Anda di halaman 1dari 69

EVALUASI PROGRAM IMUNISASI DI WILAYAH KERJA

PUSKESMAS KECAMATAN PENJARINGAN


PERIODE 03 APRIL 2016 S/D 08 MEI 2016
Penerapan Metode Lingkaran Pemecahan Masalah
Program Kesehatan Dasar

Disusun oleh kelompok V:


ANRY UMAR

110 2013 321

APRILIA RAMANDANI JAMIN

110 2008 041

DEWI AYU R

110 2007 082

MIZA VITO PRIMATYO

110 2011 304

SARAH KEMALASARI

110 2010 264

Pembimbing :
Dr. Sugma Agung Purbowo, MARS
KEPANITERAAN KEDOKTERAN KELUARGA BAGIAN ILMU
KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS YARSI JAKARTA 2016

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.1.1

Gambaran Umum Wilayah Kecamatan Penjaringan

1.1.1.1 Keadaan Geografis

Penjaringan merupakan Kecamatan yang memiliki luas wilayah


3548,30 Ha, yang terbagi menjadi 5 Kelurahan, yaitu Kelurahan Kamal
Muara dengan luas wilayah 1053 Ha, Kelurahan Kapuk Muara dengan
luas wilayah 1005,5 Ha, Kelurahan Pejagalan dengan luas wilayah 323,18
Ha, Kelurahan Penjaringan dengan luas wilayah 395,43 Ha, serta
Kelurahan Pluit dengan luas wilayah 771,19 Ha. Kecamatan Penjaringan
mempunyai jumlah Rukun Warga sebanyak 72 RW, dan Rukun Tetangga
sebanyak 864 RT. Tahun 2016 bertambah 2 RW dan 18 RT dibanding
2

dengan tahun 2014.


Batas-batas wilayah Kecamatan Penjaringan ;

Sebelah Utara

: Pantai Laut Jawa

Sebelah Selatan

: Kecamatan Grogol Petamburan (Jl.


Tubagus Angke, Jl. Kapuk Kamal)

Sebelah Timur

: Kecamatan Pademangan (Sepanjang Kali


Opak, Pelabuhan Sunda Kelapa, Rel Kereta
Jurusan Tangerang)

Sebelah Barat

: Kelurahan Dadap, Kabupaten Tangerang

Provinsi Banten
TABEL 1.1
LUAS WILAYAH, RUKUN WARGA DAN RUKUN TETANGGA
KECAMATAN PENJARINGAN TAHUN 2016
NO

KELURAHAN

LUAS (Ha)

RW

RT

1
2
3
4
5

KAMAL MUARA
1053
6
44
KAPUK MUARA
1005,5
10
99
PEJAGALAN
323,18
18
228
PENJARINGAN
395,43
17
240
PLUIT
771,19
21
254
KECAMATAN
3548,30
72
865
PENJARINGAN
Sumber: Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kecamatan Penjaringan
1.1.1.2 Keadaan Demografi
Jumlah penduduk Kecamatan Penjaringan berdasarkan angka yang
didapat dari laporan kependudukan Kecamatan Penjaringan tahun 2016
sebesar 299,740 jiwa, tahun ini terjadi peningkatan sekitar 6000 jiwa
dibanding dengan tahun 2014 yang berjumlah sebesar 293,618 jiwa.
TABEL 1.2
JUMLAH PENDUDUK MENURUT KELURAHAN
KECAMATAN PENJARINGAN TAHUN 2016

NO
1
2
3
4
5

KELURAHAN

JUMLAH PENDUDUK

KAMAL MUARA
KAPUK MUARA
PEJAGALAN
PENJARINGAN
PLUIT

13,152
36,847
87,724
118,361
49,764

TOTAL PENDUDUK

305,848

Sumber: Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kecamatan Penjaringan


Persebaran penduduk Kecamatan Penjaringan pada tahun 2016 di
lima wilayah relatif tidak merata. Sekitar 109 ribu penduduk tinggal di
Kelurahan Penjaringan. Disusul dengan Kelurahan Pejagalan yang telah
mencapai 90 ribu jiwa. Wilayah yang paling sedikit jumlah penduduknya
adalah Kelurahan Kamal Muara dengan jumlah penduduk sekitar 12 ribu
jiwa, tetapi jumlah ini telah mengalami kenaikan dibanding dengan tahun
2014 yang mempunyai jumlah penduduk sekitar 11 ribu jiwa.

GAMBAR 1.1
KOMPOSISI JUMLAH PENDUDUK MENURUT KELURAHAN
KECAMATAN PENJARINGAN JAKARTA TAHUN 2016

Data Penduduk Menurut Umur

Tabel 1.3. Jumlah Penduduk menurut Umur di Wilayah Puskesmas Kecamatan


Penjaringan Tahun 2016
No

Kelompok Umur

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.

(tahun)
0-4
5-9
10-14
15-19
20-24
25-29
30-34
35-39
40-44
45-49
50- 54
55-59
60-64
65-69
70-74

Jumlah
10.247
9786
8847
9936
11.356
12.578
10.904
9821
8604
7327
5687
4068
2705
1999
1256
5

16.

>75
1140
Jumlah
116.261 jiwa
Sumber : Laporan Kecamatan Penjaringan Tahun 2016

Data Penduduk Menurut Agama dan Kepercayaan


Tabel 1.4. Jumlah Penduduk menurut Agama dan Kepercayaan di Wilayah
Kecamatan Penjaringan Tahun 2016
Agama
Islam

Tanah

Kampung

tinggi
35.488

Rawa
18.931

Galur
15.709

Johar
Baru
101.971

Jumlah
101.971

Protestan
2.536
1.716
1.032
8.936
8.936
Katolik
1.941
498
154
4.509
4.509
Budha
35
24
63
501
501
Hindu
78
34
19
344
344
Jumlah
40.078
21.203
16.977 38.003
116.261
Sumber : Laporan Kecamatan Penjaringan Tahun 2016
1.1.1.3 Keadaan Lingkungan
Table 1.5
1.1.1.3.1Sosio Ekonomi
Wilayah Kecamatan Johar Baru yang terletak di Pusat

Kota Jakarta

terdapat wilayah Kawasan Berikat Nusantara (KBN), diwilayah tersebut banyak


terdapat industri besar, sedang, dan kecil sebagai penompang dalam menambah
Pendapatan Asli Daerah khususnya Kota Jakarta dan sebagai penambah
pendapatan devisa Indonesia, karena kawasan tersebut adalah salah satu sentra
produksi andalan dalam memacu perekonomian Indonesia.
1.1.1.3.2Sarana dan Prasarana
Wilayah Kecamatan Johar Baru memiliki sarana ibadah, sarana
pendidikan, sarana kebudayaan dan kesenian, sarana olah raga, sarana kesehatan
masyarakat dan keluarga berencana.
Sarana dan prasaran kesehatan yang yang ada saat ini banyak diminati oleh
masyarakat luas yang ada di wilayah Johar Baru dan sekitarnya, hal ini terkait
dengan lokasi dan banyaknya penduduk yang bekerja di wilayah Johar Baru tetapi
tidak berdomisili di daerah tersebut. Agar semua dapat memperoleh kesempatan
7

mendapat pelayanan kesehatan yang merata dengan biaya terjangkau, maka


pemerataan

dan

meningkatkan

keterjangkauan

sumber

daya

pelayanan

manusia

kesehatan

yang

diharapkan

berkualitas,

kesejahteraan keluarga dan masyarakat, dan dapat

dapat

meningkatkan

mempertinggi kesadaran

masyarakat akan pentingnya hidup sehat.


Pelayanan kesehatan diberikan kepada semua golongan, dan tidak
membedakan umur, pekerjaan, status sosial ekonomi, agama, ras dan lain-lain,
akan tetapi lebih diprioritaskan bagi golongan masyarakat yang berpenghasilan
rendah.

Kamal

Kapuk

Muara

Muara

Rumah sakit

2.

Rumah Bersalin

3.

No

Uraian

Pejagalan

Penjaringan

Pluit

Pluit

1.

Puskesmas

4.

Balkesmas/ Bpn

5.

Dr.Umum Praktek

6.

Dr.Spesialis

20

20

7.

Praktek
Praktek 24 jam

8.

Bidan Swasta

10

10

9.

Apotik

24

24

10.

Laboratorium

11.

Posyandu

18

24

15

15

72

72

Toko Obat
Drg. Praktek
1
Jumlah
32
1.1.1.3.3Fasilitas Kesehatan

2
3
43

2
2
33

3
4
53

7
10
161

7
10

12.
13.

Wilayah kerja puskesmas Kecamatan Penjaringan sangat minim fasilitas


kesehatan yang ada. Keadaan fasilitas kesehatan di Kecamatan Penjaringan ini
tidak sebanding dengan jumlah penduduk
Tabel 1.6 Fasilitas Kesehatan Kecamatan Penjaringan Tahun 2016
Sumber : Laporan Kecamatan Penjaringan Tahun 2016

1.2

Gambaran Umum Puskesmas


Kesehatan merupakan hak azasi yang tercantum dalam UUD 1945, pasal

28 H ayat 1 dan UU No 23 tahun 1992 sehingga kesehatan perlu diupayakan,


diperjuangkan dan ditingkatkan serta dipelihara oleh setiap individu dan seluruh
komponen bangsa agar masyarakat dapat menikmati hidup sehat yang pada
akhirnya dapat mewujudkan kesehatan masyarakat yang optimal.
Terwujudnya keadaan sehat adalah kehendak semua pihak, tidak hanya
oleh orang per orang, tetapi juga oleh keluarga, kelompok dan bahkan masyarakat.
Untuk dapat mewujudkan keadaan sehat tersebut banyak hal yang perlu
dilakukan, salah satu diantaranya yang penting adalah menyelenggarakan
pelayanan kesehatan (Blum, 1974).
Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) merupakan pelayanan kesehatan
strata pertama dalam pelaksanaan pembangunan kesehatan. Untuk mencapai hasil
optimal dan meningkatkan mutu serta kinerja Puskesmas, Departemen Kesehatan
sejak tahun 2002 telah melaksanakan revitalisasi Puskesmas yang meliputi
pengembangan kebijakan Puskesmas, pengadaan tenaga, perbaikan fisik dan
peralatan (Depkes 2006). Pembahasan tentang Puskesmas telah tertuang dalam
SK Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 128/Menkes/SK/II/2004
tentang kebijakan dasar pusat kesehatan masyarakat.
1.2.1

Definisi Puskesmas
Puskesmas

ialah

suatu

unit

pelaksana

teknis

dinas

kesehatan

kabupaten/kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan


kesehatan di suatu wilayah kerja. Puskesmas merupakan suatu unit organisasi
yang bergerak dalam bidang pelayanan kesehatan yang berada di garda terdepan
dan mempunyai misi sebagai pusat pengembangan pelayanan kesehatan yang
melaksanakan pembinaan dan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan
terpadu untuk masyarakat di suatu wilayah kerja tertentu yang telah ditentukan

10

secara mandiri dalam menentukan kegiatan pelayanan namun tidak mencakup


aspek pembiayaan.
Seiring dengan semangat otonomi daerah maka puskesmas dituntut untuk
mandiri dalam menentukan kegiatan pelayanannya yang akan dilaksanakan tetapi
pembiayaannya tetap didukung oleh pemerintah. Sebagai organisasi pelayanan
mandiri, kewenangan yang dimiliki puskesmas juga meliputi kewenangan
merencanakan kegiatan sesuai masalah kesehatan di wilayahnya, kewenangan
menetukan kegiatan yang termasuk public goods atau private goodsserta
kewenangan menentukan target kegiatan sesuai kondisi geografi puskesmas.
Jumlah kegiatan pokok puskesmas diserahkan pada setiap puskesmas sesuai
kebutuhan masyarakat dan kemampuan sumber daya yang dimiliki namun
puskesmas tetap melaksanakan kegiatan pelayanan dasar yang menjadi
kesepakatan nasional.
Peran puskesmas adalah sebagai ujung tombak dalam mewujudkan
kesehatan nasional secara komphrensif. Tidak sebatas pada aspek kuratif dan
rehabilatatif saja seperti rumah sakit. Puskesmas merupakan salah satu jenis
organisasi yang sangat dirasakan oleh masyarakat umum. Seiring dengan
semangat reformasi dan otonomi daerah maka banyak terjadi perubahan yang
mendasar dalam sektor kesehatan yaitu terjadinya perubahan paradigma
pembangunan kesehatan menjadi paradigma sehat. Dengan paradigma baru ini,
mendorong terjadi perubahan konsep yang sangat mendasar dalam pembangunan
kesehatan, antara lain :
1.

Pembangunan kesehatan yang semula lebih menekankan pada upaya


kuratif dan rehabilitatif menjadi lebih fokus pada upaya preventif dan kuratif
tanpa mengabaikan kuratif-rehabilitatif.

2.

Pelaksanaan upaya kesehatan yang semula lebih bersifat terpilah-pilah


(fragmented) berubah menjadi kegiatan yang terpadu (integrated).

3.

