Anda di halaman 1dari 51

MAKALAH TENTANG OPTIK GEOMETRI DAN

FISIS

DISUSUN OLEH : SITY NOVIA


NPM : 143112600120035
FAKULTAS TEKNIK DAN SAIN
JURUSAN FISIKA
UNIVERSITAS NASIONAL
JAKARTA
2015

OPTIK GEOMETRI
1. Pemantulan Cahaya
Seseorang dapat melihat benda

karena

benda

tersebut

mengeluarkan atau memantulkan cahaya ke mata kita. Karena ada


cahaya dari benda ke mata kita, entah cahaya itu memang berasal
dari benda tersebut, entah karena benda itu memantulkan cahaya
yang datang kepadanya lalu mengenai mata kita. Jadi, gejala melihat
erat kaitannya dengan keberadaan cahaya atau sinar.
Cabang
bagaimana

fisika

yang

terjadinya

mempelajari

cahaya,

cahaya

bagaiamana

yang

meliputi

perambatannya,

bagaimana pengukurannya dan bagaimana sifat-sifat cahaya dikenal


dengan nama Optika. Dari sini kemudian dikenal kata optik yang
berkaitan dengan kacamata sebagai alat bantu penglihatan. Optika
dibedakan atas optik geometri dan optik fisik .
Pada optik geometri dipelajari sifat-sifat cahaya dengan
menggunakan

alat-alat

yang

ukurannya

relatif

lebih

besar

dibandingkan dengan panjang gelombang cahaya. Sedangkan pada


optik fisik cahaya dipelajari dengan menggunakan alat-alat yang
ukurannya relatif sama atau lebih kecil dibanding panjang gelombang
cahaya sendiri.
Cahaya selalu merambat lurus seperti yang terlihat
manakala cahaya matahari menerobos dedaunan. Sehingga cahaya
yang merambat digambarkan sebagai garis lurus berarah yang
disebut sinar cahaya, sedangkan berkas cahaya terdiri dari beberapa
garis berarah. Berkas cahaya bisa parallel z, divergen (menyebar)
atau konvergen (mengumpul).

Seorang

ahli

matematika

berkebangsaan

belanda

yang

bernama Willebrod Snellius (1591 1626) dalam penelitiannya ia


berhasil menemukan hukum pemantulan cahaya yang berbunyi :
1. Sinar datang, sinar pantul dan garis normal terletak pada satu
bidang datar.
2. Sudut sinar datang sama dengan sudut sinar pantul.

Gambar
1.
Diagram
pemantulan
cahaya,
dengan keterangan (1)
garis normal, (2) sinar
datang, dan (3) sinar
pantul. Sudut b adalah
sudut datang, sudut c
adalah sudut pantul.
Secara garis besar pemantulan cahaya terbagi menjadi dua
yaitu pemantulan teratur dan pemantulan baur (pemantulan difus).
Pemantulan teratur terjadi jika berkas sinar sejajar jatuh pada
permukaan halus sehingga berkas sinar tersebut akan dipantulkan
sejajar dan searah, sedangkan pemantulan baur terjadi jika sinar
sejajar jatuh pada permukaan yang kasar sehingga sinar tersebut
akan dipantulkan ke segala arah.
Pada permukaan benda yang rata seperti cermin datar, cahaya
dipantulkan membentuk suatu pola yang teratur. Sinar-sinar sejajar
yang datang pada permukaan cermin dipantulkan sebagai sinar-sinar
sejajar pula. Akibatnya cermin dapat membentuk bayangan benda.
Pemantulan

semacam

ini

disebut

pemantulan

teratur

atau

pemantulan biasa .
Berbeda dengan benda yang memiliki permukaan rata, pada
saat cahaya mengenai suatu permukaan yang tidak rata, maka sinar-

sinar sejajar yang datang pada permukaan tersebut dipantulkan tidak


sebagai sinar-sinar sejajar. Pemantulan seperti ini disebut pemantulan
baur. Akibat pemantulan baur ini manusia dapat melihat benda dari
berbagai arah. Misalnya pada kain atau kertas yang disinari lampu
sorot di dalam ruang gelap, dapat terlihat apa yang ada pada kain
atau kertas tersebut dari berbagai arah. Pemantulan baur yang
dilakukan oleh partikel-partikel debu di udara yang berperan dalam
mengurangi kesilauan sinar matahari.

a. Pemantulan pada Cermin Datar


Cermin datar adalah cermin yang bentuk permukaannya
datar. Di rumahmu pasti memiliki cermin datar yang

digunakan

setiap hari untuk bercermin. Sekarang cobalah kamu bercermin di


depan cermin tersebut! Apa yang terjadi? Perhatikan bayanganmu di
cermin tersebut! Besarnya bayangan yang ada di cermin tidak
berubah

sama

sekali

masih

sama

dengan

besar

kamu

yang

sesungguhnya, demikian juga jarakmu ke cermin juga sama dengan


jarak bayangan ke cermin. Sekarang ambilah kertas kemudian tulis
namamu di atas kertas tersebut kemudian hadapkan tulisan tersebut
menghadap cermin. Perhatikan tulisan yang ada di kertas! Kamu akan
mendapatkan kesan bahwa tulisan tersebut terbalik seolah-olah posisi
sebelah kanan menjadi kiri.
Dari percobaan ini dapat kita simpulkan bahwa cermin datar
akan membentuk bayangan dengan sifat-sifat maya, sama tegak
dengan benda aslinya dan sama besar dengan benda aslinya.
1) Melukis Pembentukan Bayangan Pada Cermin Datar
Untuk melukis bayangan pada cermin datar menggunakan
hukum pemantulan cahaya. Misalkan saja Anda hendak menentukan
bayangan benda O sebagaimana terlihat pada gambar 2. Sinar
datang dari O ke cermin membentuk sudut datang (i) , di titik

tersebut ada garis normal tegak yang lurus permukaan cermin.


Dengan bantuan busur derajat, ukurlah besar sudut datang (i) yakni
sudut yang dibentuk oleh sinar datang dengan garis normal. Ukurlah
sudut pantul (r) yaitu sudut antara garis normal dan sinar pantul
yang besarnya sama dengan sudut datang. Posisi bayangan dapat
ditentukan dengan memperpanjang sinar pantul D melalui C hingga
ke O' yang berpotongan dengan garis OO' melalui B.
Gambar 2.a. Melukis
pembentukan
bayangan
sebuah
benda
titik
pada
cermin datar.

Gambar
2.b.
Melukis
pembentukan
bayangan
sebuah benda garis pada
cermin datar.

2) Menggabung Dua Cermin Datar


Dua buah cermin datar yang digabung dengan cara tertentu
dapat memperbanyak jumlah bayangan sebuah benda. Jumlah
bayangan yang terjadi bergantung pada besar sudut yang dibentuk
oleh kedua cermin itu. Jika kamu memiliki

dua buah cermin segi

empat lakukanlah percobaan berikut. Letakkan kedua cermin tersebut


saling berhadapan dengan salah satu sisi segi empat tersebut

berhimpit hingga membentuk sudut 900, kemudian letakkanlah


sebuah benda P (pensil misalnya) diantara kedua cermin tersebut!
Perhatikanlah berapa jumlah bayangan yang terbentuk?

