ANALISIS FINANSIAL USAHA PETERNAKAN SAPI POTONG
POLA GADUHAN DI KECAMATAN KAIRATU
KABUPATEN SERAM BAGIAN BARAT
Michel Johan Matatula
Dosen Peternakan Fakulias Pertanian Universitas Partimura - Ambon
ABSTRACT
The aim of this research was to know the feasible financial of beef credit provided in
Kairatu Subdistrict. The study was carried out from October to November 2010 on alt of
20 farmers. Primary data were obtained from personal interviews using questionnaires
and from direct observations in the field on the activities farmers. Secondary data were
observed from several related institutions to support the primary data, The financial
analysis included benefit cost ratio (BCR), net present value (NPV) and internal rate
of return (IRR) the result of farm analysis (only the farmer input in cash which was
considered as cost} showed that the value of BCR, NPY and IRR (at the interest rate
of 12 %) were 1,40; 13.199.079 and 30,87 %. It could be conclude that using farm
analysis method, beef credit provided was feasible by farmers.
Key Word : Beef catle, Credit provided, Financial analisys,
PENDAHULUAN
Pembangunan peternakan di Indonesia
masih mengandalkan usaha peternakan rakyat.
Disatu sisi usaha peternakan diharapkan dapat
meningkatkan pendapatan petani peternak,
menciptakan lapangan kerja sekaligus turut,
meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Hal ini
berarti bahwa keberhasilan pembangunan sub
sektor peternakan berada di tangan petenak,
namun disisi lain kondisi secara umum usaha
peternakan rakyat masih memprihatinkan antara
Jain karena diusahakan oleh sebagian besar petani
dalam skala usaha kecil, tingkat ketrampilan
petemnak yang masih rendah dan kecilnya modal
usaha.
Jika menggunakan alur sistim agribisnis
maka pada sub sistim budidaya (on farm)
peternakan rakyat masih perlu ditingkatkan,
teknologi budidaya penyediaan bibit (bakalan),
modal kerja dan ketersediaan lahan untuk hijauan
pakan; pada sistim pasca panen dan pemasaran,
peternakan rekyat memerlukan mitra usaha yang
smenjamin permodalan dan pemasarannya dan atau,
peningkatan nilai tambah dari hasil produksinya
karena posisi tawar menawar yang rendah,
Salah satu jenis termak yang menjadi
prioritas pengembangan peternakan di Indonesia
adalah ternak sapi potong. Pengembangan
sapi potong di Indonesia tidak terletak pada
persoalan teknis saja, akan tetapi melibatkan
beberapa aspek non teknis yang saling terkait
Hal ini berarti bahwa pengembangan sapi
potong kemungkinan akan terealisir apabila
ditunjang oleh perkembangan sektor permodalan,
pemasaran dan sosial ekonomi (Santosa, 2006).
Modal merupakan faktor yang menentukan
keberhasilan pembangunan pertanian. Rendahnya
pendapatan petani peternak menyebabkan
ketidakmampuan mereka untuk menyisihkan
pendapatannya sebagai tabungan. Tidak adanya
ang tunai mengakibatkan petani peternak tidak
mampu memperluas usahanya atau menambah
cabang usaha guna menaikan pendapatannya
(Downey, et al., 2004).