Sumber pembiayaan kesehatan yang semula lebih banyak dari pemerintah


berubah menjadi pembiayaan kesehatan lebih banyak dari masyarakat.

4.

Pergeseran pola pembayaran dalam pelayanan kesehatan yang semula fee


for service menjadi pembayaran secara pra-upaya.
11

5.

Pergeseran pemahaman tentang kesehatan dari pandangan komsutif


menjadi investasi.

6.

Upaya kesehatan yang semula lebih banyak dilakukan oleh pemerintah


akan bergeser lebih banyak dilakukan oleh masyarakat sebagai mitra
pemerintah (partnership)

7.

Pembangunan kesehatan yang semula bersifat terpusat (centralization)


menjadi otonomi daerah (decentralization).

8.

Pergeseran proses perencanaan dari top down menjadi bottom up seiring


dengan era desentralisasi.

1.2.2

Wilayah Kerja Puskesmas


Wilayah kerja puskesmas meliputi satu kecamatan atau sebagian dari

kecamatan. Faktor kepadatan penduduk, luas daerah, keadaan geografik dan


keadaan infrastruktur lainnya merupakan pertimbangan dalam penentuan wilayah
kerja puskesmas. Puskesmas merupakan perangkat pemerintah daerah tingkat II
sehingga pembagian wilayah kerja puskesmas ditetapkan oleh walikota / bupati
dengan saran teknis dari kepala dinas kesehatan kabupaten / kota. Sasaran
penduduk yang dilayani oleh satu puskesmas adalah sekitar 30.000 - 50.000
penduduk. Untuk jangkuan yang lebih luas dibantu oleh puskesmas pembantu dan
puskesmas keliling. Puskesmas di kecamatan dengan jumlah penduduk 150.000
jiwa atau lebih merupakan puskesmas Pembina yang berfungsi sebagai pusat
rujukan bagi puskesmas kelurahan dan juga mempunyai fungsi koordinasi.
1.2.3

Pelayanan Kesehatan Masyarakat di Puskesmas


Pelayanan kesehatan menyeluruh yang diberikan puskesmas meliputi :
1. Promotif (peningkatan kesehatan)
2. Preventif (upaya pencegahan)
3. Kuratif (pengobatan)
4. Rehabilitatif (pemulihan kesehatan)

12

Pelayanan

tersebut

ditunjukkan

kepada

semua

penduduk

tidak

membedakan jenis kelamin, umur, sejak pembuahan dalam kandungan sampai


meninggal.
1.2.4

Fungsi Puskesmas
Untuk mencapai Indonesia sehat 2016, Puskesmas harus menjalankan

fungsinya secara optimal. Adapun fungsi Puskesmas sebagai berikut :


1.

Pusat penggerak pembanguan berwawasan kesehatan


Puskesmas selalu berupaya menggerakkan dan memantau penyelenggaraan
pembangunan lintas sektor termasuk oleh masyarakat dan dunia usaha di
wilayah kerjanya, sehingga berwawasan serta mendukung pembangunan
kesehatan. Di samping itu puskesmas aktif memantau dan melaporkan
dampak kesehatan dari penyelenggaraan setiap program pembangunan di
wilayah kerjanya.
Khusus untuk pembangunan kesehatan, upaya yang dilakukan puskesmas
adalah mengutamakan pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit
tanpa mengabaikan penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan.

2.

Pusat pemberdayaan masyarakat


Puskesmas selalu berupaya agar perorangan terutama pemuka masyarakat,
keluarga dan masyarakat termasuk dunia usaha memiliki kesadaran, kemauan
dan kemampuan melayani diri sendiri dan masyarakat untuk hidup sehat,
berperan aktif dalam memperjuangkan kepentingan kesehatan termasuk
sumber pembiayaannya, serta ikut menerapkan, menyelenggarakan dan
memantau progran kesehatan. Pemberadayaan perorangan, keluarga dan
masyarakat ini diselenggarakan dengan memperhatikan kondisi dan situasi,
khususnya sosial budaya masyarakat setempat.

3.

Pusat pelayanan kesehatan strata pertama


Puskesmas bertanggung jawab menyelenggarakan pelayanan kesehatan
tingkat pertama secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan.
Pelayanan kesehatan tingkat pertama yang menjadi tanggung jawab
puskesmas meliputi :
13

Pelayanan kesehatan perorangan


Pelayanan yang bersifat pribadi (private goods) dengan tujuan utama
menyembuhkan penyakit dan pemulihan kesehatan perorangan, tanpa
mengabaikan

pemeliharan

kesehatan

dan

pencegahan

penyakit.

Pelayanan perorangan tersebut adalah rawat jalan dan untuk puskesmas


tertentu ditambah dengan rawat inap.

Pelayanan kesehatan masyarakat


Pelayanan yang bersifat publik (public goods) dengan tujuan utama
memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah penyakit tanpa
mengabaikan

penyembuhan

penyakit

dan

pemulihan

kesehatan.

Pelayanan kesehatan masyarakat tersebut antara lain adalah promosi


kesehatan, pemberantasan penyakit, penyehatan lingkungan, perbaikan
gizi, peningkatan kesehatan keluarga, keluarga berencana, kesehatan
jiwa masyarakat serta berbagai program kesehatan masyarakat lainnya.
Untuk melaksanakan fungsinya, Puskesmas menjalankan beberapa proses.
Proses ini dilaksanakan dengan cara :
1.

Merangsang masyarakat termasuk swasta untuk melaksanakan kegiatan


dalam rangka menolong dirinya sendiri.

2.

Memberikan petunjuk pada masyarakat tentang bagaimana menggali dan


menggunakan sumber daya yang ada secara efektif dan efisien.

3.

Memberikan bantuan yang bersifat bimbingan teknis materi dan rujukan


medis maupun rujukan kesehatan kepada masyarakat

dengan ketentuan

tersebut tidak menimbulkan ketergantungan.


4.

Memberikan pelayanan langsung kepada masyarakat.

5.

Bekerja sama dengan sektor-sektor yang bersangkutan dalam melaksanakan


program Puskesmas.

14

Gambar 1.1 Fungsi Puskesmas

Setiap kegiatan yang dilakukan di puskesmas memerlukan evaluasi untuk


menilai apakah program yang dilaksanakan berhasil atau tidak. Untuk itu dibuat
indikator keberhasilan sesuai dengan fungsi puskesmas.
1.

Pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan yang menilai


tatanan sekolah, tatanan tempat kerja dan tatanan tempat tempat umum
mempunyai indikator :
-

Tersedianya air bersih

Tersedianya jamban yang saniter

Tersedianya larangan merokok

Adanya dokter kecil untuk SD atau PMR untuk SLTP

2.

Pusat pemberdayaan masyarakat, indikatornya :


-

Tumbuh kembang, Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat

Tumbuh dan kembangnya LSM

Tumbuh dan berfungsinya kesehatan masyarakat

3.

Pusat pelayanan kesehatan strata pertama


Kegiatan pada pusat pelayanan kesehatan strata pertama adalah :
-

Promosi kesehatan masyarakat


15

Kesehatan lingkungan

KIA ( Kesehatan Ibu dan Anak )

KB ( Keluarga Berencana )

Perbaikan gizi masyarakat

P2M ( Pemberantasan Penyakit Menular )

Pengobatan dasar

Sebagai satu unit organisasi yang melaksanakan berbagai usaha di bidang


kesehatan, Puskesmas memiliki wewenang dan tanggung jawab di wilayah kerja
tertentu, biasanya satu wilayah kerja Puskesmas didasarkan atas beberapa faktor
yaitu:

1.2.5

1.

Jumlah penduduk

2.

Keadaan geografis

3.

Keadaan sarana dan perhubungan dan dan

4.

Keadaan infra struktur masyarakat lainnya.

Peran Puskesmas
Dalam konteks otonomi daerah saat ini, puskesmas mempunyai peran

yang vital sebagai institusi pelaksana teknis dituntut memiliki kemampuan


managerial dan wawasan jauh ke depan untuk meningkatkan kualitas pelayanan
kesehatan.
Peran tersebut ditunjukkan dalam bentuk ikut serta menentukan kebijakan
daerah melalui sistem perencanaan yang matang, tatalaksana kegiatan yang
tersusun rapi serta sistem evaluasi dan pemantauan yang akurat.
Puskesmas adalah unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
yang bertanggung-jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu
wilayah kerja.
1.

Unit Pelaksana Teknis


Sebagai

Unit

Pelaksana

Teknis

(UPTD)

dinas

kesehatan

kabupaten/kota, puskesmas berperan menyelenggarakan sebagian dari


tugas teknis operasional dinas kesehatan kabupaten/kota dan
16

merupakan unit pelaksana tingkat pertama serta ujung tombak


pembangunan kesehatan di Indonesia.
2.

Pembangunan kesehatan
Pembangunan kesehatan adalah penyelenggaraan upaya kesehatan
oleh bangsa Indonesia untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat
kesehatan masyarakat yang optimal.

3.

Pertanggungjawaban penyelenggaraan
Penanggungjawab

utama

penyelenggaraan

seluruh

upaya

pembangunan kesehatan di wilayah kabupaten/kota adalah dinas


kesehatan kabupaten/kota, sedangkan puskesmas bertanggungjawab
hanya

untuk

sebagian

upaya

pembangunan

kesehatan

yang

dibebankan oleh dinas kesehatan kabupaten/kota sesuai dengan


kemampuannya.
4.

Wilayah kerja
Secara nasional, standar wilayah kerja puskesmas adalah satu
kecamatan. Tetapi apabila di satu kecamatan terdapat lebih dari satu
puskesmas, maka tanggung jawab wilayah kerja dibagi antar
puskesmas, dengan memperhatikan kebutuhan konsep wilayah
(desa/kelurahan atau RW). Masing masing puskesmas tersebut
secara

operasional

bertanggungjawab

langsung

kepada

dinas

kesehatan kabupaten/kota.
1.2.6

Visi Puskesmas

PenjaringanSehatUntukSemua.
1.2.7

Misi Puskesmas

1. Memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu dan terjangkau oleh semua

lapisan masyarakat dengan prinsip pelayanan kesehatan prima.


2. Mengembangkan SDM yang berkualitas di bidang kesehatan.
3. Mengembangkan profesionalisme manajemen kesehatan.
4. Menciptakan suasana kerja yang nyaman bagi pegawai.

17

5. Membina dan meningkatkan kerjasama yang harmonis dengan institusi kesehatan

lain dan masyarakat

Dalam rangka untuk mewujudkan Indonesia Sehat 2016 ditetapkan misi


pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh Puskesmas yang bertujuan
guna mendukung tercapainya misi pembangunan kesehatan nasional. Misi
tersebut adalah :
1.

Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan di wilayah


kerjanya.
Puskesmas akan selalu menggerakkan pembangunan sektor lain yang
diselenggarakan di wilayah kerjanya, agar memperhatikan aspek
kesehatan, yaitu pembangunan yang tidak menimbulkan dampak
negatif terhadap kesehatan, setidak-tidaknya terhadap lingkungan dan
perilaku masyarakat.

2.

Mendorong kemandirian hidup sehat bagi keluarga dan masyarakat di


wilayah kerjanya. Puskesmas akan selalu berupaya agar setiap
keluarga dan masyarakat yang bertempat tinggal di wilayah kerjanya
makin berdaya di bidang kesehatan, melalui peningkatan pengetahuan
dan kemampuan menuju kemandirian untuk hidup sehat.

3.

Memelihara dan meningkatkan mutu, pemerataan dan keterjangkauan


pelayanan kesehatan yang diselenggarakan. Puskesmas akan selalu
berupaya menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang sesuai dengan
standar dan berusaha untuk memuaskan masyarakat, mengupayakan
pemerataan pelayanan kesehatan serta meningkatkan efisiensi
pengelolaan dana, sehingga dapat dijangkau oleh seluruh anggota
masyarakat.

4.

Memelihara dan meningkatkan kesehatan perorangan, keluarga dan


masyarakat beserta lingkungannya. Puskesmas akan selalu berupaya
memelihara

dan

meningkatkan

kesehatan,

mencegah

dan

menyembuhkan penyakit, serta memulihkan kesehatan perorangan,


18

keluarga dan masyarakat yang berkunjung dan bertempat tinggal di


wilayah kerjanya, tanpa diskriminasi dan dengan menerapkan
kemajuan ilmu dan teknologi kesehatan yang sesuai. Upaya
pemeliharaan dan peningkatan yang dilakukan Puskesmas mencakup
pula aspek lingkungan dari sisi yang bersangkutan.
Untuk mencapai misi Puskesmas di atas digunakan strategi sebagai
berikut :
a) Meningkatkan profesionalisme petugas
b) Mengembangkan dan menetapkan pendekatan kewilayahan
c) Mengembangkan

kemandirian

Puskesmas

sesuai

dengan

kewenangan yang diberikan oleh Dinas Kesehatan kabupaten/kota


d) Mengembangkan

dan

menetapkan

azas

kemitraan

serta

pemberdayaan masyarakat dan keluarga


1.2.8

Upaya Kesehatan Masyarakat


Upaya kesahatan masyarakat dasar adalah upaya yang ditetapkan

berdasarkan komitmen nasional, regional dan global serta mempunyai daya ungkit
tinggi untuk peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Upaya kesehatan
masyarakat dasar ini diselenggarakan oleh setiap puskesmas yang ada di seluruh
wilayah Indonesia. Upaya kesehatan masyarakat dasar tersebut antara lain :
1.