Gambar 3. Dua cermin datar A


dan B yang dipertemukan kedua
ujungnya membentuk sudut 90
satu
sama
lain
dapat
memantulkan cahaya dari benda
P hingga membentuk tiga buah
bayangan A, B, dan A= B

Ubahlah

sudut

cermin

hingga

membentuk

sudut

600,

berapakah jumlah bayangan yang terbentuk sekarang? Hitunglah


seluruh bayangan pensil yang tampak di permukaan kedua cermin A
maupun B. Ternyata sebanyak lima bayangan.

Gambar
4.
Dengan
mempertemukan
dua
permukaan sermin A dan B
di titik C membentuk sudut
apit
sebesar
60
menghasilkan
jumlah
bayangan
sebanyak
lima

Bila sudut antara dua cermin datar 90 menghasilkan 3


bayangan dari suatu benda yang diletakkan di antara kedua cermin
tersebut dan sudut 60 menghasilkan 5 bayangan, berapakah jumlah
bayangan yang dibentuk bila sudut antara dua cermin 30 , 22,5 ,
15 dan seterusnya?

Ternyata jika sudut kedua cermin diubah-ubah (0<<90 0)


jumlah bayangan benda juga akan berubah-ubah sesuai dengan
persamaan empiris
n

dengan

360
1

: Jumlah bayangan

: sudut antara kedua cermin

Penggunaan gabungan dua cermin datar dapat dijumpai


misalnya di toko sepatu atau toko pakaian dan digunakan oleh para
pelanggan toko tersebut saat mencoba sepatu atau pakaian yang
hendak mereka beli. Gabungan dua cermin ini dapat juga kamu temui
di salon-salon kecantikan, di tempat fitness centre, atau di rumah
main bagi kanak-kanak.

3) Tinggi Minimal Cermin Datar Agar Saat Bercermin Seluruh


Bayangan Tubuh

Tampak di dalam Cermin

Bila seorang anak yang tingginya 150 cm ingin melihat


bayangannya pada cermin datar, haruskah cermin itu mempunyai
tinggi yang sama dengan anak itu?
Bila d = jarak mata ke ujung rambut (m), L = tinggi minimal
cermin datar yang diperlukan (m), h = tinggi orang dari ujung kaki
sampai ujung rambut (m), maka diperoleh hubungan bahwa L =
h. Jadi, agar dapat melihat tinggi seluruh bayangan benda pada
sebuah cermin datar maka tinggi cermin itu haruslah sama dengan
setengah tinggi badan. Sedangkan pemasangan bagian bawah cermin
haruslah jarak ujung jari kaki ke mata.

Gambar 5. Panjang
minimal cermin yang
diperlukan
agar
bayangan
anak
tampak
seluruhnya
dari
ujung
kaki
sampai ujung rambut
di
dalam
cermin
adalah cukup L =
h, dimana h sebagai
tinggi badan anak
tersebut.

Bagaimana dengan jarak orang ke cermin datar, apakah


berpengaruh

dalam pembentukan bayangan? Jawabnya tidak.

Perubahan jarak badan dari cermin datar, hanya merubah besar sudut
datang (i). Akan tetapi karena sudut pantul (r) selalu sama dengan
sudut datang (i), maka besar sudut-sudut pantul akan berubah sesuai
dengan perubahan besar sudut-sudut datang sehingga tidak merubah
bayangan yang terbentuk.

b. Pemantulan pada Cermin Sferik (Lengkung)


Cermin sferik adalah cermin lengkung seperti permukaan
lengkung sebuah bola dengan jari-jari kelengkungan R. Cemin ini
dibedakan atas cermin cekung (konkaf) dan cermin cembung
(konveks). Setiap cermin sferik baik itu cermin cekung ataupun
cermin cembung memiliki fokus f yang besarnya setengah jari-jari
kelengkungan cermin tersebut.
f

dengan

R
2

: jarak fokus

: jari-jari kelengkungan cermin

Bagian-bagian cermin lengkung antara lain adalah sumbu


utama (C-O),

titik pusat kelengkungan cermin

( C ),

titik pusat

bidang cermin ( O ), jari-jari kelengkungan cermin ( R ), titik fokus /


titik api ( F ) , jarak fokus (f) dan bidang fokus .

Gambar 6 Bagian-bagian pada cermin (a) cermin cekung, (b) cermin


cembung
Garis pada cermin sferik yang menghubungkan antara pusat
kelengkungan C,

titik fokus

dan titik tengah cermin O disebut

sumbu utama.
Menurut dalil Esbach jarak antara dua titik tertentu pada
cermin cekung dapat diberi nomor-nomor ruang. Jarak sepanjang OF
diberi nomor ruang I, sepanjang FC diberi nomor ruang II, lebih jauh
dari C diberi nomor ruang III dan dari O masuk ke dalam cermin diberi
nomor ruang IV. Ruang I sampai III ada di depan cermin cekung
(daerah nyata) dan ruang IV ada di belakang cermin cekung (daerah
maya).
Gambar 7. Penomoran
ruang
pada
cermin
cekung. Daerah di depan
cermin disebut daerah
nyata, dan daerah di
belakang cermin disebut
daerah maya.

Pada cermin cekung semua cahaya yang datang sejajar sumbu


utama akan difokuskan sesuai dengan sifatnya yaitu mengumpulkan
cahaya. Titik berkumpulnya sinar-sinar pantul disebut titik fokus atau
titik api yang terletak di sumbu utama. Cara melukis sinar-sinar
pantulnya tetap menggunakan hukum pemantulan cahaya.

Gambar 8. Pemantulan
berkas
cahaya
sejajar
sumbu utama pada cermin
cekung

Bagaimana jika sinar-sinar yang datang ke cermin cekung tidak


sejajar sumbu utama? Ternyata berkas-berkas sinar pantul akan
berpotongan di satu titik yang tidak terletak pada sumbu utama. Oleh
cermin sinar-sinar tersebut akan dipantulkan tidak melalui fokus
melainkan melewati suatu titik tertentu pada bidang fokus utama
seperti tampak pada gambar 8.
Gambar 9. Pemantulan
berkas cahaya yang
datangnya tidak sejajar
sumbu
utama
pada
cermin cekung
1) Pembentukan bayangan oleh cermin cekung
Untuk menggambarkan bagaimana terbentuknya bayangan
pada

cermin

cekung

dapat

menggunakan

bantuan

sinar-sinar

istimewa, dengan demikian lukisan bayangan akan dapat dilukis


dengan

mudah

karena

sinar-sinar

tersebut

mudah

diingat

ketentuannya tanpa harus mengukur sudut datang dan sudut bias.


Sinar-sinaar istimewa inipun tetap berdasarkan hukum pemantulan

cahaya. Untuk menggambarkan bagaimana terbentuknya bayangan


pada cermin sferik kita dapat menggunakan bantuan sinar-sinar
istimewa, dengan demikian lukisan bayangan akan dapat kita lukis
dengan mudah.
Sinar-sinar istimewa pada cermin cekung adalah sebagai berikut:
1. Sinar yang datang sejajar sumbu utama dipantulkan melalui titik
fokus (F).
Gambar 10. Sinar yang sejajar
sumbu utama akan dipantulkan
cermin cekung melalui titik
fokus

2. Sinar yang datang melalui titik fokus (F) akan dipantulkan sejajar
sumbu utama.

Gambar 11. Sinar yang


melalui
fokus
akan
dipantulkan cermin cekung
sejajar sumbu utama
\
3. Sinar-sinar yang datang melalui pusat kelengkungan ( C ) akan
dipantulkan kembali melalui titik pusat kelengkungan tersebut.
Gambar 12. Sinar yang
melewati
titik
pusat
kelengkungan cermin akan
dipantulkan cermin cekung
melewati titik tersebut.
Contoh melukis bayangan pada cermin cekung
Sinar-sinar yang berasal dari

benda yang jauh tak terhingga


Benda berada di jauh tak terhingga
datang ke cermin berupa sinarsinar sejajar dan oleh cermin
sinar-sinar ini akan dikumpulkan
di

fokus

utama

sehingga

bayangan benda yang terbentuk


berupa titik di titik fokus cermin.