Berdasarkan Kondisi itulah maka dalam
rangka alih teknologi dan membantu permodalan
peterak dalam usaha pengembangan sapi potong,
oleh pemerintah dikembangkan pola kemitraan
usaha peterakan sapi potong yang melibatkan
pemerintah sebagai pemodal dan petemak sebagai
pelaksana. Dalam Kepmentan Nomor 940/1997
tentang pedoman kemitraan usaha pertanian
(dikutip Sutawi, 2007) bahwa tujuan kemitraan
adalah untuk meningkatkan pendapatan,
kesinambungan usaha, meningkatkan kualitas
sumber daya kelompok mitra, peningkatan skala
usaha dalam rangka menumbuhkan kemampuan
usaha kelompok mandiri
Kondisi usaha peternakan sapi potong
di Maluku termasuk didalamnya peternakan188
sapi potong di Kecamatan Kairatu, Kabupaten
Seram Bagian Barat tidak jauh berbeda dengan
daerah-daerah lainnya di Indonesia, yakni masih
bertumpu pada usaha peternakan rakyat yang
masih dikelola secara tradisional. Sebagaimana
telah diuraikan sebelumnya bahwa salah satu
kendala yang masih dihadapi dari usaha seperti ini
adalah permodalan. Salah upaya yang dilakukan
oleh pemerintah Daerah Kabupaten Seram Bagian
Barat dalam rangka peningkatan produksi daging
dan peningkatan pendapatan petani peternak
adalah dengan jalan memberikan bantuan bibit
sapi potong dengan pola gaduhan,
Peningkatan produksi berarti memerlukan
tambahan input atau modal. Dalam pola gaduhan
sapi potong, peternak mendapat tambahan
‘modal berupa ternak bibit namun modal tersebut
‘mempunyainilai uang tertentu berdasarkan waktu
sehingga peternak dituntut untuk bisa mengelola
usahanya dengan baik sehingga tambahan
modal tersebut dapat memberikan tambahan
pendapatan. Dengan demikian maka peternak
harus memperhatikan besarnya input dan output
dari usaha tersebut persatuan waktu dan untuk
menguji kemampuan peternak dalam melakukan,
usaha tersebut dapat dilakukan dengan analisis
ekonomi secara finansial (Gittinger, 2000).
Analisis finansial perlu dilakukan
untuk menilai proyek tethadap peserta proyek
(peternak), Penilaian didasarken atas analisis
keadaan finansial setiap petani peternak pada
waktu sekarang dan yang akan datang selama
pelaksanaan proyek.
Secara ekonomi keuntungan relatif dari
penggunaan modal dapat dilihat dari hasil analisis
finansial dengan menggunakan beberapa kriteria
kelayakan seperti benefit cast ratio (BCR), yakni
rasio manfaat terhadap biaya, net present value
(NVP) merupakan seluruh aliran net cash flow
yang digandakan dengan discount factor pada
tahun dan tingkat bunga dengan rate tertentu
dan IRR (infernal rate of return) yaitu tingkat
bunga maksimum yang dapat dibayar oleh proyek
tethadap sumber daya yang digunakan.
Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui kelayakan secara finensial usaha
peternakan sapi potong dengan pola gaduhan di
Kecamatan Kairatu, Kabupaten Seram Bagian
Barat.
Jurnal Agreforestri Volume V Nomor 3 September 2010
METODE PENELITIAN
Pelaksanaan Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Desa
Waimital dan Desa Waihatu Kecamatan Kairatu,
Kabupaten Seram Bagian Barat selama 2 bulan.
Objek penelitian ini adalah 20 orang petani
penerima bantuan sapi potong dengan pola
gaduhan yang disalurkan Dinas Peternakan
Kabupaten Seram Bagian Barat. Metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah metode
survey. Responden yang diambil adalah seluruh
petani sebanyak 20 orang penerima bantuan
bibit sapi potong. Data yang diambil terdiri
dari data primer yaitu data yang diperoleh dari
hasil wawancara langsung dengan responden
berdasarkan kuesioner yang telah disiapkan dan
pengamatan langsung terhadap objek penelitian,
Data sekunder untuk menunjang data primer
diperoleh dari instansi yang terkait dengan
penelitian ini.
Analisis Data
Data yang diperoleh selanjutnya dianalisis
sebagai berikut
- Tingkatpendapatan peternak dari usaha sapi
potong dihitung berdasarkan selisih antara
gross farm income dengan farm expenses.
+ Hasil perhitungan pendapatan kemudian
digunaken sebagai dasar perhitungan BCR,
NPY, IRR dan cash flow untuk mengetahui
arus pengeluaran dan pemasukan sesuai
Jangka waktu investasi
Rumusan analisis yang digunakan menurut
Prawirokusumo (2000)
a XK,
K_ : pendapatan
R. : Penerimaan
C_ : Biaya Produksi
b, BCR= discounted gross benefit: discounted
total cost
ney = Bit
a+ir
Br: benefit atau keuntungan kotor yang
diperoleh pada tahun t
Cr: cost atau biaya yang dikeluarkan pada
tahunt
i: tingkat diskonto.
