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian di atas, maka masalah-masalah yang
KHAIRIL ANWAR : ANALISIS DETERMINAN PENGELUARAN KONSUMSI RUMAH TANGGA MASYARAKAT MISKIN
DI KABUPATEN ACEH UTARA, 2008.
USU e-Repository 2008
1.3
Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan permasalahan di atas, maka tujuan dari
1.4
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada semua
KHAIRIL ANWAR : ANALISIS DETERMINAN PENGELUARAN KONSUMSI RUMAH TANGGA MASYARAKAT MISKIN
DI KABUPATEN ACEH UTARA, 2008.
USU e-Repository 2008
d. Sebagai referensi bagi pihak-pihak lain yang memiliki minat untuk melakukan
penelitian lanjutan yang berhubungan dengan pengeluaran konsumsi maupun
kemiskinan dengan pendekatan dan ruang lingkup yang berbeda.
KHAIRIL ANWAR : ANALISIS DETERMINAN PENGELUARAN KONSUMSI RUMAH TANGGA MASYARAKAT MISKIN
DI KABUPATEN ACEH UTARA, 2008.
USU e-Repository 2008
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Landasan Teoritis
2.1.1
Teori Konsumsi
Dalam ilmu ekonomi, pengertian konsumsi lebih luas dari pada pengertian
KHAIRIL ANWAR : ANALISIS DETERMINAN PENGELUARAN KONSUMSI RUMAH TANGGA MASYARAKAT MISKIN
DI KABUPATEN ACEH UTARA, 2008.
USU e-Repository 2008
KHAIRIL ANWAR : ANALISIS DETERMINAN PENGELUARAN KONSUMSI RUMAH TANGGA MASYARAKAT MISKIN
DI KABUPATEN ACEH UTARA, 2008.
USU e-Repository 2008
Rumah tangga menerima pendapatan dari tenaga kerja dan modal yang
mereka miliki, membayar pajak kepada pemerintah dan kemudian memutuskan
berapa banyak dari pendapatan setelah pajak digunakan untuk konsumsi dan berapa
banyak untuk ditabung (Mankiw, 2003:51).
2.1.2
Fungsi Konsumsi
Putong (2003:184) membuat suatu hipotesa pendapatan absolut yang
menyatakan bahwa bila pendapatan nasional naik dari sebelumnya, maka konsumsi
juga akan ikut naik, tetapi besarnya kenaikan konsumsi tidak sebesar kenaikan
pendapatan, sehingga umumnya besarnya tingkat tabungan akan semakin bertambah.
Dornbusch dan Fisher (1994:235) terdapat hubungan yang erat dalam praktek
antara pengeluaran konsumsi dan pendapatan disposibel. Lebih lanjut Dornbusch
melihat bahwa individu merencanakan konsumsi dan tabungan mereka untuk jangka
panjang dengan tujuan mengalokasikan konsumsi mereka dengan cara terbaik yang
mungkin selama hidup mereka. Lebih lanjut Dumairy (1996) menyebutkan konsumsi
berbanding lurus dengan pendapatan.
Dalam teori makro ekonomi dikenal berbagai variasi model fungsi konsumsi.
Fungsi konsumsi yang paling dikenal dan sangat lazim ditemukan dalam buku-buku
makro ekonomi tentulah fungsi konsumsi Keynesian:
C = f (Y )
(2.1)
Atau,
C = C (Y T)
(2.2)
KHAIRIL ANWAR : ANALISIS DETERMINAN PENGELUARAN KONSUMSI RUMAH TANGGA MASYARAKAT MISKIN
DI KABUPATEN ACEH UTARA, 2008.
USU e-Repository 2008
c0 > 0,
0<c<1
(2.3)
0 < <1
(2.4)
(2.5)
KHAIRIL ANWAR : ANALISIS DETERMINAN PENGELUARAN KONSUMSI RUMAH TANGGA MASYARAKAT MISKIN
DI KABUPATEN ACEH UTARA, 2008.
USU e-Repository 2008
Menurut model Evans (1969) jika fungsi konsumsi ditambahkan laju inflasi
sebagai variabel lain yang diduga turut mempengaruhi besar kecilnya pengeluaran
konsumsi masyarakat, sehingga model lengkapnya:
C = f (YP, P)
(2.6)
(2001)
membedakan
(2.7)
dua
pengertian
tentang
kecondongan
MPC =
C
Yd
(2.8)
APC =
C
Yd
(2.9)
Pola konsumsi masyarakat yang belum mapan biasanya lebih didominasi oleh
konsumsi kebutuhan-kebutuhan pokok (Dumairy, 1996; Sukirno, 2001).
KHAIRIL ANWAR : ANALISIS DETERMINAN PENGELUARAN KONSUMSI RUMAH TANGGA MASYARAKAT MISKIN
DI KABUPATEN ACEH UTARA, 2008.
USU e-Repository 2008
S = Y1 C1
(2.10)
C2 = (1 + r) S + Y2
(2.11)
C2 = (1 + r) (Y1 C1) + Y2
(2.12)
KHAIRIL ANWAR : ANALISIS DETERMINAN PENGELUARAN KONSUMSI RUMAH TANGGA MASYARAKAT MISKIN
DI KABUPATEN ACEH UTARA, 2008.
USU e-Repository 2008
Konsumsi
Periode kedua
C2
Y
X
Z
IC2
W
IC1
C1
Konsumsi
Periode pertama
Gambar 1: Preferensi Konsumen Selama Konsumsi
Periode Pertama dan Kedua
Gambar 2.1 di atas menunjukkan dua dari banyak kurva indeferen. Kurva
indeferen yang lebih tinggi seperti IC2 lebih disukai daripada kurva indeferen yang
lebih rendah IC1. Konsumen tetap merasa senang mengkonsumsi pada titik W, X dan
C = (W + RY)/T
(2.13)
C = (1/T) W + (R/T)Y
(2.14)
KHAIRIL ANWAR : ANALISIS DETERMINAN PENGELUARAN KONSUMSI RUMAH TANGGA MASYARAKAT MISKIN
DI KABUPATEN ACEH UTARA, 2008.
USU e-Repository 2008
C = W + Y
(2.15)
2.1.3
Determinan Konsumsi
Banyak faktor yang menentukan permintaan konsumsi atau pengeluaran
Samuelson
(1999:169)
bahwa
faktor-faktor
pokok
yang
KHAIRIL ANWAR : ANALISIS DETERMINAN PENGELUARAN KONSUMSI RUMAH TANGGA MASYARAKAT MISKIN
DI KABUPATEN ACEH UTARA, 2008.
USU e-Repository 2008
mengenai
keadaan
dimasa
yang
akan
datang
sangat
konsumsinya dimasa
sekarang.
KHAIRIL ANWAR : ANALISIS DETERMINAN PENGELUARAN KONSUMSI RUMAH TANGGA MASYARAKAT MISKIN
DI KABUPATEN ACEH UTARA, 2008.
USU e-Repository 2008
KHAIRIL ANWAR : ANALISIS DETERMINAN PENGELUARAN KONSUMSI RUMAH TANGGA MASYARAKAT MISKIN
DI KABUPATEN ACEH UTARA, 2008.
USU e-Repository 2008
dengan persentase pengeluaran untuk pangan. Keadaan ini lebih dikenal dengan
Hukum Engel (Engels Law).
Dalam hukum Engel dikemukakan tentang kaitan antara tingkat pendapatan
dengan pola konsumsi. Hukum ini menerangkan bahwa pendapatan disposibel yang
berubah-ubah pada berbagai tingkat pendapatan. Dengan demikian, naiknya
pendapatan, maka persentase yang digunakan untuk sandang dan pelaksanaan rumah
tangga adalah cenderung konstan. Sementara persentase yang digunakan untuk
pendidikan, kesehatan dan rekreasi semakin bertambah (Ackley, 1992:281).
Kadariah (1996:21) menambahkan bahwa pada umumnya golongan yang
berpendapatan rendah mengeluarkan sebagian besar dari pendapatannya untuk
keperluan hidup yang mutlak seperti; pangan, perumahan dan sandang. Makin tinggi
pendapatan seseorang, makin kecil pengeluaran yang dialokasikan untuk kebutuhan
pokok.
Delorme
dan
Ekulend
(1993:244)
menyatakan
bahwa
kelompok
KHAIRIL ANWAR : ANALISIS DETERMINAN PENGELUARAN KONSUMSI RUMAH TANGGA MASYARAKAT MISKIN
DI KABUPATEN ACEH UTARA, 2008.
USU e-Repository 2008
2.1.4
Pendapatan
Sebagaimana diketahui bahwa pembangunan yang sedang giat-giatnya
KHAIRIL ANWAR : ANALISIS DETERMINAN PENGELUARAN KONSUMSI RUMAH TANGGA MASYARAKAT MISKIN
DI KABUPATEN ACEH UTARA, 2008.
USU e-Repository 2008
Indonesia; pertama, perolehan faktor produksi, dalam hal ini faktor yang terpenting
adalah tanah. Kedua, perolehan pekerjaan, yaitu perolehan pekerjaan bagi mereka
yang tidak mempunyai tanah yang cukup untuk memperoleh kesempatan kerja
penuh. Ketiga, laju produksi pedesaan, dalam hal ini yang terpenting adalah produksi
pertanian dan arah gejala harga yang diberikan kepada produk tersebut.
Pendapatan per kapita dapat diartikan pula sebagai penerimaan yang
diperoleh rumah tangga yang dapat mereka belanjakan untuk konsumsi yaitu yang
dikeluarkan untuk pembelian barang konsumtif dan jasa-jasa, yang dibutuhkan
rumah tangga bagi pemenuhan kebutuhan mereka (Sumardi, 1982:83) Dalam hal ini
pendapatan per kapita determinan potensi ekonomi yang penting selain luas Negara
serta penduduk suatu Negara (Todaro, 1998:25).
Rendahnya pertumbuhan pendapatan per kapita disuatu Negara berarti juga
mencerminkan rendahnya pertumbuhan GNP dan ini terjadi pada Negara-negara
yang sedang berkembang. Usaha-usaha untuk meningkatkan pendapatan per kapita
masyarakat, yaitu dengan cara menyediakan lapangan pekerjaan yang memadai,
menggalakkan program kerja berencana dan yang terakhir transfer pemerintah
kepada golongan-golongan masyarakat yang berpendapatan rendah. Dengan
menggunakan pajak yang efektif untuk membiayai transfer tersebut sekaligus untuk
mengurangi perbedaan kemakmuran antar anggota masyarakat.
Pass dan Lowes (1994:444) menyebutkan pendapatan nasional adalah nilai
netto dari semua barang dan jasa (produk nasional) yang diproduksi setiap tahunnya
dalam suatu Negara. Pendapatan nasional dapat ditentukan dengan tiga cara
(Sukirno, 2006: 37), yaitu:
KHAIRIL ANWAR : ANALISIS DETERMINAN PENGELUARAN KONSUMSI RUMAH TANGGA MASYARAKAT MISKIN
DI KABUPATEN ACEH UTARA, 2008.
USU e-Repository 2008
1. Cara produksi neto, output/produk dalam negari dari barang-barang dan jasajasa yang diproduksi oleh perusahaan-perusahaan dalam suatu Negara. Total
output ini tidak mencakup nilai barang-barang dan jasa-jasa yang diimpor.
Untuk mendapatkan produk nasional bruto, produk domestik bruto harus
ditambah dengan pendapatan bersih yang diterima dari luar negeri.
2. Cara pendapatan, total pendapatan yang diterima penduduk suatu Negara
sebagai balas jasa dari produksi barang dan jasa yang sedang berlangsung.
Pendapatan ini disebut pendapatan faktor, sebab ditambahkan pada faktorfaktor produksi, dan pembayaran transfer (transfer payment) tidak
dimasukkan
dalam
perhitungan,
seperti
tunjangan
sakit,
tunjangan
pengangguran dimana tidak ada barang atau jasa yang diterima sebagai
imbalannya.
3. Cara Pengeluaran, total pengeluaran domestik oleh penduduk suatu Negara
pada konsumen dan investasi barang-barang. Hal ini mencakup pengeluran
pada barang dan jasa jadi (tidak termasuk barang atau jasa setengah jadi) dan
termasuk barang-barang yang tidak terjual dan yang ditambahkan pada
persediaan (investasi persediaan).
Dewasa ini sumber pendapatan sebagian besar rumah tangga di pedesaan
tidak hanya dari satu sumber, melainkan dari beberapa sumber atau dapat dikatakan
rumah tangga melakukan diversifikasi pekerjaan atau memiliki aneka ragam sumber
pendapatan (Susilowati dkk, 2002).
Bagi rumah tangga pedesaan yang hanya menguasai faktor produksi tenaga
kerja, pendapatan mereka ditentukan oleh besarnya kesempatan kerja yang dapat
KHAIRIL ANWAR : ANALISIS DETERMINAN PENGELUARAN KONSUMSI RUMAH TANGGA MASYARAKAT MISKIN
DI KABUPATEN ACEH UTARA, 2008.
USU e-Repository 2008
dimanfaatkan dan tingkat upah yang diterima. Kedua faktor ini merupakan fenomena
dari pasar tenaga kerja pedesaan. Kesempatan kerja pedesaan ditentukan oleh pola
produksi pertanian, produksi barang dan jasa non-pertanian di pedesaan,
pertumbuhan angkatan kerja dan mobilitas tenaga kerja pedesaan. Di sektor
pertanian, besarnya kesempatan kerja dipengaruhi oleh luas lahan pertanian,
produktivitas lahan, intensitas dan pola tanam, serta teknologi yang diterapkan.
Disektor non-pertanian kesempatan kerja ditentukan oleh volume produksi, teknologi
dan tingkat harga komoditi (Kasryno, 2000).
Pendapatan rumah tangga pertanian ditentukan oleh tingkat upah sebagai
penerimaan faktor produksi tenaga kerja. Nilai sewa tanah sebagai penerimaan dari
penguasaan asset produktif lahan pertanian. Dengan demikian tingkat pendapatan
rumah tangga pedesaan sangat dipengaruhi oleh tingkat penguasaan faktor produksi.
Menurut Malian dan Siregar (2000) pendapatan rumah petani pinggiran
perkotaan juga bersumber dari tiga kegiatan utama, yaitu kegiatan dalam usaha tani
sendiri (on-farm), kegiatan pertanian di luar usaha tani sendiri (off-farm) dan
kegiatan di luar sektor pertanian (non-farm). Untuk petani yang berada di pedesaan,
pendapatan yang bersumber dari kegiatan on-farm dan off-farm umumnya mencapai
lebih dari 90 persen.
2.1.5
Kemiskinan
Miskin adalah suatu keadaan seseorang yang mengalami kekurangan atau
tidak mampu memenuhi tingkat hidup yang paling rendah serta tidak mampu
mencapai tingkat minimal dari tujuan-tujuan yang telah ditetapkan. Tujuan tersebut
KHAIRIL ANWAR : ANALISIS DETERMINAN PENGELUARAN KONSUMSI RUMAH TANGGA MASYARAKAT MISKIN
DI KABUPATEN ACEH UTARA, 2008.
USU e-Repository 2008
dapat berupa konsumsi, kebebasan, hak mendapatkan sesuatu, menikmati hidup dan
lain-lain (Husen, 1993).
Menurut De Vos kemiskinan adalah suatu keadaan dimana seseorang tidak
mampu mencapai salah satu tujuannya atau lebih, tujuan-tujuan yang dimaksud di
sini tentunya dapat diinterpretasikan sesuai persepsi seseorang. Dengan demikian,
kemiskinan dapat diartikan berdasarkan kondisi seseorang dalam mencapai tujuan-tujuan yang diinginkan (Suparta, 2003).
Di lain pihak Friedmann (1979), mendefinisikan kemiskinan sebagai
ketidaksamaan kesempatan untuk mengakumulasikan basis kekuatan sosial. Basis
kekuatan sosial meliputi modal yang produktif atau asset (misalnya, tanah,
perumahan, peralatan, kesehatan dan lain-lain); sumber-sumber keuangan (income
dan kredit yang memadai); organisasi sosial dan politik yang dapat digunakan untuk
mencapai kepentingan bersama (partai politik, sindikat, koperasi dan lain-lain);
jaringan sosial untuk memperoleh pekerjaan, barang-barang dan lain-lain;
pengetahuan dan keterampilan yang memadai; dan informasi yang berguna untuk
memajukan kehidupan anda.
De Vos (1991) juga memberikan pengertian kemiskinan berdasarkan beberapa pendekatan, yaitu batasan secara absolut dan batasan relatif. Kemiskinan
secara absolut memberikan pengertian keadaan seseorang dalam pemenuhan
kebutuhan minimum untuk hidup tanpa melihat kondisi lingkungan masyarakat.
Sedangkan pengertian kemiskinan relatif memberikan pengertian keadaan seseorang
bila dibandingkan dengan kondisi masyarakatnya sering berpindah-pindah lapangan
pekerjaan dan sebahagian besar pendapatannya.
KHAIRIL ANWAR : ANALISIS DETERMINAN PENGELUARAN KONSUMSI RUMAH TANGGA MASYARAKAT MISKIN
DI KABUPATEN ACEH UTARA, 2008.
USU e-Repository 2008
Dari segi sosial, kemiskinan penduduk dapat juga disebutkan sebagai suatu
kondisi sosial yang sangat rendah, seperti penyediaan fasilitas kesehatan yang tidak
mencukupi dan penerangan yang minim (Sumardi dan Dieter, 1985). Kondisi sosial
lain dari penduduk miskin biasanya dicirikan oleh keadaan rumah tangga dimana
jumlah anggota keluarga banyak, tingkat pendidikan kepala rumah tangga dan
anggota rumah tangga rendah, dan umumnya rumah tersebut berada di pedesaan
(BPS, 2002).
Dari segi ekonomi, rumah tangga miskin dicirikan oleh jenis mata
pencaharian pada sektor informal di pedesaan maupun di perkotaan, sering
berpindah-pindah mata pencaharian dari produktivitas yang rendah sehingga
menyebabkan pendapatan yang rendah. Karakteristik lain dari rumah tangga miskin
adalah kecenderungan untuk menyediakan sebagian besar dari anggaran rumah untuk
memenuhi kebutuhan pangan. Alokasi pendapatan yang cenderung hanya untuk
memenuhi kebutuhan pangan merupakan cerminan adanya kemiskinan rumah tangga
(Hasbullah, 1983).