Benda berada di titik pusat kelengkungan cermin (titikC)


Benda AB berada di titik pusat
kelengkungan cermin cekung
akan menghasilkan bayangan
yang tepat berada di titik pusat
kelengkungan

cermin

pula.

Dapatkah kamu menyebutkan


sifat-sifat

bayangan

yang

terbentuk ?

Benda berada di ruang II

Benda AB berada di ruang II


cermin

cekung

akan

menghasilkan bayangan

di

ruang III. Sebutkan sifat-sifat


bayangan yang terbentuk !

Benda berada di ruang III

Benda AB terletak di ruang


III

cermin

cekung

akan

menghasilkan bayangan di
ruang

II.

sebutkan

Cobalah

kamu

sifat-sifat

bayangan yang terbentuk !

Benda berada di titik fokus


Benda AB tepat di titik fokus maka
sinar-sinar yang datang dari benda
dipantulkan oleh cermin cekung
sejajar sumbu utama sehingga tidak
terbentuk bayangan, atau

sering

juga dikatakan bahwa bayangan


benda berada di jauh tak terhingga.

Benda berada di ruang I

Bila benda berada di ruang


I,

bayangan yang

terbentuk

merupakan

perpotongan
perpanjangan

dari
sinar-sinar

pantul, sehingga bayangan


berada di belakang cermin.
Dari contoh-contoh tersebut dapat disimpulkan bahwa antara
ruang tempat benda berada dan tempat bayangan berada bila
dijumlah hasilnya adalah 5. Kecuali benda yang berada di titik-titik
khusus. Dengan
demikian
Nomor
ruang berlaku:
benda + nomor ruang bayangan = 5

2) Pembentukan Bayangan Oleh Cermin Cembung

Sama halnya dengan cermin cekung, pada cermin cembung


juga mempunyai tiga macam sinar istimewa. Karena jarak fokus dan
pusat kelengkungan cermin cembung berada di belakang cermin
maka ketiga sinar istimewa pada cermin cembung tersebut adalah :
1. Sinar yang datang sejajar dengan sumbu utama akan dipantulkan
seolah-olah berasal dari titik fokus (F).
Gambar 13. Sinar yang
datang sejajar sumbu utama
akan dipantulkan seolah-olah
dari titik fokus

2. Sinar yang datang menuju titik fokus (F) akan dipantulkan sejajar
sumbu utama.

Gambar 14. Sinar yang


datang seolah-olah menuju
fokus akan di pantulkan
sejajar sumbu utama
3. Sinar-sinar yang menuju titik pusat kelengkungan ( C ) akan
dipantulkan seolah-olah berasal dari titik pusat kelengkungan
tersebut.

Gambar 15. Sinar yang


datang
menuju
pusat
kelengkungan
akan
dipantulkan kembali melalui
sinar itu juga.
Contoh melukis bayangan pada cermin cembung
Seperti halnya pada cermin cekung, melukis bayangan pada cermin
cembung juga diperlukan minimal dua sinar istimewa. Karena depan
cermin adalah ruang IV maka berapapun jarak benda nyata dari

cermin tetap berada di ruang IV . Dengan demikian bayangan yang


terbentuk berada di ruang I cermin cembung dan bersifat maya,
diperkecil.

Gambar 16. Proses


pembentukan
bayangan pada cermin
cembung.
Bayangan
dari
benda
nyata
selalu di ruang I
cermin,
maya,dari
Itulah sebabnya bayangan yang terlihat di
dalambersifat
kaca spion
diperkecil dan sama
benda-benda nyata di depan kaca spion tampak mengecil dan spion
tegak
dengan
mampu mengamati ruang yang lebih luas.
Ketentuan Sifat-sifat Bayangan oleh Cermin Lengkung
Selain dengan cara melukis secara cepat kamu dapat
menentukan sifat-sifat bayangan yang dibentuk oleh cermin-cermin
sferik dengan menggunakan ketentuan-ketentuan berikut :
-

Jumlah nomor ruang benda dan nomor ruang bayangan selalu


sama dengan lima

Benda yang terletak di ruang II dan III selalu menghasilkan


bayangan yang terbalikterhadap bendanya. Sedangkan bendabenda yang berada di ruang I dan IV akan selalu menghasilkan
bayangan yang sama tegak dengan bendanya.

Jika nomor ruang bayangan lebih besar daripada nomor ruang


benda,

bayangan

selalu

lebih

besar

daripada

bendanya

(diperbesar).
-

Jika nomor ruang bayangan lebih kecil daripada nomor ruang


benda,

bayangan

(diperkecil).

selalu

lebih

kecil

daripada

bendanya

3) Hubungan antara Jarak Benda, Jarak Fokus dan Jarak


Bayangan

Hubungan antara jarak benda (s), jarak fokus (f) dan jarak
bayangan (s) pada cermin cekung dapat ditentukan dengan bantuan
geometrik.

Gambar 17. Hubungan


antara jarak benda (s),
jarak bayangan (s),
dan jarak fokus (f)
dalam
ukuran
geometri.

Perhatikan

perbandingan-perbandingan

geometri

dan

trigonometri dari gambar 17 tersebut di atas. Jarak AB ke O adalah


jarak benda (s), jarak AB ke cermin adalah jarak bayangan (s) dan
jarak F ke O adalah jaraak fokus (f). Pada gambar tersebut tampak
bahwa segitiga GFO dan A'B'F sebangun sehingga berlaku,
A' B' A' F

GO
FO

sehingga

h' s'-f

h
f

Pada gambar tampak juga bahwa segitiga ABO dan A'B'O sebangun
sehingga diperoleh,
A' B' OA'

AB
OA

sehingga

h' s'

h s

Substitusikan

persamaan sehingga diperoleh persamaan


perkalian silang sehingga,
s.f = s.s s.f

s' s'-f

s
f

kedua

, gunakan

Bagilah semua ruas dengan ss'f, akhirnya diperoleh :


1 1 1

s f s'
1 1 1

f s s'

atau

Bila jarak fokus sama dengan separuh jarak pusat kelengkungan


cermin f = R, sehingga persamaan cermin lengkung juga dapat
dituliskan dalam bentuk sebagai berikut

