Anda di halaman 1dari 18

BAB 2

PELUANG
Inti Pembahasan
A. Kaidah Pencacahan
B. Peluang Suatu Kejadian
C. Relasi Antar Kejadian

Kendaraan yang hilir mudik dijalan raya hamper semuanya diasuransikan. Jika
kendaraan tersebut mengalami kecelakaan, maka pemiliknya memperoleh biaya
pertanggungan yang harus di keluarkan pihak asuransi. Mungkin prinsip-prinsip
peluang dengan bantuan metode statistic bisa digunakan untuk menyelesaikan
permasalahan diatas?
A. Kaidah Pencacahan
Pernahkah kalian diminta untuk menyusun sebuah tim sepakbola atau bola basket
dalam class meeting yang anggotanya teman-teman kalian? Dari sekitar 40 anak,

kalian akan memilih 11 orang untuk tim sepak bola atau 5 orang untuk tim basket.
Persoalan susunan seperti itu menjadi dasar konsep kombinatorik yang akan
membantu

kita

memecahkan

objek-objek

dalam

suatu

himpunan.

Untuk

menyelesaikan persoalan kombinatorik perlu diketahui dua prinsip himpunan dasar


yaitu prinsip penjumlahan
dan perkalian. kaidah pencacahan ini menggunakan dua prinsip dasar yaitu prinsip
(aturan) penjumlahan dan aturan perkalian.
1. Aturan Penjumlahan
Pada aturan penjumlahan bila suatu himpunan S terbagi ke
dalam himpunan-himpunan bagian yaitu S1, S2, S3, ..., Sn, maka
jumlah unsur yang berada di dalam himpunan S sama dengan
jumlah semua unsur yang ada dalam setiap himpunan bagian dari
S atau dapat dirumuskan sebagai berikut.
S = S1 + S2 + S3 + ... + Sn
Namun demikian prinsip di atas tidak berlaku jika ada diantara
himpunan-himpunan bagian tersebut yang anggotanya saling tindih.
Sebagai contoh aturan penjumlahan adalah bila kita bermaksud
membeli handphone. Di toko, kita menemukan ada handphone
merek A dengan 4 macam model, merek B dengan 3 macam model,
dan merek C ada 5 macam model. Jadi kita akan membeli
handphone di toko itu, maka kita memiliki 5 + 4 + 3 = 12 macam
model handphone. Jadi banyak model handphone di toko itu ada 5
model A + 4 model B + 3 model C = 12 model.
2. Aturan Perkalian
Misalkan kota A dan B dihubungkan dengan 3 jalan, sedangkan antara kota B dan
C dihubungkan dengan 2 jalan. Maka banyak rute perjalanan dari kota A ke kota B
dan dilanjutkan perjalanan B ke C adalah 3 2 = 6 rute.
Prinsip inilah yang disebut prinsip perkalian. Sesuai aturan penjumlahan,
diperoleh banyak rute perjalanan dari A ke B atau dari B ke C adalah 3 + 2 = 5 rute. a.
Rute 2 terlihat lebih pendek dari rute 1 dan 3, apakah rute 2 akan ditempuh dalam

waktu lebih cepat? b. Faktor apakah yang harus dipertimbangkan ketika akan memilih
rute suatu perjalanan?
Prinsip dasar dalam aturan pengisian tempat
Jika suatu kejadian dapat terjadi dengan n1 cara, kejadian kedua
dapat terjadi dengan n2 cara, kejadian ketiga dapat terjadi
dengan n3 cara, dan seterusnya maka kejadian-kejadian dengan
urutan yang demikian dapat terjadi dengan (n1 n2 n3 . . .)
cara.
Catatan:
Aturan penjumlahan ditandai dengan kata atau
Aturan perkalian ditandai dengan kata dan
Perhatikan contoh berikut.

Contoh 3.1
1. Sebuah dadu bermata enam dan uang logam dilempar secara bersamaan.
Berapa banyak hasil yang mungkin terjadi?
Penyelesaian:
Dadu dapat terjadi dengan 6 cara, yaitu dapat muncul angka 1, 2, 3, 4, 5, dan 6.
Sedangkan uang logam dapat terjadi dengan 2 cara, yaitu dapat muncul angka (A) dan
gambar (G). Berdasarkan prinsip di atas, banyaknya cara hasil yang mungkin adalah
(6 2) = 12 cara yang berlainan, yaitu: {1G, 1A, 2G, 2A, 3G, 3A, 4G, 4A, 5G, 5A,
6G, 6A}. Lihat tabel.