Promosi kesehatan masyarakat

2.

Kesehatan masyarakat

3.

KIA ( Kesehatan ibu dan anak )

4.

KB ( Keluarga Berencana )

5.

Perbaikan gizi masyarakat

6.

P2M ( Pengendalian Penyakit Menular )

7.

Pengobatan Dasar

Pelaksanaan kegiatan pokok Puskesmas diarahkan kepada keluarga


sebagai satuan masyarakat terkecil. Karenanya, kegiatan pokok Puskesmas
19

ditujukan untuk kepentingan kesehatan keluarga sebagai bagian dari masyarakat


di wilayah kerjanya. Setiap kegiatan pokok Puskesmas dilaksanakan dengan
pendekatan Pembangunan Kesehatan Masyarakat Desa (PKMD).
Tabel 1.7 Upaya Kesehatan Masyarakat Dasar, Kegiatan dan Indikator dalam
Puskesmas
Upaya Kesehatan
Masyarakat Dasar
Promosi Kesehatan

Kegiatan

Promosi hidup bersih dan Tatanan sehat


sehat

Kesehatan Lingkungan

Kesehatan ibu dan anak

Keluarga Berencana

Indikator

Perbaikan perilaku sehat

Penyehatan pemukiman

Cakupan air bersih


Cakupan jamban keluarga
Cakupan SPAL
Cakupan rumah sehat
ANC
Cakupan K1, K4
Pertolongan persalinan
Cakupan linakes
MTBS
Cakupan MTBS
Imunisasi
Cakupan imunisasi
Pelayanan
Keluarga Cakupan MKJP non MKJP

Berencana
Pemberantasan penyakit Diare
ISPA
menular
DBD

Gizi

Pengobatan

Cakupan kasus diare


Cakupan kasus ISPA
Cakupan kasus DBD
Cakupan kelambunisasi
Tuberkulosis
Cakupan penemuan kasus
Angka penyembuhan
Distribusi vit A/ Fe / cap Cakupan vit A /Fe / cap
yodium
PSG
Promosi Kesehatan
Medik dasar
UGD
Laboratorium sederhana

yodium
% gizi kurang / buruk, SKDN
% kadar gizi
Cakupan pelayanan
Jumlah kasus yang ditangani
Jumlah pemeriksaan

( Sumber : Trihono.2005.Manajemen Kesehatan , Arrimes,ed.)


Di samping penyelenggaraan usaha-usaha kegiatan pokok Puskesmas
seperti tersebut di atas, Puskesmas sewaktu-waktu dapat diminta untuk
20

melaksanakan program kesehatan tertentu oleh Pemerintah Pusat (contoh : Pekan


Imunisasi Nasional). Dalam hal demikian, baik petunjuk pelaksanaan maupun
perbekalan akan diberikan oleh Pemerintah Pusat bersama dengan Pemerintah
Daerah.
Sedangkan Upaya Kesehatan Masyarakat Pengembangan Puskesmas
adalah upaya yang ditetapkan berdasarkan permasalahan kesehatan yang
ditemukan di masyarakat serta yang disesuaikan dengan kemampuan Puskesmas.
Upaya kesehatan masyarakat pengembangan dipilih dari daftar upaya kesehatan
pokok Puskesmas yang telah ada yakni :
1.

Upaya Kesehatan Sekolah

2.

Upaya

Perawatan

Kesehatan

Masyarakat

(Public

Health

Nursing/PHN)
3.

Upaya Kesehatan Gigi dan mulut

4.

Upaya Kesehatan Jiwa

5.

Upaya Kesehatan Usia lanjut

6.

Upaya Kesehatan Remaja

Upaya kesehatan masyarakat pengembangan puskesmas dapat pula


bersifat upaya inovasi yakni upaya lain di luar upaya puskesmas tersebut di atas
yang sesuai dengan kebutuhan. Pengembangan dan pelaksanaan upaya inovasi ini
adalah dalam rangka mempercepat tercapainya visi puskesmas.
Pemilihan upaya kesehatan masyarakat pengembangan ini dilakukan oleh
puskesmas bersama dinas kesehatan kabupaten/kota dengan mempertimbangkan
masukan dari Konkes/BPKM/BPP. Upaya kesehatan masyarakat pengembangan
dilakukan apabila upaya kesehatan masyarakat dasar puskesmas telah terlaksana
secara optimal dalam arti target cakupan serta peningkatan mutu pelayanan telah
tercapai.
Penetapan upaya kesehatan masyarakat pengembangan pilihan puskesmas
ini dilakukan oleh dinas kesehatan kabupaten/kota. Dalam keadaan tertentu upaya
kesehatan masyarakat pengembangan puskesmas dapat pula ditetapkan sebagai
penugasan oleh dinas kabupaten/kota. Apabila puskesmas belum mampu
21

menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat pengembangan, padahal telah


menjadi

kebutuhan

masyarakat,

maka

dinas

kesehatan

kabupaten/kota

bertanggungjawab dan wajib menyelenggarakannya. Untuk itu dinas kesehatan


kabupaten/kota perlu dilengkapi dengan berbagai unit fungsional lainnya.
Kegiatan upaya kesehatan dasar dan upaya kesehatan masyarakat
pengembangan di Puskesmas adalah :
A. Upaya Kesehatan Dasar
1.

Upaya Promosi Kesehatan

2.

Upaya Kesehatan Ibu dan Anak

3.

Upaya Keluarga Berencana

4.

Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat

5.

Upaya Kesehatan Lingkungan

6.

Upaya Pengendalian Penyakit Menular

7.

Upaya Pengobatan

B. Upaya Kesehatan Masyarakat Pengembangan


1.

Upaya Kesehatan Sekolah

2.

Upaya Kesehatan Olah Raga

3.

Upaya Perawatan Kesehatan Masyarakat

4.

Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut

5.

Upaya Kesehatan Jiwa

6.

Upaya Kesehatan Mata

7.

Upaya Kesehatan Usia Lanjut

8.

Upaya Pembinaan Pengobatan Tradisional

Salah satu upaya kesehatan masyarakat pengembangan yang dilakukan di


Kecamatan Sawah Besaryaitu Usaha Kesehatan Sekolah (UKS), kegiatan yang
dilakukan antara lain:
Pembinaan
Penyuluhan
Deteksi dini (skrining kesehatan) pada anak sekolah kelas satu SD
sampai SMA
22

Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS) pada anak kelas satu, dua
dan tiga
Program lomba sekolah sehat pada TK, SD, SLTP dan SLTA
Dokter kecil atau Docil membantu saat pelaksanaan deteksi dini (skrining
kesehatan) dengan melakukan penimbangan dan pengukuran tinggi badan.
Penyelenggaraan

upaya

kesehatan

masyarakat

dasar

dan

upaya

pengembangan harus menerapkan azas penyelenggaraan puskesmas secara


terpadu.
Azas penyelenggaraan tersebut dikembangkan dari ketiga fungsi
puskesmas. Dasar pemikirannya adalah pentingnya menerapkan prinsip dasar dari
setiap fungsi puskesmas dalam menyelenggarakan setiap upaya puskesmas, baik
upaya kesehatan masyarakat dasar maupun upaya kesehatan masyarakat
pengembangan. Azas penyelenggaran puskesmas yang dimaksud adalah :
1.

Azas pertanggungjawaban wilayah


Puskesmas bertanggung jawab meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat yang bertempat tinggal di wilayah kerjanya. Untuk ini
puskesmas harus melaksanakan berbagai kegiatan, antara lain sebagai
berikut :
a.

Menggerakkan pembangunan berbagai sektor tingkat kecamatan


sehingga berwawasan kesehatan.

b.

Memantau dampak berbagai upaya pembangunan terhadap


kesehatan masyarakat di wilayah kerjanya.

c.

Membina

setiap

upaya

kesehatan

strata

pertama

yang

diselenggarakan oleh masyarakat dan dunia usaha di wilayah


kerjanya.
d.

Menyelenggarakan upaya kesehatan strata pertama (primer)


secara merata dan terjangkau di wilayah kerjanya.

2.

Azas pemberdayaan masyarakat


Puskesmas

wajib

memberdayakan

perorangan,

keluarga

dan

masyarakat, agar berperan aktif dalam penyelenggaraan setiap


program puskesmas. Untuk ini, berbagai potensi masyarakat perlu
23

dihimpun melalui pembentukan Badan Penyantun Puskesmas (BPP).


Beberapa kegiatan yang harus dilaksanakan oleh puskesmas dalam
rangka pemberdayaan masyarakat antara lain :
a.

KIA : Posyandu, Polindes, Bina Keluarga Balita (BKB)

b.

Pengobatan : Posyandu, Pos Obat Desa (POD)

c.

Perbaikan Gizi : Panti Pemulihan Gizi, Keluarga Sadar Gizi


(Kadarzi)

d.

Kesehatan Lingkungan : Kelompok Pemakai Air (Pokmair), Desa


percontohan Kesehatan Lingkungan (DPKL)

e.

UKS : Dokter Kecil, Saka Bakti Husada (SBH), Pos Kesehatan


Pesantren (Pokestren)

f.

Kesehatan Usia Lanjut : Posyandu Usila, Panti Wreda

g.

Kesehatan Kerja : Pos Upaya Kesehatan Kerja (Pos UKK)

h.

Kesehatan Jiwa : Tim Pelaksana Kesehatan jiwa Masyarakat


(TPKJM)

i.

Pembinaan Pengobatan Tradisional : Tanaman Obat Keluarga


(TOGA), Pembinaan Pengobatan Tradisional (Battra)

24

3.

Azas Keterpaduan
Untuk mengatasi keterbatasan sumber daya serta diperolehnya hasil
yang optimal, penyelenggaraan setiap program puskesmas harus
diselenggarakan secara terpadu.
Ada dua macam keterpaduan yang perlu diperhatikan yakni :
a.

Keterpaduan Lintas Program


Upaya memadukan penyelengaraan berbagai upaya kesehatan
yang menjadi tanggung jawab puskesmas. Contoh keterpaduan
lintas program antara lain:
i.

Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) : Keterpaduan


KIA dengan P2M, gizi, promosi kesehatan dan pengobatan.

ii.

UKS : Keterpaduan kesehatan lingkungan dengan promosi


kesehatan,

pengobatan,

kesehatan

gigi,

kesehatan

reproduksi remaja dan kesehatan jiwa.


iii.

Puskesmas keliling : Keterpaduan pengobatan dengan


KIA/KB, Gizi, promosi kesehatan, dan Kesehatan gigi.

iv.

Posyandu : Keterpaduan KIA dengan KB, gizi, P2M,


Kesehatan jiwa dan promosi kesehatan.

b.

Keterpaduan Lintas Sektor.


Upaya

memadukan

penyelenggaraan

program puskesmas

dengan program dari sektor terkait tingkat kecamatan, termasuk


organisasi kemasyarakatn dan dunia usaha. Contoh keterpaduan
lintas Sektoral antara lain :
i.

UKS : Keterpaduan sektor kesehatan dengan camat,


lurah/kepala desa, pendidikan dan agama.

ii.

Promosi Kesehatan : Keterpaduan sektor kesehatan dengan


dengan camat, lurah/kepala desa, pendidikan, agama dan
pertanian.

25

iii.

KIA : Keterpaduan sektor kesehatan dengan camat,


lurah/kepala

desa,

organisasi

profesi,

organisasi

kemasyarakatan, PKK dan PLKB.


iv.

Perbaikan Gizi : Keterpaduan sektor kesehatan dengan


dengan camat, lurah/kepala desa, pendidikan, agama,
pertanian,

koperasi,

dunia

usaha

dan

organisasi

kemsyarakatan.
v.

Kesehatan Kerja : Keterpaduan sektor kesehatan dengan


dengan camat, lurah/kepala desa, tenaga kerja dan dunia
usaha.

26

2.

Azas Rujukan
Sebagai sarana pelayanan kesehatan tingkat pertama, kemampuan
yang

dimiliki

berhadapan

oleh

langsung

puskesmas

terbatas.

dengan

masyarakat

Padahal
dengan

puskesmas
berbagai

permasalahan kesehatan. Untuk membantu puskesmas menyelesaikan


berbagai masalah kesehatan tersebut dan juga untuk meningkatkan
efisiensi, maka penyelenggaraan setiap program puskesmas harus
ditopang oleh azas rujukan.
Rujukan adalah pelimpahan wewenang dan tanggung jawab atas
penyakit atau masalah kesehatan yang diselenggarakan secara timbal
balik, baik secara vertikal dalam arti dari satu strata sarana pelayanan
kesehatan ke strata sarana pelayanan kesehatan lainnya, maupun
secara horizontal dalam arti antar strata sarana pelayanan kesehatan
yang sama.
Ada dua macam rujukan yang dikenal yakni :
a. Rujukan Kesehatan Perorangan (Medis)
Apabila suatu puskesmas tidak mampu menangani suatu penyakit
tertentu, maka puskesmas tersebut dapat merujuk ke sarana pelayanan
kesehatan yang lebih mampu (baik vertikal maupun horizontal).
Rujukan upaya kesehatan perorangan dibedakan atas :
i.