2
1
1

R
s
s'
Dalam menggunakan persamaan tersebut perlu diperhatikan
kesepakatan tanda yang telah disepakati bersama yaitu :
a. Jarak benda s bernilai positif (+) jika benda nyata terletak di depan
cermin.
Jarak benda s bernilai negatif (-) jika benda maya terletak di
belakang cermin.
b. Jarak bayangan s bernilai positif (+) jika bayangan nyata di depan
cermin.
Jarak bayangan s bernilai negatif (-) jika bayangan maya di
belakang cermin.
c. R dan f bertanda positif (+) untuk cermin cekung dan bertanda (-)
untuk cermin cembung.
Berbeda dengan cermin datar besar bayangan yang dibentuk
oleh cermin lengkung berbeda-beda sesuai dengan letak benda
tersebut terhadap cermin. Untuk mengetahui perbesaran linier pada
pembentukan

bayangan

pada

cermin

lengkung

maka

dapat

dibandingkan tinggi bayangan h dengan tinggi benda h atau jarak


bayangan terhadap cermin s dengan jarak benda terhadap cermin s.

h'
s'

h
s

dengan
M

: perbesaran linier

: tinggi bayangan

: tinggi benda

: jarak bayangan terhadap cermin

: jarak benda terhadap cermin

Jika dalam penghitungan ternyata diperoleh M >1 artinya


bayangan yang dibentuk lebih besar daripada bendanya, jika M = 1
maka bayangan sama besar dengan bendanya sedangkan jika
0<M<1 maka bayangan yang dibentuk akan lebih kecil dari
bendanya.
3. Pembiasan Cahaya
Pembiasan cahaya berarti pembelokan arah rambat cahaya saat
melewati bidang batas dua medium tembus cahaya yang berbeda
indeks

biasnya.

Pembiasan

cahaya

mempengaruhi

penglihatan

pengamat. Contoh yang jelas adalah bila sebatang tongkat yang


sebagiannya tercelup di dalam kolam berisi air dan bening akan
terlihat patah.
a. Indeks Bias Medium
Kecepatan merambat cahaya pada tiap-tiap medium berbedabeda tergantung pada kerapatan medium tersebut. Perbandingan
perbedaan kecepatan rambat cahaya ini selanjutnya disebut sebagai
indeks bias. Dalam dunia optik dikenal ada dua macam indeks bias
yaitu indeks bias mutlak dan indeks bias relatif. Indeks bias mutlak
adalah perbandingan kecepatan cahaya di ruang hampa dengan
kecepatan cahaya di medium tersebut

n medium

c
v

dengan
nmedium

: indeks bias mutlak medium

: cepat rambat cahaya di ruang hampa

: cepat rambat cahaya di suatu medium

Indeks bias mutlak medium yaitu indeks bias medium saat


berkas cahaya dari ruang hampa melewati medium tersebut. Indek
bias mutlak suatu medium dituliskan nmedium. Indeks bias mutlak kaca
dituliskan nkaca, indeks bias mutlak air dituliskan nair dan seterusnya.
Oleh karena c selalu lebih besar dari pada v maka indeks bias suatu
medium selalu lebih dari satu nmedium >1.

Contoh indeks bias mutlak beberapa zat.


Medium

Indeks bias mutlak

Udara (1 atm, 0 C)

1,00029

Udara (1 atm, 0 C)

1,00028

Udara (1 atm, 0 C)

1,00026

Air

1,33

Alkohol

1,36

Gliserin

1,47

Kaca kuarsa

1,46

Kaca kerona

1,52

Kaca flinta

1,65

Intan

2,42

Indeks bias relatif adalah perbandingan indeks bias suatu


medium terhadap indeks bias medium yang lain.

n12

n1
n2

n 21
atau

n2
n1

dengan
n12

: indeks bias relatif medium 1 terhadap medium 2

n21

: indeks bias relatif medium 2 terhadap medium 1

n1

: indeks bias mutlak medium 1

n2

: indeks bias mutlak medium 2

Setiap medium memiliki indeks bias yang berbeda-beda,


karena perbedaan indeks bias inilah maka jika ada seberkas sinar
yang melalui dua medium yang berbeda kerapatannya maka berkas
sinar tersebut akan dibiaskan. Pada tahun 1621 Snellius,seorang
fisikawan berkebangsaan Belanda melakukan serangkaian percobaan
untuk menyelidiki hubungan antara sudut datang (i) dan sudut bias
(r).
Hukum pembiasan Snellius berbunyi:
1. Sinar datang, sinar bias dan garis normal terletak pada satu bidang
datar.

2. Perbandingan sinus sudut datang dengan sinus sudut bias dari


suatu

cahaya

yang

melewati

dua

medium

yang

berbeda

merupakan suatu konstanta.

sin i n 2

sin r n1
Menurut teori muka gelombang rambatan cahaya dapat
digambarkan sebagai muka gelombang yang tegak lurus arah
rambatan dan muka gelombang itu membelok saat menembus
bidang batas medium 1 dan medium 2 seperti diperlihatkan gambar
18.

Cahaya

datang

sudut i

dengan

dan dibiaskan

dengan sudut r. Cepat


rambat cahaya di medium
1 adalah v1 dan di medium
2 adalah v2. Waktu yang
diperlukan cahaya untuk
merambat dari B ke D
sama dengan waktu yang
dibutuhkan dari A ke E
sehingga
muka

DE

menjadi

gelombang

pada

medium 2.

Gambar 18. Muka gelombang pada pembiasan cahaya dari medium1


ke medium 2.

Pada segitiga ABD berlaku persamaan trigonometri sebagai berikut

Sin i =

BD v1.t

AD AD

sedangkan pada segitiga AED berlaku persamaan trigonometri


sebagai berikut,

Sin r =

AE v 2 .t

AD AD

Bila kedua persamaan dibandingkan akan diperoleh

sin i v1

sin r v 2
Pada peristiwa pembelokan cahaya dari medium 1 ke medium 2
ini besaran frekuensi cahaya tetap atau tidak mengalami perubahan.
Karena v = .f maka berlaku pula,

sin i 1

sin r 2

Sehingga berlaku persamaan pembiasan

sin i n 2 v1 1

sin r n1 v 2 2

Dengan keterangan,
n1

: indeks bias medium 1

n2

: indeks bias medium 2

v1

: cepat rambat cahaya di medium 1

v2

: cepat rambat cahaya di medium 2

: panjang gelombang cahaya di medium 1

: panjang gelombang cahaya di medium 2

Di samping menunjukkan perbandingan cepat rambat cahaya di


dalam suatu medium, indeks bias juga menunjukkan kerapatan optik
suatu medium. Semakin besar indeks bias suatu medium berarti
semakin besar kerapatan optik medium tersebut. Bila cahaya

merambat dari medium kurang rapat ke medium yang lebih rapat,


cahaya akan dibiaskan mendekati garis normal, sebaliknya bila
cahaya merambat dari medium lebih rapat ke medium kurang rapat
akan dibiaskan menjauhi garis normal.