Sekurang-kurangnya ada dua pendekatan untuk memberikan pengertian
tentang kemiskinan. Pertama adalah pendekatan absolut yang menekankan pada
pemenuhan kebutuhan fisik minimum, tolok ukur yang dipakai adalah kebutuhan
minimal yang harus dipenuhi oleh seseorang atau keluarga agar dapat
melangsungkan hidupnya pada taraf yang layak. Pendekatan kedua adalah
pendekatan relatif dimana kemiskinan ditentukan berdasarkan taraf hidupnya relatif
dalam masyarakat (Suparlan, 1984).
Secara konsepsional, kemiskinan dirumuskan sebagai suatu kondisi hidup
yang serba kekurangan dalam pemenuhan kebutuhan dasar manusia. Secara
KHAIRIL ANWAR : ANALISIS DETERMINAN PENGELUARAN KONSUMSI RUMAH TANGGA MASYARAKAT MISKIN
DI KABUPATEN ACEH UTARA, 2008.
USU e-Repository 2008
operasional kriteria kemiskinan itu ditetapkan dengan tolok ukur garis kemiskinan.
Penduduk miskin adalah golongan masyarakat yang berada di bawah garis
kemiskinan, sedangkan target pembangunan biasanya dirumuskan sebagai upaya
mengentaskan golongan masyarakat miskin agar mereka bisa berada di atas garis
kemiskinan tersebut.
Mubyarto (1990) mengungkapkan bahwa kemiskinan adalah manifestasi dari
keadaan keterbelakangan masyarakat, dimana melalui upaya-upaya pendidikan dan
modernisasi, kemiskinan dan keterbelakangan akan berkurang. Selanjutnya menurut
Esmara (1979), yang dimaksud dengan tingkat kemelaratan absolut lebih banyak
ditujukan terhadap tingkat kehidupan penduduk secara absolut, baik yang diukur
dengan pemakaian kalori, tingkat gizi, sandang, sanitasi, pendidikan, dan sebagainya.
Esmara menyimpulkan, bahwa dalam menentukan garis kemelaratan perlu
ditentukan suatu kebutuhan minimum yang memungkinkan orang hidup dengan
layak. Menurutnya, memang sukar menentukan batas kelayakan jumlah pendapatan,
pengeluaran konsumsi, kebutuhan kalori, dan sebagainya yang dapat digunakan
sebagai titik tolak perhitungan. Esmara menyebutkan batas kebutuhan minimum
tersebut sebagai "garis kemiskinan". Batas tersebut juga biasa disebut dengan "garis
kemiskinan (Mubyarto,1990).
2.1.6
Indikator Kemiskinan
Ada dua pendekatan seseorang tergolong sebagai orang miskin. Pertama,
KHAIRIL ANWAR : ANALISIS DETERMINAN PENGELUARAN KONSUMSI RUMAH TANGGA MASYARAKAT MISKIN
DI KABUPATEN ACEH UTARA, 2008.
USU e-Repository 2008
KHAIRIL ANWAR : ANALISIS DETERMINAN PENGELUARAN KONSUMSI RUMAH TANGGA MASYARAKAT MISKIN
DI KABUPATEN ACEH UTARA, 2008.
USU e-Repository 2008
KHAIRIL ANWAR : ANALISIS DETERMINAN PENGELUARAN KONSUMSI RUMAH TANGGA MASYARAKAT MISKIN
DI KABUPATEN ACEH UTARA, 2008.
USU e-Repository 2008
dengan
pembangunan
infrastruktur
fisik,
pemasukan
modal
serta
KHAIRIL ANWAR : ANALISIS DETERMINAN PENGELUARAN KONSUMSI RUMAH TANGGA MASYARAKAT MISKIN
DI KABUPATEN ACEH UTARA, 2008.
USU e-Repository 2008
pembangunan
yang
Pembelanjaan rendah atau berada di bawah garis kemiskinan, yaitu kurang dari
Rp.175.324 untuk masyarakat perkotaan, dan Rp.131.256 untuk masyarakat
pedesaan per orang per bulan di luar kebutuhan non pangan;
(ii)
(iii) Tidak memiliki tempat tinggal yang layak huni, termasuk tidak memiliki
MCK;
(iv) Pemilikan harta sangat terbatas jumlah atau nilainya;
(v)
Hubungan
sosial
terbatas,
belum
banyak
terlibat
dalam
kegiatan
kemasyarakatan; dan
(vi) Akses informasi (koran, radio, televisi, dan internet) terbatas.
Menurut Sajogyo (1977), garis kemiskinan berdasarkan kebutuhan minimum
rumah tangga adalah senilai 2.140 kg beras setiap orang per tahun di pedesaan dan
360 kg beras setiap orang per tahun di daerah kota. Penetapan garis kemiskinan ini
yang setara dengan nilai beras dimaksudkan ini untuk dapat membandingkan tingkat
hidup antar waktu dan perbedaan harga kebutuhan pokok antar wilayah. Pendapat
Sajogyo ini pada masa berikutnya mendapat kritikan dari Both dan Sundrum, karena
dalam kenyataannya beras tidak merupakan bahan kebutuhan pokok penduduk
pedesaan yang miskin terutama di Pulau Jawa.
KHAIRIL ANWAR : ANALISIS DETERMINAN PENGELUARAN KONSUMSI RUMAH TANGGA MASYARAKAT MISKIN
DI KABUPATEN ACEH UTARA, 2008.
USU e-Repository 2008
KHAIRIL ANWAR : ANALISIS DETERMINAN PENGELUARAN KONSUMSI RUMAH TANGGA MASYARAKAT MISKIN
DI KABUPATEN ACEH UTARA, 2008.
USU e-Repository 2008
(ii)
Pada umumnya anggota keluarga makan dua kali sehari atau lebih;
Anak sakit atau pasangan usia subur ingin ber KB dibawa ke sarana
kesehatan.
Departemen Sosial menetapkan bahwa seseorang individu berada di bawah
Garis Fakir Miskin (GFM) apabila tidak dapat memenuhi kebutuhan pokok minimal,
yaitu sejumlah rupiah untuk membayar makanan setara 2.100 kkal sehari ditambah
nilai sewa rumah dan nilai satu stel pakaian. Batas miskin untuk makanan ditambah
KHAIRIL ANWAR : ANALISIS DETERMINAN PENGELUARAN KONSUMSI RUMAH TANGGA MASYARAKAT MISKIN
DI KABUPATEN ACEH UTARA, 2008.
USU e-Repository 2008
2.2
Penelitian Terdahulu
De Vos (1991) dengan mengunakan konsep Expended Linier Expenditure
System dimana jumlah anak dianggap sebagai faktor pembeda (differentiating factor)
terhadap pengeluaran subsisten. Hasil estimasi i semuanya bernilai positif dan
konsisten dengan konsep pengeluaran subsisten. Total pengeluaran subsisten (i)
dari berbagai jenis pengeluaran (makanan, pakaian, perumahan, pengeluaran lain
yang bersifat tetap, pembangunan & rekreasi). Dengan bertambahnya jumlah anak.
Total pengeluaran subsisten (i) atau garis kemiskinan untuk masing-masing
kelompok anggota keluarga, yaitu kelompok dengan 1 hingga 6 anggota keluarga
(AK) ternyata cukup bervariasi yaitu masing-masing 12.355, 16.489, 24.355, 28.476,
32.184, dan 33.912. Demikian pula koefisien dari masing-masing pengeluaran
semuanya bertanda positif (sejalan dengan teori konsumsi Keynes) dan t hitung
lebih besar dari t tabel.
Darlina (1994) mengemukakan bahwa pendapatan yang diperoleh oleh dosen
yang mengajar saja dan dosen yang berpendapatan selain mengajar digunakan
sebagian besar untuk konsumsi bukan makanan. Secara keseluruhan konsumsi yang
dilakukan dosen yang berpenghasilan hanya dari mengajar lebih besar daripada
konsumsi yang dilakukan dosen yang berpendapatan selain mengajar. Hasil
penelitiannya ditunjukkan dengan elastisitas antara kedua kelompok objek. Dosen
yang hanya berpenghasilan dari mengajar memiliki elastisitas sebesar 0,5628
KHAIRIL ANWAR : ANALISIS DETERMINAN PENGELUARAN KONSUMSI RUMAH TANGGA MASYARAKAT MISKIN
DI KABUPATEN ACEH UTARA, 2008.
USU e-Repository 2008
KHAIRIL ANWAR : ANALISIS DETERMINAN PENGELUARAN KONSUMSI RUMAH TANGGA MASYARAKAT MISKIN
DI KABUPATEN ACEH UTARA, 2008.
USU e-Repository 2008
konsumsi
protein
nabati
masih
rendah.
Disini
berarti
belum
adanya
Expenditure System di desa IDT pada Kabupaten Aceh Besar dengan jumlah
tanggungan keluarga sebagai faktor pembeda. Hasil penelitian ini juga disebutkan
bahwa keluarga dengan tanggungan lebih sedikit adalah lebih sejahtera dari pada
keluarga dengan tanggungan lebih besar. Hasil estimasi menunjukkan bahwa
KHAIRIL ANWAR : ANALISIS DETERMINAN PENGELUARAN KONSUMSI RUMAH TANGGA MASYARAKAT MISKIN
DI KABUPATEN ACEH UTARA, 2008.
USU e-Repository 2008
KHAIRIL ANWAR : ANALISIS DETERMINAN PENGELUARAN KONSUMSI RUMAH TANGGA MASYARAKAT MISKIN
DI KABUPATEN ACEH UTARA, 2008.
USU e-Repository 2008
pangan terkonsentrasi pada kelompok perumahan, bahan bakar penerangan dan air
sebesar 6,29 persen. Kemudian disusul untuk sandang sebesar 5,29 persen serta
aneka barang dan jasa 4,5 persen. Pengeluaran untuk keperluan lainnya sebesar 3,05
persen. Sementara pengeluaran rumah tangga rata-rata perkapita perbulan mencapai
Rp. 32.248,- terdiri dari pengeluaran untuk kebutuhan pangan sebesar 79,25 persen
dan sisanya untuk non pangan. Ini berarti pendapatan rata-rata rumah tangga berada
di atas garis kemiskinan.
Arifin (2005) menyimpulkan bahwa dampak tsunami terhadap perekonomian
Nanggroe Aceh Darussalam sangat besar tidak hanya pada sektor riel tetapi juga
pada sektor moneter. Akibat dari tsunami diperkirakan jumlah pengangguran akan
meningkat drastis karena rusaknya lahan pertanian serta industri kecil dan rumah
tangga. Di sektor pertanian diperkirakan sekitar 300.000 orang akan kehilangan
pekerjaan akibat rusak dan hilangnya lahan, di sektor Usaha Kecil Menengah (UKM)
diperkirakan 170.000 orang kehilangan pekerjaan, ditambah lagi sektor perikanan
sekitar 130.000 orang. Akibat dari meningkatnya jumlah pengangguran maka jumlah
penduduk miskin akan bertambah mencapai 2 juta orang.
BRR NAD & Nias (2005) bencana gempa dan tsunami selain merenggut
korban jiwa dalam jumlah yang sangat besar, juga menyebabkan kerusakan di
berbagai sektor kehidupan. Dalam aspek
terjadi pada bidang pendidikan dimana diperkirakan 1.168 rumah sekolah rusak atau
setara dengan 16,1% dari populasi sekolah yang ada di NAD, total keseluruhan
kerugian di bidang pendidikan ditaksir mencapai satu trilyun rupiah. Dalam bidang
perekonomian, bencana gempa dan tsunami menyebabkan kerusakan pada bidang
KHAIRIL ANWAR : ANALISIS DETERMINAN PENGELUARAN KONSUMSI RUMAH TANGGA MASYARAKAT MISKIN
DI KABUPATEN ACEH UTARA, 2008.
USU e-Repository 2008
perindustrian dan perdagangan, koperasi, usaha kecil dan menengah, pertanian dan
kehutanan, perikanan dan kelautan serta ketenagakerjaan.
Ilhamuddin (2006) pada tahun 2004 pengeluaran per kapita penduduk
Provinsi NAD Rp. 182.465, dimana sebagian besar digunakan untuk keperluan
makanan (64,89 persen) dan sekitar sepertiganya(35,11 persen) untuk pengeluaran
bukan makanan. Pengeluaran penduduk kota relatif lebih besar (Rp. 257.569)
daripada penduduk desa (Rp. 154.832). Sementara pengeluaran penduduk pedesaan
untuk kebutuhan makanan 10 persen lebih tinggi dibandingkan perkotaan. Hasil
estimasi model regresi logistik menyimpulkan bahwa jumlah anggota rumah tangga,
tingkat pendidikan, wilayah tempat tinggal, sektor pekerjaan, status perkawinan,
usia, jumlah jam kerja, dan jenis kelamin mempengaruhi kecenderungan tingkat
pendapatan per kapita.
2.3
Kerangka Konseptual
Konsep variabel pengaruh pendapatan terhadap konsumsi paling banyak
dijumpai dalam buku-buku makro ekonomi dan juga dalam model-model penelitian
antara lain Anwar (2003), Isnawati (2000), Tokunaga (1997), Pindick R.S dan D.L
Rubinfeld (1991), hampir semuanya mengadopsi teori konsumsi aliran Keynesian,
yaitu: C = f (Y ) dimana C adalah pengeluaran konsumsi dan Y adalah pendapatan.
Secara linear fungsi ini dijabarkan dalam bentuk C = c0 + c1Y .
Fungsi konsumsi ini didasarkan pada tiga alasan yang dikemukakan oleh
Keynes yaitu; Pertama, Keynes menduga bahwa kecenderungan mengkonsumsi
marginal adalah antara nol dan satu. Kedua, Keynes menyatakan bahwa
kecenderungan mengkonsumsi rata-rata turun ketika pendapatan naik. Ketiga,
KHAIRIL ANWAR : ANALISIS DETERMINAN PENGELUARAN KONSUMSI RUMAH TANGGA MASYARAKAT MISKIN
DI KABUPATEN ACEH UTARA, 2008.
USU e-Repository 2008
C = c 0 + c1YP + c 2 P .
Sementara itu Malian (2003) mencoba memasukkan variabel tingkat bunga
pinjaman
dalam
model
konsumsi
yang
dikembangkan,
yaitu
KHAIRIL ANWAR : ANALISIS DETERMINAN PENGELUARAN KONSUMSI RUMAH TANGGA MASYARAKAT MISKIN
DI KABUPATEN ACEH UTARA, 2008.
USU e-Repository 2008
- Pengeluaran makanan
(KMKN)
- Pengeluaran bukan
makanan (KBMKN)
Pengeluaran Konsumsi
Rumah Tangga (K)
Masyarakat Miskin
KHAIRIL ANWAR : ANALISIS DETERMINAN PENGELUARAN KONSUMSI RUMAH TANGGA MASYARAKAT MISKIN
DI KABUPATEN ACEH UTARA, 2008.
USU e-Repository 2008
2.4
Hipotesis
S. F. Trelease memberikan definisi hipotesis sebagai suatu keterangan
sementara dari suatu fakta yang dapat diamati. Sedangkan C. V. Good dan D. E.
Scates menyatakan bahwa hipotesis adalah sebuah taksiran atau referensi yang
dirumuskan serta diterima untuk sementara yang dapat menerangkan fakta-fakta
yang diamati ataupun kondisi-kondisi yang diamati dan digunakan sebagai petunjuk
untuk langkah penelitian selanjutnya. Kerlinger menambahkan bahwa hipotesis
adalah pernyataan yang bersifat terkaan dari hubungan antara dua atau lebih variabel
(Nazir, 1988).
Berdasarkan latar belakang, masalah, dan tujuan penelitian, serta didukung
dengan teori-teori, maka hipotesis penelitian ini adalah:
1. Pendapatan rumah tangga berpengaruh positif terhadap pengeluaran konsumsi
masyarakat miskin di Kabupaten Aceh Utara (ceteris paribus).
2. Aktivitas ekonomi kepala rumah tangga berpengaruh positif terhadap
pengeluaran konsumsi masyarakat miskin di Kabupaten Aceh Utara (ceteris
paribus).
3. Jumlah anggota keluarga berpengaruh positif terhadap pengeluaran konsumsi
masyarakat miskin di Kabupaten Aceh Utara (ceteris paribus).
4. Perbedaan lokasi tempat tinggal berpengaruh terhadap pengeluaran konsumsi
masyarakat miskin di Kabupaten Aceh Utara (ceteris paribus).
KHAIRIL ANWAR : ANALISIS DETERMINAN PENGELUARAN KONSUMSI RUMAH TANGGA MASYARAKAT MISKIN
DI KABUPATEN ACEH UTARA, 2008.
USU e-Repository 2008
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1
ini
dilakukan
untuk
mengukur
variabel-variabel
yang
3.2
sekunder. Data primer diperoleh dari hasil wawancara dengan responden (kepala
keluarga) dengan menggunakan daftar pertanyaan yang telah dipersiapkan
sebelumnya. Sedangkan data sekunder yang diperlukan didapat dengan menelaah
berbagai publikasi/laporan yang ada pada lembaga dan instansi pemerintah
khususnya yang berada di Kabupaten Aceh Utara.
3.3
yang menetap di pedesaan dengan mata pencaharian di sub sektor pertanian dan non
pertanian serta penduduk yang menetap di perkotaan.
sampel untuk menjadi responden dari populasi yang ada ditentukan secara two stage
KHAIRIL ANWAR : ANALISIS DETERMINAN PENGELUARAN KONSUMSI RUMAH TANGGA MASYARAKAT MISKIN
DI KABUPATEN ACEH UTARA, 2008.
USU e-Repository 2008
KHAIRIL ANWAR : ANALISIS DETERMINAN PENGELUARAN KONSUMSI RUMAH TANGGA MASYARAKAT MISKIN
DI KABUPATEN ACEH UTARA, 2008.
USU e-Repository 2008
rendah di bawah Rp.175.324 per bulan untuk masyarakat yang tinggal di desa
perkotaan, dan Rp.131.256 per bulan untuk masyarakat yang tinggal di desa pesisir
dan pedalaman diluar kebutuhan non pangan; b) Rumah/tempat tinggal keluarga
relatif masih sangat sederhana;
dan tidak ada keterampilan;
nilainya; dan e) Hubungan sosial terbatas, belum banyak terlibat dalam kegiatan
kemasyarakatan.
Jumlah sampel yang akan diteliti adalah 180 rumah tangga masyarakat dalam
kriteria miskin yang tinggal di tiga cluster, yaitu; daerah pesisir, daerah pedalaman
dan daerah perkotaan. Jumlah dan lokasi sampel penelitian ini sebagaimana disajikan
dalam tabel 3.1 berikut.
