Anda di halaman 1dari 30

BAB I

PENDAHULUAN

Demam berdarah dengue yang ditularkan melalui vektor nyamuk Aedes aegypty
masih merupakan masalah kesehatan penting di dunia. Di Indonesia, demam
berdarah dengue mulai dikenal pertama kali pada tahun 1968 di DKI Jakarta dan
Surabaya, dan terus menyebar ke seluruh tiga puluh tiga propinsi di Indonesia. Pola
epidemiologi infeksi dengue mengalami perubahan dari tahun ke tahun, jumlah kasus
memuncak setiap siklus 10 tahunan. Dari tahun 1968-2008 angka kesakitan demam
berdarah dengue terus meningkat. Pada tahun 2008 didapatkan angka kesakitan
58,85/100.000 penduduk. Empat serotipe penyebab virus dengue, yaitu DEN 1, 2, 3,
dan 4. Semua serotipe virus dengue ditemukan di Indonesia, namun serotipe virus
DEN-3 masih dominan menyebabkan kasus dengue yang berat dan fatal.1
Angka kejadian DBD pada tahun 2011 di wilayah propinsi Sulawesi Utara
khususnya Kota Manado sebesar 156 kasus dari total 1485 kasus di seluruh wilayah
propinsi Sulut. Kasus demam berdarah dengue di Sulawesi Utara pada tahun 2011
menunjukan bahwa kota Manado menempati posisi teratas dengan jumlah 156 kasus,
diikuti oleh Kotamobagu 151 kasus, Kabupaten

Minahasa Utara 120 kasus,

Kabupaten Kepulauan sangihe 120 kasus, Kabupaten minahasa 116 kasus, Kota
Tomohon 107 kasus, Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan 106 kasus, Kabupaten
Minahasa Selatan 98 kasus, Kota Bitung 91 kasus, Kabupaten Bolaang Mongondow
utara 76 kasus, Kabupaten Bolaang Mongondow 74 kasus, Kabupaten Sitaro 63
Kasus, Kabupaten Bolaang Mongondow Timur 45 kasus, dan KabupatenPERTAMA
Talaud 44 kasus.2

Berikut ini akan dilaporkan suatu kasus, seorang anak perempuan dengan
DBD derajat III, dirawat di Ruang Perawatan Intensif E BLU RSU Prof. Dr.R.D.
Kandou Manado sejak tanggal 18 Maret 2016.

BAB II
LAPORAN KASUS

Nama

: An. A. N. K

Jenis kelamin

: Perempuan

Tanggal lahir/umur

: 3 April 2008 / 7 tahun 11 bulan

Lahir di

: RSU Tondano

Berat badan lahir

: 2900 gram

Partus secara

: Spontan letak belakang kepala oleh bidan

Kebangsaan

: Indonesia

Suku bangsa

: Tondano

Nama Ibu/umur

: Ny. E.R / 43 tahun ( Perkawinan I )

Pekerjaan Ibu

: Ibu Rumah Tangga

Pendidikan Ibu

: SMK

Nama Ayah/umur

: Tn. D.K / 38 tahun ( Perkawinan I )

Pekerjaan Ayah

: Petani

Pendidikan Ayah

: SMP

Alamat

: Rewokan Lingkungan II

Rujukan Dari

: RS Tondano

Tanggal MRS

: 18 Maret 2016

Jam

: 17.00 WITA

Anamnesis : diberikan oleh ibu penderita


Pasien merupakan anak ke 2 dari 3 bersaudara
Family tree

Anak

Umur

Kesehatan

Perempuan

16 tahun

sehat

Perempuan

7 tahun

penderita

Laki - laki

3 tahun

sehat

Keluhan Utama: Kaki dan tangan dingin sejak 10 jam sebelum masuk rumah sakit
Demam tinggi sejak 5 hari sebelum masuk rumah sakit
Kaki tangan penderita teraba dingin sejak 10 jam sebelum masuk rumah
sakit ( SMRS ). Demam dialami penderita sejak 5 hari sebelum masuk rumah sakit
( SMRS ). Demam tinggi mendadak, terus menerus, dan saat di ukur orang tuanya
suhu badan mencapai 39,5 0C. Demam turun dengan obat penurun panas, namun
tidak sampai normal kemudian naik kembali. Demam tidak disertai dengan
menggigil, kejang dan BAB hitam.

Penderita juga mengalami muntah 3 hari sebelum masuk rumah sakit


( SMRS ), frekuensi 2x, volume gelas aqua berisi cairan dan sisa makanan dan
hidung penderita sebelah kiri juga keluar darah segar, jumlah sedikit, dan berhenti
dengan sendirinya.
Selain itu penderita juga mengeluh nyeri perut sejak 2 hari sebelum masuk
rumah sakit ( SMRS ), nyeri dirasakan terus menerus, dan semakin memberat. BAB
dan BAK biasa, batuk dan beringus tidak dialami oleh penderita. Penderita
merupakan rujukan dari RSU Tondano dengan infus terpasang dan diagnosis Demam
Berdarah Dengue ( DBD ) derajat III.
Anamnesis Antenatal
ANC teratur sebanyak 8 kali di Puskesmas, Suntik TT sebanyak 2 kali, Selama hamil
ibu dalam keadaan sehat.
Penyakit yang pernah dialami :
Morbili