Koin /
Dadu
1
2
3
4
5
6

A
1A
2A
3A
4A
5A
6A

G
1G
2G
3G
4G
5G
6G

3. Permutasi
Kaidah pencacahan yang kedua adalah permutasi. Namun sebelum membahas
lebih lanjut tentang permutasi, akan diulas kembali definisi dan notasi faktorial.
a. Definisi dan Notasi Faktorial
Di suatu kelurahan, becak yang beroperasi diberi nomor kombinasi dari empat
angka 1, 2, 3, dan 4. Setiap angka hanya digunakan sekali. Petugas kelurahan
membuat diagram sebagai berikut untuk menghitung nomor becak yang mungkin

Ribuan

Ratusan

Puluhan

Satuan

1,2,3,4,

3 angka

2 angka

1 angka

(4 angka )

Ribuan Ratusan Puluhan Satuan


Pada nilai ribuan dapat digunakan empat angka, ratusan tiga angka, puluhan
dua angka, dan satuan satu angka. Sesuai dengan prinsip pencacahan pertama, akan
terdapat 4 3 2 1 atau 24. Dengan demikian, akan terdapat 24 nomor becak
berlainan di kelurahan tersebut.
1) Tuliskan semua nomor becak di atas.
2) Apakah yang harus dilakukan apabila terdapat becak baru di kelurahan
tersebut?
Perkalian bilangan asli berturut-turut dari n sampai dengan 1 atau
sebaliknya disebut faktorial yang dinotasikan dengan n! Dalam notasi matematika,
nilai n faktorial dapat didefinisikan sebagai berikut. Faktorial didefinisikan sebagai:
n

n! =

, untuk semua n > 2; 0! = 1 dan 1! = 1

k 1

Untuk setiap bilangan asli n _ 2, nilai n faktorial didefinisikan:


n! = n (n 1) (n 2) (n 3) . . . 3 2 1
0! = 1 dan 1! = 1
Contoh:
4. Diketahui n! = 6n(n 3)! Tentukan nilai n yang memenuhi kalimat di atas.

Penyelesaian:
n! = (n 3)!
n(n 1)(n 2)(n 3)! = 6n(n 3)!
(n 1)(n 2) = 6
n2 3n + 2 = 6
n2 3n 4 = 0
(n 4)(n + 1) = 0
n = 4 atau n = 1
Jika disimpulkan nilai n yang memenuhi adalah n = 4 atau n = -1, apakah
pernyataan di atas bernilai benar? Jawabnya adalah salah karena untuk notasi
faktorial disyaratkan n adalah bilangan asli dan didefinisikan 0! = 1 dan 1! = 1.
b. Definisi dan Notasi Permutasi dari Unsur-unsur yang Berbeda
Andaikan pada penomoran becak dari empat angka (1, 2, 3, dan 4) hanya akan
dibuat nomor yang hanya terdiri atas dua angka yang berbeda. Berapa becak yang
dinomori? Perhatikan diagram berikut.
Pada diagram berikut, yang menempati tempat pertama ada 4 kemungkinan yaitu
1, 2, 3, atau 4. Sedangkan pada tempat kedua terdapat 3 kemungkinan angka yang
belum mempunyai tempat.
2
1

12, 13, 14

21, 23, 24
1

31, 32, 34

41, 42, 43

Jadi, banyak nomor yang terdiri atas 2 angka yang berbeda dari 4 angka yang
tersedia adalah 12 nomor.
12

24 4 3 2 1
4

12
2 1
4 2

Susunan k unsur dari n unsur yang berlainan dengan k < n disebut permutasi
k unsur dari n unsur, yaitu urutan berlainan k unsur yang diambil dari n unsur.
Banyak permutasi k unsur dari n unsur dilambangkan dengan notasi nPk atau P(n,k)
atau n k P yang didefinisikan:
Permitasi unsure yang berbeda :
Banyaknya cara untuk menyusun r buah unsure dari n buah unsure yang berbeda
dengan urutan diperhatikan dinamakan permutasi r dari n adalah
n

n!
( n r )!