Rujukan Kasus untuk keperluan diagnostik, pengobatan tindakan


medis (contoh : operasi) dan lain-lain.

ii.

Rujukan Bahan Pemeriksaan (spesimen) untuk pemeriksaan


laboratorium yang lebih lengkap.

iii.

Rujukan Ilmu Pengetahuan antara lain mendatangkan tenaga yang


lebih kompeten untuk melakukan bimbingan tenaga puskesmas dan
atau menyelenggarakan pelayanan medis spesialis di puskesmas.

a.

Rujukan Kesehatan Masyarakat (Kesehatan)


Cakupan rujukan pelayanan kesehatan masyarakat adalah masalah
kesehatan masyarakat, misalnya kejadian luar biasa, pencemaran
27

lingkungan dan bencana. Rujukan pelayanan kesehatan masyarakat


juga

dilakukan

menyelenggarakan

apabila
upaya

satu
kesehatan

puskesmas

tidak

masyarakat

mampu

dasar

dan

pengembangan, padahal upaya kesehatan masyarakat tersebut telah


menjadi kebutuhan masyarakat. Apabila suatu puskesmas tidak
mampu menanggulangi masalah kesehatan masyarakat dan atau tidak
mampu menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat, maka
puskesmas wajib merujuknya ke dinas kesehatan kabupaten/kota.
Rujukan kesehatan masyarakat dibedakan atas tiga macam :
i. Rujukan sarana dan logistik, antara lain peminjaman peralatan
fogging, peminjaman alat laboratorium kesehatan, peminjaman
alat audio visual, bantuan obat, vaksin, bahan habis pakai dan
bahan pakaian.
ii. Rujukan tenaga, antara lain tenaga ahli untuk penyidikan kejadian
luar biasa, bantuan penyelesaian masalah hukum kesehatan,
gangguan kesehatan karena bencana alam.
iii. Rujukan operasional, yakni menyerahkan sepenuhnya kewenangan
dan tanggung jawab penyelesaian masalah kesehatan masyarakat
dan atau penyelenggaraan kesehatan masyarakat kepada dinas
kesehatan kabupaten/kota. Rujukan operasional diselenggarakan
apabila puskesmas tidak mampu.
Secara skematis pelaksanaan azas rujukan dapat digambarkan sebagai
berikut :
Gambar 1.2. Sistem Rujukan Puskesmas

28

Sistem Rujukan

(Sumber : Buku ARRIMES Manajemen Puskesmas)

29

1.3

K
e
l.
T
a
n
a
h
T
i
n
g
g
i

Kel
.
Gal
ur

Kel.
Johar
Baru

Kel.
Kam
pung
Raw
a

Gambaran Umum Puskesmas Kecamatan Johar Baru


Puskesmas Kecamatan Johar Baru merupakan Puskesmas pembina sesuai

dengan SK Gubernur tahun 1992. Puskesmas ini berada di alamat Jl.Tanah tinggi
XXI Johar Baru Jakarta Pusat. Puskesmas Kecamatan Johar Baru membawahi 7
Puskesmas yaitu 1 Puskesmas tingkat kecamatan, 6 Puskesmas tingkat kelurahan,
3 Puskesmas terletak di Kelurahan Johar Baru (Johar Baru I, Johar Baru II, Johar
Baru III) dan Puskesmas Kelurahan Tanah Tinggi, Puskesmas Kelurahan
Kampung Rawa dan Puskesmas Kelurahan Galur.
Wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Johar Baru adalah membawahi enam
Puskesmas kelurahan di empat kelurahan yang ada di wilayah Kecamatan Johar
Baru, yaitu :
1) Puskesmas Kelurahan Johar Baru I
Puskesmas Kelurahan Johar Baru I beralamat di Jl. Mardani Raya 36
RT 2/5.
2) Puskesmas Kelurahan Johar Baru II
Puskesmas Kelurahan Johar Baru II beralamat di Jl.Percetakan Negara
II.
3) Puskesmas Kelurahan Johar Baru III
Puskesmas Kelurahan Johar Baru III beralamat di Jl. Keramat Jaya Gg
IX.
4) Puskesmas Kelurahan Galur
Puskesmas Kelurahan Galur beralamat di Jl.Kampung Rawa tengah
Gg IX.
5) Puskesmas Kelurahan Tanah Tinggi
Puskesmas Kelurahan Tanah Tinggi beralamat di Jl. Tanah Tinggi Gg.
VII/12.
6) Puskesmas Kelurahan Kampung Rawa
Puskesmas Kelurahan Kampung Rawa beralamat di Jl. Rawa Selatan 1
RT 2/1.
Gambar 1.3. Peta Letak Puskesmas se- Kecamatan Johar Baru

30

Sumber : Profil Puskesmas Kecamatan Johar Baru


1.3.1

Sarana dan Prasarana Puskesmas


Sarana yang tersedia di Puskesmas Kecamatan Johar Baru antara lain:

1.3.1.1 Bangunan Puskesmas Johar Baru


Puskesmas Kecamatan Johar Baru memiliki fasilitas gedung terdiri dari :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.

Luas bangunan
Luas tanah
Daya listrik
Air
Telepon
Fax
Komputer
Laptop
Printer
AC
Mobil Puskesmas keliling
Mobil dinas
Motor
Swing fog
Dental unit
Rontgen unit
Unit mata

: 1.305 m2
: 1.782 m2
: 45.000 W
: tanah
: 7 unit
: 1 unit
: 20 unit
: 4 unit
: 13 unit
: 26 unit
:1
:2
:8
:4
:9
::-

Puskesmas Kecamatan Johar Baru terdiri dari 3 lantai:


I.

Lantai 1:
A. Loket (Loket Pendaftaran dan Loket Medical Record)
31

B.
C.
D.
E.
F.
II.

Lantai 2:
A.
B.
C.
D.
E.
F.
G.
H.
I.
J.

III.

Rumah Bersalin (buka 24 jam)


Unit Gawat Darurat (buka mulai pkl. 16.00- 07.00 WIB)
Ruang Jaga Dokter
Ruang Metadon
Ruang Jaga Bidan dan Perawat
Balai Pengobatan Umum
Balai Pengobatan Askes
Poli Gigi
Poli KIA
Poli KB
Poli mata
Poli jiwa
Poli Gizi
Apotek
Laboratorium

Lantai 3:
A.
B.
C.
D.
E.
F.

Ruang Kepala Puskesmas


Ruang Pemulihan
Ruang Tata Usaha
Ruang Bina Kesehatan Masyarakat
Ruang Rapat
Aula

1.3.1.2 Tenaga Kerja Medis dan Nonmedis


Medis :
Dokter spesialis
Dokter umum
Dokter gigi
Apoteker
Perawat
Perawat gigi
Bidan
Ahli Gizi
Non medis (SD,SLTP,SLTA,SPK,SMK,STM)

32

Tabel 1.8 Jumlah Tenaga Kerja medis dan non medis di sarana pelayanan
kesehatan di Wilayah Puskesmas Se-Kecamatan Johar Baru Desember 2011
Jumlah Tenaga Kerja
Puskesmas

Ahl

Tenaga

Dokter

Dokter

Dokter

Apotek

Bida

Perawa

Perawa

Nonmedi

Spesialis

Umum

Gigi

er

t Gigi

gizi

Jumlah

14

32

11

ung Rawa

Kel.Galur

Kec. Johar
Baru
Kel Johar
Baru I
Kel.Johar
Baru II
Kel.Johar
Baru III
Kel.Kamp

Jumlah Tenaga Kerja


Ahl

Tenaga

Dokter

Dokter

Dokter

Apotek

Bida

Perawa

Perawa

Nonmedi

Spesialis

Umum

Gigi

er

t Gigi

gizi

Jumlah

Tinggi

Jumlah

11

10

15

30

86

Puskesmas

Kel.Tanah

Sumber : Laporan Kecamatan Johar Baru Desember 2011


1.3.1.3 Alat Medis dan Non Medis
Medis:
- Peralatan Laboratorium (pemeriksaan darah, urine dan sputum)
- 2 Unit Dental Unit
- USG
- Alat Apotek
- 7 buah Tempat tidur (untuk pemeriksaan fisik pasien)
Non medis:
- Alat perlengkapan
33

1.3.2

Kartu diagnosis
Kartu pasien, Formulir Laporan

Visi, Misi, Kebijakan Mutu dan Motto Puskesmas Kecamatan Johar


Baru
A. Visi Puskesmas Kecamatan Johar Baru
Terwujudnya Puskesmas Kecamatan Johar Baru yang memberikan
Pelayanan prima, berorientasi pada kepuasan menuju masyarakat sehat
dan mandiri.
B. Misi Puskesmas Kecamatan Johar Baru
1. Memberikan Pelayanan kesehatan prima dan merata.
2. Meningkatkan profesionalisme tenaga kesehatan, medis dan non
medis Puskesmas.
3. Menggalang kemitraan pelayanan kesehatan di wilayah kerja
Puskesmas.
4. Mengembangkan upaya kemandirian masyarakat dalam bidang
kesehatan.
B. Kebijakan Mutu Puskesmas Kecamatan Johar BaruPuskesmas
Kecamatan Johar Baru bertekad memberikan pelayanan prima, menuju
masyarakat sehat yang mandiri secara berkesinambungan sesuai
dengan peraturan dan perundang- undangan yang berlaku, serta
senantiasa melakukan perbaikan secara berkesinambugan untuk
mencapai kepuasan pelanggan. Komitmen bersama Puskesmas
Kecamatan Johar Baru adalah Prima Sehat Mandiri untuk semua.

34

1.3.3

Struktur Organisasi
Gambar 1.4 Struktur Organisasi Puskesmas Kecamatan Johar Baru
KEPALA
PUSKESMAS

SEKRETA
RIAT

Balkiswati

YANKE
S

UNIT
GAWAT

KESM
AS

PMK

PROMK
ES
JIWA
NAPZ

UNIT
KI-KB

UNIT
BALAI
PENGOBA

GIZI
PPSM
KESLIN
G

SDK

MU
TU

FARM
AKMI

SURVEI
LANCE
UNIT
BALAI
PENGOB

UNIT
RUMAH

PENYAK
IT
MENUL

35

Sumber: Puskesmas Kecamatan Johar Baru

36

1.1.2.1
Gambar 1.5 Alur Pelayanan Pasien di Puskesmas Kecamatan Johar Baru

LOK
ET

GIGI
KIA
KB

B
P

MATA

O
B
AT

SEL
ESA
I

GIZI
JIWA
LABORATORIUM
TINDAKAN

Sumber: Puskesmas Kecamatan Johar Baru

1.4

Program Imunisasi di Puskesmas Kecamatan Johar Baru


Imunisasi adalah suatu cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang

secara aktif terhadap suatu antigen, sehingga bila kelak ia terpajan pada antigen
yang serupa tidak terjadi penyakit (Ranuh. et. all, 2008:40).
Imunisasi

adalah

pemberian

vaksin

kepada

seseorang

untuk

melindunginya dari beberapa penyakit tertentu (Wahab, A. Samik, 2002: 22).