Analisis Finansial Usaha Peternakan Sapi Potong Pola Gaduhan di Kecamatan Kairatu Kabupaten Seram
Bagian BaratJurnal Agroforestri_ Volume V Nomor 3 September 2010,
NPV. a
4. IRR=i+———___{j'-i)
(NPV + NPV")
NPY : NPV positif
NPV": NPV negatif
(NVP + NPY) : penjumlahan mutlak NPV.
dan NPV”
i: tingkat bunga yang menghasilkan NPV
positif.
i’: tingkat bunga yang menghasilkan NPV
negatif.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik Responden
Sebagai subjek dalam pengembangen
usaha peternakan maka keberhasilan usaha
tersebut sangat bergantung dari kemampuan
peternak dalam mengelolanya, Beberapa faktor
penting yang dilihat dalam penelitian ini dan
merupakan faktor yang turut berpengaruh
terhadap perkembangan usaha adalah umur
peternak, pendidikan formal dan pekerjaan
utama,
Rata-rata umur responden di Kecamatan
Kairatu adalah 42,40 tabun dengan kisaran umur
22-64 tahun, Hasil ini menunjukkan bahwa rata-
rata umur responden masih berada pada kisaran
umur produktif dan merupakan potensi yang
handal untuk dapat diberdayakan dalam usaha
pengembangan sapi potong sebab kemampuan
berpikir serta kematangan seseorang dalam proses
pengambilan keputusan sangat dipengaruhi oleh
umur. Pada batasan umur yang produktif maka
seorang petani atau petemak akan berpikir lebih,
matang dalam menjalankan usahanya. Menurut
Chamdi (2003), pada kondisi umur 1565 tahun,
seorang termasuk dalam kategori umur produlctif
dengan kemampuan kerja yang masih tergolong
baik dan kemampuan berpikir masih baik.
Tingkat pendidikan sangat berpengaruh
dalam proses peningkatan kemampuan petani
peternak dalam mengembangkan usahanya
Semakin tinggi tingkat pendidikan peternak
maka akan semakin tinggi kualitas sumberdaya
petemnaknya yang pada gilirannya akan semakin
tinggi pula produktivitas kerja yang dilakukan
183
‘Tingkat pendidikan yang dimaksudkan
dalam penelitian ini adalah tingkat pendidikan
yang bersifat formal manpun non formal. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa persentase
tingkat pendidikan terbesar dari petani peternak
di Kecamatan Kairatu adalah Sekolah Dasar
(50 %), SMP (35 %) dan SMA (15 %). Hal ini
mengindikasikan bahwa tingkat pengetahuan
petani peternak masih tergolong rendah
sehingga dengan demikian pendidikan non
formal sangat diperlukan untuk meningkatkan
pengetahuan mereka terutama yang berhubungan
dengan peningkatan usahanya. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa seluruh responden (100%)
pernah mengikuti pendidikan non formal berupa
demplot bidang peternakan
Sebanyak 90 persen petemak di Kecamatan
Kairatu bermata pencaharian pokok sebagian
petani sedangkan 10 persennya adalah wiraswasta.
Sektor pertanian merupakan sektor andalan yang,
dijadikan sumber pendapatan dan peningkatan
kesejahteraan masyarakat di Kecamatan Kairatu
dengan komoditi pertanian yang diusahakan
adalah tanaman perkebunan dan hortikultura
Usaha peternakan sapi potong masih merupakan
usaha sampingan sebagai pelengkap usahatani
maupun usaha lainnya.
Karakteristik Usaha Sapi Potong
Jenis ternak sapi potong yang diusahakan
responden adalah jenis sapi Bali dengan skala
kepemilikan 7 ekor per peternak yang terdiri
dari temnak sapi dewasa (umur > 24 bulan), sapi
dara (umur 12 ~ 24 bulan) dan sapi anak (< 12
bulan). Sumber bibit temak sapi potong berasal
dari Dinas Peternskan Kabupaten Seram Bagian
Barat dengan pola gaduhan.
Pola gaduhan yang diterapkan adalah
setiap peternak menerima 3 ekor sapi bibit yakni
1 ekor jantan dan 2 ekor betina dengan wnur
ternak rata-rata 2 tehun kemudian nantinya
dikembalikan dalam jumlah dan umur yang sama
selama kurun waktu 5—7 tahun, Syarat penerima
gaduhan adalah mereka yang memiliki lahan
usaha dan telah berpengalaman dalam beternak
sapi potong,
Sistim pemeliharaan sapi potong yang
diterapkan petani peternak di Kecamatan Kairatu
umumnya pastural sistim dengan tipe manajemen
Michel Johan Matatula190 Ju
ekstensif 75 persen dan semi intensif sebanyak
25 persen. Pola pemeliharaan ternak sapi potong,
di yang diterapkan yakni pola kandang dimana
semua petemak menggunakan kandang dalam
usahanya. Rata-rata pengalaman responden dalam
betemnak sapi potong adalah 8 tahun.