Tabel 3.1
Lokasi dan Jumlah Sampel Menurut Cluster
CLUSTER/
KECAMATAN
Cluster Pesisir
1. Seunudon
2. Baktiya Barat
3. Tanah Pasir
4. Muara Batu
Cluster Perkotaan
1. Tanah Jambo Aye
2. Lhok Sukon
3. Samudera
4. Dewantara
Cluster Pedalaman
1. Langkahan
DESA
POPULASI
KK MISKIN
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Matang Lada
Teupin Kuyun
Matang Sijuk Barat
Paya Bateung
Kuala Cangkoi
Matang Janeng
Tanoh Anoe
Pante Gurah
82
67
36
15
95
33
169
149
8
7
9
6
10
5
8
7
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
345
180
607
57
133
129
45
682
9
6
10
5
8
7
5
10
88
132
6
9
1. Meunasah Blang
2. Krueng Lingka
SAMPEL)*
KHAIRIL ANWAR : ANALISIS DETERMINAN PENGELUARAN KONSUMSI RUMAH TANGGA MASYARAKAT MISKIN
DI KABUPATEN ACEH UTARA, 2008.
USU e-Repository 2008
2. Cot Girek
3. Tanah Luas
4. Nisam
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Batu XII
Ulee Gampong
Tgk. Dibalee
Alue Pangkat
Alue Papeun
Cot Mambong
133
77
63
41
312
6
TOTAL SAMPEL
9
6
8
7
10
5
180
3.4
Model Analisis
Estimasi berbagai jenis pengeluaran konsumsi (K) pada penelitian yang akan
dilakukan ini digunakan metode OLS (Ordinary Least Square) dengan model regresi
linear berganda yang diadopsi dari model Kautsoyiannis (1977), Domowitz dan
Elbadawi (1987), Nachrowi dan Usman (2002), Lains (2006) yaitu:
Y = a + b1 X 1 + b2 X 2 + .......... + bn X n +
(3.1)
(3.2)
Model 2:
KHAIRIL ANWAR : ANALISIS DETERMINAN PENGELUARAN KONSUMSI RUMAH TANGGA MASYARAKAT MISKIN
DI KABUPATEN ACEH UTARA, 2008.
USU e-Repository 2008
(3.3)
Dimana:
ART
D1
= Variabel dummi untuk lokasi tempat tinggal di desa pesisir; diberi kode 1
untuk observasi 1-60, sedang daerah lain diberi kode 0.
D2
b0
= Intersep (konstanta).
b1 b3 = Parameter regresi.
180) tidak dimasukkan ke dalam model. Hal ini sesuai dengan (Kuncoro, 2004) yang
menyebutkan cara menyusun variabel boneka adalah jumlah kategori dikurangi satu.
Karena dalam penelitian ini ada 3 lokasi tempat tinggal (variabel boneka) maka
jumlah variabel boneka dalam penelitian ini adalah 3-1=2. Karena dalam model yang
digunakan memasukkan intersep, maka kategori yang dihilangkan menjadi dasar atau
benchmark sebagai pembanding lokasi tempat tinggal lainnya. Dalam penelitian ini
yang menjadi benchmark adalah daerah tempat tinggal di desa perkotaan, sehingga
untuk lokasi tempat tinggal ini seluruhnya diberi kode 0.
3.5
Definisi Operasional
KHAIRIL ANWAR : ANALISIS DETERMINAN PENGELUARAN KONSUMSI RUMAH TANGGA MASYARAKAT MISKIN
DI KABUPATEN ACEH UTARA, 2008.
USU e-Repository 2008
KHAIRIL ANWAR : ANALISIS DETERMINAN PENGELUARAN KONSUMSI RUMAH TANGGA MASYARAKAT MISKIN
DI KABUPATEN ACEH UTARA, 2008.
USU e-Repository 2008
a. Desa pesisir (D1); diberi kode 1 untuk observasi 1-60, sedang daerah lain
diberi kode 0. Artinya variabel boneka ini mencoba mengukur seberapa jauh
perbedaan konsumsi masyarakat miskin di desa pesisir dibandingkan dengan
masyarakat miskin di desa perkotaan.
Desa pesisir adalah sebutan untuk desa yang berada disepanjang atau dekat
pantai, sebagian besar penduduknya bekerja sebagai nelayan. Dalam bahasa
Aceh desa pesisir juga sering disebut Gampong Baroeh.
b. Desa pedalaman (D2); diberi kode 1 untuk observasi 61-120, sedang daerah
lain diberi kode 0. Artinya variabel boneka ini mencoba mengukur seberapa
jauh perbedaan konsumsi masyarakat miskin di desa pedalaman dibandingkan
dengan masyarakat miskin di desa perkotaan.
Desa pedalaman adalah sebutan untuk desa yang berada di lereng-lereng
pegunungan, sarana transportasi masih sangat terbatas, dan sebagian besar
penduduknya bekerja di sektor pertanian. Dalam bahasa Aceh desa pedalaman
juga sering disebut Gampong Tunong.
c. Desa perkotaan diberi kode 0 semua (observasi 121-180) karena desa
perkotaan ini dijadikan sebagai dasar pembanding dengan lokasi tempat
tinggal desa pesisir dan desa pedalaman.
Desa perkotaan adalah sebutan untuk desa yang berada di daerah pusat pasar,
biasanya juga dijadikan sebagai ibukota kecamatan, jenis pekerjaan
penduduknya lebih bervariatif, secara administrasi pemerintahan desa
perkotaan ini disebut kelurahan. Dalam bahasa Aceh desa perkotaan juga
sering disebut Gampong Keudee.
KHAIRIL ANWAR : ANALISIS DETERMINAN PENGELUARAN KONSUMSI RUMAH TANGGA MASYARAKAT MISKIN
DI KABUPATEN ACEH UTARA, 2008.
USU e-Repository 2008
7. Miskin adalah suatu keadaan seseorang atau sekolompok orang yang mengalami
kekurangan atau tidak mampu memenuhi tingkat hidup yang paling rendah serta
tidak mampu mencapai tingkat minimal dari tujuan-tujuan yang telah ditetapkan.
Pendapatan yang rendah menyebabkan kelompok masyarakat miskin hanya
mampu memenuhi kebutuhan hidup minimum, bahkan sebagian dari kelompok
miskin ini harus berhutang untuk memenuhi kebutuhan hidup minimum.
8. Rumah tangga merupakan seseorang atau sekelompok orang yang mendiami
suatu bangunan fisik (rumah) dan biasanya tinggal bersama serta makan dari satu
dapur. Kepala rumah tangga adalah seseorang dari sekelompok anggota rumah
tangga yang bertanggung jawab atas kebutuhan dan kegiatan sehari-hari rumah
tangga.
3.6
uji koefisien R2, uji individual t statistik dan uji serempak F statistik dan matrik
korelasi. Suatu perhitungan statistik disebut signifikan secara statistik apabila nilai
statistiknya berada pada daerah dimana H0 ditolak. sebaliknya disebut tidak
signifikan bila nilai uji statistiknya berada pada daerah dimana H0 diterima.
3.6.1
Uji Statistik t
Uji signifikansi parameter induvidual (uji t) pada dasarnya menunjukkan
KHAIRIL ANWAR : ANALISIS DETERMINAN PENGELUARAN KONSUMSI RUMAH TANGGA MASYARAKAT MISKIN
DI KABUPATEN ACEH UTARA, 2008.
USU e-Repository 2008
Quick look. Bila jumlah degree of freedom (df) adalah 20 atau lebih, dan
derajad kepercayaan sebesar 5%, maka H0 yang menyatakan bi=0 dapat
ditolak bila nilai t lebih besar dari 2 (dalam nilai absolut). Dengan kata lain
menerima hipotesis alternatif.
3.6.2
Uji Statistik F
Uji signifikansi simultan pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel
KHAIRIL ANWAR : ANALISIS DETERMINAN PENGELUARAN KONSUMSI RUMAH TANGGA MASYARAKAT MISKIN
DI KABUPATEN ACEH UTARA, 2008.
USU e-Repository 2008
terhadap variabel dependen. Hipotesis nol (H0) yang hendak diuji apakah semua
parameter dalam model penelitian ini sama dengan nol, atau:
H0 : b1 = b2 = b3 = 0
Artinya, apakah semua variabel independen bukan merupakan penjelas yang
signifikan terhadap variabel dependen. Hipotesis alternatif (Ha), tidak semua
parameter penelitian ini secara simultan sama dengan nol, atau:
Ha : b1 b2 b3 0
Artinya, semua variabel independen secara simultan merupakan penjelas
yang signifikan terhadap variabel dependen.
Menurut Kuncoro (2004) cara melakukan uji F adalah sebagai berikut:
Quick look. Bila nilai F lebih besar daripada 4 maka H0 yang menyatakan b1
= b2 = b3 = 0 dapat ditolak pada derajad kepercayaan sebesar 5%, Dengan
kata lain menerima hipotesis alternatif.
3.7
KHAIRIL ANWAR : ANALISIS DETERMINAN PENGELUARAN KONSUMSI RUMAH TANGGA MASYARAKAT MISKIN
DI KABUPATEN ACEH UTARA, 2008.
USU e-Repository 2008
3.7.1
Uji Multikolinearitas
Istilah
multikolinearitas
mula-mula
ditemukan
oleh
Ragnar
Frisch.
R
3.7.2
4 , 23
(3.4)
Uji Heterokedastisitas
Asumsi penting dalam model regresi linear klasik adalah bahwa variansi tiap
unsur disturbance tergantung pada nilai yang dipilih dari variabel yang menjelaskan,
KHAIRIL ANWAR : ANALISIS DETERMINAN PENGELUARAN KONSUMSI RUMAH TANGGA MASYARAKAT MISKIN
DI KABUPATEN ACEH UTARA, 2008.
USU e-Repository 2008
adalah suatu angka konstan yang sama dengan 2. Ini adalah asumsi
homokedastisitas yaitu variansi yang sama (Gujarati, 1978). Dengan menggunakan
rumus:
E (u i ) = 2
2
i = 1,2,.......N
(3.5)
(3.6)
2
i
var 2
X
=
( X )
2
2 2
(3.7)
KHAIRIL ANWAR : ANALISIS DETERMINAN PENGELUARAN KONSUMSI RUMAH TANGGA MASYARAKAT MISKIN
DI KABUPATEN ACEH UTARA, 2008.
USU e-Repository 2008
i 2 = 2 X i ev
(3.8)
atau,
ln i = ln 2 + ln X i + vi
2
(3.9)
= + ln X i + vi
(3.10)
Jika ternyata signifikan secara statistik, ini akan menyarankan bahwa dalam
data terdapat heterokedastisitas. Apabila ternyata tidak signifikan berarti menerima
asumsi homokedastisitas.
KHAIRIL ANWAR : ANALISIS DETERMINAN PENGELUARAN KONSUMSI RUMAH TANGGA MASYARAKAT MISKIN
DI KABUPATEN ACEH UTARA, 2008.
USU e-Repository 2008
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
4.1.1
Cluster Pesisir
Matang Lada adalah salah satu desa dari 33 desa yang berada dalam wilayah
administrasi Kecamatan Seunudon. Pada saat bencana Tsunami melanda Aceh,
Matang Lada termasuk salah satu desa dari 6 desa yang berada dalam Kecamatan
Seunudon yang terkena dampak langsung Tsunami. Daerahnya yang berada di pesisir
pantai dengan ketinggian hanya 6 meter di atas permukaan laut membuat daerah ini
termasuk daerah dengan dataran rendah. Pada saat terjadi tsunami tanggal 26
Desember 2004 setidaknya 10 orang warganya meninggal dunia, 1 orang dinyatakan
hilang, dan 707 orang harus mengungsi karena rumahnya hilang maupun rusak
parah.
Jumlah penduduk Matang Lada sampai saat ini berjumlah 809 orang terbagi
atas 154 Kepala Keluarga (KK) atau rata-rata 5 orang per KK, dengan perincian 402
laki-laki dan 407 perempuan. Dari 154 KK ini 82 KK termasuk dalam katagori
keluarga miskin. Dari segi penerangan, desa ini sudah termaduk dalam katagori baik
karena 102 KK memiliki sumber penerangan dari PLN. Tingkat kepadatan penduduk
KHAIRIL ANWAR : ANALISIS DETERMINAN PENGELUARAN KONSUMSI RUMAH TANGGA MASYARAKAT MISKIN
DI KABUPATEN ACEH UTARA, 2008.
USU e-Repository 2008
desa Matang Lada adalah 139 orang per Km2. Mata pencaharian penduduk pada
umumnya sebagai nelayan, selain itu juga ada beberapa sektor lain seperti pertanian
tanaman pangan dan juga peternakan.
Tabel 4.1
Jumlah Penduduk dan Keluarga Miskin di Desa Matang Lada dan Teupin Kuyun
Kecamatan Seunudon Kabupaten Aceh Utara
URAIAN
1. Total penduduk
Laki-laki
Perempuan
2. Jumlah KK
3. Jumlah KK Miskin
4. Jumlah KK yang memiliki kartu miskin
5. Kepadatan penduduk (per Km2)
Sumber: Hasil Penelitian (data diolah), 2007
DESA/KELURAHAN
Teupin
Matang Lada
Kuyun
589
809
292
402
297
407
133
154
67
82
12
14
160
139
Sebagaimana desa Matang Lada, desa Teupin Kuyun juga salah satu desa dari
33 desa yang berada dalam wilayah administrasi Kecamatan Seunudon. Pada saat
bencana Tsunami melanda Aceh, Teupin Kuyun termasuk salah satu desa dari 6 desa
yang berada dalam Kecamatan Seunudon yang terkena dampak langsung Tsunami.
Daerahnya yang berada di pesisir pantai dengan ketinggian hanya 3 meter di atas
permukaan laut membuat daerah ini termasuk daerah dengan dataran rendah. Pada
saat terjadi tsunami setidaknya 51 orang warganya meninggal dunia, 2 orang
dinyatakan hilang, dan 830 orang harus mengungsi karena rumahnya hilang maupun
rusak parah.
KHAIRIL ANWAR : ANALISIS DETERMINAN PENGELUARAN KONSUMSI RUMAH TANGGA MASYARAKAT MISKIN
DI KABUPATEN ACEH UTARA, 2008.
USU e-Repository 2008
Jumlah penduduk Teupin Kuyun sampai saat ini berjumlah 589 orang terbagi
atas 133 KK atau rata-rata 4 orang per KK, dengan perincian 292 laki-laki dan 297
perempuan. Dari 133 KK ini 67 KK termasuk dalam katagori keluarga miskin. Dari
segi penerangan, desa ini termasuk dalam katagori tertinggal karena hanya 8 KK saja
yang memiliki sumber penerangan dari PLN. Tingkat kepadatan penduduk desa
Teupin Kuyun adalah 160 orang per Km2, hal ini dikarenakan luas daerahnya juga
relatif lebih kecil. Mata pencaharian penduduk pada umumnya sebagai nelayan,
selain itu juga ada beberapa sektor lain seperti pertanian tanaman pangan dan juga
peternakan.
Matang Sijuk Barat adalah salah satu desa dari 26 desa yang berada dalam
wilayah administrasi Kecamatan Baktiya Barat. Walaupun pada saat bencana
Tsunami melanda Aceh, Matang Matang Sijuk Barat tidak termasuk desa yang
terkena dampak langsung, Namun secara tidak langsung banyak warganya menjadi
korban, karena sebagian penduiduk bekerja sebagai nelayan. Daerahnya yang berada
di pesisir pantai dengan ketinggian hanya 2 meter di atas permukaan laut membuat
daerah ini termasuk daerah dengan dataran rendah.
Jumlah penduduk Matang Sijuk Barat sampai saat ini berjumlah 938 orang
terbagi atas 182 KK atau rata-rata 5 orang per KK, dengan perincian 448 laki-laki
dan 490 perempuan. Dari 182 KK ini hanya 36 KK yang termasuk dalam katagori
keluarga miskin. Dari segi penerangan, desa ini sudah termasuk dalam katagori baik
karena 168 KK memiliki sumber penerangan dari PLN. Tingkat kepadatan penduduk
desa Matang Sijuk Barat adalah 171 orang per Km2. Mata pencaharian penduduk
KHAIRIL ANWAR : ANALISIS DETERMINAN PENGELUARAN KONSUMSI RUMAH TANGGA MASYARAKAT MISKIN
DI KABUPATEN ACEH UTARA, 2008.
USU e-Repository 2008
pada umumnya sebagai nelayan, selain itu juga ada beberapa sektor lain seperti
pertanian tanaman pangan dan juga peternakan, dan juga sektor jasa.
Tabel 4.2
Jumlah Penduduk dan Keluarga Miskin di Desa Matang Sijuk Barat dan
Paya Bateung Kecamatan Baktiya Barat Kabupaten Aceh Utara
URAIAN
1. Total penduduk
Laki-laki
Perempuan
2. Jumlah KK
3. Jumlah KK Miskin
4. Jumlah KK yang memiliki kartu miskin
5. Kepadatan penduduk (per Km2)
Sumber: Hasil Penelitian (data diolah), 2007
DESA/KELURAHAN
Matang
Paya
Sijuk Barat
Bateung
206
938
75
448
131
490
36
182
15
36
4
6
129
171
Desa Paya Bateung juga salah satu desa dari 26 desa yang berada dalam
wilayah administrasi Kecamatan Baktiya Barat. Pada saat bencana Tsunami melanda
Aceh, Paya Bateung merupakan satu dari dua desa yang berada dalam Kecamatan
Baktiya Barat yang terkena dampak langsung Tsunami. Jumlah korban jiwa
sebanyak 7 orang. Daerahnya yang berada di pesisir pantai dengan ketinggian hanya
1 meter di atas permukaan laut membuat daerah ini termasuk daerah dengan dataran
sangat rendah.
Jumlah penduduk desa Paya Bateung sampai saat ini hanya berjumlah 206
orang terbagi atas 36 KK atau rata-rata 6 orang per KK, komposisi penduduk
perempuan lebih dominan dibandingkan dengan laki-laki, dengan perincian 75 lakilaki dan 131 perempuan. Dari 36 KK ini 15 KK (41,67%) termasuk dalam katagori
KHAIRIL ANWAR : ANALISIS DETERMINAN PENGELUARAN KONSUMSI RUMAH TANGGA MASYARAKAT MISKIN
DI KABUPATEN ACEH UTARA, 2008.
USU e-Repository 2008
keluarga miskin. Dari segi penerangan, desa ini termasuk dalam katagori cukup baik
karena hanya 6 KK yang belum memiliki penerangan dari PLN, selebihnya 30 KK
telah memiliki sumber penerangan dari PLN. Tingkat kepadatan penduduk desa Paya
Bateung adalah 129 orang per Km2. Mata pencaharian penduduk pada umumnya
sebagai nelayan, selain itu juga ada beberapa sektor lain seperti pertanian tanaman
pangan dan juga peternakan.