Imunisasi adalah prosedur untuk meningkatkan derajat imunitas,
memberikan imunitas protektif dengan menginduksi respon memori terhadap
pathogen tertentu/toksin dengan menggunakan preparat antigen non virulen/non
toksik (Wong. DL, 2008: 28).
37

Imunisasi merupakan usaha memberikan kekebalan pada bayi dan anak


dengan memasukkan vaksin ke dalam tubuh agar tubuh membuat zat anti untuk
mencegah terhadap penyakit tertentu. Sedangkan vaksin adalah bahan yang
dipakai untuk merangsang pembentukan zat anti yang dimasukkan ke dalam tubuh
melalui suntikan seperti vaksin BCG, DPT, campak, dan melalui mulut seperti
vaksin polio. Di negara Indonesia terdapat jenis imunisasi yang diwajibkan oleh
pemerintah dan ada juga yang hanya dianjurkan. Imunisasi wajib di Indonesia
sebagaimana telah diwajibkan oleh WHO ditambah dengan Hepatitis B. Imunisasi
yang dianjurkan oleh pemerintah dapat digunakan untuk mencegah suatu kejadian
yang luar biasa atau penyakit endemik, atau untuk kepentingan tertentu
(bepergian) seperti jemaah haji yaitu imunisasi meningitis (Hidayat. AA, 2008:
37)
Imunisasi adalah suatu prosedur rutin yang akan memberi kekebalan pada
bayi. Fungsi imunisasi adalah untuk memberi perlindungan menyeluruh terhadap
penyakit-penyakit yang berbahaya dan sering terjadi pada tahun tahun awal
kehidupan seorang anak. Tujuan program imunisasi adalah menurunkan angka
kematian bayi akibat penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi. Keberhasilan
program imunisasi diukur dengan pencapaian target cakupan imunisasi. Sasaran
kegiatan ini adalah bayi dan ibu hamil.
Imunisasi merupakan hal yang terpenting dalam usaha melindungi
kesehatan anak untuk memberikan kekebalan khusus terhadap seseorang yang
sehat, dengan tujuan utama menurunkan angka kesakitan dan kematian karena
berbagai penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi. Tanpa imunisasi, kirakira tiga dari 100 kelahiran anak akan meninggal karena penyakit campak, dua
dari 100 kelahiran anak akan meninggal karena batuk rejan. satu dari 100
kelahiran anak akan meninggal karena penyakit tetanus. Setiap 200.000 anak, satu
akan menderita penyakit polio. Imunisasi yang dilakukan dengan memberikan
vaksin tertentu akan melindungi anak terhadap penyakit-penyakit tertentu.
Sesuai dengan program pemerintah (Departemen Kesehatan) tentang
program pengembangan imunisasi, maka anak harus mendapat perlindungan
terhadap tujuh jenis penyakit utama yaitu penyakit TBC dengan pemberian vaksin
38

BCG, penyakit difteri tetanus pertusis dengan pemberian vaksin DPT, penyakit
poliomyelitis dengan vaksin polio, penyakit hepatitis B dengan vaksin hepatitis B,
dan penyakit campak dengan vaksin campak.
Ada dua imunisasi, yaitu imunisasi aktif dan imunisasi pasif. Perbedaan
antara imunisasi aktif dan imunisasi pasif berhubungan dengan kekebalan yang
didapat. Kekebalan Aktif yaitu tubuh anak sendiri membuat zat anti yang akan
bertahan selama bertahuntahun, Sedangkan Imunisasi pasif ialah tubuh anak
tidak membuat sendiri zat anti, si anak mendapatnya dari luar tubuh dengan cara
penyuntikan bahan atau serum yang telah mengandung zat anti atau anak tersebut
mendapat zat anti dari ibunya semasa dalam kandungan. Kekebalan yang
diperoleh dengan imunisasi pasif tidak berlangsung lama.

39

1.4.1

Jenis Vaksin
Pada dasarnya vaksin dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu:
a. Live attenuated (kuman atau virus hidup yang dilemahkan).
b. Inactivated (kuman, virus atau komponennya yang dibuat tidak aktif).
Sifat vaksin attenuated dan inactivated berbeda sehingga hal ini

menentukan bagaimana vaksin ini digunakan.


a. Vaksin hidup attenuated
Vaksin hidup dibuat dari virus atau bakteri liar (wild) penyebab
penyakit. Virus atau bakteri liar ini dilemahkan di laboratorium,
biasanya dengan pembiakan berulang-ulang.
Vaksin hidup yang tersedia: berasal dari virus hidup yaitu vaksin
campak, gondongan (parotitis), rubella, polio, rotavirus, demam
kuning (yellow fever). Berasal dari bakteri yaitu vaksin BCG dan
demam tifoid.
b. Vaksin inactivated
Vaksin inactivated dihasilkan dengan cara membiakkan bakteri atau
virus dalam media pembiakan (persemaian), kemudian dibuat tidak
aktif (inactivated) dengan penanaman bahan kimia (biasanya
formalin). Untuk vaksin komponen, organisme tersebut dibuat murni
dan hanya komponen-komponennya yang dimasukkan dalam vaksin
(misalnya kapsul polisakarida dari kuman pneumokokus). Vaksin
inactivated tidak hidup dan tidak dapat tumbuh, maka seluruh dosis
antigen dimasukkan dalam suntikan. Vaksin ini selalu membutuhkan
dosis multipel, pada dasarnya dosis pertama tidak menghasilkan
imunitas protektif, tetapi hanya memacu atau menyiapkan sistem imun.
c. Vaksin polisakarida
Vaksin polisakarida adalah vaksin sub-unit yang inactivateddengan
bentuknya yang unik terdiri atas rantai panjang molekul-molekul gula
40

yang membentuk permukaan kapsul bakteri tertentu. Vaksin ini


tersedia

untuk

tiga

macam

penyakit

yaitu

pneumokokus,

meningokokus, dan haemophillus influenzae type b.

41

d. Vaksin rekombinan
Terdapat tiga jenis vaksin rekombinan yang saat ini telah tersedia :
1. Vaksin hepatitis B dihasilkan dengan cara memasukkan suatu
segmen gen virus hepatitis B ke dalam gen sel ragi.
2. Vaksin tifoid (Ty21a) adalah bakteri salmonella typhi yang secara
genetik diubah sehingga tidak menyebabkan sakit.
Tiga dari empat virus yang berada di dalam vaksin rotavirus hidup
adalah rotavirus kera rhesus yang diubah secara genetik menghasilkan
antigen rotavirus manusia apabila mereka mengalami replikasi
Program imunisasi dasar (bayi) yang dilaksanakan di puskesmas
kecamatan Johar Baru terdiri dari :
1)

BCG

2)

Hepatitis B

3)

Polio

4)

Campak

5)

DPT

1.4.1.1 Rantai Vaksin


Adalah rangkaian proses penyimpanan dan transportasi vaksin dengan
menggunakan berbagai peralatan sesuai prosedur untuk menjamin kualitas vaksin
sejak dari pabrik sampai diberikan kepada pasien. Rantai vaksin terdiri dari proses
penyimpanan vaksin di kamar dingin atau kamar beku, di lemari pendingin, di
dalam alat pembawa vaksin, pentingnya alat-alat untuk mengukur dan
mempertahankan suhu. Dampak perubahan suhu pada vaksin hidup dan mati
berbeda. Untuk itu harus diketahui suhu optimum untuk setiap vaksin sesuai
petunjuk penyimpanan dari pabrik masing-masing.

42

Gambar 1.6. Macam-macam tempat penyimpanan vaksin

1.4.1.2 Suhu Optimum untuk Vaksin Hidup


Secara umum semua vaksin sebaiknya disimpan pada suhu +2C sampai
dengan +8C, diatas suhu +8C vaksin hidup akan cepat mati, vaksin polio hanya
bertahan dua hari, vaksin BCG dan campak yang belum dilarutkan mati dalam
tujuh hari. Vaksin hidup potensinya masih tetap baik pada suhu kurang dari 2C
sampai dengan beku. Vaksin oral polio yang belum dibuka lebih bertahan lama (2
tahun) bila disimpan pada suhu -25C sampai dengan -15C, namun hanya
bertahan enam bulan pada suhu +2C sampai dengan +8C. Vaksin BCG dan
campak berbeda, walaupun disimpan pada suhu -25C sampai dengan -15C, umur
vaksin tidak lebih lama dari suhu +2C sampai dengan +8C, yaitu BCG tetap satu
tahun dan campak tetap dua tahun. Oleh karena itu vaksin BCG dan campak yang
belum dilarutkan tidak perlu disimpan di suhu -25C sampai dengan -15C atau
didalam freezer.

1.4.1.3 Suhu Optimum untuk Vaksin Mati


Vaksin mati (inaktif) sebaiknya disimpan dalam suhu +2C sampai dengan
+8C juga, pada suhu dibawah +2C (beku) vaksin mati (inaktif) akan cepat rusak.
Bila beku dalam suhu -0.5C vaksin hepatitis B dan DPT-Hepatitis B (kombo)
akan rusak dalam jam, tetapi dalam suhu diatas 8C vaksin hepatitis B bisa
bertahan sampai tiga puluh hari, DPT-hepatitis B kombinasi sampai empat belas
43

hari. Dibekukan dalam suhu -5C sampai dengan -10C vaksin DPT, DT dan TT
akan rusak dalam 1,5 sampai dengan dua jam, tetapi bisa bertahan sampai empat
belas hari dalam suhu di atas 8C.

44

1.4.1.4 Kamar Dingin dan Kamar Beku


Kamar dingin (cold room) dan kamar beku (freeze room) umumya berada
dipabrik, distributor pusat, Dinas Kesehatan Provinsi, berupa ruang yang besar
dengan kapasitas 5-100 m, untuk menyimpan vaksin dalam jumlah yang besar.
Suhu kamar dingin berkisar +2C sampai dengan +8C, terutama untuk
menyimpan vaksin-vaksin yang tidak boleh beku. Suhu kamar beku berkisar
antara -25C sampai dengan -15C, untuk menyimpan vaksin yang boleh beku,
terutama vaksin polio. Kamar dingin dan kamar beku harus beroperasi terus
menerus, menggunakan dua alat pendingin yang bekerja bergantian. Aliran listrik
tidak boleh terputus sehingga harus dihubungkan dengan pembangkit listrik yang
secara otomatis akan berfungsi bila listrik mati. Suhu ruangan harus dikontrol
setiap hari dari data suhu yang tercatat secara otomatis. Pintu tidak boleh sering
dibuka tutup.

1.4.1.5 Lemari es dan Freezer


Setiap lemari es sebaiknya mempunyai satu stop kontak tersendiri. Jarak
lemari es dengan dinding belakang 10-15 cm, kanan kiri 15 cm, sirkulasi udara
disekitarnya harus baik. Lemari es tidak boleh terkena sinar matahari langsung.
Suhu didalam lemari es harus berkisar +2C sampai dengan +8C, digunakan
untuk menyimpan vaksin-vaksin hidup maupun mati, dan untuk membuat cool
pack (kotak dingin cair). Sedangkan suhu di dalam freezer berkisar antara -25C
sampai dengan -15C, khusus untuk menyimpan vaksin polio dan pembuatan cold
pack (kotak es beku). Termostat di dalam lemari es harus diatur sedemikian rupa
sehingga suhunya berkisar antara +2 sampai dengan +8C dan suhu freezer
berkisar -15C sampai dengan -25C. Di dalam lemari es lebih baik bila
dilengkapi freeze watch atau freeze tag pada rak ke-3, untuk memantau apakah
suhunya pernah mencapai di bawah 0 derajat. Sebaiknya pintu lemari es hanya
dibuka dua kali sehari, yaitu ketika mengambil vaksin dan mengmbalikan sisa
vaksin, sambil mencatat suhu lemari es.
Lemari es dengan pintu membuka ke atas lebih dianjurkan untuk
penyimpanan vaksin. Karet-karet pintu harus diperiksa kerapatannya, untuk
45

menghindari keluarnya udara dingin. Bila pada dinding lemari es telah terdapat
bunga es, atau di freezer telah mencapai tebal 2-3 cm harus segera dilakukan
pencairan (defrost). Sebelum melakukan pencairan, pindahkan vaksin ke cool box
atau lemari es yang lain. Cabut kontak listrik lemari es, biarkan pintu lemari es
dan freezer terbuka selama 24 jam, kemudian dibersihkan. Setelah bersih, pasang
kembali kontak listerik, tunggu sampai suhu stabil. Setelah suhu lemari sedikitnya
mencapai +8C dan suhu freezer-15C, masukkan vaksin sesuai tempatnya.
Gambar 1.7. Lemari es penyimpanan vaksin

1.4.1.6 Susunan Vaksin di Dalam Lemari Es


Karena vaksin hidup dan vaksin inaktif mempunyai daya tahan berbeda
terhadap suhu dingin, maka kita harus mengenali bagian yang paling dingin dari
lemari es. Letakkan vaksin hidup dekat dengan bagian yang paling dingin,
sedangkan vaksin mati jauh dari bagian yang paling dingin. Di antara kotak-kotak
vaksin beri jarak selebar jari tangan (sekitar 2 cm) agar udara dingin bias
menyebar merata ke semua kotak vaksin.
Bagian paling bawah tidak untuk menyimpan vaksin tetapi khusus untuk
meletakkan cool pack, untuk mempertahankan suhu bila listerik mati. Pelarut
vaksin jangan disimpan di dalam lemari es atau freezer, karena akan mengurangi
ruang untuk vaksin, dan akan pecah bila beku. Penetes (dropper) vaksin polio juga
tidak boleh di letakkan di lemari es atau freezer karena akan menjadi rapuh,
mudah pecah.
46

Tidak boleh menyimpan makanan, minuman, obat-obatan atau bendabenda lain di dalam lemari es vaksin, karena mengganggu stabilitas suhu karena
sering di buka.

1.4.1.7 Lemari Es dengan Pintu Membuka Kedepan


Bagian yang paling dingin lemari es ini adalah di bagian paling atas
(freezer). Di dalam freezer disimpan cold pack, sedangkan rak tepat di bawah
freezer untuk meletakkan vaksin-vaksin hidup, karena tidak mati pada suhu
rendah. Rak yang lebih jauh dari freezer (rak ke 2 dan 3) untuk meletakkan
vaksin-vaksin mati (inaktif), agar tidak terlalu dekat freezer, untuk menghindari
rusak karena beku. Thermometer Dial atau Muller diletakkan pada rak ke-2,
freeze watch atau freeze tag pada rak ke 3.