c.. Definisi dan Notasi Permutasi dari Unsur-unsur yang Sama


Pada pembahasan sebelumnya, kita mempelajari permutasi dari unsure
unsure yang semuanya berbeda. Sekarang kita akan membahas suatu permutasi dari
unsure unsure yang mana terdapat beberapa unsure yang sama. Misalnya kita akan
menuliskan susunan huruf yang berasal dari kata ANA. Susunan huruf yang
mungkin adalah ANA, AAN, NAA, sehingga terdapat 3 macam susunan.
Untuk mendapatkan rumus perhitunganya, kita asumsikan bahwa semua huruf
berbeda, yaitu dengan cara memberikan indeks pada huruf yang sama, yaitu A1NA2.
Permutasi 3 huruf ini menghasilkan 3! = 6 macam susunan yaitu
A1NA2, A2NA1, A1A2N, A2A1N,NA1A2,NA2A1
Akan tetapi, karena A1 = A2, maka susunan A1NA= A2NA1, A1A2N = A2A1N,
dan NA1A2 = NA2A1. Dengan demikian permutasi A1 dan A2 tidak memberikan hasil
yang berbeda dan hal tersebut terjadi sebanyak 2!. Dengan demikian yang tinggal
adalah ANA, AAN, NAA. Dari contoh sederhana tersebut kita peroleh hasil sebagai
berikut ini.
Permutasi dengan beberpa unsure sama
Banyaknya cara untuk menyusun n buah unsure yang terdiri dari n1, n2, n3,
,nk unsure yang sama adalah

n P

n1, n 2 , n 3,...nk

n!
; dengan n1 n2 n3 ... nk n.
!
!...
!
n1 n2 nk

ANALISIS KOMBINASI
A. KONSEP PENGHITUNGAN, NOTASI FAKTORIAL
Konsep Dasar Penghitungan: Jika suatu kejadian dapat terjadi dalam n 1 cara yang
berbeda, dan jika, mengikuti kejadian ini, suatu kejadian kedua dapat terjadi dalam n2
cara yang berbeda, dan, mengikuti kejadian kedua ini, suatu kejadian ketiga dapat
terjadi dalam n3 cara yang berbeda,.,maka banyaknya cara agar kejadian kejadian
tersebut dapat terjadi dalam urutannya dinyatakan sebagai n1 n2 n3
A.1 Misalkan sebuah pelat nomor memuat dua huruf dan diikuti oleh tiga angka
dengan digit pertamanya tidak nol.
Berapa banyak pelat nomor berbeda yang dapat di cetak?
Setiap huruf dapat di cetak dalam 26 cara yang berbeda, digit pertama
dalam 9 cara yang berbeda dan setiap dua digit lainnya dalam 10 cara
yang berbeda. Sehingga, terdapat 26 26 9 10 10 = 608400 pelat
nomor berbeda yang dapat di cetak.
A.2 Tententukan banyaknya n cara agar sebuah organisasi yang terdiri dari 26
anggota yang dapat memilih seorang ketua, bendahara dan sekretaris (asumsikan
tidak ada orang yang dipilih untuk lebih dari satu jabatan).
Ketua dapat dipilih dalam 26 cara yang berbeda; mengikuti ini, bendahara
dapat dipilih dalam 25 cara berbeda (karena seseorang yang terpilih
sebagai ketua tidak di bolehkan menjadi bendahara); dan, mengikuti ini,
sekretaris dapat di pilih dalam 24 cara berbeda. Sehingga, menurut konsep
penghitungan di atas, ada n = 26 25 24 = 15600 cara yang berbeda
dimana organisasi tersebut dapat memilih pengurus pengurusnya.
A.3 Terdapat empat jalur bus antara A dan B; dan tiga jalur bus antara B dan C.
Tentukan banyaknya cara agar seseorang dapat berpergian:
(a) Dengan bus dari A ke C melewati B?
(b) Pulang pergi dengan bus dari A ke C melewati B?