Kuala Cangkoi adalah salah satu desa dari 29 desa yang berada dalam
wilayah administrasi Kecamatan Tanah Pasir. Pada saat terjadi tsunami setidaknya
96 orang warganya meninggal dunia, 3 orang dinyatakan hilang, dan 1.240 orang
harus mengungsi karena rumahnya hilang maupun rusak parah. Daerahnya yang
berada di pesisir pantai dengan ketinggian hanya 1 meter di atas permukaan laut
membuat daerah ini termasuk daerah dengan dataran sangat rendah.
Jumlah penduduk Kuala Cangkoi sampai saat ini berjumlah 1.741 orang
terbagi atas 349 KK atau rata-rata 5 orang per KK, dengan perincian 870 laki-laki
dan 871 perempuan. Dari 349 KK ini hanya 95 KK (27,22%) yang termasuk dalam
katagori keluarga miskin. Dari segi penerangan, desa ini sudah termasuk dalam
katagori kurang baik karena hanya 122 KK (34,96%) memiliki sumber penerangan
dari PLN. Tingkat kepadatan penduduk desa Kuala Cangkoi adalah 829 orang per
Km2, hal ini disebabkan luas daerah Kuala Cangkoi relatif kecil. Mata pencaharian
penduduk sangat beranekaragam, namun pada umumnya sebagai nelayan, selain itu
juga ada beberapa sektor lain seperti pertanian tanaman pangan dan juga peternakan,
budidaya perikanan, dan juga sektor jasa.
KHAIRIL ANWAR : ANALISIS DETERMINAN PENGELUARAN KONSUMSI RUMAH TANGGA MASYARAKAT MISKIN
DI KABUPATEN ACEH UTARA, 2008.
USU e-Repository 2008
Tabel 4.3
Jumlah Penduduk dan Keluarga Miskin di Desa Kuala Cangkoi dan
Matang Janeng Kecamatan Tanah Pasir Kabupaten Aceh Utara
URAIAN
1. Total penduduk
Laki-laki
Perempuan
2. Jumlah KK
3. Jumlah KK Miskin
4. Jumlah KK yang memiliki kartu miskin
5. Kepadatan penduduk (per Km2)
Sumber: Hasil Penelitian (data diolah), 2007
DESA/KELURAHAN
Kuala
Matang
Cangkoi
Janeng
435
1.741
194
870
241
871
90
349
33
95
11
85
219
829
Desa Matang Janeng juga salah satu desa dari 29 desa yang berada dalam
wilayah administrasi Kecamatan Baktiya Barat. Daerahnya yang berada di pesisir
pantai dengan ketinggian hanya 1 meter di atas permukaan laut membuat daerah ini
termasuk daerah dengan dataran sangat rendah dan sangat rentan terjadi genangan
pada saat air laut pasang. Pada saat terjadi tsunami setidaknya 5 orang warganya
meninggal dunia, 2 orang dinyatakan hilang, dan 358 orang harus mengungsi karena
rumahnya hilang maupun rusak parah.
Jumlah penduduk desa Matang Janeng sampai saat ini berjumlah 435 orang
terbagi atas 90 KK atau rata-rata 5 orang per KK, komposisi penduduk perempuan
lebih banyak dibandingkan dengan laki-laki, dengan perincian 194 orang (44,6%)
laki-laki dan 131 orang (45,4%) perempuan. Dari 90 KK ini 33 KK (36,67%)
termasuk dalam katagori keluarga miskin. Dari segi penerangan, desa ini termasuk
dalam katagori kurang baik karena hanya 30 KK (33,33%) yang telah memiliki
sumber penerangan dari PLN. Tingkat kepadatan penduduk desa Matang Janeng
KHAIRIL ANWAR : ANALISIS DETERMINAN PENGELUARAN KONSUMSI RUMAH TANGGA MASYARAKAT MISKIN
DI KABUPATEN ACEH UTARA, 2008.
USU e-Repository 2008
adalah 219 orang per Km2. Mata pencaharian penduduk pada umumnya sebagai
nelayan, selain itu juga ada beberapa sektor lain seperti pertanian tanaman pangan
dan juga peternakan, dan budidaya perikanan.
Desa Tanoh Anoe merupakan salah satu desa dari 24 desa yang berada dalam
wilayah administrasi Kecamatan Muara Batu. Daerahnya yang berada di pesisir
pantai dengan ketinggian hanya 3 meter di atas permukaan laut membuat daerah ini
termasuk daerah dengan dataran rendah. Pada saat terjadi tsunami setidaknya 202
orang warganya meninggal dunia, 21 orang dinyatakan hilang, dan 662 orang harus
mengungsi karena rumahnya hilang maupun rusak parah.
Jumlah penduduk desa Tanoh Anoe sampai saat ini berjumlah 699 orang
terbagi atas 180 KK atau rata-rata 4 orang per KK, komposisi penduduk perempuan
lebih banyak dibandingkan dengan laki-laki, dengan perincian 307 orang (43,92%)
laki-laki dan 392 orang (46,08%) perempuan. Dari 180 KK tersebut, 169 KK
(93,89%) termasuk dalam katagori keluarga miskin. Hal ini menunjukkan bahwa
desa Tanoh Anoe termasuk salah satu kantong kemiskinan di Kabupaten Aceh Utara.
Dari segi penerangan, desa ini termasuk dalam katagori baik karena
154 KK
(85,56%) yang telah memiliki sumber penerangan dari PLN. Tingkat kepadatan
penduduk desa Tanoh Anoe adalah 215 orang per Km2. Mata pencaharian penduduk
pada umumnya sebagai nelayan, selain itu juga ada beberapa sektor lain seperti
pertanian tanaman pangan dan juga peternakan, dan budidaya perikanan.
KHAIRIL ANWAR : ANALISIS DETERMINAN PENGELUARAN KONSUMSI RUMAH TANGGA MASYARAKAT MISKIN
DI KABUPATEN ACEH UTARA, 2008.
USU e-Repository 2008
Tabel 4.4
Jumlah Penduduk dan Keluarga Miskin di Desa Tanoh Anoe dan
Pante Gurah Kecamatan Muara Batu Kabupaten Aceh Utara
URAIAN
1. Total penduduk
Laki-laki
Perempuan
2. Jumlah KK
3. Jumlah KK Miskin
4. Jumlah KK yang memiliki kartu miskin
5. Kepadatan penduduk (per Km2)
Sumber: Hasil Penelitian (data diolah), 2007
DESA/KELURAHAN
Tanoh Anoe Pante Gurah
762
699
378
307
384
392
161
180
149
169
52
46
256
215
Desa Pante Gurah juga merupakan salah satu desa dari 24 desa yang berada
dalam wilayah administrasi Kecamatan Muara Batu. Daerahnya yang berada di
pesisir pantai dengan ketinggian hanya 4 meter di atas permukaan laut membuat
daerah ini termasuk daerah dengan dataran rendah. Memang pada saat tsunami desa
ini tidak termasuk desa yang parah diterjang tsunami, namun 4 orang warganya
meninggal dunia, dan 594 warganya harus mengungsi dari tempat tinggalnya di
pinggir pantai.
Dari segi jumlah penduduk, desa Tanoh Anoe sampai saat ini berjumlah 762
orang terbagi atas 161 KK atau rata-rata 5 orang per KK, sebagaimana desa Tanoh
Anoe, pada desa Pante Gurah juga dijumpai komposisi penduduk perempuan lebih
banyak dibandingkan dengan laki-laki, dengan perincian 378 orang (49,61%) lakilaki dan 384 orang (50,39%) perempuan. Dari 161 KK tersebut, 149 KK (92,55%)
termasuk dalam katagori keluarga miskin. Hal ini menunjukkan bahwa desa Pante
Gurah juga termasuk salah satu kantong kemiskinan di Kabupaten Aceh Utara. Dari
KHAIRIL ANWAR : ANALISIS DETERMINAN PENGELUARAN KONSUMSI RUMAH TANGGA MASYARAKAT MISKIN
DI KABUPATEN ACEH UTARA, 2008.
USU e-Repository 2008
segi penerangan, desa ini termasuk dalam katagori baik karena 154 KK (95,65%)
yang telah memiliki sumber penerangan dari PLN. Tingkat kepadatan penduduk desa
Pante Gurah adalah 256 orang per Km2. Mata pencaharian penduduk pada umumnya
sebagai nelayan, selain itu juga ada beberapa sektor lain seperti pertanian tanaman
pangan dan juga peternakan, dan budidaya perikanan.
4.1.2
Cluster Perkotaan
Keude (pasar) Panton Labu salah satu desa yang sudah masuk dalam katagori
perkotaan, namun karena proses administrasi belum berjalan di Aceh pasca konflik
bersenjata, status Keude Panton Labu masih dalam bentuk desa, padahal sudah
selayaknya disebut Kelurahan.
Penduduk Keude Panton Labu pada umumnya bekerja pada sektor
perdagangan dan jasa. Setidaknya dalam kota Panton Labu ada 365 toko permanen,
selain itu juga ada terminal Bus baik yang trayek Antar Kota Dalam Provinsi
(AKDP) maupun Antar Kota Antar Provinsi (AKAP), fasilitas pajak sayur dan pajak
ikan, Mesjid Raya Pasee dan fasilitas perkotaan lainnya.
KHAIRIL ANWAR : ANALISIS DETERMINAN PENGELUARAN KONSUMSI RUMAH TANGGA MASYARAKAT MISKIN
DI KABUPATEN ACEH UTARA, 2008.
USU e-Repository 2008
Jumlah penduduk Keude Panton Labu 2.708 orang terdiri dari 1.393 orang
(51,44%) laki-laki, dan sisanya 1.315 orang (48,56%) perempuan. Dari jumlah
penduduk tersebut tersebar pada 903 KK. Sebagai sebuah desa perkotaan, di Keude
Panton Labu juga masih banyak dijumpai keluarga miskin yang mencapai 345 KK
atau 38,21 persen dari jumlah KK yang terdaftar. Sebagian besar keluarga miskin ini
memang telah memiliki kartu miskin yang mencapai 205 KK, namun masih ada
sekitar 140 KK yang tidak memiliki kartu miskin.
Tabel 4.5
Jumlah Penduduk dan Keluarga Miskin di Desa Panton Labu dan
Ceumpeudak Kecamatan Tanah Jambo Aye Kabupaten Aceh Utara
URAIAN
1. Total penduduk
Laki-laki
Perempuan
2. Jumlah KK
3. Jumlah KK Miskin
4. Jumlah KK yang memiliki kartu miskin
5. Kepadatan penduduk (per Km2)
Sumber: Hasil Penelitian (data diolah), 2007
DESA/KELURAHAN
Panton Labu Ceumpeudak
1.449
2.708
702
1.393
747
1.315
364
903
180
345
54
205
264
435
2. Desa Ceupeudak
Desa Ceumpeudak termasuk salah satu desa perkotaan yang berada dalam
wilayah administrasi Kecamatan Tanah Jambo Aye. Untuk mencapai desa ini hanya
berjarak 3 Km dari Keude Panton Labu arah Kota Lhokseumawe. Sebagian besar
penduduk bekerja pada sektor perdagangan, sektor jasa, pertanian, dan berbagai jenis
aktivitas ekonomi lainnya.
Dari segi kependudukan jumlah penduduk mencapai 1.449 orang yang terdiri
dari 702 orang (48,45%) laki-laki, dan 747 orang (51,55%) perempuan. Dari 364 KK
KHAIRIL ANWAR : ANALISIS DETERMINAN PENGELUARAN KONSUMSI RUMAH TANGGA MASYARAKAT MISKIN
DI KABUPATEN ACEH UTARA, 2008.
USU e-Repository 2008
yang terdaftar di desa ini, 180 KK (49,45%) tergolong dalam keluarga miskin.
Aktivitas ekonomi keluarga miskin ini pada umumnya bekerja sebagai buruh tani
yang mencapai 12,6 persen.
KHAIRIL ANWAR : ANALISIS DETERMINAN PENGELUARAN KONSUMSI RUMAH TANGGA MASYARAKAT MISKIN
DI KABUPATEN ACEH UTARA, 2008.
USU e-Repository 2008
mempunyai kartu miskin. Tingkat kepadatan penduduk Keude Lhok Sukon 442
orang per Km2.
Tabel 4.6
Jumlah Penduduk dan Keluarga Miskin di Kelurahan Lhok Sukon dan
Desa Meunasah Dayah Kecamatan Lhok Sukon Kabupaten Aceh Utara
URAIAN
1. Total penduduk
Laki-laki
Perempuan
2. Jumlah KK
3. Jumlah KK Miskin
4. Jumlah KK yang memiliki kartu miskin
5. Kepadatan penduduk (per Km2)
Sumber: Hasil Penelitian (data diolah), 2007
DESA/KELURAHAN
Meunasah
Lhok Sukon
Dayah
1.600
2.969
813
1.464
787
1.505
409
980
57
607
54
386
218
442
Desa Meunasah Dayah termasuk salah satu desa perkotaan yang berada
dalam wilayah administrasi Kecamatan Lhok Sukon. Sebagian besar penduduk
bekerja pada sektor perdagangan, sektor jasa, pertanian, dan berbagai jenis aktivitas
ekonomi lainnya.
Dari segi kependudukan jumlah penduduk mencapai 1.600 orang yang terdiri
dari 813 orang (50,81%) laki-laki, dan 787 orang (49,19%) perempuan. Dari 409 KK
yang terdaftar di desa ini, hanya 57 KK (13,94%) tergolong dalam keluarga miskin.
Aktivitas ekonomi keluarga miskin ini pada umumnya bekerja sebagai buruh tani,
buruh bangunan, dan berbagai aktivitas ekonomi lainnya.
Berdasarkan data yang ditampilkan pada tabel 4.6 menunjukkan bahwa selain
jumlah keluarga miskin yang relatif kecil, juga sebagian besar telah memiliki kartu
KHAIRIL ANWAR : ANALISIS DETERMINAN PENGELUARAN KONSUMSI RUMAH TANGGA MASYARAKAT MISKIN
DI KABUPATEN ACEH UTARA, 2008.
USU e-Repository 2008
miskin yang sangat berguna dalam menggunakan fasilitas umum untuk masyarakat
miskin seperti untuk berobat, pendidikan anak, maupun untuk menerima transfer
bagi keluarga miskin dari pemerintah (misalnya Bantuan Langsung Tunai BLT).
Keude Geudong salah satu desa yang sudah masuk dalam katagori perkotaan
yang berada dalam wilayah administrasi Kecamatan Samudera. Keude Geudong
termasuk salah satu pasar terpadat, hal ini karena konsentrasi pasar yang persis
berada di pinggir jalan Negara ditambah lagi luas pasar yang relatif sempit. Sebagai
pusat pasar yang maju aktivitas ekonomi penduduknya didominasi pada sektor
perdagangan dan jasa.
Jumlah penduduk Keude Geudong 1.139 orang terdiri dari 543 orang
(47,67%) laki-laki, dan sisanya 596 orang (52,33%) perempuan. Dari jumlah
penduduk tersebut tersebar pada 380 KK. Sebagai sebuah desa perkotaan, di Keude
Geudong juga masih banyak dijumpai keluarga miskin yang mencapai 133 KK atau
35 persen dari jumlah KK yang terdaftar. Sebagian besar keluarga miskin ini
memang telah memiliki kartu miskin yang mencapai 112 KK (84,21%), namun
masih ada sekitar 21 KK yang tidak memiliki kartu miskin. Data tentang jumlah
penduduk dan keluarga miskin di Desa Keude Geudong dan Blang Peuria
Kecamatan Samudera Kabupaten Aceh Utara sebagaimana disajikan pada tabel 4.7
di bawah ini.
KHAIRIL ANWAR : ANALISIS DETERMINAN PENGELUARAN KONSUMSI RUMAH TANGGA MASYARAKAT MISKIN
DI KABUPATEN ACEH UTARA, 2008.
USU e-Repository 2008
Tabel 4.7
Jumlah Penduduk dan Keluarga Miskin di Desa Keude Geudong dan
Blang Peuria Kecamatan Samudera Kabupaten Aceh Utara
URAIAN
1. Total penduduk
Laki-laki
Perempuan
2. Jumlah KK
3. Jumlah KK Miskin
4. Jumlah KK yang memiliki kartu miskin
5. Kepadatan penduduk (per Km2)
Sumber: Hasil Penelitian (data diolah), 2007
DESA/KELURAHAN
Keude
Blang Peuria
Geudong
1.476
1.139
730
543
746
596
369
380
129
133
88
112
422
472
Desa Blang Peuria termasuk salah satu desa perkotaan yang berada dalam
wilayah administrasi Kecamatan Samudera. Sebagian besar penduduk Blang Peuria
bekerja pada sektor perdagangan, sektor jasa, pertanian tanaman pangan, dan
berbagai jenis aktivitas ekonomi lainnya.
Jumlah penduduk Blang Peuria mencapai 1.476 orang yang terdiri dari 730
orang (49,46%) laki-laki, dan 746 orang (50,54%) perempuan. Komposisi penduduk
tersebut menunjukkan bahwa jumlah penduduk Blang Peuria lebih banyak di
bandingkan dengan penduduk Keude Geudong. Dari 369 KK yang terdaftar di desa
ini, 129 KK (34,96%) tergolong dalam keluarga miskin. Aktivitas ekonomi keluarga
miskin ini pada umumnya bekerja sebagai buruh tani, buruh bangunan, dan berbagai
aktivitas ekonomi lainnya.
KHAIRIL ANWAR : ANALISIS DETERMINAN PENGELUARAN KONSUMSI RUMAH TANGGA MASYARAKAT MISKIN
DI KABUPATEN ACEH UTARA, 2008.
USU e-Repository 2008
Keude Krueng Geukueh merupakan salah satu desa yang sudah cukup maju,
secara administrasi berada dalam Kecamatan Dewantara. Dekade tahun 1990-an
Keude Krueng Geukueh sangat maju karena berada dalam lingkungan Perusahaan
Vital yang beroperasi di Aceh Utara, antara lain; PT PIM, PT Exxon Mobil Oil
Indonesia Inc, PT Asean, PT KKA dan beberapa perusahaan lainnya. Walaupun
beroperasi perusahaan vital sudah belasan tahun namun perhatian terhadap
masyarakat miskin di daerah ini seperti terabaikan.
