aliran turbidit hingga menghasilkan struktur dan tekstur pada endapan akhir yang
diproduksinya (Sanders, 1965). Sedimen laut dalam dapat terdistribusi kembali oleh arus
indigenous di dasar aliran yang mentransport sedimen melalui mekanisme fluid flow
sebagai bed load / endapan dasar.
b. Slumping
Penggolongan proses slumping sebagai salah satu dari proses transportasi
sedimen di laut dalam hingga kini masih menjadi kontroversi. Morgenstern (1967)
menyatakan bahwa proses slumping dapat terjadi dengan lereng minimum 1 o. Walaupun
begitu, Moore (1961) menganggap bahwa slumping hanya dapat terjadi pada lingkungan
dengan pengendapan yang cepat, seperti delta dan bagian atas sebuah ngarai. Proses
slumping tidak dapat terjadi di paparan benua dan laut dalam yang memiliki lereng yang
landai dan cukup stabil. Pemetaan struktur bawah laut dengan menggunakan seismik
menunjukkan bahwa slumping dapat terjadi pada daerah dengan lereng yang landai, serta
banyak ditemui di lingkungan laut dalam, khususnya pada upper continental slope
(Roberts, 1972 dalam Reading, 1978). Dimensi dan ketebalan satu tubuh slump dapat
mencapai ukuran yang sangat besar, yaitu ratusan km3. Slumping berskala besar tersebut
dapat disebabkan oleh gempa dengan magnitude yang besar. Morfologi yang dihasilkan
proses slumping di lingkungan laut dalam ditunjukkan oleh gambar 12.6:
Karakter dari sedimen hasil proses slumping antara lain (Helwig, 1970, dalam
Reading, 1978): (1) Lapisan yang terdeformasi kedudukannya berada di antara lapisan
yang tidak terganggu / terdeformasi. (2) Kontak bagian atas dari lapisan yang
terdeformasi ialah berupa welded (3) Antiklin tererosi di bagian atas / permukaannya (4)
Orientasi sumbu lipatan tidak searah dengan jurus struktur geologi yang dihasilkan oleh
aktivitas tektonik (5) Dalam satu tubuh slump, banyak struktur deformasional yang dapat
ditemui.
Arah dari slumping biasanya diasumsikan tegak lurus kepada rata-rata azimuth
dari sumbu slump-fold dan ditentukan dari arah overturn (arah depan) dari fold tersebut .
Walaupun begitu, jika yang mengalami sedimen adalah suatu masa sedimen yang kental,
maka gesekan antar butir sedimen tersebut dapat menyebabkan arah overturn berbalik ke
arah atas slope.
c. Debris Flow
Fluida Newtonian (dalam hal ini: air) tidak cukup kuat untuk mengangkut
sedimen dengan jumlah yang banyak. Bagaimanapun, aliran sedimen berkonsentrasi
tinggi tidak digolongkan lagi sebagai fluida Newtonian. Debris flow merupakan aliran
berkonsentrasi tinggi dengan yield strength yang besar. Debris flow mengalir secara
laminar dan tersusun atas fragmen-fragmen yang terangkut oleh matriks berupa mud
dengan campuran air. Debris flow dapat terjadi pada lereng yang landai, kurang dari 1
atau 2o. Kecepatan alirannya masih lebih cepat jika dibandingkan rayapan tanah. Ketika
aliran mencapai fase yang stabil, maka aliran tersebut akan membatu (menyebabkan
adanya floating mass, yaitu kondisi dimana fragmen mengapung di antara matriks
mud). Ketebalan dari satu tubuh endapan hasil debris flow bias mencapai beberapa meter.
Endapan tersebut tidak memiliki struktur sedimen yang teratur (kecuali pada bagian
daasrnya, sering ditemukan struktur gradasi terbalik), butirannya memiliki sortasi buruk,
dan berukuran pasir hingga bongkah, matrix-supported. Debris flow tidak mengabrasi
batuan dasar yang dilaluinya pada saat transportasi, kecuali jika di dalam aliran tersebut
terdapat fragmen batuan yang keras (rigid) dan tajam yang dapat menghasilkan struktur
slide marks (Middleton & Hampton, 1976).
Endapan yang dihasilkan melalui mekanisme debris flow biasa terbentuk pada
lingkungan laut dalam modern dimana aliran tersebut bergerak beberapa ratus kilometer
dan menutupi area yang cukup luas, yakni mencapai ribuan km2. Endapan chaotic
dengan kandungan fragmen batuan selain batuan sedimen dan berumur lebih tua dari
batuan sedimen yang terrombakkan (fragmen eksternal) yang dihasilkan melalui
mekanisme debris flow dan proses mass-gravity transport lain yang terkait dengannya
biasa dinamakan olitostrom. Fragmen-fragmen batuan (klastika) yang terkandung dalam
olitostrom tersebut biasa disebut dengan olistolith. Olitostrom mencerminkan fase
tektonik aktif dari sebuah cekungan laut dalam. Litologi yang dihasilkan oleh debris flow
serupa dengan litologi chaotic yang dihasilkan tectonic shearing pada saat subduksi di
palung-palung laut dalam maupun selama proses gravity gliding di sebuah nappe.