:-

Varicella

:-

Pertusis

:-

Diarrhea

:+

Cacing

:-

Batuk/pilek

:+

Kepandaian / kemajuan bayi :


Pertama kali membalik

: 2 bulan

Pertama kali tengkurap

: 3 bulan

Pertama kali duduk

: 4 bulan

Pertama kali merangkak

: 5 bulan

Pertama kali berdiri

: 6 bulan
5

Pertama kali berjalan

: 12 bulan

Pertama kali tertawa

: 2 bulan

Pertama kali berceloteh

: 3 bulan

Pertama kali memanggil mama: 6 bulan


Pertama kali memanggil papa : 6 bulan
Anamnesis makanan terperinci sejak bayi sampai sekarang
ASI

: Lahir - 14 bulan

PASI

: Lahir - 24 bulan

Bubur susu

: 6 bulan - 12 bulan

Bubur saring : 8 bulan - 12 bulan


Bubur halus

: 6 bulan - 10 bulan

Nasi lembek : 9 bulan - 24 bulan


Nasi

: 2 tahun - sekarang

Riwayat Imunisasi

Jenis Imunisasi
BCG

Dasar
II

Polio

Ulangan
III

III

II

DTP

Campak

Hepatitis B

Anamnesis Keluarga
1. Riwayat Keluarga
Dalam keluarga hanya penderita yang sakit seperti ini
2. Keadaan Sosial, ekonomi, kebiasaan dan lingkungan

Penderita tinggal di rumah permanen, beratap seng, berdinding beton dan


berlantai papan. Jumlah kamar 2 buah dihuni oleh 5 orang, 2 orang dewasa dan 3
anak-anak. WC / kamar mandi di dalam rumah. Sumber air minum dari Air PAM.
Sumber penerangan listrik dari PLN. Penanganan sampah dengan cara dibuang.

Pemeriksaan Fisik
BB

: 24 kg

TB

: 115 cm

Keadaan Umum

: Tampak sakit berat Kesadaran

Status Gizi

: Baik

Tekanan Darah
Nadi
Respirasi
Suhu badan

: 80/60 mmHg
: 105x/m (regular, kecil, tidak kuat angkat)
: 28x/menit
: 37,70 C

KEPALA:Bentuk

: Normocephali

Rambut

: Hitam, tidak mudah dicabut

Mata

: Exopthalmus / Enopthalmus : -/-

: Compos Mentis

Tekanan Bola Mata

: Normal pada perabaan

Konjungtiva

: Anemis (-)

Sklera

: Ikterik (-)

Refleks Kornea

: Normal

Pupil

: Bulat, isokor, 3mm/3mm

Refleks cahaya

: +/+

Lensa

: Jernih

Fundus/Visus

: Tidak di evaluasi

Gerakan bola mata


Telinga: Sekret -/7

: Normal ke segala arah

Hidung

: Secret (-), bekuan darah -/+

Mulut

: Bibir

: Sianosis (-)

Lidah

: beslag (-)

Gigi

: Caries (-)

Selaput Mulut

: Mukosa mulut basah

Gusi

: Perdarahan (-)

Bau Pernapasan

: Foetor (-)

Tenggorokan : Tonsil

: T1-T2 hiperemis (-)

Faring
Leher

Thorax

: Hiperemis (-)

: Trakea

Paru-Paru

Jantung

: Letak di tengah

Kelenjar

: Pembesaran KGB (-)

Kaku kuduk

: (-)

Bentuk : simetris
Rachitic Rosary : (-)

Xiphosternum: (-)

Ruang Intercostal: Normal

Harrisons groove: (-)

Precordial Bulging: (-)

Pernapasan Paradoksal: (-)

Inspeksi

: Simetris, retraksi (-)

Palpasi

: Stem fremitus kiri = kanan

Perkusi

: Sonor kiri = kanan

Auskultasi

: Sp Bronkovesikuler, Rhonki /-, Wheezing -/-

Detak jantung : 105 x/m


Iktus kordis

: Tidak Tampak

Batas kiri

: Linea Midclavicularis Sinistra

Batas kanan

: Linea Parasternalis Dextra


8

Batas atas

: ICS II-III

Bunyi jantung apeks: M1>M2


Bunyi jantung aorta: A1>A2
Bunyi jantung pulmo: P1<P2
Bising: (-)
Abdomen

: Cembung, lemas, bising usus (+) normal


Ascites (-)
Hepar : 3-3cm bac

Lien: tidak teraba

Genitalia

: Perempuan, normal

Kelenjar

: Pembesaran KGB (-)

Anggota Gerak : Akral Dingin, CRT > 2 , sianosis (-)


Tulang

: Deformitas (-)

Otot

: Eutoni

Refleks

: Refleks Fisiologis +/+, Refleks Patologis : -/-

KULIT
Warna
: Sawo matang
Turgor
: Kembali cepat
Efloresensi : (-)
Tonus
: Eutoni
Pigmentasi : (-)
Oedema
: (-)
Jaringan parut: (-)
Lapisan lemak: Cukup
Lain-lain
: (-)
RESUME
Seorang anak perempuan 7 tahun 11 bulan, BB 24 kg, TB 115 cm, MRS 18 Maret
17.00 WITA dengan keluhan demam sejak 5 hari SMRS. Kaki dan tangan dingin
sejak 10 jam sebelum masuk rumah sakit ( SMRS ). Mimisan, muntah bercampur
sisa makanan frekuensi 2 kali. Selain itu nyeri perut sejak 2 hari sebelum masuk
rumah sakit ( SMRS ).
Keadaan Umum