Jumlah penduduk Keude Lhok Sukon saat ini tercatat 3.867 orang, dimana
1.926 orang (49,81%) berjenis kelamin laki-laki, sisanya 1.941 orang (50,19%)
berjenis kelamin perempuan. Sebagai salah satu kota yang relatif besar dan menjadi
pusat pasar bagi masyarakat desa sekitarnya terutama masyarakat yang berada di
Kecamatan Nisam dan Sawang. Sebagian besar penduduk Keude Krueng Geukueh
bekerja pada sektor perdagangan dan jasa, namun tidak sedikit pula yang
mengembangkan industri kecil rumah tangga yang memproduksi berbagai jenis
barang untuk kebutuhan lokal maupun juga di perdagangkan ke daerah lain.
Penduduk yang mencapai 3.867 terbagi atas 1.289 KK atau rata-rata ukuran
keluarga (family size) adalah 3 orang per keluarga. Dari jumlah keluarga tersebut,
hanya 45 KK (3,49%) masih tergolong sebagai keluarga miskin, dan semua
penduduk miskin ini telah memiliki kartu miskin dari pihak terkait. Tingkat
kepadatan penduduk Keude Krueng Geukueh 864 orang per Km2 menjadikan daerah
ini termasuk yang terpadat penduduknya di Aceh Utara.
KHAIRIL ANWAR : ANALISIS DETERMINAN PENGELUARAN KONSUMSI RUMAH TANGGA MASYARAKAT MISKIN
DI KABUPATEN ACEH UTARA, 2008.
USU e-Repository 2008
Tabel 4.8
Jumlah Penduduk dan Keluarga Miskin di Desa Keude Krueng Geukueh dan
Tambon Tunong Kecamatan Dewantara Kabupaten Aceh Utara
URAIAN
1. Total penduduk
Laki-laki
Perempuan
2. Jumlah KK
3. Jumlah KK Miskin
4. Jumlah KK yang memiliki kartu miskin
5. Kepadatan penduduk (per Km2)
Sumber: Hasil Penelitian (data diolah), 2007
DESA/KELURAHAN
Krueng
Tambon
Geukueh
Tunong
3.797
3.867
1.903
1.926
1.894
1.941
948
1.289
682
45
512
45
732
864
Selain Keude Krueng Geukueh, desa lain yang menjadi objek penelitian ini
yang berada dalam wilayah administrasi Kecamatan Dewantara adalah desa Tambon
Tunong. Desa Tambon Tunong termasuk salah satu desa perkotaan, sebagian besar
penduduk bekerja pada sektor perdagangan, sektor jasa, karyawan pabrik, PNS,
TNI/POLRI, pertanian, dan berbagai jenis aktivitas ekonomi lainnya.
Berdasarkan data pada tabel 4.8 jumlah penduduk mencapai 3.797 orang yang
terdiri dari 1.903 orang (50,12%) laki-laki, dan 1.894 orang (49,88%) perempuan.
Dari 948 KK yang terdaftar di desa Tambon Tunong, 684 KK (72,15%) tergolong
dalam keluarga miskin. Aktivitas ekonomi keluarga miskin ini pada umumnya
bekerja sebagai buruh tani, buruh bangunan, buruh pabrik, nelayan dan berbagai
aktivitas ekonomi lainnya.
4.1.3
Cluster Pedalaman
KHAIRIL ANWAR : ANALISIS DETERMINAN PENGELUARAN KONSUMSI RUMAH TANGGA MASYARAKAT MISKIN
DI KABUPATEN ACEH UTARA, 2008.
USU e-Repository 2008
pertanian dan juga perkebunan, relatif butuh waktu yang lama untuk mencapai desa
tersebut karena memang letaknya yang sangat jauh dari pusat kota maupun jalan
Negara. Pada saat konflik memanas di Aceh banyak warga pedalaman yang menjadi
korban para pihak yang bertikai.
Desa Meunasah Blang adalah salah satu desa pedalaman di Aceh Utara.
Secara administratif desa ini masuk dalam wilayah Kecamatan Langkahan yang
berada di wilayah Timur Kabupaten Aceh Utara dan berbatasan langsung dengan
Kabupaten Aceh Timur. Untuk mencapai desa Meunasah Blang butuh waktu
perjalanan dengan sepeda motor sekitar 2 jam dari Simpang Lueng Angen
Kecamatan Pante Bidari Aceh Timur.
Sebagaimana data yang ditampilkan pada tabel 4.9 di bawah ini, jumlah
penduduk desa Meunasah Blang 377 jiwa dari 95 KK dengan perincian; 194 jiwa
(51,46%) laki-laki, dan sisanya 183 orang (48,54%) perempuan. Dari 95 KK tersebut
88 KK masih hidup di bawah garis kemiskinan. Sulitnya akses ke pusat perkotaan
menyebabkan hanya 16 KK (18,18%) dari keluarga miskin ini yang memiliki kartu
miskin. Sebagian besar aktivitas ekonomi penduduk miskin menjadi petani,
penggarap lading, buruh perkebunan, dan berbagai aktivitas ekonomi lainnya. Ratarata kepadatan penduduk di desa ini 104 orang per Km2.
KHAIRIL ANWAR : ANALISIS DETERMINAN PENGELUARAN KONSUMSI RUMAH TANGGA MASYARAKAT MISKIN
DI KABUPATEN ACEH UTARA, 2008.
USU e-Repository 2008
Tabel 4.9
Jumlah Penduduk dan Keluarga Miskin di Desa Meunasah Blang dan
Krueng Lingka Kecamatan Langkahan Kabupaten Aceh Utara
URAIAN
1. Total penduduk
Laki-laki
Perempuan
2. Jumlah KK
3. Jumlah KK Miskin
4. Jumlah KK yang memiliki kartu miskin
5. Kepadatan penduduk (per Km2)
Sumber: Hasil Penelitian (data diolah), 2007
DESA/KELURAHAN
Meunasah
Krueng
Blang
Lingka
700
377
354
194
346
183
144
95
132
88
12
16
124
104
Desa Krueng Lingka adalah salah satu desa yang secara administratif masuk
dalam wilayah Kecamatan Langkahan yang berada di wilayah Timur Kabupaten
Aceh Utara dan berbatasan langsung dengan Kabupaten Aceh Timur. Sebagaimana
menjangkau desa Meunasah Blang, untuk mencapai desa Krueng Lingka butuh
waktu perjalanan dengan sepeda motor sekitar 4 jam dan juga penyeberangan sungai,
dari Simpang Lueng Angen Kecamatan Pante Bidari Aceh Timur.
Sebagaimana data yang ditampilkan pada tabel 4.9 di atas, jumlah penduduk
desa Krung Lingka 700 orang yang terbagi dalam 144 KK dengan perincian; 354
jiwa (50,57%) laki-laki, dan sisanya 346 orang (49,43%) perempuan. Dari 144 KK
tersebut 132 KK (91,67%) masih hidup di bawah garis kemiskinan. Sulitnya akses ke
pusat perkotaan menyebabkan dari sekian banyak keluarga yang hidup miskin, hanya
12 KK (9,09%) dari keluarga miskin ini yang memiliki kartu miskin.
Sebagian besar aktivitas ekonomi penduduk miskin menjadi petani,
penggarap ladang, buruh perkebunan, dan berbagai aktivitas ekonomi lainnya.
KHAIRIL ANWAR : ANALISIS DETERMINAN PENGELUARAN KONSUMSI RUMAH TANGGA MASYARAKAT MISKIN
DI KABUPATEN ACEH UTARA, 2008.
USU e-Repository 2008
Sebagian besar komoditas pertanian yang dihasilkan dari daerah ini adalah pinang,
coklat, kelapa sawit, dan juga karet. Rata-rata kepadatan penduduk di desa ini 104
orang per Km2, dengan ketinggian mencapai 250 300 meter di atas permukaan laut.
Batu XII atau di kalangan masyarakat Aceh lebih dikenal Batee Dua Blah
termasuk salah satu desa dalam kecamatan Cot Girek. Untuk menjangkau desa Batu
XII butuh waktu 3 jam perjalanan dengan sepeda motor dari Keude Lhok Sukon.
Topografi daerah berbukit dan sedikit pegunungan, karena lokasinya yang berada
pada ketinggian 340 meter di atas permukaan laut.
Aktivitas ekonomi penduduk didominasi sektor pertanian dan perkebunan.
Beberapa komoditi unggulan dari desa ini berupa kelapa sawit dan karet.
Pengembangan perkebunan kelapa sawit di dukung dengan adanya pabrik
pengolahan kelapa sawit di Cot Girek. Bagi masyarakat miskin yang tidak memiliki
lahan, pada umumnya bekerja sebagai buruh tani, buruh perkebunan (misalnya
penderes getah karet, pendodos tongkol kelapa sawit), dan juga buruh pabrik.
Sebagai desa di pedalaman yang sangat sulit untuk akses dengan perkotaan,
desa Batu XII memiliki penduduk yang cukup banyak, komposisi penduduk juga
sangat heterogen, selain warga masyarakat Aceh juga terdapat komunitas Jawa.
Walaupun pada saat konflik memanas, beberapa warga dari etnis Jawa sempat
eksodus keluar dari Aceh.
Sampai awal tahun 2007 jumlah penduduk Batu XII telah mencapai 1.116
orang dari 223 KK, dengan perincian 574 orang (51,43%) laki-laki, dan 542 orang
(48,57%). Rata-rata setiap keluarga di desa Batu XII berjumlah 5 orang, dengan
KHAIRIL ANWAR : ANALISIS DETERMINAN PENGELUARAN KONSUMSI RUMAH TANGGA MASYARAKAT MISKIN
DI KABUPATEN ACEH UTARA, 2008.
USU e-Repository 2008
tingkat kepadatan penduduk 171 orang per Km2. Dari 223 KK yang terdaftar, 133
KK (59,64%) hidup di bawah garis kemiskinan.
Tabel 4.10
Jumlah Penduduk dan Keluarga Miskin di Desa Batu XII dan
Ulee Gampong Kecamatan Cot Girek Kabupaten Aceh Utara
URAIAN
1. Total penduduk
Laki-laki
Perempuan
2. Jumlah KK
3. Jumlah KK Miskin
4. Jumlah KK yang memiliki kartu miskin
5. Kepadatan penduduk (per Km2)
Sumber: Hasil Penelitian (data diolah), 2007
DESA/KELURAHAN
Ulee
Batu XII
Gampong
362
1.116
177
574
185
542
92
223
77
133
45
55
68
171
Desa lain yang masuk dalam wilayah administrasi Kecamatan Cot Girek yang
dijadikan sampel penelitian ini adalah Desa Ulee Gampong. Sebagaimana namanya
desa Ulee Gampong berada paling ujung dari gampong (desa). Aktivitas ekonomi
penduduk didominasi sektor pertanian dan perkebunan. Beberapa komoditi unggulan
dari desa ini berupa coklat, pinang, kelapa sawit dan karet. Bagi masyarakat miskin
yang tidak memiliki lahan, pada umumnya bekerja sebagai buruh tani, buruh
perkebunan (misalnya penderes getah karet, pendodos tongkol kelapa sawit), dan
juga buruh pabrik.
Sampai saat ini jumlah penduduk desa Ulee Gampong telah mencapai 362
orang, dengan perincian 177 orang (48,9%) laki-laki, dan 185 orang (51,1%). Dari
362 orang tersebut terbagi dalam 92 KK yang terdaftar tersebut, 77 KK (83,7%)
tergolong dalam keluarga miskin. Selain itu secara topografi desa Ulee Gampong
KHAIRIL ANWAR : ANALISIS DETERMINAN PENGELUARAN KONSUMSI RUMAH TANGGA MASYARAKAT MISKIN
DI KABUPATEN ACEH UTARA, 2008.
USU e-Repository 2008
berada pada dataran sedang sampai tinggi dengan ketinggian mencapai 290 meter di
atas permukaan laut.
Desa Tgk. Dibalee adalah salah satu desa pedalaman di Aceh Utara. Secara
administratif desa ini masuk dalam wilayah Kecamatan Tanah Luas. Pada saat
Daerah Operasi Militer (DOM) di berlakukan di Aceh, dan juga pada saat eskalasi
kekerasan pada saat konflik pasca DOM banyak warga masyarakat desa Tgk.
Dibalee yang menjadi korban kekerasan.
Sebagaimana data yang ditampilkan pada tabel 4.11 di bawah ini, jumlah
penduduk desa Tgk. Dibalee telah mencapai 414 orang dari 104 KK dengan
perincian; 189 jiwa (45,65%) laki-laki, dan sisanya 225 orang (54,35%) perempuan.
Dari 104 KK tersebut 63 KK masih hidup di bawah garis kemiskinan. Sulitnya akses
ke pusat perkotaan menyebabkan hanya 32 KK (50,79%) dari keluarga miskin ini
yang memiliki kartu miskin. Sebagian besar aktivitas ekonomi penduduk miskin
menjadi petani, penggarap ladang, buruh perkebunan, dan berbagai aktivitas
ekonomi lainnya. Rata-rata kepadatan penduduk di desa ini 188 orang per Km2.
Tabel 4.11
Jumlah Penduduk dan Keluarga Miskin di Desa Tgk. Dibalee dan
Alue Pangkat Kecamatan Tanah Luas Kabupaten Aceh Utara
DESA/KELURAHAN
URAIAN
Tgk. Dibalee Alue Pangkat
201
414
1. Total penduduk
99
189
Laki-laki
102
225
Perempuan
58
104
2. Jumlah KK
41
63
3. Jumlah KK Miskin
8
32
4. Jumlah KK yang memiliki kartu miskin
152
188
5. Kepadatan penduduk (per Km2)
Sumber: Hasil Penelitian (data diolah), 2007
KHAIRIL ANWAR : ANALISIS DETERMINAN PENGELUARAN KONSUMSI RUMAH TANGGA MASYARAKAT MISKIN
DI KABUPATEN ACEH UTARA, 2008.
USU e-Repository 2008
Desa lain yang berada dalam wilayah administrasi Kecamatan Tanah Luas
adalah Desa Alue Pangkat. Sebagaimana desa lain yang masuk dalam katagori desa
pedalaman, Desa Alue Pangkat agak sulit dijangkau karena selain jauh dari pusat
perkotaan, juga sarana transportasi umum yang masih sangat terbatas. Kehidupan
sosial ekonomi masyarakat pada umumnya sebagaimana desa pedalaman lainnya,
masyarakat masih memegang teguh adat istiadat dan tradisi turun temurun yang
berlaku di desanya.
Aktivitas ekonomi penduduk didominasi pada sektor pertanian; terutama
tanaman pangan, palawija. Selain itu, juga pada sektor perkebunan; coklat, pinang,
kelapa, kelapa sawit dan juga karet. Komposisi penduduk laki-laki 99 orang, dan
penduduk perempuan 102 orang atau masing-masing 49,25 persen dan 50,75 persen
dari total penduduk 201 orang, dengan tingkat kepadatan penduduk 152 orang per
Km2.
Komposisi penduduk berdasarkan kelompok umur 0-14 tahun 67 orang,
kelompok umur 15-64 tahun berjumlah 123 orang dan kelompok umur di atas 65
tahun sebanyak 11 orang. Jumlah penduduk yang relatif sedikit ini terbagi atas 58
KK. Penduduk Desa Alue Pangkat yang masih hidup di bawah garis kemiskinan
relatif masih tinggi, dimana dari 58 KK tersebut 41 KK (70,69%) masih tergolong
miskin. Dari 41 KK keluarga miskin tersebut hanya 8 orang (19,51%) yang telah
memiliki kartu miskin.
7. Desa Alue Papeun
KHAIRIL ANWAR : ANALISIS DETERMINAN PENGELUARAN KONSUMSI RUMAH TANGGA MASYARAKAT MISKIN
DI KABUPATEN ACEH UTARA, 2008.
USU e-Repository 2008
heterogen dimana etnis Aceh dan Jawa dominan menetap di daerah ini. Namun
setelah memanasnya konflik banyak warga etnis Jawa yang eksodus ke daerah lain
(terutama luar Aceh) untuk menghindari menjadi korban konflik. Walaupun banyak
warganya yang telah eksodus ke daerah lain, namun sampai saat ini penduduk di
desa Alue Papeun masih relatif tinggi yang mencapai 2.092 orang; dengan rincian
999 orang laki-laki, dan 1.093 orang perempuan. Jumlah penduduk tersebut terbagi
atas 418 KK, dan 312 KK masih miskin.
Desa Alue Papeun termasuk salah satu dataran tinggi yang ada di Kabupaten
Aceh Utara karena berbatasan langsung dengan Kabupaten Aceh Tengah dengan
tingkat ketinggian mencapai 368 meter di atas permukaan laut. Untuk mencapai desa
Alue Papeun butuh waktu 2,5 jam perjalanan dengan sepeda motor dari Keude
Krueng Geukueh, atau dapat juga melalui Simpang Buloh, dengan waktu tempuh
sekitar 2 jam dengan sepeda motor, namun jalannya agak sedikit sulit. Sarana
transportasi yang sampai ke desa Alue Papeun berupa ojek sepeda motor, namun
demikian sebenarnya ada juga sarana umum lain seperti mobil pick up namun hanya
sampai ke Keude Nisam.
Sebagai desa yang berada di dataran tinggi, Desa Alue Papeun merupakan
penghasil pinang, kelapa sawit, coklat, karet, pisang dan juga buah durian. Aktivitas
ekonomi masyarakatnya lebih dominan pada sektor pertanian dan perkebunan.
KHAIRIL ANWAR : ANALISIS DETERMINAN PENGELUARAN KONSUMSI RUMAH TANGGA MASYARAKAT MISKIN
DI KABUPATEN ACEH UTARA, 2008.
USU e-Repository 2008
Tabel 4.12
Jumlah Penduduk dan Keluarga Miskin di Desa Alue Papeun dan
Cot Mambong Kecamatan Nisam Kabupaten Aceh Utara
URAIAN
1. Total penduduk
Laki-laki
Perempuan
2. Jumlah KK
3. Jumlah KK Miskin
4. Jumlah KK yang memiliki kartu miskin
5. Kepadatan penduduk (per Km2)
Sumber: Hasil Penelitian (data diolah), 2007
DESA/KELURAHAN
Cot
Alue Papeun
Mambong
253
2.092
119
999
134
1.093
64
418
6
312
5
36
63
217
Desa lain yang berada dalam wilayah administrasi Kecamatan Nisam adalah
Desa Cot Mambong. Sebagaimana desa lain yang masuk dalam katagori desa
pedalaman, Desa Cot Mambong agak sulit dijangkau karena selain jauh dari pusat
perkotaan, juga sarana transportasi umum yang masih sangat terbatas. Kehidupan
sosial ekonomi masyarakat pada umumnya sebagaimana desa pedalaman lainnya,
masyarakat masih memegang teguh adat istiadat dan tradisi turun temurun yang
berlaku di desanya.