47

Gambar 1.8. Lemari es penyimpanan vaksin dengan pintu membuka ke depan

1.4.1.8 Lemari Es dengan Pintu Membuka Keatas


Bagian yang paling dingin dalam lemari es ini adalah bagian tengah
(evaporator) yang membujur dari depan ke belakang. Oleh karena itu vaksin
hidup diletakkan di kanan-kiri bagian yang paling dingin (evaporator). Vaksin
mati diletakkan dipinggir, jauh dari evaporator. Beri jarak antara kotak-kotak
vaksin selebar jari tangan (sekitar 2 cm). Letakkan termometer Dial atau Muller
atau freeze watch/freeze tag dekat vaksin mati.
Gambar 1.9. Lemari es dengan pintu membuka ke atas

1.4.1.9 Wadah Pembawa Vaksin

48

Untuk membawa vaksin dalam jumlah sedikit dan jarak tidak terlalu jauh
dapat menggunakan cold box (kotak dingin) atau vaccine carrier (termos). Cold
box berukuran lebih besar, dengan ukuran 40-70 liter, dengan penyekat suhu dari
poliuretan, selain untuk transportasi dapat pula untuk menyimpan vaksin
sementara. Untuk mempertahankan suhu vaksin di dalam kotak dingin atau
termos dimasukkan cold pack atau cool pack.
Gambar 1.10. Wadah pembawa vaksin

1.4.1.10 Cold Pack dan Cool Pack


Cold pack berisi air yang dibekukan dalam suhu -15C sampai dengan
-25C selama 24 jam, biasanya di dalam wadah plastik berwarna putih. Cool pack
berisi air dingin (tidak beku)yang didinginkan dalam suhu +2C sampai dengan
+8C selama 24 jam, biasanya di dalam wadah plastik berwarna merah atau biru.
Cold pack (beku) dimasukkan ke dalam termos untuk mempertahankan suhu
vaksin ketika membawa vaksin hidup sedangkan cool pack (cair) untuk membawa
vaksin hidup dan vaksin mati (inaktif).
Gambar 1.11. Ice Pack

49

1.4.2

Menilai Kualitas Vaksin


Vaksin hidup akan mati pada suhu di atas batas tertentu, dan vaksin mati

akan rusak di bawah suhu tertentu.

50

1.) Kualitas rantai vaksin dan tanggal kadaluwarsa


Untuk mempertahankan kualitas vaksin maka penyimpanan dan
transportasi vaksin harus memenuhi syarat rantai vaksin yang baik,
antara lain : disimpan di dalam lemari es atau freezer dalam suhu
tertentu, transportasi vaksin di dalam kotak dingin atau termos yang
tertutup rapat, tidak terendam air, terlindung dari sinar matahari
langsung, belum melewati tanggal kadaluarsa, indikator suhu berupa
VVM (vaccine vial monitor) atau freeze watch/tag belum melampaui
batas suhu tertentu.
2.) VVM (vaccine vial monitor)
Untuk menilai apakah vaksin sudah pernah terpapar suhu di atas batas
yang dibolehkan, dengan membandingkan warna kotak segi empat
dengan warna lingkaran di sekitarnya. Bila waran kotak segi empat
lebih muda daripada lingkaran dan sekitarnya (disebut kondisi VVM A
atau B) maka vaksin belum terpapar suhu di atas batas yang
diperkenankan. Vaksin dengan kondisi VVM B harus segera
dipergunakan. Bila warna kotak segi empat sama atau lebih gelap
daripada lingkaran dan sekitarnya (disebut kondisi VVM C atau D)
maka vaksin sudah terpapar suhu di atas batas yang diperkenankan,
tidak boleh diberikan pada pasien.
Gambar 1.12 Vaccine Vial Monitor (VVM)

51

3.) Freeze watch dan freeze tag


Alat ini untuk mengetahui apakah vaksin pernah terpapar suhu
dibawah 0C. Bila dalam freeze watch terdapat warna biru yang
melebar ke sekitarnya atau dalam freeze tag ada tanda silang (X),
bearti vaksin pernah terpapar suhu di bawah 0C yang dapat merusak
vaksin mati. Vaksin-vaksin tersebut tidak boleh diberikan kepada
pasien.
4.) Warna dan kejernihan vaksin
Warna dan kejernihan beberapa vaksin dapat menjadi indikator praktis
untuk menilai stabilitas vaksin. Vaksin polio harus berwarna kuning
oranye. Bila warnanya berubah menjadi pucat atau kemerahan berarti
pHnya telah berubah, sehingga tidak stabil dan tidak boleh diberikan
kepada pasien.
Vaksin toksoid, rekombinan dan polisakarida umumnya berwarna putih
jernih sedikit berkabut. Bila menggumpal atau banyak endapan berarti
sudah pernah beku, tidak boleh digunakan karena sudah rusak. Untuk
meyakinkan dapat dilakukan uji kocok seperti dibawah ini. Bila vaksin
setelah dikocok tetap menggumpal atau mengendap maka vaksin tidak
boleh digunakan karena sudah rusak.
5.) Pemilihan vaksin
Vaksin yang harus segera dipergunakan adalah : vaksin yang belum
dibuka tetapi telah dibawa ke lapangan, sisa vaksin telah dibuka
(dipergunakan), vaksin dengan VVM B, vaksin dengan tanggal
kadaluarsa sudah dekat (EEFO = Early Expire First Out), vaksin yang
sudah lama tersimpan dikeluarkan segera (FIFO = First In First Out).

1.4.3

Macam-macam vaksin dan fungsinya

1.4.3.1 Imunisasi BCG


52

Vaksinasi

BCG

memberikan

kekebalan

aktif

terhadap

penyakit

Tuberkulosis (TB). Vaksin ini mengandung bakteri Bacillus Calmette-Guerrin


hidup yang dilemahkan. BCG diberikan satu kali sebelum anak berumur dua
bulan.
Di Indonesia TBC merupakan penyakit rakyat yang mudah menular, di
negara yang sudah berkembang penyakit ini sudah jarang ditemukan karena
dilaksanakannya imunisasi BCG yang luas, pengawasan ketat terhadap penderita
TBC dan perbaikan keadaan sosial ekonomi.
1.4.3.2 Imunisasi DPT
Imunisasi DPT adalah suatu vaksin three-in-one yang melindungi terhadap
difteri, pertusis dan tetanus. Di Indonesia vaksin terhadap ketiga penyakit tersebut
dipasarkan dalam tiga jenis kemasan, yaitu dalam bentuk kemasan tunggal khusus
bagi tetanus, dalam bentuk kombinasi DT (difteri dan tetanus) dan kombinasi
DPT.
Vaksin difteri terbuat dari toksin kuman difteri yang telah dilemahkan.
Biasanya diolah dan dikemas bersama-sama dengan vaksin tetanus dalam bentuk
vaksin DT atau dalam bentuk tetanus dan pertusis dalam bentuk DPT.
Difteri adalah suatu infeksi bakteri yang menyerang tenggorokan dan
dapat menyebabkan komplikasi yang serius atau fatal. Penyakit difteri disebabkan
oleh corynebacterium diphtheriae, sifatnya sangat ganas dan mudah menular.
Seorang anak akan terjangkit difteri bila ia berhubungan langsung dengan
anak lain sebagai penderita difteri atau sebagai pembawa kuman (karier). Dalam
hal inilah perlunya dilakukan imunisasi. Dengan imunisasi anak akan terhindar,
sedangkan anak yang belum mendapat imunisasi akan tertular penyakit difteri
yang diperoleh dari temannya sendiri yang menjadi karier. Pertusis (batuk rejan)
adalah infeksi bakteri Bordetella pertussis ditandai dengan batuk hebat yang
menetap serta bunyi pernafasan yang melengking.
Pertusis berlangsung selama beberapa minggu dan dapat menyebabkan
serangan batuk sehingga anak sulit bernafas, makan atau minum. Pertusis juga
dapat menimbulkan komplikasi serius, seperti pneumonia, kejang dan kerusakan
53

otak. Sementara tetanus adalah infeksi bakteri yang bisa menyebabkan kekakuan
pada rahang serta kejang. Gejala yang khas yaitu anak tiba-tiba batuk keras secara
terus-menerus, sukar berhenti, muka menjadi merah atau kebiruan, keluar air mata
dan kadang-kadang sampai muntah.
Vaksin DPT diberikan dengan cara disuntikkan pada otot lengan atau paha.
Imunisasi DPT diberikan sebanyak tiga kali, yaitu pada saat anak berumur dua
bulan (DPT I), tiga bulan (DPT II) dan empat bulan (DPT III); selang waktu tidak
kurang dari empat minggu. Imunisasi DPT ulang diberikan satu tahun setelah
DPT III dan pada usia prasekolah (5-6 tahun). Jika anak mengalami reaksi alergi
terhadap vaksin pertusis, maka diberikan DT, bukan DPT.
Daya proteksi atau daya lindung vaksin difteri cukup baik yaitu sebesar
80-95% dan daya proteksi vaksin tetanus sangat baik yaitu sebesar 90-95%
sedangkan daya proteksi vaksin pertusis masih rendah yaitu 50-60%. Oleh karena
itu tidak jarang anak yang telah mendapat imunisasi pertusis masih terjangkit
penyakit batuk rejan, tetapi dalam bentuk yang lebih ringan.

1.4.3.3 Imunisasi Polio


Imunisasi

polio

memberikan

kekebalan

aktif

terhadap

penyakit

poliomielitis. Terdapat dua jenis vaksin yang masing-masing mengandung virus


polio tipe I, II & III yang sudah dimatikan (Vaksin Salk), cara pemberiannya
dengan penyuntikan. Dan yang masih hidup tapi dilemahkan (Vaksin Sabin) cara
pemberiannya melalui mulut berupa cairan. Di Indonesia vaksin yang lazim
diberikan ialah vaksin jenis Sabin.Vaksin polio dapat mencegah penyakit
poliomielitis yang disebabkan oleh virus polio, yaitu tipe I, II dan III. Virus polio
akan merusak bagian anterior susunan saraf pusat tulang belakang. Penyakit ini
terutama banyak terdapat di negara yang sedang berkembang. Di Indonesia
tercatat beberapa kali wabah polio misalnya di Belitung tahun 1948, di Semarang
tahun 1954, di Medan tahun 1957. Gejala penyakit ini sangat bervariasi, dari
gejala ringan sampai timbul kelumpuhan bahkan sampai timbul kematian. Gejala
yang umum dan mudah dikenal ialah anak mendadak lumpuh pada salah satu

54

anggota gerak setelah menderita demam selama 2-5 hari. Polio juga bisa
menyebabkan kelumpuhan pada otot-otot pernafasan dan otot untuk menelan.
Imunisasi dasar polio diberikan pada anak umur 0-4 bulan sebanyak empat
kali (polio I, II, III, dan IV) dengan interval tidak kurang dari empat minggu.
Imunisasi polio ulangan diberikan satu tahun setelah imunisasi polio IV, kemudian
pada saat masuk SD (5-6 tahun) dan pada saat meninggalkan SD (12 tahun). Daya
proteksi vaksin polio sangat baik yaitu sebesar 95-100%.

1.4.3.4 Imunisasi Campak


Imunisasi campak memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit campak
(tampek) yang disebabkan oleh sejenis virus termasuk golongan paramiksovirus.
Gejala yang khas yaitu timbulnya bercakbercak merah dikulit setelah anak
demam 3-5 hari, bercak merah ini semula timbul pada pipi di bawah telinga
kemudian menjalar ke muka, tubuh dan anggota gerak.
Imunisasi campak diberikan sebanyak dua kali. Pertama, pada saat anak
berumur sembilan bulan atau lebih, Campak kedua diberikan pada umur 5-7
tahun. Pada kejadian luar biasa dapat diberikan pada umur enam bulan dan
diulangi enam bulan kemudian. Vaksin disuntikkan secara langsung di bawah kulit
(subkutan). Campak I diperlukan untuk menimbulkan respon kekebalan primer,
sedangkan Campak II diperlukan untuk meningkatkan kekuatan antibodi sampai
pada tingkat yang tertingi. Efek samping yang mungkin terjadi berupa demam,
ruam kulit, diare.
Daya proteksi imunisasi campak sangat tinggi yaitu 96-99%, Menurut
penelitian, kekebalan yang diperoleh ini berlangsung seumur hidup.