Endapan chaotic yang dihasilkan melalui proses tektonik tersebut biasa dinamakan
sebagai mlange.
d. Arus Turbid (Densitas Tinggi)
Kuenen & Migliorini (1950) mendefinisikan arus tirbid sebagai arus fluida
dengan densitas tinggi yang berisi material pasir dan mud yang tertransport secara
suspensi dengan densitas 1,5 2 gr/cc. Ketika alirannya melambat dan turbulensi
fluidanya berhenti, butiran yang paling kasar akan terendapkan, diikuti oleh ukuran butir
yang semakin kecil secara gradual seiring dengan berkurangnya kekuatan aliran.
Mekanisme pengendapan tersebut menghasilkan model yang bergradasi normal, baik
secara vertical maupun horizontal searah dengan turunnya lereng.
Pada arus turbid, tenaga yang mengangkut sedimen secara suspensi berasal dari
turbulensi fluida. Middleton (1970) menyatakan bahwa turbulensi fluida tersebut
disebabkan oleh auto-suspension, yaitu suatu kondisi keseimbangan dinamik yang
memungkinkan densitas fluida yang besar untuk menggerakkan aliran, hingga aliran
tersebut menyebabkan friksi dan turbulensi fluida, dan akhirnya turbulensi tersebutlah
yang menahan fragmen agar tetap mengapung di antara matriks. Selama lereng yang
dilalui memiliki kecuraman yang konstan, maka arus turbid dapat mengalir hingga jarak
yang cukup jauh. Hal ini disebabkan karena walaupun friksi yang dihasilkan antar aliran
dan butir sedimen berkurang, tapi tenaga gravitasi dapat mendukung agar turbulensi
tersebut tetap berjalan.
Lingkungan di bawah laut yang dapat mengakomodir arus turbid antara lain ialah
channel laut dalam. Memiliki lebar beberapa kilometer dan panjang (mengindikasikan
jarak tempuh arus turbid yang melaluinya) mencapai ribuan kilometer.
Frekuensi terjadinya arus turbid dan terbentuknya endapan turbidit di lingkungan
laut dalam tergantung pada factor-faktor seperti dari mana arus turbid tersebut berasal,
perkiraan jarak lokasi pengendapan ke sumber arus turbid, serta muka air laut. Arus
turbid yang berhubungan dengan channel memiliki densitas yang lebih rendah, berbeda
dengan arus turbid yang terjadi pada daerah shelf slope yang memiliki densitas tinggi.
Naiknya muka air laut juga akan menurunkan intensitas terjadinya arus turbid, terutama
pada dua daerah yang terakhir tersebut.
Endapan turbidit merupakan endapan yang dihasilkan dari mekanisme arus turbid.
Karakter dari endapan turbidit tersebut dicirikan oleh sekuen Bouma yang secara
keseluruhan berstruktur gradasi normal. Model sekuen Bouma tersebut menggambarkan
bahwa endapan turbidit memiliki karakteristik tekstur dan struktur: (1) Struktur sole mark
(2) Struktur gradasi vertikal (normal) (3) Perubahan struktur internal yang teratur (4)
Persentase matriks yang tinggi.
Selain material silisiklastik, endapan turbidit juga dapat tersusun atas materialmaterial karbonat (bioklastik). Endapan turbidit karbonat kerap ditemui pada cekungan
laut dalam modern maupun purba. Material karbonat pada endapan tersebut dihasilkan
oleh terumbu atau carbonate bank yang tumbuh di sisi-sisi cekungan turbidit serta dari
batupasir bioklastik yang tersusun atas bagian-bagian skeletal dari organism laut dangkal.
Atau endapan turbidit karbonat juga dapat tersusun oleh karbonat pelagic yang
mengalami resedimentasi dari tinggian bawah laut ke rendahan atau cekungan di
sekitarnya.
e. Arus Turbid (Densitas Rendah)
Arus turbid dengan densitas yang rendah mengalir lebih lambat dan dengan umur
tempuh yang lebih lama dibandingkan arus turbid berdensitas tinggi. Arus berdensitas
rendah ini dapat mengalir dengan kecepatan 1,8 km/jam (Shepard, McCoughlin, Marshall
dan Sullivan, 1977). Arus turbid berdensitas rendah ini akan dapat mengangkut material
berukuran lempung lanau dengan struktur sedimen laminasi parallel. Jenis arus ini
dapat terjadi pada kondisi: (1) Gelombang badai di daerah paparan (shelf) yang
menyebabkan terbentuknya lapisan turbid (2) Masuknya aliran lumpur (muddy) ke dalam
sebuah danau atau laut (3) Perkembangan bagian ekor dari morfologi endapan turbidit
dengan densitas tinggi.
f. Proses Aliran Massa Lainnya
Grain Flow
Fluidized Sediment Flow