Gambar
19.
sinar
merambat dari medium
kurang rapat ke medium
lebih
rapat
akan
dibiaskan
mendekati
garis normal, sudut r < i
Pemantulan Total
Pada saat cahaya merambat dari medium optik lebih rapat ke
medium optik kurang rapat dengan sudut datang tertentu, cahaya
akan dibiaskan menjauhi garis normal. Artinya sudut bias akan selalu
lebih besar dibandingkan sudut datang. Apabila sudut datang cukup
besar, maka sudut bias akan lebih besar lagi, Apa yang terjadi, bila
sudut datang terus diperbesar?
Bila sudut datang terus diperbesar, maka suatu saat sinar bias
akan sejajar dengan bidang yang berarti besar sudut biasnya (r) 90.
Tidak ada lagi cahaya yang dibiaskan, seluruhnya akan dipantulkan.
Sudut datang pada saat sudut biasnya mencapai 90 ini disebut sudut
kritis atau sudut batas. Pemantulan yang terjadi disebut pemantulan
total atau pemantulan sempurna. Persamaan sudut kritis sebagai
berikut.

sin i n 2

sin r n 1

Keterangan
ik = sudut kritis medium lebih rapat (asal sinar datang)
n1 = indeks bias medium kurang rapat (tempat sinar
bias)
n2 = indeks bias bahan lebih rapat (asal sinar datang)
n1> n2

sin i k
n
2
0
n1
sin 90
n2
n1
sin ik =

Gambar 20. Intan berkilauan akibat pemantulan


sempurna
Pemantulan total diterapkan pada banyak alat optik antara lain
periskop, teleskop, mikroskop, dan teropong binokuler. Dewasa ini
dikembangkan pemakaian serat optik. Serat optik adalah pipa kecil
dan panjang terbuat dari plastik atau kaca yang digunakan untuk
penyalur cahaya. Serat optik terdiri dari inti serat yang terbuat dari
kaca berkualitas dan berindeks bias tinggi yang dibungkus oleh
lapisan tipis kaca yang indeks biasnya lebih rendah serta bagian luar
serat yang terbuat dari plastik atau bahan lain untuk melindungi inti
serat. Cahaya dapat melewati serat optik dari ujung yang satu ke
ujung yang lain meskipun serat optik itu dibengkokkan. Endoskop
dibuat dengan memanfaatkan serat optik. Dengan bantuan endoskop
para dokter dapat melihat bagian dalam tubuh manusia (misalnya

lambung) dan bahkan memotretnya. Dalam teknologi komunikasi


serat optik digunakan untuk mengirim sinyal-sinyal komunikasi.

Gambar 21. Alat kedokteran


endoskop dibuat dari serat
optic
yang
mempunyai
kemampuan
untuk
pemantulan sempurna di
dalamnya, sehingga dokter
dapat melihat bagian dalam
tubuh, saluran pencernaan
misalnya.

b. Pembiasan Cahaya Pada Plan Paralel (Balok Kaca)


Kaca plan paralel atau balok kaca adalah keping kaca tiga
dimensi yang dibatasi oleh sisi-sisi yang sejajar.
Gambar 22. Sebuah kaca plan
paralel atau balok kaca.
Dibatasi oleh tiga pasang sisi
sisi sejajar
Cahaya dari udara memasuki sisi pembias kaca plan paralel
akan dibiaskan mendekati garis normal. Demikian pula pada saat
cahaya meninggalkan sisi pembias lainnya ke udara akan dibiaskan
menjauhi

garis

normal.

Pengamat

dari

sisi

pembias

yang

berseberangan akan melihat sinar dari benda bergeser akibat


pembiasan. Sinar bias akhir mengalami pergeseran sinar terhadap
arah semula.

Gambar 23. Pergeseran sinar


bias terhadap arah semula dari
sinar datang pada kaca plan
paralel. Berkas sinar bias akhir
sejajar dengan sinar datang
namun bergeser sejauh jarak

i1

r2

Menentukan besar pergeseran sinar.

A
d
t
B

Tinjau arah sinar di dalam kaca plan paralel.


Pada segitiga ABC siku-siku di B:
cos r1

d
s

maka

d
cos r1

Pada segitiga ACD siku-siku di D:


sin

t
s

t s. sin

maka

Pergeseran sinarnya sejauh t, maka:

d
.sin .
cosr1
i1 r1

i1 r1
Karena

maka

d.sin(i 1 r1 )
cosr1

Ketentuan lain adalah berlaku:

i1 = r2

r1 = i2
dengan keterangan
d = tebal balok kaca, (cm)
i = sudut datang, ()
r = sudut bias, ()
t = pergeseran cahaya, (cm)

c. Pembiasan Cahaya Pada Prisma Kaca


Prisma juga merupakan benda bening yang terbuat dari kaca,
kegunaannya antara lain untuk mengarahkan berkas sinar, mengubah
dan membalik letak bayangan serta menguraikan cahaya putih
menjadi warna spektrum (warna pelangi).
Cahaya dari udara memasuki salah satu bidang pembias prisma
akan dibiaskan dan pada saat meninggalkan bidang pembias lainnya
ke udara juga dibiaskan.

Rumus sudut puncak/pembias :

Gambar 24. Sebuah prisma


kaca dibatasi oleh dua segitiga
dan tiga segiempat

r1 i 2

i1 r2

Sedangkan rumus sudut deviasi :

pada bidang pembias I :

pada bidang pembias II :

sini 1 n k

sinr 1 n ud

sini 1 n ud

sinr 2 n k

Sudut deviasi adalah sudut yang dibentuk oleh perpanjangan


sinar datang dan sinar bias prisma.
Pada saat i1 = r2 dan r1 = i2, sudut deviasi menjadi sekecil-

kecilnya disebut sudut Deviasi Minimum (

).

Menentukan persamaan sudut deviasi minimum.

i1 r2

Karena i1 = r2

m i1 i1
m 2i1
i1

dan r1 = i2

m
2

r1 i 2
r1 r1

2r1

r1

sini 1 n 2

sinr 1 n 1
sehingga :
m
)
n
2
2

n1
sin( )
2

sin(

untuk prisma dengan sudut pembias

150, sudut deviasi

minimum ditentukan tersendiri. Karena sudut deviasi menjadi sangat


kecil (m) sehingga nilai sin = . Akibatnya persamaan Hukum
Snellius di atas berubah dari,
m
)
n
2
2

n1
sin( )
2

sin(

m
)
n
2
2

n1
( )
2

m n 2

n1

n2

n1

m (

n2
1)
n1

d. Pembiasan Cahaya Pada Permukaan Lengkung

Permukaan lengkung lebih dikenal sebagai Lensa tebal, dalam


kehidupan sehari-hari dapat diambilkan contoh, antara lain :
-

Akuarium berbentuk bola

Silinder kaca

Tabung Elenmeyer

Plastik berisi air di warung makan

Gambar 25. Permukaan lengkung atau lensa tebal

Sinar-sinar dari benda benda yang berada pada medium 1


dengan indeks bias mutlak n1 di depan sebuah permukaan lengkung
bening

yang

indeks

bias

mutlaknya

akan

dibiaskan

sehingga

terbentuk bayangan benda. Bayangan ini bersifat nyata karena dapat


ditangkap layar.
Persamaan yang menyatakan hubungan antara indeks bias
medium, indeks bias permukaan lengkung, jarak benda, jarak
bayangan, dan jari-jari permukaan lengkung dapat dirumuskan
sebagai berikut.
n1 n 2 n 2 n1
s s'
R

Dengan keterangan,
n1 = indeks bias medium di sekitar permukaan lengkung
n2 = indeks bias permukaan lengkung
s = jarak benda
s' = jarak bayangan
R = jari-jari kelengkungan permukaan lengkung
Syarat :

R = (+) jika sinar datang menjumpai permukaan

cembung
R = (-) jika sinar datang menjumpai permukaan cekung
Seperti pada pemantulan cahaya, pada pembiasan cahaya juga
ada perjanjian tanda berkaitan dengan persamaan-persamaan pada
permukaan lengkung seperti dijelaskan dalam tabel berikut ini.
Jika benda nyata/sejati (di depan permukaan
s+

lengkung)

s-

Jika benda maya (di belakang permukaan


lengkung)
Jika bayangan nyata (di belakang permukaan

s'+

lengkung)

s'-

Jika bayangan maya (di depan permukaan


lengkung)
Jika permukaan berbentuk cembung dilihat dari

R+

letak benda

R-

Jika permukaan berbentuk cekung dilihat dari


letak benda

Pembiasan

pada

permukaan

lengkung

tidak

harus

menghasilkan bayangan yang ukurannya sama dengan ukuran


bendanya.
Pembentukan bayangan pada permukaan lengkung.