Biaya-Biaya Produksi
Komponen biaya produksi yang
dikeluarkan petani peternak selama masa
investasi 6 tahun terdiri dari biaya bibit sebesar
Rp. 4,500,000 atau 23,04 persen dari total biaya
produksi, biaya penyusutan kandang dan peralatan
sebesar Rp. 2.500.000,- atau 12,80 persen, obat-
obatan sebesar Rp.120.000,- atau 0,61 persen,
dan tenaga Kerja sebesar Rp.12.408.540,- atau
63,55 persen .
Penerimaan
Rata-rata penerimaan yang diperoleh
dari usaha peternakan sapi potong selama
masa investasi 6 tahun adalah nilai jual temak
al Agroferestri Volume V Nomor 3 September 2010
sebesar Rp. 16.500.000,- atau 48,53 persen
dari total penerimaan usaha sapi potong, nilai
pengembalian bibit temak sebesar Rp. 4.500.000,-
atau 13,23 persen dan nilai sisa tenek saat akhir
masa investasi sebesar Rp. 13.000.000,- atau
38,24 persen.
Analisis Finansial Usaha Sapi Potong
Secara ekonomi keuntungan relatif dari
penggunaan modal dapat dilihat dari hasil analisis
finansial dengan menggunakan beberapa kriteria
kelayakan seperti benefit cost ratio (BCR), yakni
rasio manfaat terhadap biaya, net present value
(NVP) merupakan seluru aliran net cash flow
yang digandakan dengan discount factor pada
tahun dan tingkat bunga dengan rate tertentu
dan IRR (internal rate of return) yaitu tingkat
bunga maksimum yang dapat dibayar oleh proyek
terhadap sumber daya yang digunakan. Arus input
dan output (cash flow’ usaha peternakan sapi
potong selama masa investasi 6 tahun ditampilken
pada Tabel 1.
Tabel 1. Arus input dan output (cash ffow) usaha peternakan sapi potong selama masa investasi 6
tahun
Ure Tahun ke
man I in ul WV. Vv VI
Tw
= Penjualan - . 3.500.000 4.500.000 4.000.000 4.500.000
‘Ternak
~ Nilai Gaduhan - - - 1.500.000 1,300.000 1.500.000
~ Nilai Ternak -
Ahir = = = 13,000,000
Total a : 3.500.000 6.000.000 5.500.000 18.000.000
outow
- Kandang 1.500.000 - - 100.000, . *
~ Peralatan 150.000 150.000 150.600 150.000 150.000 150.000
+ Obat-obatan 20.000 20.000 20.000 20.000 20.000 20,000,
+ Tenaga kerja 2.068.090 2.068.090 2.068.090 2.068.090, 2.068.090 2.068.090
~ Pengembalian
Gaduhan = > = 1.500.000 1.500.000. 1.500.000
Total 3.738.090 2.258.090, 2.258.090 3.838.090 3.738.090, 3.738.090
3. Cash tiap tahun - 3.738.090 - 2.258.090 1.241.910 2.161.910 L761.910 14.261.910
‘Comulative cash - 3.738.090 - 2.258.090 - 4.754.270 __ - 2.592.360 ~~ 830.450 13.431.460
Sumber : Data primer diolah
Berdasarkan arus input dan output,
maka peternak sapi potong baru memperoleh
keuntungan pada tahun ke 6 yang ditandai dengan,
comulative cash yang menunjukkan angka positif.