: Tampak sakit berat

Kesadaran

: Compos Mentis

BB

: 24 kg

TB

Status Gizi

: Baik

TD

: 80/60 mmHg

RR

: 28 x/menit

Nadi

: 105 x/menit (regular, lemah, tak kuat angkat)

SB

: 37,7oC

Kepala

: Konjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-), PCH (-)

Thoraks

: Pergerakan dinding dada simetris, retraksi (-)

Cor

: Bunyi jantung S1-S2, bising (-)

Pulmo

: Sp. Bronkovesikuler, Rh -/-, Wh -/-

Abdomen

: Cembung, lemas, BU (+) Normal


Hepar: 3-3 cm BAC lien: tidak teraba

Ekstremitas

: Akral dingin, CRT>2

Hasil Laboratorium 18/03/2016 :


Hematokrit

: 45,3 %

Hb

: 15,4 g/dl

Eritrosit

: 5.15 juta/mm3

Leukosit

: 2733 /mm3

Trombosit

: 56000/mm3

SGOT

: 242 U/L

SGPT

: 88 U/L

IgM anti dengue

:(-)

IgG anti dengue

: (+)

Diagnosis

: Demam Berdarah Dengue derajat III

Terapi

:-

O2 1-2 liter/menit
10

: 115 cm

IVFD RL 20 ml/kgBB secepatnya = 480 ml (sudah

diberikan 2x di RSU Tondano )


Inj. Ceftriaxone 2x1 gr IV
Paracetamol 3x250 mg tablet
Oralit ad libitum
PCV/6 jam
Diuresis/jam
Observasi ketat tanda-tanda vital/jam

Tanggal 17 Maret 2016, Jam 17.00 WITA ( IRDA )


S

: Kaki dan tangan dingin (+), demam (-)

: KU
TD

: Tampak sakit berat

Kesadaran

: Compos Mentis

: 80/60 mmHg

RR

: 28 x/menit

Nadi

: 105 x/menit (lemah, tak kuat angkat)

SB

: 37,0oC

PCV

: 44%

Kepala

: Konjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-), PCH (-)

Thoraks

: Simetris, retraksi (-)


Cor: bising (-)
Pulmo: Sp. Bronkovesikuler, Rh -/-, Wh -/-

Abdomen

: cembung, lemas, BU (+) Normal


Hepar: 3-3 cm BAC lien: tidak teraba

Ekstremitas : Akral dingin, CRT>2


A

: DBD derajat III

O2 1-2 liter/menit

IVFD RL 20 ml/kgBB/secepatnya = 480 ml ( sudah diberikan 2x di

RSU Tondano )
Inj. Ceftriaxone 2 x 1 gr IV ( skin test ) (1)
Paracetamol 3 x 250 mg
11

Rencana

PCV / 4 jam
Observasi tanda-tanda vital/jam
MRS RPI

: Periksa DL, SGOT, SGPT

Tanggal 17 Maret 2016, Jam: 17.30 WITA (IRDA)


S

: Kaki tangan dingin (+), demam (-)

: KU

: Tampak sakit

Kesadaran

: Compos Mentis

TD

: 90/50 mmHg

RR

: 28x/menit

SB

: 37,2oC

Nadi : 100 x/menit


PCV : 32%
Ekstremitas: akral hangat, CRT <2
Pemeriksaan fisik lain sesuai status quo
A

: DBD derajat III

: - IVFD FFP 10 cc/kgBB/Jam = 240 cc/jam


- Terapi lain lanjut

Tanggal 18 Maret 2016, Jam : 18.30 WITA ( RPI )


S

: Kaki dan tangan dingin (-), demam (-), nyeri perut (-)

: KU

: Tampak sakit

Kesadaran

: Compos Mentis

TD

: 100/60 mmHg

RR

: 24 x/menit

SB

: 36,5oC

Nadi : 105 x/menit


Kepala

: Konjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-), PCH (-)

Thoraks

: Simetris, retraksi (-)


Cor: bising (-)
Pulmo: Sp. Bronkovesikuler, Rh -/-, Wh -/12

Abdomen

: cembung, lemas, BU (+) Normal


Hepar: 3-3 cm BAC lien: tidak teraba

Ekstremitas : Akral hangat, CRT<2


Hasil Laboratorium :
-

Leukosit
: 2733/mm3
Eritrosit
: 5.15juta/mm3
Hemoglobin : 14.4g/dl
Hematokrit : 45,3%
Trombosit
: 56.000/mm3
SGOT
: 242 U/L
SGPT
: 88 U/L
IgG anti dengue : Positif (+)
IgM anti dengue: Negatif (-)

: DBD derajat III dalam terapi 1 jam

O2 1-2 liter/menit

IVFD RL 10 ml/kg/jam = 240 ml


Inj. Ceftriaxone 2 x 1 gr IV
Paracetamol 3 x 250 mg (k/p)
PCV / 4 jam
Balans Diuresis / jam
Vital sign/ jam
Oralit ad lib

Tanggal 18 Maret 2016, Jam : 19.30 WITA ( RPI )