1.4.3.5 Imunisasi Hepatitis B (HBV)


Hepatitis B adalah suatu infeksi hati yang bisa menyebabkan kanker hati
dan kematian. Imunisasi HBV memberikan kekebalan terhadap hepatitis B.
Imunisasi ini diberikan sebanyak empat kali. Antara suntikan HBV1 dengan
HBV2 diberikan dengan selang waktu satu bulan pada saat anak berumur di
55

bawah empat bulan. Kepada bayi yang lahir dari ibu dengan hepatitis, vaksin
HBV disuntikan dalam waktu 12 jam setelah lahir. Sedangkan pada bayi yang
lahir dari ibu yang status hepatitisnya tidak diketahui, HBV I diberikan dalam
waktu 12 jam setelah lahir. HBV3 diberikan pada usia antara 6-18 bulan.
Imunisasi HBV empat diberikan saat anak berusia 10 tahun. Dosis pertama
diberikan segera setelah bayi lahir atau jika ibunya memiliki Hepatitis B.
Imunisasi juga bisa diberikan pada saat bayi berumur dua bulan. Pemberian
imunisasi kepada anak yang sakit berat sebaiknya ditunda sampai anak benarbenar pulih.
Program imunisasi di Puskesmas Kecamatan Johar Baru adalah imunisasi
dasar dan imunisasi pada ibu hamil. Imunisasi dasar yang diberikan pada anak
adalah:
a. BCG untuk mencegah penyakit TB,
b. DPT untuk mencegah penyakit Difteria, Pertusis dan Tetanus,
c. Polio untuk mencegah penyakit Poliomyelitis,
d. Campak untuk mencegah penyakit Measles,
e. Hepatitis B untuk mencegah penyakit Hepatitis B.

56

Hasil Kegiatan Program Imunisasi di Puskesmas Wilayah Kecamatan Johar


Baru Periode Januari Oktober 2012
Tabel 1.9 Indikator dan Pencapaian Program Imunisasi Puskesmas
Kecamatan Johar Baru Periode Januari Oktober 2012
Program

IMUNISASI

Indikator

Target 1 tahun

Target

Pencapaian 10

(%)

10 bulan

bulan dalam

(%)

1 tahun (%)

HB 0

90%

75%

38%

BCG

95%

79,17%

70%

POLIO 1

95%

79,17%

73%

DPT/HB (1)

95%

79,17%

71%

POLIO 2

90%

75%

69%

DPT/HB (2)

90%

75%

69%

POLIO 3

90%

75%

71%

DPT/HB (3)

90%

75%

70%

POLIO 4

90%

75%

71%

CAMPAK

90%

75%

67%

57

Tabel 1.10 Cakupan Peserta Imunisasi HB 0 di Wilayah Puskesmas


Kecamatan Johar Baru Periode Januari Oktober Tahun 2012

No
1
2
3
4
5

Puskesmas

Jumlah

Sasaran (Bayi)
Kec. Johar Baru
526
Kel. Kampung Rawa
432
Kel. Johar Baru
816
Kel. Galur
387
Kel. Tanah Tinggi
842
JUMLAH
3003

Target 10

Kunjungan s/d

Pencapaian s/d

Bulan (%)
75%
75%
75%
75%
75%
75%

Oktober (Bayi)
268
188
255
83
345
1139

Oktober (%)
51
44
31
21
41
38

Berdasarkan tabel 1.10 didapatkan bahwa Peserta Imunisasi HB 0 se-Kecamatan


Johar Baru Periode Januari Oktober Tahun 2012 adalah 38 %, dimana target
selama 10 bulan 75 % dengan jumlah sasaran sebanyak 3003 bayi.
Tabel 1.11 Cakupan Peserta Imunisasi BCG di Wilayah Puskesmas
Kecamatan Johar Baru Periode Januari Februari 2016.
No

Puskesmas

1
2
3
4
5

Kec. Johar Baru


Kel. Kampung Rawa
Kel. Johar Baru
Kel. Galur
Kel. Tanah Tinggi
JUMLAH

Jumlah

Target 10

Kunjungan s/d

Pencapaian s/d

Sasaran (Bayi)
526
432
816
387
842
3003

Bulan (%)
79,17%
79,17%
79,17%
79,17%
79,17%
79,17%

Oktober (Bayi)
447
292
522
215
625
2101

Oktober (%)
79,17
68
64
56
74
70

Berdasarkan tabel 1.11 didapatkan bahwa Peserta Imunisasi BCG se-Kecamatan


Johar Baru Periode Januari Oktober Tahun 2012 adalah 70 %, dimana target
selama 10 bulan 79,17 % dengan jumlah sasaran sebanyak 3003 bayi.
Tabel 1.12 Cakupan Peserta Imunisasi DPT-HB1 di Wilayah Puskesmas
Kecamatan Johar Baru Periode Januari Februari 2016.
No

Puskesmas

Jumlah

Target 10

Kunjungan s/d

Pencapaian s/d

Sasaran (Bayi)

Bulan (%)

Oktober (Bayi)

Oktober (%)
58

1
2
3
4
5

Kec. Johar Baru


Kel. Kampung Rawa
Kel. Johar Baru
Kel. Galur
Kel. Tanah Tinggi
JUMLAH

452
432
816
387
842
2477

79,17%
79,17%
79,17%
79,17%
79,17%
79,17%

412
330
492
207
653
2134

79,17
76
60
53
78
68

Berdasarkan tabel 1.12 didapatkan bahwa Peserta Imunisasi DPT-HB1 seKecamatan Johar Baru Periode Januari Oktober Tahun 2012 adalah 68%,
dimana target selama 10 bulan 79,17 % dengan jumlah sasaran sebanyak 3003
bayi.
Tabel 1.13 Cakupan Peserta Imunisasi POLIO 1 di Wilayah Puskesmas
Kecamatan Johar Baru Periode Januari Oktober Tahun 2012

No

Puskesmas

1
2
3
4
5

Kec. Johar Baru


Kel. Kampung Rawa
Kel. Johar Baru
Kel. Galur
Kel. Tanah Tinggi
JUMLAH

Jumlah

Target 10

Kunjungan s/d

Pencapaian s/d

sasaran (Bayi)

Bulan (%)

Oktober (Bayi)

Oktober (%)

526
432
816
387
842
3003

79,17%
79,17%
79,17%
79,17%
79,17%
79,17%

481
312
538
246
617
2186

79,17
72
66
64
73
73

Berdasarkan tabel 1.13 didapatkan bahwa Peserta Imunisasi Polio 1 se-Kecamatan


Johar Baru Periode Januari Oktober Tahun 2012 adalah 73%, dimana target
selama 10 bulan 79,17 % dengan jumlah sasaran sebanyak 3003 bayi.

59

Tabel 1.14 Cakupan Peserta Imunisasi POLIO2 di Wilayah Puskesmas


Kecamatan Johar Baru Periode Januari Oktober Tahun 2012

No

Puskesmas

1
2
3
4
5

Kec. Johar Baru


Kel. Kampung Rawa
Kel. Johar Baru
Kel. Galur
Kel. Tanah Tinggi
JUMLAH

Jumlah

Target 10

Kunjungan s/d

Pencapaian s/d

Sasaran (Bayi)
526
432
816
387
842
3003

Bulan (%)
75%
75%
75%
75%
75%
75%

Oktober (Bayi)
394
316
493
210
580
2082

Oktober (%)
75
73
60
54
69
69

Berdasarkan tabel 1.14 didapatkan bahwa Peserta Imunisasi Polio 2 se-Kecamatan


Johar Baru Periode Januari Oktober Tahun 2012 adalah 69%, dimana target
selama 10 bulan 75 % dengan jumlah sasaran sebanyak 3003 bayi.
Tabel 1.15 Cakupan Peserta Imunisasi DPT/HB2 di Wilayah Puskesmas
Kecamatan Johar Baru Periode Januari Oktober Tahun 2012
No

Puskesmas

1
2
3
4
5

Kec. Johar Baru


Kel. Kampung Rawa
Kel. Johar Baru
Kel. Galur
Kel. Tanah Tinggi
JUMLAH

Jumlah

Target 10

Kunjungan s/d

Pencapaian s/d

Sasaran (Bayi)
526
432
816
387
842
3003

Bulan (%)
75%
75%
75%
75%
75%
75%

Oktober (Bayi)
394
307
500
210
636
2073

Oktober (%)
75
71
61
54
76
69

Berdasarkan tabel 1.15 didapatkan bahwa Peserta Imunisasi DPT/HB 2 seKecamatan Johar Baru Periode Januari Oktober Tahun 2012 adalah 69%,
dimana target selama 10 bulan 75 % dengan jumlah sasaran sebanyak 3003 bayi.

60

Tabel 1.16 Cakupan Peserta Imunisasi POLIO3 di Wilayah Puskesmas


Kecamatan Johar Baru Periode Januari Oktober Tahun 2012
No

Puskesmas

1
2
3
4
5

Kec. Johar Baru


Kel. Kampung Rawa
Kel. Johar Baru
Kel. Galur
Kel. Tanah Tinggi
JUMLAH

Jumlah

Target 10

Kunjungan s/d

Pencapaian s/d

Sasaran (Bayi)
526
432
816
387
842
3003

Bulan (%)
75%
75%
75%
75%
75%
75%

Oktober (Bayi)
394
303
506
208
632
1650

Oktober (%)
75
70
62
54
75
71

Berdasarkan tabel 1.16 didapatkan bahwa Peserta Imunisasi Polio 3 se-Kecamatan


Johar Baru Periode Januari Oktober Tahun 2012 adalah 71%, dimana target
selama 10 bulan 75 % dengan jumlah sasaran sebanyak 3003 bayi.
Tabel 1.17 Cakupan Peserta Imunisasi DPT/HB3 di Wilayah Puskesmas
Kecamatan Johar Baru Periode Januari Februari 2016.
No

Puskesmas

1
2
3
4
5

Kec. Johar Baru


Kel. Kampung Rawa
Kel. Johar Baru
Kel. Galur
Kel. Tanah Tinggi
JUMLAH

Jumlah

Target 10

Kunjungan s/d

Pencapaian s/d

Sasaran (Bayi)
526
432
816
387
842
3003

Bulan (%)
75%
75%
75%
75%
75%
75%

Oktober (Bayi)
394
283
552
204
632
2100

Oktober (%)
75
66
68
53
75
70

Berdasarkan tabel 1.17 didapatkan bahwa Peserta Imunisasi DPT/HB 3 seKecamatan Johar Baru Periode Januari Oktober Tahun 2012 adalah 70%,
dimana target selama 10 bulan 75 % dengan jumlah sasaran sebanyak 3003 bayi.

61

Tabel 1.18 Cakupan Peserta Imunisasi POLIO4 di Wilayah Puskesmas


Kecamatan Johar Baru Periode Januari Oktober Tahun 2012
No

Puskesmas

1
2
3
4
5

Kec. Johar Baru


Kel. Kampung Rawa
Kel. Johar Baru
Kel. Galur
Kel. Tanah Tinggi
JUMLAH

Jumlah

Target 10

Kunjungan s/d

Pencapaian s/d

Sasaran (Bayi)
526
432
816
387
842
3003

Bulan (%)
75%
75%
75%
75%
75%
75%

Oktober (Bayi)
394
286
558
202
724
2132

Oktober (%)
75
66
68
52
72
71

Berdasarkan tabel 1.18 didapatkan bahwa Peserta Imunisasi Polio 4 se-Kecamatan


Johar Baru Periode Januari Oktober Tahun 2012 adalah 71%, dimana target
selama 10 bulan 75 % dengan jumlah sasaran sebanyak 3003 bayi.
Tabel 1.19 Cakupan Peserta Imunisasi Campak di Wilayah Puskesmas
Kecamatan Johar Baru Periode Januari Oktober Tahun 2012

No
1
2
3
4
5

Puskesmas
Kec. Johar Baru
Kel. Kampung Rawa
Kel. Johar Baru
Kel. Galur
Kel. Tanah Tinggi
JUMLAH

Jumlah

Target 10

Kunjungan s/d

Pencapaian s/d

Sasaran (Bayi)

Bulan (%)

Oktober (%)

526
432
816
387
842
3003

75%
75%
75%
75%
75%
75%

Oktober (Bayi)
394
223
534
232
624
2023

Berdasarkan tabel 1.19 didapatkan bahwa Peserta Imunisasi Campak seKecamatan Johar Baru Periode Januari Oktober Tahun 2012 adalah 67%,
dimana target selama 10 bulan 75 % dengan jumlah sasaran sebanyak 3003 bayi.

62

75
62
65
60
69
67

Tabel 1.20 Hasil Imunisasi Dasar Bayi Puskesmas (Pencapaian)

PENCAPAIAN S/D Oktober (%)


NO

PUSKESMAS

DROP

SASARAN
BAYI
HB0
(<7 HR)

BCG

POLI
O1

DPT/
HB (1)

POLIO2

DPT/
HB (2)

POLIO3

DPT/H
B (3)

POLI
O4

CAMPAK

DPT/
HB
(1)-(3)

10

11

12

13

14

KEC. JOHAR
BARU

526

51

85

90

86

92

80

91

82

88

78

4,65

KEL.
KAMPUNG
RAWA

432

44

68

72

76

73

71

70

66

66

62

13,15

KEL. JOHAR
BARU

816

31

64

66

60

60

61

62

68

68

65

-13,3

KEL. GALUR

387

21

56

64

53

54

54

54

53

52

60

KEL. TANAH
TINGGI

842

41

74

73

78

69

76

75

75

74

74

2,56

JUMLAH

3003

38

70

73

71

69

69

71

70

71

67

7,06

1.5

Identifikasi Masalah
Sasaran program imunisasi dasar adalah balita dan anak-anak. Sasaran

lainnya adalah kelompok masyarakat yang mempunyai resiko tinggi tertular


penyakit.
Dari berbagai hasil pencapaian program kegiatan imunisasi dasar yang
dievaluasi di Puskesmas Kecamatan Johar Baru periode Januari Oktober 2012
maka didapatkan identifikasi masalah sebagai berikut :
1.