Gambar 26. Pembiasan cahaya pada permukaan lengkung


Sinar dari benda AB dan menuju permukaan lengkung dibiaskan
sedemikian oleh permukaan tersebut sehingga terbentuk bayangan
A'B'. Bila tinggi benda AB = h dan tinggi bayangan A'B' = h', akan
diperoleh

tan i =

tan r =

h
s

h'
s'

atau h = s tan i dan

atau h = s tan r

Perbesaran yang terjadi adalah

M=

h'
h

s' tan r
s tan r

Bila i dan r merupakan sudut-sudut kecil, maka harga tan i = sin i dan

tan r = sin r sehingga

M=

sin i n 2

sin r n 1
Karena

s' sin r
s sin i

sin r n 1

sin i n 2
atau

maka diperoleh persamaan perbesaran pada permukaan lengkung


sebagai berikut.
s' n 1
s n2

M=

Permukaan lengkung mempunyai dua titik api atau fokus. Fokus


pertama (F1) adalah suatu titik asal sinar yang mengakibatkan sinarsinar dibiaskan sejajar. Artinya bayangan akan terbentuk di jauh tak
terhingga (s = ~) dan jarak benda s sama dengan jarak fokus
pertama (s = f1) sehingga dari persamaan permukaan lengkung
n 1 n 2 n 2 n1
s s'
R

sehingga

n1

n n1
0 2

f1

di peroleh

n1 n 2
n n1
2

~
R

f1

atau

1 n 2 n1

f
n 1R

n 1R
Sehingga jarak fokus pertamanya sebesar, f1 =

n 2 n1

Fokus kedua (F2) permukaan lengkung adalah titik pertemuan


sinar-sinar bias apa bila sinar-sinar yang datang pada bidang
lengkung adalah sinar-sinar sejajar. Artinya benda berada jauh di tak
terhingga (s = ) sehingga dengan cara yang sama seperti pada
penurunan fokus pertama di atas, kita dapatkan persamaan fokus
kedua permukaan lengkung.
n 2R
f2 =

n 2 n1

e. Pembiasan Cahaya Pada Lensa Tipis


Lensa adalah benda bening yang dibatasi oleh dua permukaan
dan minimal salah satu permukaannya itu merupakan bidang
lengkung. Lensa tidak harus terbuat dari kaca yang penting ia
merupakan benda bening (tembus cahaya) sehingga memungkinkan

terjadinya pembiasan cahaya. Oleh karena lensa tipis merupakan


bidang lengkung. Ada dua macam kelompok lensa :
a.

Lensa

Cembung

(lensa

positif/lensa konvergen)
Yaitu lensa yang mengumpulkan sinar.

Gambar
27.
Lensa
cembung
bersifat
mengumpulkan
sinar
di satu bidang fokus

Lensa cembung dibagi lagi menjadi tiga:

1. lensa cembung dua


(bikonveks)
2. lensa cembung datar (plan
konveks)
3. lensa cembung cekung
Gambar 28.Macam-macam lensa cembung
b.

Lensa

Cekung

(lensa

negatif/lensa devergen)
Yaitu lensa yang menyebarkan sinar .
Lensa cekung dibagi lagi menjadi tiga:

Gambar
29.
Lensa
cekung
bersifat
menyebarkan sinar dari
arah bidang fokus

1. lensa cekung dua (bikonkaf)


2. lensa cekung datar (plan
konkaf)
3. lensa cekung cekung (koveks
konkaf)
Gambar 30. Macam-macam lensa cekung
Untuk memudahkan pembuatan diagram lensa digambar
dengan garis lurus dan tanda di atasnya, untuk lensa cembung di tulis
(+) dan lensa cekung (). Untuk lensa memiliki dua titik fokus.

1. Berkas Sinar Istimewa pada Lensa Tipis


Seperti pada cermin lengkung, pada lensa dikenal pula berkas-berkas
sinar istimewa.
a. Berkas sinar-sinar istimewa pada lensa cembung.
Ada tiga macam sinar istimewa pada lensa cembung.

Gambar 31 .Sinar-sinar istimewa pada lensa cembung

(1). Sinar datang sejajar sumbu utama lensa, dibiaskan melalui titik
fokus.
(2). Sinar datang melalui titik fokus lensa, dibiaskan sejajar sumbu
utama.
(3). Sinar datang melalui titik pusat lensa tidak dibiaskan melainkan
diteruskan.

b. Berkas sinar-sinar istimewa pada lensa cekung.


Ada tiga macam sinar istimewa pada lensa cekung.

Gambar 32 .Sinar-sinar istimewa pada lensa


cekung

(1).

Sinar datang sejajar sumbu utama dibiaskan seolah-olah

berasal dari titik fokus.


(2).

Sinar

datang

seolah-olah

menuju

titik

fokus

lensa

dibiaskan sejajar sumbu utama.


(3).

Sinar datang melalui titik pusat lensa tidak dibiaskan

melainkan diteruskan.
2. Penomoran ruang pada Lensa Tipis

Untuk lensa nomor ruang untuk benda dan nomor-ruang untuk


bayangan dibedakan. nomor ruang untuk benda menggunakan angka
Romawi (I, II, III, dan IV), sedangkan untuk ruang bayangan
menggunakan angka Arab (1, 2, 3 dan 4) seperti pada gambar berikut
ini:

Untuk ruang benda berlaku :


ruang I antara titik pusat optic (O) dan F2,
ruang II antara F2 dan 2F2
ruang III di sebelah kiri 2F2,
ruang IV
belakang lensa.

benda

(untuk

benda

maya) ada

di

Untuk ruang bayangan berlaku :


ruang 1 antara titik pusat optic (O) dan F1,
ruang 2 antara F1 dan 2F1
ruang 3 di sebelah kanan 2F1,
ruang 4 (untuk bayangan maya) ada di depan lensa.
Berlaku pula : R

benda

+R

bayangan

=5

3. Melukis pembentukan bayangan pada lensa


Untuk melukis pembentukan bayangan pada lensa tipis cukup
menggunakan minimal dua berkas sinar istimewa untuk mendapatkan
titik bayangan.

Contoh melukis pembentukan bayangan.

Benda AB berada di ruang II lensa cembung


Sifat-sifat bayangan
yang terbentuk:
Nyata, terbalik,
diperbesar

Benda AB berada di ruang III lensa cembung

Sifat-sifat bayangan
yang terbentuk:
Nyata, terbalik,
diperkecil

Benda AB berada di ruang I lensa cembung

Sifat-sifat bayangan
yang terbentuk:
maya, tegak,
diperbesar

Benda AB berada di ruang II lensa cekung

Sifat-sifat bayangan
yang terbentuk:
Maya, tegak,
diperkecil

4. Rumus-rumus Pada Lensa Tipis


Untuk lensa tipis yang permukaannya sferis (merupakan
permukaan bola), hubungan antara jarak benda (s), jarak bayangan
(s') dan jarak fokus (f) serta perbesaran bayangan benda (M)
diturunkan dengan bantuan geometri dapat dijelaskan berikut ini.
Gambar

33.