S

: Kaki dan tangan dingin (-), demam (-), nyeri perut (-)

: KU

: Tampak sakit

Kesadaran

: Compos Mentis

TD

: 110/70 mmHg

RR

: 24x/menit

SB

: 36,6oC

Nadi : 88x/menit
Kepala

: Konjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-), PCH (-)

Thoraks

: Simetris, retraksi (-)


Cor: bising (-)
Pulmo: Sp. Bronkovesikuler, Rh -/-, Wh -/-

13

Abdomen

: cembung, lemas, BU (+) Normal


Hepar: 3-3 cm BAC lien: tidak teraba

Ekstremitas : Akral hangat, CRT<2


A

: DBD derajat III terapi 2 jam

O2 1-2 liter/menit

IVFD RL 10 ml/kgBB/jam = 240 cc/jam


Terapi lain lanjut

Tanggal 18 Maret 2016, Jam : 20.30 WITA ( RPI )


S

: Kaki dan tangan dingin (-), demam (-), nyeri perut (-)

: KU

: Tampak sakit

Kesadaran

: Compos Mentis

TD

: 110/70 mmHg

RR

: 24x/menit

SB

: 36,6oC

Nadi : 80x/menit
Kepala

: Konjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-), PCH (-)

Thoraks

: Simetris, retraksi (-)


Cor: bising (-)
Pulmo: Sp. Bronkovesikuler, Rh -/-, Wh -/-

Abdomen

: cembung, lemas, BU (+) Normal


Hepar: 3-3 cm BAC lien: tidak teraba

Ekstremitas : Akral hangat, CRT<2


A

: DBD derajat III dalam terapi 3 jam

O2 1-2 liter/menit

IVFD RL 10 ml/kgBB/jam = 240 cc/ jam

Terapi lain lanjut

Tanggal 18 Maret 2016, Jam : 21.30 WITA ( RPI )


14

: Kaki dan tangan dingin (-), demam (-)

: KU

: Tampak sakit

Kesadaran

: Compos Mentis

TD

: 110/70 mmHg

RR

: 24x/menit

SB

: 36,5oC

Nadi : 80x/menit (kuat angkat)


Kepala

: Konjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-), PCH (-)

Thoraks

: Simetris, retraksi (-)


Cor: bising (-)
Pulmo: Sp. Bronkovesikuler, Rh -/-, Wh -/-

Abdomen

: cembung, lemas, BU (+) Normal


Hepar: 3-3 cm BAC lien: tidak teraba

Ekstremitas : Akral hangat, CRT<2


PCV

: 34%

: DBD derajat III dalam terapi 4 jam

O2 1-2 liter/menit

IVFD RL 7 cc/kgBB/jam = 168 cc/jam

- Terapi lain lanjut

Tanggal 19 Maret 2016, Jam : 01.30 WITA ( RPI )


S

: Kaki dan tangan dingin (-), demam (-), nyeri perut (-)

: KU

: Tampak sakit

Kesadaran

: Compos Mentis

TD

: 100/70 mmHg

RR

: 24x/menit

SB

: 36,5oC

Nadi : 82x/menit ( kuat angkat )


Kepala

: Konjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-), PCH (-)

Thoraks

: Simetris, retraksi (-)


Cor: bising (-)
15

Pulmo: Sp. Bronkovesikuler, Rh -/-, Wh -/Abdomen

: cembung, lemas, BU (+) Normal


Hepar: 3-3 cm BAC lien: tidak teraba

Ekstremitas : Akral hangat, CRT<2


PCV

: 32 %

: DBD derajat III dalam terapi 8 jam

O2 1-2 liter/menit

IVFD RL 5 cc/kgBB/jam = 120 cc/jam

- Terapi lan lanjut

Tanggal 19 Maret 2016, Jam : 05.30 WITA ( RPI )


S

: Kaki dan tangan dingin (-), demam (-), sesak (-)

: KU

: Tampak sakit

Kesadaran

: Compos Mentis

TD

: 110/60 mmHg

RR

: 24x/menit

SB

: 36,5oC

Nadi : 80x/menit (kuat angkat)


PF lain status quo
Hasil Lab : PCV : 33%
A

: DBD derajat III dalam terapi 12 jam

O2 1-2 liter/menit

IVFD RL 3 cc/kgBB/jam = 72 cc/jam

- Terapi lain lanjut

Tanggal 19 Maret 2016, Jam : 09.30 WITA ( RPI )


S

: Kaki dan tangan dingin (-), demam (-), sesak (-)

: KU

: Tampak sakit

Kesadaran
16

: Compos Mentis

TD

: 100/70 mmHg

Nadi : 80x/menit (kuat angkat)

RR

: 24x/menit

SB

: 36,5oC

PF lain status quo


PCV : 33%
A

: DBD derajat III dalam terapi 16 jam

O2 1-2 liter/menit

IVFD RL 3 cc/kgBB/jam = 72 cc/jam

Inj. Ceftriaxone 2 x 1 gr IV (2)

Paracetamol 3 x 250 mg (k/p)

PCV/4 jam

Diuresis dan Vital sign/jam

Rencana : DL

Tanggal 19 Maret 2016, Jam : 13.30 WITA ( RPI )


S

: Kaki dan tangan dingin (-), demam (-), sesak (-)