Secara rinci analisis BCR, NPV dan IRR usaha
Sapi Potong disajikan pada Tabel 2
Benefit cost ratio (BCR) merupakan
perbandingan antara total biaya produksi dengan
total penerimaan selama masa investasi, Suatu
usaha secara finansial dikatakan layak dijalankan
jika BCR. sebagai salah satu kriterianya lebih.
besar dari arus biaya selama usaha tersebut
dijalankan atau BCR > 1, Hasil penelitian
‘halisis Finansial Usaha Petemakan Sapi Potong Pola Gaduhan di Keeamatan Kairaiu Kabupaten Seram
Bagian BaratJummal Agroferestrl Volume V Nomor 3 September 2010
191
Tabel 2. analisis BCR, NPV dan IRR Usaha Sapi Potong di Kecamatan Kairatu
fim ‘Biaya Produksi Penerimaan Kotor Net benefit
Aktual PV df12% Akal PVdF12% —Aktual ~—~PVI2% 22% 32%
T i 30 = = = = =
2258090 1.800.136 . 3.738.090 3.337580 3.064007 2.831.887
2.258.090 1.800136 1.517.125 965
M1 2.258090 1.607263 3.500.000 2.491230 1241910 1.773207 683.928 339.969,
IV 3.838.090 2.439.175 3.600.000 3.813.108 2.161910 1.373.932 975.884 712.100
V 3.738.090 2.121.093 5.500.000 3.813.108 1.761910 999.753 651.905 «439.656
Vi__ 3.738.090 _ 1.893.832 _18.000.000 9.119.385 14261910 7.225.447 4.325.323 _2.696.0852
Total 15730450 _13.199.079 3.000.000 18544544 13.431.460 6234625 2.055.908 259.958
Sumber : Data primer diolah
menunjukkan bahwa nilai BCR usaha sapi potong
adalah sebesar 1,40; artinya usaha ini layak untuk
dilaksanakan sebab BCR lebih besar dari satu
atau arus penerimaan lebih besar dari pada biaya,
lebih besar dari tingkat diskonto yang umumnya
sesuai dengan tingkat suku bunga Bank. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa nilai IRR
yang dipeoleh adalah sebesar 30,87 persen atau
selama masa investasi diatas tingkat diskonto yang digunakan yakni 12
Net Present Value (NPV) merupakan _Persen. Hal ini berarti usaha ini layak dijalankan
seluruh arus nef cash flow yang digandakan Sebab mampu mengembalikan investasi yang
dengan discount factor pada tahun evaluasi ditanamkan. |
dan tingkat diskonto yang telah ditentukan
selama investasi. Suatu usaha secara finansial
dikatakan layak diusahakan apabila NPV sebagai 1
salah satu kriterianya bernilai positif. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa nilai NPV yang
diperolch selama 6 tahun investasi adalah sebesar
13.431.460; artinya secara finansial usaha ini
layak dijalankan karena NPV bernilai positif. 2,
Internal Rate of Return (IRR) merupakan
tingkat keuntungan dari investasi yang ditanamkan
pada suatu usaha. Suatu usaha secara finansial di Kecamatan Kairatu, Kabupaten Seram
dikatakan layak untuk dijalankan apabila nilai IRR Bagian Barat
DAFTAR PUSTAKA
KESIMPULAN
Pola gaduhan sapi potong merupakan salah
satu model kemitraan yang dapat digunakan
untuk pengembangan usaha sapi potong
di Kecamatan Kairatu, Kabupaten Seram
Bagian Barat.
Berdasarkan kriteria kelayakan finansial
maka secara usahatani peternakan sapi po-
tong dengan pola gaduban layak diusahakan
Chamdi, A.N., 2003.Kajian Profil Sosial Ekonomi Usaha Kambing di Kecamatan Kradenan kabupaten
Grobogan. Prosiding seminar Nasional Teknologi Petermakan dan Veteriner, Bogor. Hal
312-317
Edwina, S.,Cepriadi dan Zanina., 2006. Analisis Pendapatan Petemak Ayam Broiler Pola Kemitraan
di Pekanbaru, Jurnal Perernakan Vol.3 No.1. Pebruari 2006.
Gittnger, 2000. Analisis Ekonomi Proyek-Proyek Pertanian. UI Press-John Hopkins, Jakarta.
Hemanto, F., 2005. Ilmu Usahatani. Penebar Swadaya, Jakarta.
Prawirokusumo. S., 2000., IImu Usahatani, Penerbit BPFE, Yogyakarta,
Santos. U., 2006. Manajemen Usaha Ternak Potong. Penebar Swadaya, Jakarta,
Sutawi, 2007. Kapita Selekta Agribisnis Peternakan. UMM Press, Malang.
Soekartawi, A., Soehardjo., JL. Dillon., B. Hardaker, 1996. IImu Usahatani dan Penelitian Untuk
Pengembangan Petani Kecil. Penerbit UI Press, Jakarta
‘Michel Johan Matatula