Lensa

sferis, permukaannya
merupakan
permukaan bola.

Dari persamaan lensa lengkung,

n1 n 2 n 2 n1
s s' R

Berkas sinar yang berasal dari O ketika melewati permukaan


ABC dibiaskan sedemikian sehingga terbentuk bayangan di titik I 1.
Oleh permukaan ADC bayangan I1 itu di anggap benda dan dibiaskan
oleh permukaan ADC sedemikian sehingga terbentuk bayangan akhir
di titik I2
Pada permukaan lengkung ABC , sinar dari benda O dari
medium n1 ke lensa n2, sehingga s = OB, s = BI1

maka

n1
n n1
n
2 2

OB BI 1
R1

Pada permukaan lengkung ADC , sinar dari lensa ke medium n 1, s =


-DI1, s = DI2
n2
n n2
n
1 1

- DI 1 DI 2
- R2

maka

Karena dianggap lensa tipis maka ketebalan BD diabaikan,


sehingga BI1 = DI1 dan saling meniadakan karena berlawanan tanda .
Apabila kedua persamaan dijumlahkan diperoleh :
n1
n n1
n
1 2

OB DI 2
R2

n 2 n1
n1 n1

s s' R

n 2 n1
n1 n1

s s' R

n1 n1 n 2 n1

s' R 2
s

n1 n 2

R1

n1 n 2

R1

n 2 n1

R1

1
1

R
R
1
2

Semua ruas dibagi dengan n1 akan diperoleh persamaan lensa tipis


sebagai berikut.
1
1
1 1 n2


s s' n 1
R1 R 2

Dengan keterangan,
s = jarak benda
s' = jarak bayangan
n1 = indeks bias medium sekeliling lensa

n2 = indeks bias lensa


R1 = jari-jari kelengkungan permukaan pertama lensa
R2 = jari-jari kelengkungan permukaan kedua lensa
Persamaan lensa tipis tersebut berlaku hanya untuk sinar-sinar
datang yang dekat dengan sumbu utama lensa (sinar-sinar paraksial)
dengan ketebalan lensa jauh lebih kecil dibandingkan dengan jari-jari
kelengkungannya.
Jarak fokus lensa (f) adalah jarak dari pusat optik ke titik fokus
(F). Jadi bila s = ~ bayangan akan terbentuk di titik fokus (F), maka
s= f.

1 1 n 2
1

s s' n 1

1
1

R1 R 2

1
1
1 1 n2


R
R
~ f n1
1
2

Karena

1
~

= 0 maka rumus jarak fokus lensa :

Bila persamaan

persamaan

1
1
1 1 n2


R
R
s s' n 1
1
2

1
1 n2
1

f n1
R
R
1
2

1
1 n2
1

f n1
R
R
2
1

disubstitusikan dengan

maka akan didapat persamaan baru

yang dikenal sebagai persamaan pembuat lensa, yaitu


1 1 1

f s s1
Dengan keterangan,

n1 = indeks bias medium sekeliling lensa


n2 = indeks bias lensa
R1 = jari-jari kelengkungan permukaan pertama lensa
R2 = jari-jari kelengkungan permukaan kedua lensa
R = bertanda (+) jika permukaan lensa yang dijumpai berbentuk
cembung
R = bertanda (-) jika permukaan lensa yang dijumpai berbentuk
cekung
R=

jika permukaan lensa yang dijumpai berbentuk datar

s = jarak benda bertanda positif (+) jika benda terletak di depan


lensa (benda nyata).
s = jarak benda bertanda negatif () jika benda terletak di belakang
lensa (benda maya).
s = jarak bayangan bertanda positif (+) jika bayangan terletak di
belakang lensa (bayangan nyata).
s = karak bayangan bertanda negatif () jika benda terletak di depan
lensa (bayangan maya).
f = jarak fokus bertanda positif (+) untuk permukaan lensa positif
(lensa cembung).
f = jarak fokus bertanda negatif () untuk permukaan lensa negatif
(lensa cekung).

5. Perbesaran bayangan
Untuk menentukan perbesaran bayangan lensa tipis dapat
menggunakan persamaan sebagai berikut.

s1
h'
M

s
h

Dengan keterangan,
s = jarak benda
s' = jarak bayangan
h = tinggi benda
h' = tinggi bayangan
M > 1 = bayangan diperbesar
M < 1 = bayangan diperkecil
s1 (+) = bayangan nyata
s1 () = bayangan maya
6. Daya / Kekuatan Lensa
Daya Lensa adalah kekuatan lensa dalam memfokuskan lensa.
Daya lensa berkaitan dengan sifat konvergen (mengumpulkan berkas
sinar) dan divergen (menyebarkan sinar) suatu lensa. Untuk Lensa
positif, semakin kecil jarak fokus, semakin kuat kemampuan lensa itu
untuk mengumpulkan berkas sinar. Untuk lensa negatif, semakin kecil
jarak fokus semakin kuat kemampuan lensa itu untuk menyebarkan
berkas sinar. Oleh karena itu kuat lensa didefinisikan sebagai
kebalikan dari jarak fokus,
Rumus kekuatan lensa (power lens)

P=

1
f

dengan satuan

1
meter

= Dioptri

Untuk menambah kekuatan lensa kita dapat gunakan lensa


gabungan dengan sumbu utama dan bidang batas kedua lensa saling
berhimpit satu sama lain. Dari penggabungan lensa ini maka akan
didapatkan fokus gabungan atau daya lensa gabungan.

Gambar 34.
Diagram lensa
gabungan

Suatu lensa gabungan merupakan gabungan dari dua atau


lebih

lensa

dengan

sumbu

utamanya

berhimpit

dan

disusun

berdekatan satu sama lain sehingga tidak ada jarak antara lensa yang
satu dengan lensa yang lain (d = 0).

Persamaan lensa gabungan dirumuskan sebagai berikut.


1
f gab

1 1 1
....
f1 f 2 f 3
dan

daya

lensa

sebagai

berikut.
Pgab P1 P2 P3 ....

Berlaku ketentuan untuk lensa positif (lensa cembung), jarak fokus (f)
bertanda plus, sedangkan untuk lensa negatif (lensa cekung), jarak
fokus bertanda minus.

7. Pembiasan Dua Lensa yang Berhadapan


Apabila sebuah benda AB terletak di antara dua lensa yang berhadaphadapan, akan mengalami dua kali proses pembiasan oleh lensa I
dilanjutkan oleh lensa II.

