Anda di halaman 1dari 19

Asuhan Keperawatan Pada

Anak dengan Difteri


Oleh :
Rodianson Tuah
2014

Pendahuluan
Difteri merupakan salah satu penyakit yang
sangat menular (contagious disease). Penyakit
ini disebabkan oleh infeksi bakteri
Corynebacterium diphtheriae, yaitu kuman
yang menginfeksi saluran pernafasan, terutama
bagian tonsil, nasofaring (bagian antara hidung
dan faring/ tenggorokan) dan laring. Penularan
difteri dapat melalui kontak hubungan dekat,
melalui udara yang tercemar oleh karier atau
penderita yang akan sembuh, juga melalui
batuk dan bersin penderita.

Pengertian
Suatu penyakit infeksi toksik akut yang
sangat menulai, disebabkan Corynebacterium
Diphteriae dengan ditandai pembentukan
pseudomembran pada kulit dan/mukosa.

Etiologi

Bakteri ini ditularkan melalui percikan ludah yang berasal dari


batuk penderita atau benda maupun makanan yang telah
terkontaminasi oleh bakteri. Biasanya bakteri berkembangbiak
pada atau di sekitar permukaan selaput lendir mulut atau
tenggorokan dan menyebabkan peradangan.Beberapa jenis
bakteri ini menghasilkan toksin yang sangat kuat, yang dapat
menyebabkan kerusakan pada jantung dan otak.

Patogenesis
Kuman masuk melalui mukosa/kulit,
melekat serta berbiak pada
permukaan mukosa saluran nafas
bagian atas dan mulai memproduksi
toksin yang merembes ke sekeliling
serta selanjutnya menyebar ke
seluruh tubuh melalui pembuluh limfe
dan darah.

Manifestasi Klinik
Tergantung pada berbagai faktor, maka manifestasi
penyakit ini bisa bervariasi dari tanpa gejala sampai
suatu keadaan/penyakit yang hipertoksik serta fatal. Sebagai
faktor primer adalah imunitas penderita terhadap toksin
diphtheria, virulensi serta toksinogenesitas (kemampuan
membentuk toksin) Corynebacterium diphtheriae, dan lokasi
penyakit secara anatomis. Faktor-faktor lain termasuk
umur, penyakit sistemik penyerta dan penyakit-penyakit
pada daerah nasofaring yang sudah ada sebelumnya.
Masa tunas 2-6 hari. Penderita pada umumnya datang
untuk berobat setelah beberapa hari menderita keluhan
sistemik. Demam jarang melebihi 38,9o C dan keluhan serta
gejala lain tergantung pada lokasi penyakit diphtheria.

Tanda dan Gejala


Diphtheria Hidung :
Pada permulaan mirip common cold, yaitu pilek ringan
tanpa atau disertai gejala sistemik ringan. Sekret hidung
berangsur menjadi serosanguinous dan kemudian
mukopurulen mengadakan lecet pada nares dan bibir
atas. Pada pemeriksaan tampak membran putih pada
daerah septum nasi.
Diphtheria Tonsil-Faring :
Gejala anoroksia, malaise, demam ringan, nyeri menelan.
dalam 1-2 hari timbul membran yang melekat,
berwarna putih-kelabu dapat menutup tonsil dan
dinding faring, meluas ke uvula dan palatum molle atau
ke distal ke laring dan trachea.

Berlanjut...................................

Lanjutan...............................................
Diphtheria Laring :
Pada diphtheria laring primer gejala toksik kurang
nyata, tetapi lebih berupa gejala obstruksi saluran
nafas atas.
Diphtheria Kulit, Konjungtiva, Telinga :
Diphtheria kulit berupa tukak di kulit, tepi jelas dan
terdapat membran pada dasarnya. Kelainan
cenderung menahun. Diphtheria pada mata dengan
lesi pada konjungtiva berupa kemerahan, edema
dan membran pada konjungtiva palpebra. Pada
telinga berupa otitis eksterna dengan sekret
purulen dan berbau.

Komplikasi
Racun difteri bisa menyebabkan kerusakan
pada jantung, sistem saraf, ginjal ataupun
organ lainnya:
a. Miokarditis bisa menyebabkan gagal jantung
b. Kelumpuhan saraf atau neuritis perifer
menyebabkan gerakan menjadi tidak
terkoordinasi dan gejala lainnya (timbul dalam
waktu 3-7 minggu).
c. Kerusakan saraf yang berat bisa
menyebabkan kelumpuhan
d. Kerusakan ginjal (nefritis).

Diagnostik
Diagnosis pasti dengan isolasi
Corynebacterium diphtheriae dengan
pembiakan pada media Loeffler
dilanjutkan dengan tes
toksinogenesitas secara vivo (marmut)
dan vitro (tes Elek).