Cakupan imunisasi HB0 di Wilayah Puskesmas se-Kecamatan Johar

2.

Baru periode Januari Oktober 2012.


Cakupan imunisasi BCG di Wilayah Puskesmas Kelurahan Kampung

3.

Rawa periode Januari Oktober 2012.


Cakupan imunisasi BCG di Wilayah Puskesmas Kelurahan Johar Baru

4.

periode Januari Oktober 2012.


Cakupan imunisasi BCG di Wilayah Puskesmas Kelurahan Galur

5.

periode Januari Oktober 2012.


Cakupan imunisasi BCG di Wilayah Puskesmas Kelurahan Tanah
Tinggi periode Januari Oktober 2012.
63

CA

6.

Cakupan imunisasi Polio 1 di Wilayah Puskesmas Kelurahan

7.

Kampung Rawa periode Januari Oktober 2012.


Cakupan imunisasi Polio 1 di Wilayah Puskesmas Kelurahan Johar

8.

Baru periode Januari Oktober 2012.


Cakupan imunisasi Polio 1 di Wilayah Puskesmas Kelurahan Galur

9.

periode Januari Oktober 2012.


Cakupan imunisasi Polio 1 di Wilayah Puskesmas Kelurahan Tanah

Tinggi periode Januari Oktober 2012.


10. Cakupan imunisasi DPT/HB 1 di Wilayah Puskesmas Kelurahan
Kampung Rawa periode Januari Oktober 2012.
11. Cakupan imunisasi DPT/HB 1 di Wilayah Puskesmas Kelurahan Johar
Baru periode Januari Oktober 2012.
12. Cakupan imunisasi DPT/HB 1 di Wilayah Puskesmas Kelurahan Galur
periode Januari Oktober 2012.
13. Cakupan imunisasi DPT/HB 1 di Wilayah Puskesmas Kelurahan Tanah
Tinggi periode Januari Oktober 2012.
14. Cakupan imunisasi Polio 2 di Wilayah Puskesmas Kelurahan
Kampung Rawa periode Januari Oktober 2012.
15. Cakupan imunisasi Polio 2 di Wilayah Puskesmas Kelurahan Johar
Baru periode Januari Oktober 2012.
16. Cakupan imunisasi Polio 2 di Wilayah Puskesmas Kelurahan Galur
periode Januari Oktober 2012.
17. Cakupan imunisasi Polio 2 di Wilayah Puskesmas Kelurahan Tanah
Tinggi periode Januari Oktober 2012.
18. Cakupan imunisasi DPT/HB 2 di Wilayah Puskesmas Kelurahan
Kampung Rawa periode Januari Oktober 2012.
19. Cakupan imunisasi DPT/HB 2 di Wilayah Puskesmas Kelurahan Johar
Baru periode Januari Oktober 2012.
20. Cakupan imunisasi DPT/HB 2 di Wilayah Puskesmas Kelurahan Galur
periode Januari Oktober 2012.
21. Cakupan imunisasi Polio 3 di Wilayah Puskesmas Kelurahan
Kampung Rawa periode Januari Oktober 2012.
22. Cakupan imunisasi Polio 3 di Wilayah Puskesmas Kelurahan Johar
Baru periode Januari Oktober 2012.
23. Cakupan imunisasi Polio 3 di Wilayah Puskesmas Kelurahan Galur
periode Januari Oktober 2012.

64

24. Cakupan imunisasi DPT/HB 3 di Wilayah Puskesmas Kelurahan


Kampung Rawa periode Januari Oktober 2012.
25. Cakupan imunisasi DPT/HB 3 di Wilayah Puskesmas Kelurahan Johar
Baru periode Januari Oktober 2012.
26. Cakupan imunisasi DPT/HB 3 di Wilayah Puskesmas Kelurahan Galur
periode Januari Oktober 2012.
27. Cakupan imunisasi Polio 4 di Wilayah Puskesmas Kelurahan Johar
Baru periode Januari Oktober 2012.
28. Cakupan imunisasi Polio 4 di Wilayah Puskesmas Kelurahan
Kampung Rawa periode Januari Oktober 2012.
29. Cakupan imunisasi Polio 4 di Wilayah Puskesmas Kelurahan Tanah
Tinggi periode Januari Oktober 2012.
30. Cakupan imunisasi Polio 4 di Wilayah Puskesmas Kelurahan Galur
periode Januari Oktober 2012.
31. Cakupan imunisasi Campak di Wilayah Puskesmas Kelurahan
Kampung Rawa periode Januari Oktober 2012.
32. Cakupan imunisasi Campak di Wilayah Puskesmas Kelurahan Johar
Baru periode Januari Oktober 2012.
33. Cakupan imunisasi Campak di Wilayah Puskesmas Kelurahan Tanah
Tinggi periode Januari Oktober 2012.
34. Cakupan imunisasi Campak di Wilayah Puskesmas Kelurahan Galur
periode Januari Oktober 2012.
1.6

Rumusan masalah
Setelah didapatkan identifikasi masalah dari program Imunisasi dasar di

Puskesmas

Kecamatan Johar Baru maka dengan cara menghitung dan

membandingkan nilai kesenjangan antara apa yang diharapkan (expected) dengan


apa yang telah terjadi (observed) akan dipilih dua masalah yang menjadi prioritas
utama untuk diselesaikan. Selanjutnya dilakukan perumusan masalah untuk
membuat perencanaan yang baik sehingga masalah yang ada dapat diselesaikan.
Rumusan masalah dari program imunisasi dasar Puskesmas adalah sebagai berikut
:

65

1. Cakupan imunisasi HB0 di Wilayah Puskesmas se-Kecamatan


Johar Baru periode Januari Oktober 2012 mencapai 38%, angka
ini kurang dari target sebanyak 75%.
2. Cakupan imunisasi BCG di Wilayah Puskesmas Kelurahan
Kampung Rawa periode Januari Oktober 2012 mencapai 68%,
angka ini kurang dari target sebanyak 79,17%.
3. Cakupan imunisasi BCG di Wilayah Puskesmas Kelurahan Johar
Baru periode Januari Oktober 2012 mencapai 64%, angka ini
kurang dari target sebanyak 79,17%.
4. Cakupan imunisasi BCG di Wilayah Puskesmas Kelurahan Galur
periode Januari Oktober 2012 mencapai 56%, angka ini kurang
dari target sebanyak 79,17%.
5. Cakupan imunisasi BCG di Wilayah Puskesmas Kelurahan Tanah
Tinggi periode Januari Oktober 2012 mencapai 74%, angka ini
kurang dari target sebanyak 79,17%.
6. Cakupan imunisasi Polio 1 di Wilayah Puskesmas Kelurahan
Kampung Rawa periode Januari Oktober 2012 mencapai 76%,
angka ini kurang dari target sebanyak 79,17%.
7. Cakupan imunisasi Polio 1 di Wilayah Puskesmas Kelurahan Johar
Baru periode Januari Oktober 2012 mencapai 60%, angka ini
kurang dari target sebanyak 79,17%.
8. Cakupan imunisasi Polio 1 di Wilayah Puskesmas Kelurahan Galur
periode Januari Oktober 2012 mencapai 53%, angka ini kurang
dari target sebanyak 79,17%.
9. Cakupan imunisasi Polio 1 di Wilayah Puskesmas Kelurahan Tanah
Tinggi periode Januari Oktober 2012 mencapai 78%, angka ini
kurang dari target sebanyak 79,17%.
10. Cakupan imunisasi DPT/HB 1 di Wilayah Puskesmas Kelurahan
Kampung Rawa periode Januari Oktober 2012 mencapai 72%,
angka ini kurang dari target sebanyak 79,17%.
11. Cakupan imunisasi DPT/HB 1 di Wilayah Puskesmas Kelurahan
Johar Baru periode Januari Oktober 2012 mencapai 66%, angka
ini kurang dari target sebanyak 79,17%.

66

12. Cakupan imunisasi DPT/HB 1 di Wilayah Puskesmas Kelurahan


Galur periode Januari Oktober 2012 mencapai 64%, angka ini
kurang dari target sebanyak 79,17%.
13. Cakupan imunisasi DPT/HB 1 di Wilayah Puskesmas Kelurahan
Tanah Tinggi periode Januari Oktober 2012 mencapai 73%, angka
ini kurang dari target sebanyak 79,17%.
14. Cakupan imunisasi Polio 2 di Wilayah Puskesmas Kelurahan
Kampung Rawa periode Januari Oktober 2012 mencapai 73%,
angka ini kurang dari target sebanyak 75%.
15. Cakupan imunisasi Polio 2 di Wilayah Puskesmas Kelurahan Johar
Baru periode Januari Oktober 2012 mencapai 60%, angka ini
kurang dari target sebanyak 75%.
16. Cakupan imunisasi Polio 2 di Wilayah Puskesmas Kelurahan Galur
periode Januari Oktober 2012 mencapai 54%, angka ini kurang
dari target sebanyak 75%.
17. Cakupan imunisasi Polio 2 di Wilayah Puskesmas Kelurahan Tanah
Tinggi periode Januari Oktober 2012 mencapai 69%, angka ini
kurang dari target sebanyak 75%.
18. Cakupan imunisasi DPT/HB 2 di Wilayah Puskesmas Kelurahan
Kampung Rawa periode Januari Oktober 2012 mencapai 71%,
angka ini kurang dari target sebanyak 75%.
19. Cakupan imunisasi DPT/HB 2 di Wilayah Puskesmas Kelurahan
Johar Baru periode Januari Oktober 2012 mencapai 61%, angka
ini kurang dari target sebanyak 75%.
20. Cakupan imunisasi DPT/HB 2 di Wilayah Puskesmas Kelurahan
Galur periode Januari Oktober 2012 mencapai 54%, angka ini
kurang dari target sebanyak 75%.
21. Cakupan imunisasi Polio 3 di Wilayah Puskesmas Kelurahan
Kampung Rawa periode Januari Oktober 2012 mencapai 70%,
angka ini kurang dari target sebanyak 75%.
22. Cakupan imunisasi Polio 3 di Wilayah Puskesmas Kelurahan Johar
Baru periode Januari Oktober 2012 mencapai 62%, angka ini
kurang dari target sebanyak 75%.

67

23. Cakupan imunisasi Polio 3 di Wilayah Puskesmas Kelurahan Galur


periode Januari Oktober 2012 mencapai 54%, angka ini kurang
dari target sebanyak 75%.
24. Cakupan imunisasi DPT/HB 3 di Wilayah Puskesmas Kelurahan
Kampung Rawa periode Januari Oktober 2012 mencapai 66%,
angka ini kurang dari target sebanyak 75%.
25. Cakupan imunisasi DPT/HB 3 di Wilayah Puskesmas Kelurahan
Johar Baru periode Januari Oktober 2012 mencapai 68%, angka
ini kurang dari target sebanyak 75%.
26. Cakupan imunisasi DPT/HB 3 di Wilayah Puskesmas Kelurahan
Galur periode Januari Oktober 2012 mencapai 53%, angka ini
kurang dari target sebanyak 75%.
27. Cakupan imunisasi Polio 4 di Wilayah Puskesmas Kelurahan Johar
Baru periode Januari Oktober 2012 mencapai 68%, angka ini
kurang dari target sebanyak 75%.
28. Cakupan imunisasi Polio 4 di Wilayah Puskesmas Kelurahan
Kampung Rawa periode Januari Oktober 2012 mencapai 66%,
angka ini kurang dari target sebanyak 75%.
29. Cakupan imunisasi Polio 4 di Wilayah Puskesmas Kelurahan Tanah
Tinggi periode Januari Oktober 2012 mencapai 74%, angka ini
kurang dari target sebanyak 75%.
30. Cakupan imunisasi Polio 4 di Wilayah Puskesmas Kelurahan Galur
periode Januari Oktober 2012 mencapai 52%, angka ini kurang
dari target sebanyak 75%.
31. Cakupan imunisasi Campak di Wilayah Puskesmas Kelurahan
Kampung Rawa periode Januari Oktober 2012 mencapai 62%,
angka ini kurang dari target sebanyak 75%.
32. Cakupan imunisasi Campak di Wilayah Puskesmas Kelurahan Johar
Baru periode Januari Oktober 2012 mencapai 65%, angka ini
kurang dari target sebanyak 75%.
33. Cakupan imunisasi Campak di Wilayah Puskesmas Kelurahan
Tanah Tinggi periode Januari Oktober 2012 mencapai 74%, angka
ini kurang dari target sebanyak 75%.

68

34. Cakupan imunisasi Campak di Wilayah Puskesmas Kelurahan


Galur periode Januari Oktober 2012 mencapai 60%, angka ini
kurang dari target sebanyak 75%.

69

Anda mungkin juga menyukai