Lensa I :

1
1 1
1
f 1 s1 s1

Lensa II :

1
1 1
1
f 2 s2 s2

M1

s11
s1

M2

s 12
s2

jarak kedua lensa :

d s11 s 2
Perbesaran bayangan akhir :
M = M1 . M2
s11 s 12
M .
s1 s 2

Rangkuman
1. Ada dua jenis pemantulan yaitu pemantulan baur dan pemantulan
teratur. Pemantulan baur terjadi karena sinar-sinar sejajar yang
datang ke suatu permukaan yang tidak rata dipantulkan oleh
permukaan itu tidak sebagai sinar-sinar sejajar. Akibatnya kita
dapat melihat benda dari berbagai arah.
2. Pemantulan teratur terjadi karena sinar-sinar sejajar yang datang
ke suatu permukaan rata dipantulkan oleh permukaan itu dalam
arah sejajar pula sehingga membentuk bayangan benda yang
hanya dapat dilihat pada arah tertentu saja.
3. Cermin adalah benda yang dapat memantulkan cahaya. Cermin
dibedakan atas cermin datar dan cermin lengkung. Cermin

lengkung terdiri atas cermin cekung dan cermin cembung. Karena


pemantulan, cermin dapat membentuk bayangan
4.

Bayangan pada cermin dibedakan atas bayangan nyata dan


bayangan maya. Bayangan nyata dibentuk langsung oleh sinarsinar

pantul,

sedangkan

bayangan

maya

dibentuk

oleh

perpanjangan sinar-sinar pantul. Bayangan nyata dapat ditangkap


layar, sedangkan bayangan maya dapat dilihat langsung pada
cermin
5. Pada cermin datar bayangan selalu bersifat maya, tegak dengan
ukuran

sama

besar

dengan

bendanya,

cermin

cembung

menghasilkan bayangan maya, tegak dan diperkecil, sedangkan


bayangan pada cermin cekung dapat bersifat nyata atau pun maya
begitu pun ukuran bayangannya dapat tegak atau terbalik,
diperbesar, sama ataupun diperkecil bergantung kedudukannya di
depan cermin
6. Persamaan untuk menentukan tinggi minimal cermin datar yang
ditegakkan vertikal agar terlihat tinggi seluruh bayangan
L=h
7. Jumlah bayangan yang dibentuk oleh gabungan dua cermin datar
persamaan

n=
8.

360 0
1

Persamaan untuk menyatakan hubungan antara jarak fokus (f) dan


jari-jari kelengkungan (R) pada cermin lengkung
R=2f

9.

Persamaan untuk menyatakan hubungan antara jarak fokus (f) dan


jarak benda (s) serta jarak bayangan (s') pada cermin lengkung
1
f

1
S

1
S1

10. Pembiasan cahaya adalah pembelokan cahaya ketika berkas


cahaya melewati

bidang batas dua medium yang berbeda indeks

biasnya.
11. Indeks bias mutlak suatu bahan adalah perbandingan kecepatan
cahaya di ruang hampa dengan kecepatan cahaya di bahan tersebut.
12. Indeks bias relatif merupakan perbandingan indeks bias dua
medium berbeda. Indeks bias relatif medium kedua terhadap medium
pertama adalah perbandingan indeks bias antara medium kedua
dengan indeks bias medium pertama.
13. Pembiasan cahaya menyebabkan pemantulan sempurna.
14. Pada balok kaca, prisma dan lensa, berkas cahaya mengalami dua
kali pembiasan. Pembiasan menyebabkan berkas sinar yang masuk
pada balok kaca mengalami pergeseran saat keluar dari balok kaca
tersebut.
Persamaan pergeseran sinar pada balok kaca

t
15.

Pada

prisma

berkas

cahaya

mengalami

deviasi

atau

penyimpangan dengan besar sudut deviasi yang bergantung pada


sudut datang berkas cahaya dan sudut bias saat berkas cahaya itu
keluar dari prisma tersebut.

Persamaan sudut deviasi prisma


D = (i1 + r2)

Dm = 2 i1

m = (n2-1 1)

16. Pembiasan pada permukaan lengkung menyebabkan bayangan


tampak lebih besar atau lebih kecil dari yang sesungguhnya.
Persamaan permukaan lengkung

s ' n1
sn 2

M=
17. Lensa tipis merupakan salah satu bentuk permukaan lengkung
yang memiliki dua bidang batas dengan ketebalan yang diabaikan.
Lensa tipis dibedakan berdasarkan kemampuannya mengumpulkan
atau menyebarkan berkas sinar yang melewatinya. Dikenal adanya
lensa positif (lensa cembung atau lensa konvergen) dan lensa negatif
(lensa cekung atau lensa divergen).
Persamaan lensa tipis

+
s1
h'

s
h

1
f

P=

18. Bayangan sebuah benda di depan lensa dapat bersifat nyata atau
maya, tegak atau terbalik, diperbesar atau diperkecil bergantung
posisi benda dan jenis lensanya.

GLOSARIUM
Bayangan
maya

: bayangan yang dibentuk oleh perpotongan dari


perpanjangan sinar-sinar pantul. Bayangan ini tak dapat
ditangkap layar.

Bayangan
nyata
Benda maya

: bayangan yang dibentuk oleh perpotongan sinar-sinar


pantul. Bayangan ini dapat ditangkap layar.
: bayangan yang dianggap sebagai benda pada sistem
yang terdiri dari lebih dari satu cermin

Benda nyata : benda yang riil, sungguh-sungguh ada


Bidang fokus : bidang vertikal yang melalui titik fokus tegak lurus
sumbu utama

Dalil Esbach

: aturan untuk menentukan sifat-sifat bayangan pada


cermin lengkung berdasarkan ruang benda dan ruang
bayangan

fokus cermin : sebuah titik pada sumbu utama tempat berkumpulnya


sinar-sinar yang dipantulkan oleh cermin cekung.
Garis normal : garis yang melalui suatu titik pada bidang dan tegak
lurus dengan bidang tersebut
Indeks bias
mutlak

Indeks bias
relatif

:perbandingan kecepatan cahaya di ruang hampa dan


di suatu medium.

:perbandingan indeks bias medium yang satu terhadap


medium yang lain.

Jarak fokus

: jarak dari pusat cermin ke fokus utama

Jari-jari

: jari-jari bola cermin

kelengkungan

kemampuan lensa untuk mengumpulkan atau


menyebarkan berkas sinar

Kekuatan
lensa :

Lensa

: lensa yang kedua permukaannya merupakan lensa

bikonkaf

cekung.

Lensa

lensa yang kedua permukaannya merupakan lensa

bikonvek :

cembung

Lensa

lensa yang dapat menguraikan berkas sinar

divergen :
Lensa
gabungan :
Lensa
konvergen:
Lensa sferis
:

gabungan dua atau lebih lensa dengan sumbu utama


berhimpit
lensa yang dapat mengumpulkan berkas sinar
lensa yang permukaannya lengkung seperti bola
lensa yang ketebalannya diabaikan
:pemantulan sinar pada bidang yang tidak rata

Lensa tipis
:
Pemantulan
baur
Pemantulan

: pemantulan sinar pada bidang yang rata

biasa
Pembiasan

: pembelokan berkas cahaya saat melewati bidang batas


dua medium yang berbeda indeks biasnya.

cahaya
Pusat

: pusat kelengkungan cermin

kelengkungan
Sinar
istimewa

: sinar datang yang lintasannya mudah diramalkan tanpa


harus mengukur sudut datang dan sudut pantulnya

Sudut datang : sudut yang dibentuk oleh sinar datang dan garis normal
Sudut deviasi

sudut yang dibentuk oleh berkas sinar masuk dan

berkas sinar yang keluar dari prisma.

Sudut pantul : sudut yang dibentuk oleh sinar pantul dan garis normal
Sumbu utama : garis yang menghubungkan pusat kelengkungan dan
pusat cermin

Anda mungkin juga menyukai