Penatalaksanaan
Tujuan mengobati penderita diphtheria adalah menginaktivasi toksin yang belum
terikat secepatnya, mencegah dan mengusahakan agar penyulit yang terjadi
minimal, mengeliminasi Corynebacterium diphtheriae untuk mencegah penularan
serta mengobati infeksi penyerta dan penyulit diphtheria.
a) U m u m :
Istirahat mutlak selama kurang lebih 2 minggu, pemberian cairan serta diit yang
adekuat. Khusus pada diphtheria laring dijaga agar nafas tetap bebas serta dijaga
kelembaban udara dengan menggunakan nebulizer.
Bila tampak kegelisahan, iritabilitas serta gangguan pernafasan yang progresif halhal tersebut merupakan indikasi tindakan trakeostomi.
b) K h u s u s :
1).Antitoksin : serum anti diphtheria (ADS)
2).Antimikrobial : Penisilin prokain selama 7-10 hari, bila alergi bisa diberikan
eritromisin 40 mg/kg/hari.
3).Kortikosteroid : penderita dengan gejala obstruksi saluran nafas bagian atas
dan bila terdapat penyulit miokardiopati toksik.
4).Pengobatan penyulit : Pengobatan terutama ditujukan terhadap menjaga agar
hemodinamika penderita tetap baik oleh karena penyulit yang disebabkan oleh
toksin pada umumnya reversibel.
5).Pengobatan Carrier : Carrier adalah mereka yang tidak menunjukkan keluhan,
mempunyai reaksi Schick negatif tetapi mengandung basil diphtheria dalam
nasofaringnya.
Pengobatan yang dapat diberikan adalah penisilin oral atau suntikan, atau

Pencegahan
a) Umum :
Kebersihan dan pengetahuan tentang
bahaya penyakit ini bagi anak-anak. Pada
umumnya setelah menderita penyakit
diphtheria kekebalan penderita terhadap
penyakit ini sangat rendah sehingga perlu
imunisasi.
b) Khusus :
Terdiri dari imunisasi DPT dan pengobatan
carrier.

Rencana Asuhan
Keperawatan
Pengkajian :

Aktivitas/istirahat :
Keletihan, kelemahan, malaise,kesulitan istirahat
karena kesulitan bernafas.

Sirkulasi :
Panas atau demam, Hiperemia pada tenggorokan,
Suhu tubuh tidak tinggi, infeksi pada tonsil, faring,
laring, dan ISPA, serta pilek dengan sekret
bercampur darah. Pseudomembran , lidah kotor.
Nyeri kepala atau dilokasi peradangan.

Eliminasi : Oliguria, dan konstipasi


Makanan dan Cairan : Anoreksia, mual, haus,
sakit saat menelan,
Neurosensori :
Sakit kepala, penurunan tingkat kesadaran.

Nyeri dan ketidaknyamanan :


Nyeri tubuh, Nyeri ulu hati,Nyeri pada
otot dan sendi, sakit kepala,
Pada palpasi teraba adanya
pembesaran hati dan limpa
Pernafasan : pernafasan cepat dan
dangka;
Keamanan :
Paparan terhadap penderita

Pembelajaran
Riwayat penyakit diptheriae dalam
keluarga
Hygiene dan sanitasi lingkungan yang
buruk

Masalah Keperawatan
yang lazim terjadi
1.Nyeri berhubungan dengan proses patologis penyakit.
2.Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari
kebutuhan berhubungan dengan mual, muntah,
anoreksia.
3.Kurangnya volume cairan tubuh berhubungan dengan
intake dan output yang tidak seimbang.
4.Gangguan aktivitas sehari-hari berhubungan dengan
kondisi tubuh yang lemah.
5.Resiko kegagalan pernafasan berhubungan dengan
obstriuski
6.Resiko terjadi gangguan proses tumbang pada anak
7.Kecemasan berhubungan dengan kondisi pasien yang
memburuk dan perdarahan yang dialami pasien.

PRIORITAS KEPERAWATAN :
1. Membuat/ mempertahankan keseimbangan
nutrisi, cairan dan elektrolit.
2. Mencegah komplikasi.
3. Memberikan dukungan emosi untuk klien dan
orang terdekat.
4. Memberikan informasi tentang
penyakit/prognosis dan kebutuhan pengobatan.
TUJUAN PEMULANGAN :
5. Homoestasis meningkat.
6. Komplikasi dicegah/minimal
7. Menerima/menyadari keadaannya.
8. Proses penyakit , prognosis dan program
pengobatan dipahami.

Anda mungkin juga menyukai