Aktivitas ekonomi penduduk didominasi pada sektor pertanian; terutama
tanaman pangan, palawija. Selain itu, juga pada sektor perkebunan; coklat, pinang,
kelapa, kelapa sawit dan juga karet. Persentase penduduk yang bekerja di sektor
pertanian mencapai 80,0 persen. Komposisi penduduk laki-laki 119 orang, dan
penduduk perempuan 134 orang atau masing-masing 47,04 persen dan 52,96 persen
dari total penduduk 253 orang, dengan tingkat kepadatan penduduk 63 orang per
Km2.
KHAIRIL ANWAR : ANALISIS DETERMINAN PENGELUARAN KONSUMSI RUMAH TANGGA MASYARAKAT MISKIN
DI KABUPATEN ACEH UTARA, 2008.
USU e-Repository 2008
4.2
Umur Responden
KHAIRIL ANWAR : ANALISIS DETERMINAN PENGELUARAN KONSUMSI RUMAH TANGGA MASYARAKAT MISKIN
DI KABUPATEN ACEH UTARA, 2008.
USU e-Repository 2008
dalam cluster perkotaan. Selain bekerja sebagai petani padi sawah, responden ini
juga bekerja pada sektor jasa yaitu sebagai agen penjual sepeda motor bekas.
Sementara untuk responden yang paling muda dijumpai pada umur 26 tahun.
Responden ini berjenis kelamin laki-laki, sudah menikah, dan telah mempunyai
seorang anak yang baru berumur 3 tahun. Walaupun tamatan SMA namun responden
ini hanya bekerja sebagai petani padi sawah, dan juga sebagai buruh bangunan,
dengan pendapatan Rp.300.000 dari pekerjaan utama, dan Rp.500.000 dari pekerjaan
sampingan.
4.2.2
Ditinjau dari segi jenis kelamin kepala keluarga sampel penelitian, dijumpai
122 orang (67,8%) responden berjenis kelamin laki-laki, dan sisanya sebanyak 58
orang (32,2%) berjenis kelamin perempuan. Data lengkap mengenai jenis kelamin
dan status perkawinan kepala keluarga sampel sebagaimana ditampilkan pada tabel
4.13 di bawah ini.
Tabel 4.13
Jenis Kelamin dan Status Perkawinan Kepala Keluarga
NO
KARAKTERISTIK
1
Jenis Kelamin
- Laki-laki
- Perempuan
Sub Total
2
Status Perkawinan
- Kawin
- Janda
- Duda
Sub Total
Sumber: Hasil Penelitian (Lampiran 3)
FREKUENSI
PERSENTASI
122
58
180
67,8
32,2
100,0
119
58
3
180
66,1
32,2
1,7
100,0
KHAIRIL ANWAR : ANALISIS DETERMINAN PENGELUARAN KONSUMSI RUMAH TANGGA MASYARAKAT MISKIN
DI KABUPATEN ACEH UTARA, 2008.
USU e-Repository 2008
4.2.3
Pendidikan
Di lihat dari segi pendidikan, mayoritas kepala keluarga tidak pernah sekolah
formal ataupun sekolah tetapi tidak tamat SD yang mencapai 62 orang (34,4%),
namun sebagian dari mereka ini ada yang mendapat pendidikan non-formal dari
pesantren-pesantren yang memang banyak dijumpai di Aceh khususnya Aceh Utara.
Sementara bagi responden yang pernah mengikuti pendidikan formal dapat
diklasifikasikan; menamatkan pendidikan pada Sekolah Dasar (termasuk Madrasah
Ibtidaiyah) sebanyak 57 orang (31,7%), menamatkan pendidikan pada Sekolah
Menengah Pertama (termasuk Madrasah Tsanawiyah) sebanyak 51 orang (28,3%),
dan yang berhasil menamatkan pendidikan pada Sekolah Menengah Atas (termasuk
Madrasah Aliyah) hanya 10 orang (5,6%).
KHAIRIL ANWAR : ANALISIS DETERMINAN PENGELUARAN KONSUMSI RUMAH TANGGA MASYARAKAT MISKIN
DI KABUPATEN ACEH UTARA, 2008.
USU e-Repository 2008
Tabel 4.14
Pendidikan Kepala Keluarga dan Rata-rata Pendidikan Anggota Keluarga
NO
KARAKTERISTIK
1
Pendidikan Kepala Keluarga
- Tidak sekolah/tidak tamat SD
- Tamat SD/MI
- Tamat SMP/MTs
- Tamat SMA/MA
Sub Total
2
Rata-rata Pendidikan Anak
- Tidak sekolah/belum sekolah
- SD/MI
- SMP/MTs
- SMA/MA
- Tidak menjawab/tidak punya
anak
Sub Total
Sumber: Hasil Penelitian (Lampiran 3)
FREKUENSI
PERSENTASI
62
57
51
10
180
34,4
31,7
28,3
5,6
100,0
13
63
53
38
7,2
35,0
29,4
21,1
13
180
7,2
100,0
KHAIRIL ANWAR : ANALISIS DETERMINAN PENGELUARAN KONSUMSI RUMAH TANGGA MASYARAKAT MISKIN
DI KABUPATEN ACEH UTARA, 2008.
USU e-Repository 2008
4.2.4
Pekerjaan
KHAIRIL ANWAR : ANALISIS DETERMINAN PENGELUARAN KONSUMSI RUMAH TANGGA MASYARAKAT MISKIN
DI KABUPATEN ACEH UTARA, 2008.
USU e-Repository 2008
FREKUENSI
PERSENTASI
1
2
50
7
1
1
9
7
2
3
1
1
22
3
5
4
4
9
37
11
180
0,6
1,1
27,8
3,9
0,6
0,6
5,0
3,9
1,1
1,7
0,6
0,6
12,2
1,7
2,8
2,2
2,2
5,0
20,6
6,1
100,0
60
9
33,3
5,0
KHAIRIL ANWAR : ANALISIS DETERMINAN PENGELUARAN KONSUMSI RUMAH TANGGA MASYARAKAT MISKIN
DI KABUPATEN ACEH UTARA, 2008.
USU e-Repository 2008
5
3
6
2
2
2
2
4
8
1
1
5
70
180
2,8
1,7
3,3
1,1
1,1
1,1
1,1
2,2
4,4
0,6
0,6
2,8
38,9
100,0
4.2.5
Pendapatan
FREKUENSI
60
1
1
2
3
1
24
PERSENTASI
33.3
.6
.6
1.1
1.7
.6
13.3
KHAIRIL ANWAR : ANALISIS DETERMINAN PENGELUARAN KONSUMSI RUMAH TANGGA MASYARAKAT MISKIN
DI KABUPATEN ACEH UTARA, 2008.
USU e-Repository 2008
175.000
180.000
200.000
225.000
240.000
250.000
300.000
350.000
400.000
450.000
500.000
600.000
Total
Sumber: Hasil Penelitian (Lampiran 3)
1
3
19
1
1
15
30
4
6
5
2
1
180
.6
1.7
10.6
.6
.6
8.3
16.7
2.2
3.3
2.8
1.1
.6
100,0
4.2.6
Dari segi waktu yang digunakan untuk bekerja, yang paling banyak dijumpai
bekerja 210 jam per bulan atau bila dikonversi dalam bentuk mingguan mencapai
52,5 jam per minggu dengan frekuensi 50 orang (27,8%), bekerja sampai 60 jam per
minggu sebanyak 43 orang (23,9%), yang membutuhkan waktu kerja paling banyak
yaitu 67,5 jam per minggu sebanyak 8 orang (4,4%), rata-rata masyarakat yang
membutuhkan waktu kerja lama ini, selain bekerja pada pekerjaan utama juga
memiliki pekerjaan sampingan.
KHAIRIL ANWAR : ANALISIS DETERMINAN PENGELUARAN KONSUMSI RUMAH TANGGA MASYARAKAT MISKIN
DI KABUPATEN ACEH UTARA, 2008.
USU e-Repository 2008
Tabel 4.17
Rata-rata Waktu Kerja Kepala Keluarga (Jam)
KARAKTERISTIK WAKTU
KERJA
Per Minggu
Per Bulan
22,5
90
30,0
120
36,0
144
37,5
150
40,0
160
45,0
180
52,5
210
60,0
240
67,5
270
Total
Sumber: Hasil Penelitian (Lampiran 3)
FREKUENSI
6
9
4
26
1
33
50
43
8
180
PERSENTASI
3,3
5,0
2,2
14,4
0,6
18,3
27,8
23,9
4,4
100,0
Dari data tabel 4.17 di atas, terlihat bahwa waktu kerja yang paling sedikit
digunakan yaitu 90 jam per bulan atau 22,5 jam per minggu sebanyak 6 orang
(3,3%), pada umumnya kelompok ini bekerja sebagai petani padi sawah yang tidak
memiliki pekerjaan sampingan, terutama kaum perempuan yang sudah tua.
4.2.7
Kondisi sosial lainnya ditinjau dari jumlah anak dan jumlah tanggungan
keluarga. Hasil penelitian dijumpai 13 orang (7,3%) tidak memiliki anak, yang
diidentifikasi berstatus janda. Jumlah anak yang paling banyak yaitu 8 dan 7 orang
anak hanya dijumpai pada masing-masing 1 rumah tangga (0,6%). Sementara untuk
anak 1 sampai 3 orang masing-masing dijumpai 43 orang (23,9%), 52 orang (28,9%),
dan 37 orang (20,6%). Tabel 4.18 berikut ini akan memperlihatkan komposisi jumlah
anak dan jumlah tanggungan keluarga.
KHAIRIL ANWAR : ANALISIS DETERMINAN PENGELUARAN KONSUMSI RUMAH TANGGA MASYARAKAT MISKIN
DI KABUPATEN ACEH UTARA, 2008.
USU e-Repository 2008
Tabel 4.18
Jumlah Anak dan Tanggungan Keluarga
JUMLAH FREK.
%
JUMLAH
ANAK
TANGGUNGAN
1
7,2
0
13
2
23,9
1
43
3
28,9
2
52
4
20,6
3
37
5
9,4
4
17
6
6,1
5
11
7
2,8
6
5
8
0,6
7
1
9
0,6
8
1
Sub Total
180
100,0 Sub Total
Sumber: Hasil Penelitian (Lampiran 3)
FREK.
9
19
44
43
33
18
5
8
1
180
5,0
10,6
24,4
23,9
18,3
10,0
2,8
4,4
0,6
100,0
4.2.8
KHAIRIL ANWAR : ANALISIS DETERMINAN PENGELUARAN KONSUMSI RUMAH TANGGA MASYARAKAT MISKIN
DI KABUPATEN ACEH UTARA, 2008.
USU e-Repository 2008
tabel 4.19 di bawah ini hanya ditampilkan 6 aspek saja, selebihnya dapat dilihat pada
output SPSS dalam bentuk frekuensi pada lampiran 3.
Aspek pertama dan kedua yang dinilai adalah luas rumah dan dinding rumah,
rata-rata keluarga miskin di Kabupaten Aceh Utara yang paling kecil 4 x 5 m,
sedangkan rumah yang paling besar mempunyai luas 6 x 9 m. Jumlah rumah yang
paling banyak dijumpai mempunyai luas 6 x 6 m yaitu 50 rumah (27,8%), dan yang
paling sedikit ditemukan rumah dengan ukuran luas 4 x 6 m dengan frekuensi 6
rumah (3,3%). Rata-rata dinding rumah terbuat dari papan tanpa ketam yang
mencapai 110 rumah (61,1%), dan juga yang terbuat dari tepas bambu maupun dari
pelepah rumbia sebanyak 32 rumah (17,8%).
Tabel 4.19
Kondisi Rumah Tempat Tinggal Keluarga
NO
KARAKTERISTIK
1
Luas rumah
- 4x5 m
- 6x7 m
- 6x8 m
- 6x9 m
- 4x7 m
- 6x6 m
- 4x6 m
Sub Total
2
Dinding rumah
- Tepas/pelepah rumbia
- Papan tanpa ketam
- Papan ketam
- Semi permanen
Sub Total
3
Lantai rumah
- Tanah
- Panggung
- Semen
Sub Total
4
Atap rumah
- Daun rumbia/nipah
FREKUENSI
PERSENTASI
28
32
32
13
19
50
6
180
15.6
17.8
17.8
7.2
10.6
27.8
3.3
100,0
32
110
23
15
180
17,8
61,1
12,8
8,3
100,0
55
54
71
180
30,6
30,0
39,4
100,0
95
52,8
KHAIRIL ANWAR : ANALISIS DETERMINAN PENGELUARAN KONSUMSI RUMAH TANGGA MASYARAKAT MISKIN
DI KABUPATEN ACEH UTARA, 2008.
USU e-Repository 2008
- Seng
Sub Total
5
Status Kepemilikan
- Milik Sendiri
- Sewa/Kontrakan
- Pinjam pakai/numpang
Sub Total
6
Sumber Air Bersih
- Sumur
- Sungai/kali
- PDAM
Sub Total
Sumber: Hasil Penelitian (Lampiran 3)
85
180
47,2
100,0
150
16
14
180
83,3
8,9
7,8
100,0
132
17
31
180
73,3
9,4
17,2
100,0
Aspek selanjutnya yang dinilai adalah lantai rumah, pada aspek ini dijumpai
55 rumah (30,6%) berlantai tanah, 54 rumah (30%) berlantai panggung (terutama
papan), dan 71 rumah (39,4%) berlantai semen yang sebagian halus dan sebagian
besar semen kasar. Selanjutnya atap rumah, yang beratap daun rumbia atau daun
nipah sebanyak 95 rumah (52,8%), dan sisanya sebanyak 85 rumah (47,2%) beratap
seng.
Dari segi jumlah kamar tidur, kebanyakan rumah yang diobservasi memiliki 2
kamar tidur, dengan frekuensi 117 rumah (65%), yang memiliki hanya 1 kamar tidur
sebanyak 43 rumah (23,9%), dan sisanya rumah yang memiliki 3 kamar tidur
sebanyak 20 rumah (11,1%). Dari aspek luas pekarangan, yang paling banyak
dijumpai rumah yang memiliki pekarangan 10 x 12 m yang mencapai 40 rumah
(22,2%), diikuti oleh rumah yang memiliki pekarangan 7 x 8 m dan 8 x 12 m dengan
frekuensi masing-masing 33 rumah (18,3%) dan 24 rumah (13,3%). Sementara
rumah dengan luas pekarangan lainnya masing-masing di bawah 10 persen.
Dari aspek kepemilikan rumah, kebanyakan merupakan milik sendiri yang di
dapat dari usahanya maupun sebagai harta warisan dari orang tua ataupun suami.
Jumlah rumah yang berstatus milik sendiri mencapai 150 rumah (83,3%), rumah ini
KHAIRIL ANWAR : ANALISIS DETERMINAN PENGELUARAN KONSUMSI RUMAH TANGGA MASYARAKAT MISKIN
DI KABUPATEN ACEH UTARA, 2008.
USU e-Repository 2008
KHAIRIL ANWAR : ANALISIS DETERMINAN PENGELUARAN KONSUMSI RUMAH TANGGA MASYARAKAT MISKIN
DI KABUPATEN ACEH UTARA, 2008.
USU e-Repository 2008
Pengeluaran Konsumsi
Konsumsi merupakan hal yang mutlak diperlukan oleh setiap orang untuk
bertahan hidup. Dalam ilmu ekonomi semua pengeluaran selain yang digunakan
untuk tabungan dinamakan konsumsi. Bagi masyarakat miskin pengeluaran
konsumsi lebih banyak dilakukan untuk memenuhi kebutuhan dasar dalam bentuk
pangan, pada saat yang sama sangat sedikit pengeluaran konsumsi untuk jenis non
pangan. Sebagaimana telah di jelaskan pada bab sebelumnya jenis konsumsi
masyarakat miskin dalam penelitian ini di bagi dalam 2 kelompok, yaitu; konsumsi
bahan makanan, dan konsumsi bahan bukan makanan.
4.3.1
RATA-RATA
123.390,00
19.322,22
19.800,00
8.461,11
83.288,89
11.466,67
3.986,11
29.677,78
4.055,56
61.861,11
29.955,56
49.672,22
STD. DEVIASI
44.009,52
5.507,64
5.791,68
4.466,34
26.000,32
5.720,58
1.484,02
10.179,20
7.470,40
59.547,71
10.299,33
37.303,35
KHAIRIL ANWAR : ANALISIS DETERMINAN PENGELUARAN KONSUMSI RUMAH TANGGA MASYARAKAT MISKIN
DI KABUPATEN ACEH UTARA, 2008.
USU e-Repository 2008
Takaran beras yang umum digunakan di Aceh Utara dalam bentuk aree
(bambu) dan mok (mug/kaleng susu). 1 aree setara dengan 6 mok atau bila dikonversi
dalam bentuk kilogram sekitar 1,5 Kg, dengan harga rata-rata untuk beras kualitas
sedang-rendah sekitar Rp.7.500.
Tabel 4.20 di atas memperlihatkan rata-rata konsumsi beras masyarakat
miskin di Kabupaten Aceh Utara sebesar Rp.123.390,00 per keluarga per bulan,
merupakan pengeluaran terbesar untuk sub kelompok konsumsi makanan. Konsumsi
makanan jenis lain yang relatif juga besar adalah untuk konsumsi ikan basah dengan
rata-rata Rp. 83.288,89, dan konsumsi tembakau/rokok yang rata-ratanya mencapai
Rp.61.861,11 per keluarga per bulan.
Sementara jenis konsumsi makanan yang relatif kecil pada sub kelompok
konsumsi garam dan buah-buahan. Sebagai barang inferior rata-rata keluarga miskin
di Aceh Utara mengkonsumsi garam Rp.3.986,11 per keluarga per bulan. Untuk
konsumsi buah-buahan juga relatif kecil yang hanya Rp.4.055,56 hal ini disebabkan
hanya sebagian kecil keluarga miskin yang diobservasi membeli buah-buahan untuk
konsumsi keluarga.
4.3.2
KHAIRIL ANWAR : ANALISIS DETERMINAN PENGELUARAN KONSUMSI RUMAH TANGGA MASYARAKAT MISKIN
DI KABUPATEN ACEH UTARA, 2008.
USU e-Repository 2008
berbagai jenis konsumsi bukan makanan sebagaimana disajikan pada tabel 4.21 di
bawah ini.