: KU

: Tampak sakit

Kesadaran

: Compos Mentis

TD

: 100/70 mmHg

RR

: 24x/menit

SB

: 36,5oC

Nadi : 80x/menit (kuat angkat)


PF lain status quo
PCV : 33%
A

: DBD derajat III dalam terapi 20 jam

O2 1-2 liter/menit

IVFD RL 3 cc/kgBB/jam = 72 cc/jam

Inj. Ceftriaxone 2 x 1 gr IV ( 2 )

Paracetamol 3 x 250 mg (k/p)


17

PCV/4 jam

- Vital sign/jam

Tanggal 19 Maret 2016, Jam : 17.30 WITA ( RPI )


S

: Kaki dan tangan dingin (-), demam (-), sesak (-)

: KU

: Tampak sakit

Kesadaran

: Compos Mentis

TD

: 100/70 mmHg

RR

: 24x/menit

SB

: 36,5oC

- MCH
- MCHC
- MCV

: 29.5 pg
: 33.4g/dL
: 88.2 fL

Nadi : 80x/menit (kuat angkat)


PF lain status quo
PCV : 33%
Hasil Laboratorium ;
-

Leukosit
Eritrosit
Hemoglobin
Hematokrit
Trombosit

: 7.200/mm3
: 4.51 juta/mm3
: 13.3 g/dl
: 35,5%
: 47.000/mm3

: DBD derajat III dalam terapi 24 jam

O2 1-2 liter/menit (k/p)

IVFD RL 24 gtt/menit

- Terapi lain lanjut

Tanggal 19 Maret 2016, Jam : 21.30 WITA ( RPI )


S

: Kaki dan tangan dingin (-), demam (-), sesak (-)

: KU

: Tampak sakit

Kesadaran

: Compos Mentis

TD

: 100/70 mmHg

RR

: 24x/menit

SB

: 36,5oC

Nadi : 80x/menit (kuat angkat)


PF lain status quo
18

PCV : 33%
A

: DBD derajat III dalam terapi 28 jam

IVFD RL 24 ml/jam = 8 gtt/m

- Terapi lain lanjut

Tanggal 20 Maret 2016, Jam : 17.00 WITA ( RPI )


S

: Kaki dan tangan dingin (-), demam (-), sesak (-)

: KU

: Tampak sakit

Kesadaran

: Compos Mentis

TD

: 100/70 mmHg

RR

: 24x/menit

SB

: 36,5oC

Nadi : 80x/menit (kuat angkat)


PF lain status quo
PCV : 34%
A

: DBD derajat III

IVFD RL 24 ml/jam = 8 gtt/m

Inj. Ceftriaxone 2 x 1 gr IV ( 3 )

Paracetamol 3 x 250 mg (k/p)

Oralit ad Lib

Rencana : Pindah Ruangan

19

BAB III
PEMBAHASAN

Kasus ini membahas seorang anak perempuan umur 7 tahun 1 bulan, berat badan 24
kg, didiagnosis dengan demam berdarah dengue, didasarkan pada anamnesis,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.
Demam Berdarah Dengue adalah suatu penyakit demam berat yang sering
mematikan, disebabkan oleh virus DEN-1, DEN-2, DEN-3, DEN-4 yang disebarkan
oleh nyamuk Aedes aegypti yang sebelumnya telah terinfeksi oleh virus dengue dari
penderita DBD lainya, ditandai oleh permeabilitas kapiler, kelainan hemostasis dan
pada kasus berat, sindrom syok kehilangan protein.13,14
Pada anamnesis didapatkan adanya keluhan demam terus-menerus sejak 5
hari sebelum masuk rumah sakit. Pada pemeriksaan fisik perdarahan spontan berupa
mimisan serta didapati kebocoran plasma pada pemeriksaan penunjang didapatkan
peningkatan hematokrit 45.3 %. Serta adanya trombositopenia 56.000/mm3. Pada uji
serologis ditemukan IgG anti dengue (+) dan IgM anti dengue (-). Hal ini sesuai
kepustakaan , dimana kriteria diagnosis demam berdarah dibagi menjadi kriteria
diagnosis klinis dan kriteria diagnosis laboratoris. 14,15,16
Berdasarkan kriteria WHO 1997, diagnosis DBD ditegakkan bila semua
hal ini terpenuhi : 14,15,16
1. Demam atau riwayat demam akut antara 2-7 hari biasanya bifasik.

20

2.

Terdapat minimal 1 manifestasi perdarahan berikut : Uji bendung

Petekie,

positif,

Ekimosis atau Purpura, Perdarahan mukosa, Hematemesis dan Melena.

3. Trombositopenia ( Jumlah Trombosit <100.000/ml ).


4. Terdapat minimal 1 tanda kebocoran plasma sbb:

Peningkatan hematokrit >20% dibandingkan standar sesuai umur dan

jenis kelamin.
Penurunan hematokrit

dibandingkan dengan nilai hematokrit sebelumnya.


Tanda kebocoran plasma seperti: efusi pleura, asites, hipoproteinemia,

>20%

setelah

mendaptrat

terapi

cairan

hiponatremia.

Terdapat 4 derajat spektrum klinis DBD (WHO, 1997), yaitu : 14,15,16


Derajat 1: Demam disertai gejala tidak khas dan satu-satunya

manifestasi perdarahan adalah uji torniquet.