Tabel 4.21
Rata-rata Konsumsi Bahan Makanan Masyarakat Miskin
Kabupaten Aceh Utara Menurut Jenis Barang
JENIS BARANG
Pengeluaran minyak tanah
Pengeluaran bensin/solar
Pengeluaran sabun cuci
Pengeluaran sabun mandi, sampo
dan odol
5. Pengeluaran untuk alat kecantikan
6. Pengeluaran untuk tagihan listrik
7. Pengeluaran untuk transport
8. Pengeluaran untuk SPP anak
9. Pengeluaran untuk pakaian
10. Pengeluaran untuk kesehatan
11. Pengeluaran untuk perabotan
Sumber: Hasil Penelitian (Lampiran 2)
1.
2.
3.
4.
RATA-RATA
26.927,78
26.527,78
8.872,22
9.500,00
10.872,22
19.411,11
12.333,33
8.616,67
30.261,11
5.183,33
16.333,33
STD. DEVIASI
10.582,09
53.937,41
3.729,73
5.193,73
4.584,44
9.554,19
22.074,02
13.675,00
18.731,97
7.274,71
12.973,97
KHAIRIL ANWAR : ANALISIS DETERMINAN PENGELUARAN KONSUMSI RUMAH TANGGA MASYARAKAT MISKIN
DI KABUPATEN ACEH UTARA, 2008.
USU e-Repository 2008
Rp.9.500 per keluarga per bulan. Selanjutnya pengeluaran untuk SPP anak memiliki
rata-rata Rp.8.616,67. Sebagai informasi, rata-rata biaya pendidikan di Aceh Utara
untuk tingkat SMA sebesar Rp. 15.000, tingkat SMP sebesar Rp.10.000, dan untuk
tingkat SD pada umumnya gratis.
4.4
4.4.1
Uji Multikolinearitas
KHAIRIL ANWAR : ANALISIS DETERMINAN PENGELUARAN KONSUMSI RUMAH TANGGA MASYARAKAT MISKIN
DI KABUPATEN ACEH UTARA, 2008.
USU e-Repository 2008
Tabel 4.22
Uji Multokolinieritas Model Konsumsi Makanan
dan Pengeluaran Konsumsi Bukan Makanan
VARIABEL
R)*
TOL.
VIF
3,096
0,323
Pendapatan (PDPT)
0,823
1,422
0,703
Aktivitas Ekonomi (AKE)
0,545
2,828
0,354
Anggota Rumah Tangga (ART)
0,804
1,736
0,576
Dummy Pesisir (D1)
0,651
1,777
0,563
0,661
Dummy Pedalaman (D2)
)* R model konsumsi makanan sebesar 0,962, pengeluaran konsumsi bukan
makanan sebesar 0,886.
Sumber: Hasil Estimasi (Lampiran 4)
KHAIRIL ANWAR : ANALISIS DETERMINAN PENGELUARAN KONSUMSI RUMAH TANGGA MASYARAKAT MISKIN
DI KABUPATEN ACEH UTARA, 2008.
USU e-Repository 2008
masing-masing sebesar 0,703 dan 1,422, variabel anggota rumah tangga (ART)
masing-masing sebesar 0,354 dan 2,828, variabel dummy untuk masyarakat yang
tinggal di pesisir masing-masing 0,576 dan 1,736, dan variabel dummy untuk
masyarakat yang tinggal di pedalaman Aceh Utara mempunyai nilai TOL dan VIF
masing-masing 0,563 dan 1,777. Terlihat bahwa semua nilai TOL dan VIF berada
dalam batas yang telah ditetapkan sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi
pelanggaran asumsi klasik berupa multikolinieritas.
4.4.2
Uji Heterokedastisitas
Dalam regresi berganda, salah satu asumsi yang harus dipenuhi agar taksiran
parameter dalam model tersebut bersifat BLUE adalah var (ui) = 2 (konstan), semua
sesatan mempunyai variansi yang sama. Padahal ada kasus-kasus tertentu dimana
variansi ui tidak konstan, melainkan suatu variabel berubah-ubah (Nachrowi dan
Usman, 2002).
Sebagaimana telah dijelaskan pada bab tiga penelitian ini bahwa untuk
mendeteksi unsur heterokedastisitas pada model penelitian dilakukan dengan
pendekatan grafik dan metode yang dikembangkan R.E Park (uji Park). Menurut
Ghozali (2005) salah satu cara mendeteksi ada atau tidaknya heterokedastisitas dapat
dilihat dari Grafik Plot antara nilai prediksi variabel terikat (dependen) yaitu ZPRED
dengan residualnya SRESID. Deteksi ada atau tidaknya heterokedastisitas dapat
dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot. Bila ada
pola
tertentu
(bergelombang,
melebar,
kemudian
menyempit),
maka
mengindikasikan telah terjadi heterokedastisitas, sebaliknya bila tidak ada pola yang
jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka nol pada sumbu Y, maka
KHAIRIL ANWAR : ANALISIS DETERMINAN PENGELUARAN KONSUMSI RUMAH TANGGA MASYARAKAT MISKIN
DI KABUPATEN ACEH UTARA, 2008.
USU e-Repository 2008
tidak terjadi heterokedastisitas. Hasil pengujian secara grafik dan uji Park sebagai
berikut:
Model Konsumsi Makanan
Scatterplot
Dependent Variable: KMKN
Regression Studentized Residual
3
2
1
0
-1
-2
-3
-4
-3
-2
-1
KHAIRIL ANWAR : ANALISIS DETERMINAN PENGELUARAN KONSUMSI RUMAH TANGGA MASYARAKAT MISKIN
DI KABUPATEN ACEH UTARA, 2008.
USU e-Repository 2008
KOEFISIEN
STANDAR
ERROR
0,741
0,000
0,004
0,141
0,397
0,423
9,065
Konstanta
3,264E-07
PDPT
-1,313E-04
AKE
0,139
ART
0,190
D1
0,396
D2
2
Variabel Dependen: U i (KMKN)
Sumber: Hasil Estimasi (Lampiran 5)
T-HITUNG
12,238
0,282
-0,033
0,990
0,478
0,935
SIGNIFIKANSI
0,000
0,779
0,974
0,325
0,634
0,353
Berdasarkan hasil uji Park yang ditampilkan pada tabel 4.23 di atas terlihat
bahwa tidak ada satupun variabel bebas yang signifikan secara statistik, pengujian
inferensial dapat dilakukan melalui uji t atau juga dari nilai sig. yang terlalu besar
dan di atas derajat = 0,05. Dengan demikian dapat dibuktikan bahwa dalam model
konsumsi makanan tidak ditemukan heterokedastisitas berdasarkan uji Park.
Model Pengeluaran Konsumsi Bukan Makanan
Sebagaimana metode yang digunakan pada model konsumsi makanan, uji
heterokedastisitas pada model pengeluaran konsumsi bukan makanan juga dilakukan
dengan metode grafik plot dan uji Park. Hasil pengujian melalui kedua metode
tersebut sebagai berikut.
KHAIRIL ANWAR : ANALISIS DETERMINAN PENGELUARAN KONSUMSI RUMAH TANGGA MASYARAKAT MISKIN
DI KABUPATEN ACEH UTARA, 2008.
USU e-Repository 2008
Scatterplot
Dependent Variable: KBMKN
Regression Studentized Residual
4
3
2
1
0
-1
-2
-3
-3
-2
-1
KHAIRIL ANWAR : ANALISIS DETERMINAN PENGELUARAN KONSUMSI RUMAH TANGGA MASYARAKAT MISKIN
DI KABUPATEN ACEH UTARA, 2008.
USU e-Repository 2008
Tabel 4.24
Hasil Uji Park Model Pengeluaran Konsumsi Bukan Makanan
VARIABEL
KOEFISIEN
STANDAR
ERROR
0,534
0,000
0,003
0,112
0,335
0,302
9,698
Konstanta
-1,368E-07
PDPT
-2,230E-03
AKE
0,178
ART
-9,226E-02
D1
0,266
D2
2
Variabel Dependen: U i (KBMKN)
Sumber: Hasil Estimasi (Lampiran 5)
T-HITUNG
SIG.
0,000
0,872
0,469
0,115
0,784
0,381
18,147
-0,161
-0,727
1,593
-0,275
0,880
Berdasarkan hasil uji Park pada model kedua yang ditampilkan pada tabel
4.24 juga ditemukan tidak ada satupun variabel bebas yang signifikan secara statistik,
pengujian inferensial dapat dilakukan melalui uji t atau juga dari nilai sig. yang
terlalu besar dan di atas derajat = 0,05. Dengan demikian dapat dibuktikan bahwa
dalam
model
pengeluaran
konsumsi
bukan
makanan
tidak
ditemukan
4.5
KHAIRIL ANWAR : ANALISIS DETERMINAN PENGELUARAN KONSUMSI RUMAH TANGGA MASYARAKAT MISKIN
DI KABUPATEN ACEH UTARA, 2008.
USU e-Repository 2008
tinggal di wilayah pesisir dan pedalaman dengan masyarakat miskin yang tinggal di
perkotaan Kabupaten Aceh Utara.
4.5.1
KOEFISIEN
STANDAR
ERROR
15802,460
0,025
89,284
3233,346
8985,870
9089,992
-22499,396
Konstanta
0,598
PDPT
192,136
AKE
9334,887
ART
9260,854
D1
34546,336
D2
Variabel Dependen: KMKN
Sumber: Hasil Estimasi (Lampiran 4)
T-HITUNG
-1,424
23,845
2,152
2,887
1,031
3,800
SIGNIFIKANSI
0,156
0,000
0,033
0,004
0,304
0,000
Dengan mensubstitusikan hasil estimasi pada tabel 4.25 di atas, maka model
konsumsi berbagai jenis bahan makanan dalam penelitian ini dijumpai sebagai
berikut:
KMKN = -22499,396 + 0,598(PDPT) + 192,136(AKE) + 9334,887(ART) +
(23,845)***
(2,152)**
(2,887)***
9260,854(D1) + 34546,336(D2)
(1,031)
(3,800)***
Keterangan: )*** signifikan pada = 0,01
)** signifikan pada = 0,05
)* signifikan pada = 0,10
Berdasarkan model tersebut di atas, dijumpai besarnya nilai konstanta 22499,396 berarti bahwa dengan asumsi variabel lain tidak ada (nol), besarnya
KHAIRIL ANWAR : ANALISIS DETERMINAN PENGELUARAN KONSUMSI RUMAH TANGGA MASYARAKAT MISKIN
DI KABUPATEN ACEH UTARA, 2008.
USU e-Repository 2008
konsumsi berbagai jenis bahan makanan masyarakat perkotaan lebih kecil dari
konsumsi makanan masyarakat pedalaman Rp.12.046,94. Namum lebih besar dari
konsumsi bahan makanan masyarakat pesisir sebesar Rp.13.238,54. Konsumsi
makanan masyarakat pedalaman sebesar Rp.34.546,34. Hal ini mengindikasikan
bahwa konsumsi bahan makanan masyarakat perkotaan lebih kecil dibandingkan
masyarakat yang tinggal di wilayah pedalaman, namun masih lebih besar dibanding
masyarakat pesisir Kabupaten Aceh Utara. Hasil penelitian ini konsisten dengan
temuan Keban (1995) tentang penyebab kemiskinan adalah perbedaan letak
kabupaten, letak di kota dan didesa, tingkat pendidikan, lapangan pekerjaan dan
jumlah anggota keluarga.
Koefisien variabel pendapatan (PDPT) sebesar 0,598 yang berarti bahwa
kenaikan pendapatan Rp.1.000 akan meningkatkan pengeluaran konsumsi untuk
jenis bahan makanan sebesar Rp.598. Koefisien variabel aktivitas ekonomi (AKE)
sebesar 192,136 yang berarti bahwa dengan bertambahnya 1 jam waktu kerja dalam
1 bulan akan menyebabkan bertambahnya pengeluaran konsumsi bahan makanan
sebesar Rp.192,14. Demikian halnya dengan anggota rumah tangga (ART) dijumpai
koefisien sebesar 9334,887 yang berarti bahwa dengan bertambahnya anggota
keluarga 1 orang, akan menambah pengeluaran konsumsi bahan makanan sebesar
Rp.9.334,89 yang menyebabkan bertambahnya beban pengeluaran keluarga. Hal ini
hampir sama dengan temuan Masbar (1996) yang mengemukakan semakin banyak
anggota keluarga, semakin besar pula garis kemiskinannya. Namun demikian tingkat
kemiskinan per kapita menjadi lebih rendah karena pendapatan relatif kecil itu dibagi
dengan anggota yang lebih banyak.
KHAIRIL ANWAR : ANALISIS DETERMINAN PENGELUARAN KONSUMSI RUMAH TANGGA MASYARAKAT MISKIN
DI KABUPATEN ACEH UTARA, 2008.
USU e-Repository 2008
4.5.2
KOEFISIEN
STANDAR
ERROR
15802,460
0,025
89,284
3233,346
8985,870
9089,992
22499,396
Konstanta
0,402
PDPT
-192,136
AKE
-9334,887
ART
-9260,854
D1
-34546,336
D2
Variabel Dependen: KBMKN
Sumber: Hasil Estimasi (Lampiran 4)
T-HITUNG
SIGNIFIKANSI
1,424
16,004
-2,152
-2,887
-1,031
-3,800
0,156
0,000
0,033
0,004
0,304
0,000
Dengan mensubstitusikan hasil estimasi pada tabel 4.26 di atas, maka model
pengeluaran konsumsi bukan makanan dalam penelitian ini dijumpai sebagai berikut:
KMKN = 22499,396 + 0,402(PDPT) 192,136(AKE) 9334,887(ART)
(23,845)***
(-2,152)**
(-2,887)***
9260,854(D1) 34546,336(D2)
(-1,031)
(-3,800)***
Keterangan: )*** signifikan pada = 0,01
)** signifikan pada = 0,05
)* signifikan pada = 0,10
Berdasarkan model tersebut di atas, dijumpai besarnya nilai konstanta
22499,396 berarti bahwa dengan asumsi variabel lain tidak ada (nol), besarnya
pengeluaran konsumsi berbagai jenis bukan makanan masyarakat perkotaan lebih
besar dari konsumsi bukan makanan masyarakat pedalaman Rp.57.045,73. Dan juga
lebih besar dari konsumsi bukan makanan masyarakat pesisir sebesar Rp.31.760,25.
KHAIRIL ANWAR : ANALISIS DETERMINAN PENGELUARAN KONSUMSI RUMAH TANGGA MASYARAKAT MISKIN
DI KABUPATEN ACEH UTARA, 2008.
USU e-Repository 2008
Dengan demikian, pada saat pendapatan, aktivitas ekonomi, dan anggota keluarga
tidak ada (nol), konsumsi bukan makanan masyarakat pedalaman berkurang sebesar
Rp.34.546,34. Demikian juga dengan konsumsi bukan makanan masyarakat yang
tinggal di pesisir, pada saat variabel lain konstan, besarnya pengeluaran bukan
makanan masyarakat pesisir berkurang Rp.9260,854. Hal ini mengindikasikan bahwa
pengeluaran konsumsi bukan makanan masyarakat perkotaan lebih besar
dibandingkan masyarakat yang tinggal di wilayah pesisir dan pedalaman Kabupaten
Aceh Utara.
Koefisien variabel pendapatan (PDPT) sebesar 0,402 yang berarti bahwa
kenaikan pendapatan Rp. 1.000 akan meningkatkan pengeluaran konsumsi untuk
jenis pengeluaran bukan makanan sebesar Rp.402. Koefisien variabel aktivitas
ekonomi (AKE) sebesar -192,136 yang berarti bahwa dengan bertambahnya 1 jam
waktu kerja dalam 1 bulan justru akan mengurangi pengeluaran konsumsi bukan
makanan sebesar Rp.192,14. Demikian halnya dengan anggota rumah tangga (ART)
dijumpai koefisien sebesar -9334,887 yang berarti bahwa dengan bertambahnya
anggota keluarga 1 orang, justru akan mengurangi pengeluaran konsumsi bukan
makanan sebesar Rp. 9.334,89.
4.6
Pembuktian Hipotesis
Sebelum
melakukan
pembuktian
hipotesis
sebagaimana
yang
telah
dirumuskan pada bab sebelumnya, terlebih dahulu akan dilakukan uji kesesuaian
model (Goodness of Fit) atau uji R2. Sebagaimana hasil estimasi yang dilakukan
(lampiran 4) dijumpai koefisien korelasi (R) dan koefisien determinasi (R2)
sebagaimana ditampilkan pada tabel 4.27 di bawah ini.
KHAIRIL ANWAR : ANALISIS DETERMINAN PENGELUARAN KONSUMSI RUMAH TANGGA MASYARAKAT MISKIN
DI KABUPATEN ACEH UTARA, 2008.
USU e-Repository 2008
Tabel 4.27
Uji Goodness of Fit Model Konsumsi Makanan
dan Model Konsumsi Bukan Makanan
MODEL KONSUMSI
MAKANAN
R
0,962a
2
R
0,925
2 Adj
0,923
R
a Predictors: (Constant), D2, ART, AKE, D1, PDPT
Sumber: Hasil Estimasi (Lampiran 4)
MODEL KONSUMSI
BUKAN MAKANAN
0,886a
0,874
0,778
Berdasarkan hasil estimasi yang ditunjukkan pada tabel 4.27 di atas, terlihat
bahwa nilai R-Square model konsumsi makanan sebagai variabel dependen sebesar
0,925 yang berarti variasi kemampuan variabel pendapatan (PDPT), aktivitas
ekonomi (AKE), dan anggota rumah tangga (ART) serta variabel dummy, dalam
menjelaskan besarnya konsumsi makanan masyarakat miskin di Kabupaten Aceh
Utara sebesar 92,5 persen, sisanya hanya sebesar 7,5 persen dijelaskan oleh variabel
lain yang tidak dimasukkan dalam model.
Demikian juga dengan model kedua, yang memasukkan variabel pengeluaran
konsumsi bukan makanan sebagai variabel dependen. Nilai R-Square di jumpai
sebesar 0,874 yang berarti variasi kemampuan variabel pendapatan (PDPT), aktivitas
ekonomi (AKE), dan anggota rumah tangga (ART) serta variabel dummy, dalam
menjelaskan besarnya pengeluaran konsumsi bukan makanan masyarakat miskin di
Kabupaten Aceh Utara sebesar 87,4 persen, sisanya hanya sebesar 12,6 persen
dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model.
Berdasarkan hasil uji Goodness of Fit tersebut memperlihatkan bahwa model
konsumsi makanan lebih baik dibandingkan dengan model pengeluaran konsumsi
bukan makanan. Namun demikian secara umum kedua model yang digunakan
KHAIRIL ANWAR : ANALISIS DETERMINAN PENGELUARAN KONSUMSI RUMAH TANGGA MASYARAKAT MISKIN
DI KABUPATEN ACEH UTARA, 2008.