Derajat 2: Seperti derajat 1, disertai perdarahan spontan di kulit dan

perdarahan lain.
Derajat 3: Didapatkan kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lemah,
tekanan nadi menurun (20 mmHg atau kurang) atau hipotensi, sianosis di

sekitar mulut kulit dingin dan lembab, tampak gelisah.


Derajat 4: Syok berat, nadi tidak dapat diraba dan tekanan darah tidak
terukur.

Laboratorium

pada

DBD

akan

ditemukan

trombositopenia

dan

hemokonsentrasi. Penurunan jumlah trombosit <100.000/ L biasa ditemukan pada


hari ke tiga sampai hari ke 8 saat sakit, sering terjadi sebelum atau bersamaan dengan
perubahan nilai hematokrit. Hemokonsentrasi yang disebabkan oleh kebocoran
plasma dinilai dari peningkatan nilai hematoktrit. Penurunan nilai trombosit yang

21

disertai atau segera disusul dengan peningkatan nilai hematokrit untuk DBD, kedua
hal tersebut biasanya terjadi pada saat suhu turun atau sebelum syok terjadi. Perlu
diketahui nilai hematokrit dapat dipengaruhi oleh pemberian cairan atau oleh
perdarahan. Jumlah leukosit bisa menurun (leukopenia) atau leukositosis.
Hipoproteinemia akibat kebocoran plasma biasa ditemukan.17,18
Berdasarkan kriteria klasifikasi WHO 1997 di atas makan pasien ini termasuk
klasifikasi DBD derajat III. Adanya hipovolemik menyebabkan tubuh melakukan
mekanisme kompensasi melalui jalur neurohumoral agar tidak terjadi hiperfusi pada
organ vital. Sistem kardiovaskuler mempertahankan isi sekuncup, laju jantung dan
vasokonstriksi perifer. Apabila perembesan plasma terus berlangsung atau
pengobatan tidak adekuat, kompensasi dilakukan dengan mempertahankan sirkulasi
ke organ vital dengan mengurangi sirkulasi ke daerah perifer. Secara klinis
ditemukan ekstremitas teraba dingin dan lembab, kulit tubuh menjadi berbecakbecak, pengisian waktu kapiler memanjang lebih dari dua detik. Dengan adanya
vasokonstriksi perifer, terjadi peningkatan resistensi perifer sehingga tekanan
diastolik meningkat sedang tekanan sistolik tetap sehingga nadi akan menyempit
kurang dari 20 mmHg. Pada tahap ini sistem pernapasan melakukan kompensasi
berupa quite tachypnea (takipnea tanpa peningkatan kerja otot pernapasan ).17,19
Pada pasien ini telah dilakukan pemeriksaan dengan hasil IgG (+) dan IgM (-)
yang menunjukkan bahwa pasien ini terkena infeksi sekunder DBD. Berdasarkan
kepustakaan, untuk dapat membuktikan etiologi DBD dapat dilakukan serologi anti
Ig-G dan Ig-M. Pada infeksi primer, antibodi IgM dapat terdeteksi pada hari ke lima
setelah onset penyakit, yakni setelah jumlah virus dalam darah berkurang. Kadar IgM meningkat dengan cepat dan mencapai puncaknya dalam 2 minggu dan menurun
hingga tak terdeteksi lagi setelah 2-3 bulan. Antibodi Ig-G lebih rendah dibandingkan
22

IgM, namun dapat bertahan beberapa tahun dalam sirkulasi. Sedangkan pada infeksi
sekunder, kadar IgG meningkat lebih banyak dibandingkan IgM dan muncul sebelum
atau bersamaan dengan IgM. IgG merupakan antibodi predominan pada infeksi
sekunder.4,5
Pada pasien ini dilakukan loading RL 20 ml/kgBB/jam secepatnya dan
terdapat perbaikan sirkulasi yakni tekanan darah naik, frekuensi nadi teraba cukup,
akral hangat, tidak pucat, dan diuresis dicatat. Kemudian cairan RL di kurangi
menjadi 10 ml/kgBB/jam. Setelah dievaluasi dan terjadi perbaikan, pemberian cairan
diberikan 7ml/kgBB/jam, kemudian dikurangi lagi 5ml/kgBB dan kemudian
diberikan 3ml/kgBB/jam. Selain cairan pasien ini juga di berikan oksigen 1 - 2 liter
per menit dan diberikan terapi simptomatik yakni inj. Ceftriaxone 2 x 1 gr iv.
Berdasarkan kepustakaan, syok pada demam berdarah dengue merupakan syok
hipovolemik akibat terjadi perembesan plasma, fase awal berupa syok terkompensasi
dan fase selanjutnya fase dekompensasi. Diagnosis dini syok terkompensasi disertai
dengan pengobatan yang cepat dan tepat mempunyai prognosis yang jauh lebih baik
dibandingkan apabila pasien sudah jatuh ke dalam fase syok dekompensasi. Pasien
yang mengalami syok terkompensasi harus segera mendapat pengobatan sebagai
berikut: 19

23

SSD
Oksigenasi (berikan O2 2-4 L/menit)
Penggantian volume plasma segera
(cairan kristaloid isotonis) Ringer Laktat
10-20 mL/kgBB dalam waktu 1 jam
Ya

Syok teratasi

Tidak

IVFD 10 mL/kgBB, 1-2 jam


Periksa A,B,C,S : Ht, gas
darah, glukos darah,
kalsium, perdarahan.
Koreksi bila ditemukan
segera asidosi,
hipoglisemia,

Tanda vital stabil turunkan IVFD


Bertahap 7, 5 , 3dan 1,5 mL/kgBB/jam

Ht Meningkat

Bolus kedua kristaloid


Stop IVFD maksimal 48 jam

Ht Menurun

Perdarahan

Atau koloid 10-20 mL/kgBB

Setelah syok teratasi

Waktu 10-20 menit


Tidak

jelas
Bila tidak teratasi koloid
10-20 mL/kgBB dalam 10-20
Menit, jika syok menetap
Dianjurkan transfusi darah

24

Transfusi
darah

Berikan terapi oksigen 2-4 L/menit

Berikan resusitasi cairan kristaloid isotonic intravena dengan jumlah cairan 10-20
mL/kgBB dalam waktu 1 jam. Periksa hematokrit.

Bila syok teratasi berikan cairan dengan dosis 10 mL/kgBB/jam selama 1-2 jam.

Bila keadaan sirkulasi tetap stabil jumlah cairan dikurangi secara bertahap
menjadi 7, 5, 3, 1 mL/kgBB/jam. Pertimbangkan untuk mengurangi cairan yang
diberikan secara intravena bila masukan cairan melalui oral sudah membaik.
Pada pasien ini terlihat tanda perbaikan yaitu, suhu badan yang normal,

Buang air besar normal, serta sudah tidak mengeluh nyeri perut dan nyeri kepala. Hal
ini sesuai dengan kepustakaan, tata laksana pada fase pemulihan (recovery phase). 16

Fase pemulihan ditandai dengan perbaikan klinis, nafsu makan membaik, dan

secara umum tampak membaik.


Status hemodinamika dan perfusi perifer yang baik perlu dipantau dengan baik.
Didapatkan penurunan kadar hematokrit ke kadar basal dan volume urin yang

cukup.
Pemberian cairan intravena tidak boleh dilanjutkan lagi untuk mencegah
kelebihan cairan karena pada fase pemulihan cairan dari ekstravaskular kembali

masuk ke rongga intravaskular.


Pada pasien dengan efusi pleura yang luas dan asites, pada fase pemulihan mudah
terjadi kelebihan cairan, maka dapat diberikan furosemid untuk mengurangi
udem paru. Apabila efusi pleura hanya sedikit dan keadaan umum anak baik,

tidak perlu diberikan diuretika karena akan direabsorbsi spontan.


Mungkin terjadi hipokalemia yang disebabkan oleh stres dan diuresis, perlu
segera dikoreksi dengan pemberian buah yang kaya kalium atau suplemen.
25

Tidak jarang dijumpai bradikardia, maka perlu pemantauan untuk terjadinya


penyulit yang jarang yaitu heart blocker atau ventricular premature contraction

Tanda-tanda penyembuhan16

Frekuensi nadi, tekanan darah, dan frekuensi napas stabil


Suhu badan normal
Tidak dijumpai perdarahan baik eksternal maupun internal
Nafsu makan membaik
Tidak dijumpai muntah maupun nyeri perut
Volume urin cukup
Kadar hematokrit stabil pada kadar basal
Ruam konvalesens, ditemukan pada 20%-30% kasus.
Perbaikan klinis yang jelas
Jumlah urin cukup
Pasien telah memenuhi kriteria pindah dari ruang perawatan intensif selama

2 hari perawatan dimana pasien tidak terdapat tanda-tanda syok, tidak demam
minimal 24 jam tanpa terapi antipiretik, nafsu makan baik, perbaikan klinis yang
jelas, tidak tampak distres pernapasan yang disebabkan efusi pleura atau asites.

Kriteria pulang rawat : 10,17


Tidak demam minimal 24 jam tanpa terapi antipiretik
Nafsu makan membaik
Perbaikan 2-3 hari setelah syok teratasi
Tidak tampak distres pernapasan yang disebabkan efusi pleura atau asites
Jumlah trombosit >50.000/mm3. Apabila masih rendah namun klinis baik, pasien
boleh pulang dengan nasihat jangan melakukan aktivitas yang memudahkan untuk
mengalami trauma selama 1-2 minggu (sampai trombosit normal). Pada umumnya
apabila tidak ada penyulit atau penyakit lain yang menyertai (misalnya idiopatik
trombositopenia purpura=ITP), trombosit akan kembali ke kadar normal dalam
waktu 3-5 hari.

26

Pada kasus ini tidak ditemukan adanya komplikasi dari demam berdarah
dengue. Berdasarkan kepustakaan, beberapa komplikasi Demam Berdarah Dengue,
yaitu sebagai berikut. 17

Ensefalopati dengue, dapat terjadi pada DBD dengan atau tanpa syok.

Kelainan ginjal akibat syok berkepanjangan dapat mengakibatkan gagal ginjal


akut.

Edema paru dan/ atau gagal jantung seringkali terjadi akibat overloading
pemberian cairan pada masa perembesan plasma

Syok yang berkepanjangan mengakibatkan asidosis metabolik & perdarahan


hebat (DIC, kegagalan organ multipel)

Hipoglikemia/hiperglikemia,hiponatremia,

hipokalsemia

akibat

syok

berkepanjangan dan terapi cairan yang tidak sesuai

Prognosis pada penderita ini, Dubia ad bonam bila diagnosis cepat dan terapi
adekuat.