USU e-Repository 2008
Adj.
Adj
hanya
sebesar 0,778. Hal ini menunjukkan bahwa pada model pengeluaran konsumsi bukan
makanan, dengan bertambahnya jumlah variabel ekplanatori yang digunakan,
penyesuaian terhadap koefisien determinasi semakin mengecil.
4.6.1
Uji Parsial
KHAIRIL ANWAR : ANALISIS DETERMINAN PENGELUARAN KONSUMSI RUMAH TANGGA MASYARAKAT MISKIN
DI KABUPATEN ACEH UTARA, 2008.
USU e-Repository 2008
KHAIRIL ANWAR : ANALISIS DETERMINAN PENGELUARAN KONSUMSI RUMAH TANGGA MASYARAKAT MISKIN
DI KABUPATEN ACEH UTARA, 2008.
USU e-Repository 2008
2,576 berarti bahwa variabel anggota rumah tangga berpengaruh negatif dan
signifikan terhadap pengeluaran konsumsi bukan makanan masyarakat miskin
Kabupaten Aceh Utara pada = 0,01. Hal ini diperkuat dengan nilai sig. = 0,004
yang berada dibawah batas toleransi 0,01.
- Nilai t-hitung variabel dummy masyarakat pesisir sebesar -1,031 < -1,645 berarti
bahwa pengeluaran konsumsi bukan makanan masyarakat miskin yang tinggal di
pesisir tidak signifikan perbedaannya dengan masyarakat yang tinggal di daerah
perkotaan Kabupaten Aceh Utara.
- Sementara nilai t-hitung variabel dummy masyarakat pedalaman sebesar -3,800 >
-2,576 berarti bahwa pengeluaran konsumsi bukan makanan masyarakat miskin
yang tinggal di pedalaman signifikan perbedaannya dengan masyarakat yang
tinggal di daerah daerah perkotaan Kabupaten Aceh Utara.
KHAIRIL ANWAR : ANALISIS DETERMINAN PENGELUARAN KONSUMSI RUMAH TANGGA MASYARAKAT MISKIN
DI KABUPATEN ACEH UTARA, 2008.
USU e-Repository 2008
4.6.2
Uji Simultan
KHAIRIL ANWAR : ANALISIS DETERMINAN PENGELUARAN KONSUMSI RUMAH TANGGA MASYARAKAT MISKIN
DI KABUPATEN ACEH UTARA, 2008.
USU e-Repository 2008
KHAIRIL ANWAR : ANALISIS DETERMINAN PENGELUARAN KONSUMSI RUMAH TANGGA MASYARAKAT MISKIN
DI KABUPATEN ACEH UTARA, 2008.
USU e-Repository 2008
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1
Kesimpulan
kesehatan,
pendidikan,
maupun
bantuan
langsung
lainnya.
KHAIRIL ANWAR : ANALISIS DETERMINAN PENGELUARAN KONSUMSI RUMAH TANGGA MASYARAKAT MISKIN
DI KABUPATEN ACEH UTARA, 2008.
USU e-Repository 2008
sangat kontras dengan waktu yang digunakan untuk bekerja, rata-rata waktu
bekerja keluarga miskin masih tergolong tinggi dengan rata-rata di atas 45 jam
per minggu.
3.
4.
5.
KHAIRIL ANWAR : ANALISIS DETERMINAN PENGELUARAN KONSUMSI RUMAH TANGGA MASYARAKAT MISKIN
DI KABUPATEN ACEH UTARA, 2008.
USU e-Repository 2008
Spesifikasi model yang digunakan dalam penelitian ini sudah cukup baik, hal ini
telah dibuktikan dengan terbebasnya model dari pelanggaran asumsi klasik.
Setelah dilakukan pengujian terhadap variabel-variabel eksplanatori yang
digunakan tidak berkorelasi yang kuat satu sama lainnya, selain itu data juga
bersifat homokedastis. Kelayakan spesifikasi model juga dibuktikan dengan nilai
R-Square kedua model yang cukup tinggi.
7.
Dari model LSDV dapat disimpulkan keunikan model ini dalam menjelaskan
perbedaan konsumsi masyarakat miskin yang tinggal di daerah perkotaan dengan
masyarakat miskin yang tinggal di wilayah pesisir maupun pedalaman Aceh
Utara. Dari model ini dapat disimpulkan bahwa pengeluaran konsumsi
masyarakat perkotaan jauh lebih baik dibandingkan dengan pengeluaran
konsumsi masyarakat yang tinggal di wilayah pesisir dan pedalaman. Dari segi
koefisien regresi, pendapatan kepala rumah tangga tetap menjadi variabel utama
yang mempengaruhi pengeluaran konsumsi makanan maupun bukan makanan
masyarakat miskin di Kabupaten Aceh Utara.
8.
Hasil regresi ditemukan bahwa pada model konsumsi makanan semua variabel
eksplanatori berpengaruh positif dan signifikan, sementara pada model
pengeluaran konsumsi bukan semua variabel eksplanatori berpengaruh negatif.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dengan meningkatnya konsumsi
makanan, keluarga masyarakat miskin di Aceh Utara terpaksa harus mengurangi
KHAIRIL ANWAR : ANALISIS DETERMINAN PENGELUARAN KONSUMSI RUMAH TANGGA MASYARAKAT MISKIN
DI KABUPATEN ACEH UTARA, 2008.
USU e-Repository 2008
5.2
Saran
Pada bagian akhir penelitian ini, penulis ingin menyarankan beberapa hal
sebagai implikasi dari penelitian ini, yaitu:
1.
2.
KHAIRIL ANWAR : ANALISIS DETERMINAN PENGELUARAN KONSUMSI RUMAH TANGGA MASYARAKAT MISKIN
DI KABUPATEN ACEH UTARA, 2008.
USU e-Repository 2008
pemberian kartu miskin secara merata kepada seluruh keluarga miskin yang
layak dibantu biaya hidup tunai, layak dibantu modal usaha, dan layak dibantu
lapangan kerja. Menambah dan memperbaiki sarana transportasi (seperti; jalan,
jembatan, dan sarana tranportasi umum) untuk mempermudah akses keluarga
miskin terutama yang berada di wilayah pesisir dan pedalaman dengan pusat
pasar dan pusat pemerintahan. Meningkatkan sarana dan kualitas pendidikan
(seperti; sekolah, dan peningkatan kualitas guru), dan juga memberikan
pelayanan pendidikan gratis kepada anak-anak dari keluarga miskin tidak hanya
ditingkat SD/MI tetapi setidaknya juga untuk pendidikan menengah.
3.
miskin
yang
terbatas
dalam
memahami
tujuan
program
miskin,
(d)
kurang
seriusnya
pengelola
program
dalam
KHAIRIL ANWAR : ANALISIS DETERMINAN PENGELUARAN KONSUMSI RUMAH TANGGA MASYARAKAT MISKIN
DI KABUPATEN ACEH UTARA, 2008.
USU e-Repository 2008
4.
Salah satu langkah (program) yang dilaksanakan oleh BRR dan juga beberapa
NGO yang meluncurkan program Aceh Microfinance (AMF) sudah cukup tepat,
hanya saja dalam implementasi dari program harus ada pendampingan kepada
masyarakat sasaran, dan kontrol sosial dari semua elemen. Walaupun kesannya
terlambat bagi BRR dalam program ini, kita patut mengacungkan jempol kepada
beberapa NGO seperti Dompet Duafa, MercyCorps Aceh, Alianz Life yang
bekerjasama dengan GTZ, juga masih banyak NGO lain yang intens dalam hal
Aceh microfinance, bahkan sebenarnya BRR sendiri juga telah melakukan
launching program ini. Namun demikian, bahwa microfinance ini bukanlah
masalah kecil dan jangka pendek, melainkan program yang besar yang relevan
dan diharapkan akan terus ada dalam jangka panjang
5.
dan
akuntabel
dalam
pengelolaan
pembangunan
dan
terlibat
(seperti
pemerintah
daerah,
ulama,
akademisi,
maupun
KHAIRIL ANWAR : ANALISIS DETERMINAN PENGELUARAN KONSUMSI RUMAH TANGGA MASYARAKAT MISKIN
DI KABUPATEN ACEH UTARA, 2008.
USU e-Repository 2008
KHAIRIL ANWAR : ANALISIS DETERMINAN PENGELUARAN KONSUMSI RUMAH TANGGA MASYARAKAT MISKIN
DI KABUPATEN ACEH UTARA, 2008.
USU e-Repository 2008
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik (1999), Peta Konsumsi Pangan di Indonesia, BPS Daerah
Istimewa Aceh, Banda Aceh.
______ (1999) Survei Sosial Ekonomi Nasional, BPS Daerah Istimewa Aceh, Banda
Aceh.
______ (2006) Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Aceh Utara, BPS Aceh
Utara.
______ (2006) Penduduk Kabupaten Aceh Utara Tahun 2005, Jakarta.
______ (2007) Potret dan Prospek Ekonomi Indonesia Memanfaatkan Hasil Sensus
Ekonomi, Makalah Sosialisasi Hasil Sensus Tahun 2006, Tanggal 14 Mei
2007, Lhokseumawe-NAD.
BRR NAD & Nias (2005) Rancangan Rehabilitasi dan Rekonstruksi Aceh-Nias,
Buku Utama BRR Republik Indonesia, Bab II, Hal. 3.
Darlina (1994) Pengaruh Pendapatan Terhadap Tingkat Konsumsi: Studi Kasus
Dosen Unsyiah, Jurnal Ekonomi Pembangunan, Volume 1 Nomor 1 hal.
1-13.
Darma, Adi (2003) Kajian Garis Kemiskinan Berdasarkan Karakteristik Sosial
Ekonomi Rumah Tangga Di Kabupaten Aceh Timur, Journal of Economic,
Management & Bussines, volume 1 No. 2, April 2003 hal. 1 - 15
Delorme, C.D. and Ekulend, R.B. (1993) Macroeconomics, PBI Inc, Texas.
De Vos, Klass (1991) Microeconomic Definition of Proverty, Universitas Erasmus.
KHAIRIL ANWAR : ANALISIS DETERMINAN PENGELUARAN KONSUMSI RUMAH TANGGA MASYARAKAT MISKIN
DI KABUPATEN ACEH UTARA, 2008.
USU e-Repository 2008
Domowitz dan Elbadawi (1987) An Error Approach to Money Demand (The Case of
Sudan), Journal of Development Economics, Vol. 26 pp. 257-275.
Dornbusch, R dan Fisher, S (1994) Macroekonomi, Edisi Keempat, Alih Bahasa
Mulyadi, JA, Penerbit Erlangga, Jakarta.
Dumairy (1996) Perekonomian Indonesia, Penerbit Erlangga, Jakarta.
Esmara, Hendra (1979) Kemiskinan dan Pembangunan di Indonesia, Kongres III
HIPIS, Malang.
Ghozali, Imam (2005) Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS, BPUndip, Semarang.
Gujarati, Damodar (1978) Ekonometrika Dasar, Alih Bahasa, Sumarno Zain,
Penerbit Erlangga, Jakarta.
Hermawan, Asep (2006) Penelitian Bisnis: Paradigma Kuantitatif, Penerbit
Grasindo, Jakarta.
Husen, Zulkifli (1993) Pembangunan dan Masalah Kemiskinan, Unsyiah, Banda
Aceh.
Ilhamuddin, Tasdik (2006) Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Rumah
Tangga di Nanggroe Aceh Darussalam Tahun 2004, Tesis (tidak dipublikasi),
Unsyiah, Banda Aceh.
Insya, Suryadi (2003) Pola dan Ketimpangan Distribusi Pendapatan dan Kemiskinan
Rumah Tangga Pedesaan di Propinsi Daerah Istimewa Aceh, Journal of
Economic, Management & Bussines, volume 1 No. 1, Januari 2003 hal. 117.
Isnawati, Cut (2001) Dampak Krisis Ekonomi Terhadap Konsumsi dan Tabungan
Masyarakat Provinsi Aceh, (Thesis, tidak dipublikasi) Unsyiah Banda Aceh.
Kadariah (1996) Pengantar Teori Ekonomi Makro, Bina Aksara, Jakarta.
Kasryno, Faisal (2000) Sumberdaya Manusia dan Pengelolaan Lahan Pertanian di
Pedesaan Indonesia, Jurnal FAE, Volume 18 No. 1 dan 2, Desember 2000,
hal. 25-51.
Keban, Yeremias (1995) Profil Kemiskinan di Nusa Tenggara Timur, Majalah
Prisma, No. 10 Tahun XXIV, Oktober 1995.
Koutsoyiannis (1977) Theory of Econometrics, Second Edition, The Macnillan Press
Ltd, London.
Kuncoro, Mudrajad (2004) Metode Kuantitatif: Teori dan Aplikasi Untuk Bisnis dan
Ekonomi, Edisi Kedua, Penerbit AMP-YKPN, Yogyakarta.
KHAIRIL ANWAR : ANALISIS DETERMINAN PENGELUARAN KONSUMSI RUMAH TANGGA MASYARAKAT MISKIN
DI KABUPATEN ACEH UTARA, 2008.
USU e-Repository 2008
Lains, Alfian (2006) Ekonometrika: Teori dan Aplikasi, Jilid II, LP3ES, Jakarta.
Levinsohn, James et.al (1999) Impacts of The Indonesian Economics Crisis: Price
Changes and The Poor, NBER Working Paper, No. 7194
Malian, A. Husni (2003) Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ekspor Produk
Pertanian dan Produk Industri Pertanian Indonesia : Pendekatan
Macroeconometric Models dengan Path Analysis, Jurnal Agro Ekonomi,
Volume 21 No. 2 Oktober 2003 hal. 97 121.
Malian, A. H dan Masdjidin Siregar (2000) Peran Pertanian Pinggiran Perkotaan
Dalam Penyediaan Kesempatan Kerja dan Pendapatan Keluarga, Jurnal FAE,
Volume 18 No. 1 dan 2, Desember 2000, hal. 65 -76.
Mankiw, N. Gregory (2003) Teori Makroekonomi, Edisi Kelima, Erlangga, Jakarta.
Masbar, Raja (1996) Model Mikroekonomi Terhadap Garis Kemiskinan, FEUnsyiah, Banda Aceh.
Mubyarto dan Sardono Kartodiredjo (1990) Pembangunan Pedesaan di Indonesia,
UGM, Jogyakarta.
Nachrowi, N. D dan Hardius Usman (2002) Penggunaan Teknik Ekonometri, PT
Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Nazir, Mohd. (1988) Metode Penelitian, Penerbit Ghalia Indonesia, Jakarta.
Nicholson, Walter (1991) Teori Ekonomi Mikro I, Terjemahan Deliarnov, Rajawali,
Jakarta.
Parkin, Michael (1993) Economics, Adison Wesley Publishing Company, New York.
Pass dan Lowes (1994) Kamus Lengkap Ekonomi, Penerbit Erlangga, Jakarta.
Penny, D.H. (1994) Kemiskinan: Peranan Sistem Pasar, UI-Press, Jakarta.
Pindyck R.S. and D.L. Rubinfeld. (1991). Econometric Models and Economic
Forecasts. Third Edition. McGraw-Hill, Inc., Singapore
Pitomo, S. (1992) Kemiskinan dan Kebutuhan Pokok, Yayasan Ilmu-ilmu Sosial,
Jakarta.
Putong, Iskandar (2003), Pengantar Ekonomi Mikro dan Makro, Ghalia Indonesia,
Jakarta.
Rosydi, Suherman (1996), Pengantar Teori Ekonomi, Raja Grafindo Persada,
Jakarta.
Salvatore Dominick (1994), Ekonomi Pembangunan, Erlangga, Jakarta.
KHAIRIL ANWAR : ANALISIS DETERMINAN PENGELUARAN KONSUMSI RUMAH TANGGA MASYARAKAT MISKIN
DI KABUPATEN ACEH UTARA, 2008.
USU e-Repository 2008
Samuelson, Paul dan Nordhaus, (1999), Mikro Ekonomi, Ed. XIV, Erlangga, Jakarta.
Sobri (1987) Ekonomi Makro, BPFE-UGM, Yogjakarta.
Spencer, H. Milton (1977) Contemporary Macroeconomics, Worth Publisher Inc,
New York
Suharyadi, Asep et.al (2000) The Evolution of Property During The Crisis in
Indonesia 1996-1999, Policy Research Working Paper, No. 2435
Sukirno, Sadono (2000), Pengantar Teori Makroekonomi, Raja Grafindo Persada,
Jakarta.
______ (2006) Makroekonomi: Teori Pengantar, Edisi Ketiga, PT Raja Grafindo
Persada, Jakarta.
Sumardi, Muldjanto (1982) Sumber Pendapatan Kebutuhan Pokok dan Prilaku
Menyimpang, CV Rajawali, Jakarta.
Sumardi, M dan Dieters H.E (1985) Kemiskinan dan Kebutuhan Pokok, CV.
Rajawali, Jakarta.
Suparlan, Parsudi (1984) Kemiskinan di Perkotaan, Sinar Harapan dan Yayasan
Obor Indonesia, Jakarta.
Suparta, I Wayan, (2003) Model Mikroekonometrika Dalam Menganalisis Garis
Kemiskinan Rumah Tangga Penduduk Desa Tertinggal di Kabupaten Aceh
Besar, Journal of Economic, Management & Bussines, volume 1 No. 1,
Januari 2003 hal. 18 - 42
Susanti, C. Yuniar (2000) Analisis Pengaruh PDRB Terhadap Jumlah Konsumsi
Masyarakat di Provinsi Daerah Istimewa Aceh, Jurnal Ekonomi
Pembangunan, Volume 6 Nomor 3 hal. 332-345.
Susilowati, S. Hery dkk (2002) Diversifikasi Sumber Pendapatan Rumah Tangga di
Pedesaan Jawa Barat, Jurnal FAE, Volume 20 No. 1, Mei 2002, hal. 85 109.
Suyanto Nurhadi (2000), Ekonomi, Erlangga, Jakarta.
Todaro, M.P (1998) Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga, Edisi Keenam,
Penerbit Erlangga, Jakarta.
Tokunaga, S. (1997) A Quarterly Macro Econometric Model for Indonesian
Economy. Paper presented on Seminar of Macroeconomic Modelling in
Developing Countries, September 1997. FE-UI, Depok, Indonesia
KHAIRIL ANWAR : ANALISIS DETERMINAN PENGELUARAN KONSUMSI RUMAH TANGGA MASYARAKAT MISKIN
DI KABUPATEN ACEH UTARA, 2008.
USU e-Repository 2008