Nasihat kepada orang tua untuk pasien rawat jalan:2

Anak harus istirahat


Cukup minum selain air putih dapat diberikan susu, jus buah, cairan elektrolit, air

tajin. Cukup minum ditandai dengan frekuensi buang air kecil setiap 4-6 jam.
Parasetamol 10 mg/kgBB/kali diberikan apabila suhu >380C dengan interval 4-6

jam, hindari pemberian aspirin/NSAID/ibuprofen. Berikan kompres hangat.


Pasien rawat jalan harus kembali berobat setiap hari dan dinilai oleh petugas
kesehatan sampai melewati fase kritis, mengenai : pola demam, jumlah cairan
yang masuk dan keluar (misalnya muntah, buang air kecil) tanda-tanda
perembesan plasma dan perdarahan, serta pemeriksaan darah perifer lengkap.
27

Pasien harus segera dibawa ke RS jika ditemukan 1 atau lebih keadaan berikut :
Pada saat suhu turun keadaan anak memburuk, nyeri perut hebat, muntah terusmenerus, tangan dan kaki dingin dan lembab, letargi atau gelisah/rewel, anak
tampak lemas, perdarahan (misalnya BAB berwarna hitam atau muntah hitam),
sesak napas, tidak buang air kecil lebih dari 4-6 jam, atau kejang).

DAFTAR PUSTAKA

1.

Karyanti MR, Hadinegoro SR, Warouw S. Perubahan Epidemiologi Demam


Berdarah Dengue di Indonesia. Sari Pediatri. 2009;Vol 10(6):424-32
2. Pongsilurang CM, Sapulete MR, Kaunang WJP. Pemetaan Kasus Demam
Berdarah Dengue di Kota Manado. Jurnal Kedokteran Komunitas dan Tropik.
2015; Vol 3;2:1-10.

3.

Pangribuan A, Endy PP, Laksanawati IS. Faktor Prognosis Kematian Sindrom

4.
5.

Syok Dengue. Sari Pediatri. 2014;15(5):332-40.


Kalayanarooj S, Vangveeravong M, Vatcharasaevee V. Clinical Practice
Guidelines of Dengue/Dengue Hemorragic Fever Management for Asian
Economic Community. Bangkok Medical Publisher, Thailand. 2014; 40-45.

28

6.

Runtunuwu A. Studi Perbandingan Pengobatan Demam berdarah Dengue

7.

Derajat III dan Derajat IV. Sari Pediatri. 2007 Vol;8:3:42-46.


Ponsilarang CM, Sapulete MR, Kaunang WP. Pemetaan Kasus Demam
Berdarah Dengue di Kota Manado. Jurnal Kedokteran Komunitas dan Tropik.

8.

2015. Vol 3:2.


Suhardiono. Faktor Resiko Perilaku Masyarakat Terhadap Kejadian Demam

9.

Berdarah Dengue di Kelurahan Helvetia Tengah. Medan. 2008. Vol 1:2.


Infections cause by Arthropod _and Rodent _borne Viruses. Dalam : Braun
Wald, Fauci, Kasper, Hauser

Longo, Jameson, Loscalzo. Harrisons

Principles of internal medicine. 17th ed. USA : Mc Graw Hill Companies,


10.

2008.
Jontari H, Halim W. Demam Berdarah Dengue di Provinsi Sumatera Barat

11.

tahun 2009. Sumatera Barat. 2011. Vol 4;2:1-5.


Dengue Haemorragic Fever ; diagnosis, treatment, prevention dan control. 2 nd

12.

edition. Geneva : World Health Organization.1997.


Dharma R, Hadinegoro S, Priatni I. Disfungsi Endotel pada Demam Berdarah
Dengue. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta. 2007. Vol

13.

10:1;17-23.
Hartoyo E. Spektrum Klinis Demam Berdarah Dengue pada Anak. Sari

14.

Pediatri. Banjarmasin. 2008:10(3);145-150.


World Health Organization. Prevention and control of dengue and
dengue haemorrhagic fever: comprihensive guidelines. New Delhi, 2001.p.5-

15.

17.
Departemen Kesehatan RI. Pedoman tatalaksana klinis infeksi dengue di

16.

sarana pelayanan kesehatan, 2005.p.19-34.


Hadinegoro SRH, et al. (editor). Tata laksana demam berdarah dengue
di

17.

Indonesia. Departemen

Kesehatan

RI

dan

Direktorat

Jenderal

Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan. 2004.


Hadinegoro SR, Moedjito I, Chairulfatah A. Pedoman diagnosis dan tata
laksana infeksi virus dengue pada anak. IDAI. Jakarta:2014;37-69.

29

18.

Soedarmo SSP, Herry G, Rezeki S. Buku Ajar Infeksi & Pediatri Tropis. 2012.

19.

Jakarta : Ikatan Dokter Anak Indonesia. 155-181.


Behrman, Kliegman, Arvin. 2000. Nelson Ilmu Kesehatan Anak (edisi: 15, vol.
2). Jakarta : EGC. 1134-1136.

30

Anda mungkin juga menyukai