(a) Ada 4 cara untuk pergi dari A ke B dan 3 cara untuk pergi dari B ke C;
sehingga ada 4 3 = 12 cara untuk pergi dari A ke C melewati B.
(b) Ada 12 cara untuk pergi dari A ke C melewati B, dan 12 cara untuk
kembali. Sehingga ada

12

12 = 144 cara untuk berpergian pulang

pergi.
A.4 Seorang mahasiswa dapat mengambil salah satu dari empat jadwal mata
kuliah matematika dan satu dari lima jadwal mata kuliah bahasa inggris. Tentukan
banyaknya n cara agar ia dapat mendaftar untuk dua mata kuliah.
Terdapat 4 pilihan untuk mata kuliah matematika dan 5 pilihan untuk
bahasa inggris; sehingga n = 4 5 = 20.
B. FUNGSI FAKTORIAL
Sub bagian ini meliputi fungsi factorial n ! (baca n factorial) di mana n! di
definisikan oleh
n! = 1 2 3 . (n 2) (n 1) n
Dengan kata lain, n! adalah hasil kali bilangan bilangan bulat positif dari 1 sampai
n. 0! Didefinisikan sama dengan 1.
B.1 Tentukan 5!,6!,7! Dan 8!
Untuk n > 1, kita mempunyai n! = n (n-1)! Sehingga 5! = 5 4! = 5 24 =
120; 6! = 6 5! = 6 120 = 720; 7! = 7 6! = 7 720 = 5040; 8! = 8 7! =
8 5040 = 40 320.
B.2 Tuliskan dalam bentuk factorial (a) 35 34 33, dan (b)
(a) 35 34 33 =
(b)

35 34 33 32! 35!
=
32!
32!

1
14!
14!
=
=
16 15 16 15 14! 16!

C. KOEFISIEN BINOMIAL

1
16 15

Variabel random X di katakana distribusi binomial jika dan hanya jika X


mempunyai fungsi probabilitas sbb:
n x
P ( 1 P)n-x; untuk x = 0,1,..,n.
x

F(x) = f(x;p) =

; untuk x yang lain

Di mana 0 P 1 dan P 1 sering di nyatakan dengan q distribusi ini sering di


lambangkan dengan x

B ( x,n,P).

Simbol ( dibaca n kombinasi r), dimana r dan n adalah bilangan bulat positif
r
dengan r n, di definisikan sebagai berikut:
n( n 1)(n 2).....( n r 1)
n
=
1 2 3....( r 1)r
r

Perhatikan bahwa terdapat r factor dalam kedua pembilang dan penyebutnya. Angka
angka ini disebut koefisien binomial .
16

12

dan (b)

C.1 Hitunglah: (a)


3
4

Ingat kembali bahwa ada banyak factor dalam pembilangnya sebanyak dalam
penyebutnya.
16

=
(a)
3

16 15 14
= 560
1 2 3

12
12 11 10 9
(b) =
= 495
1 2 3 4
4
KETERANGAN:
n

Dengan menggunakan formula di atas untuk dan


r

kenyataan bahwa 0! = 1, maka kita dapat memperluas definisi pada kasus


r
n

n!

0!

kasus: =
=1 dan khususnya, =
=1
0! n!
0!0!
0
0

10

?
C.3 Hitung
7
10

10 9 8 7 6 5 4

=
Menurut definisi
= 120
1 2 3 4 5 6 7
7
10

sebagai berikut:
Sebaliknya, 10-7 = 3 sehingga kita juga dapat menghitung
7
10
10
10 9 8

=
=
= 120 ( Perhatikan bahwa metode ke-dua lebih
7
3
1 2 3

menghemat tempat dan waktu)


11
12
11
=
+
?
C.4 Buktikan:
7
6
7
11
11
11!
11!
=
Di sini +
+
. Kalikan pecahan pertama dengan 7/ 7
7
6
!
5
!
7
!4!

6
dan pecahan ke- dua dengan 5/ 5 untuk mendapatkan penyebut yang sama
dalam kedua pecahan, kemudian jumlahkan:
11
11
7 11!
5 11!
7 11! 5 11!

+
=
+
=
+
7 6!5! 7!5 4!
7!5!
7!5!
6
7

7 11!5 11! (7 5) 11! 12 11!


12! 12

=
=
=
=
7!5!
7!5!
7!5! 7
7!5!

n 1
n
n
=
+
r
r 1
r

TEOREMA (A.1):

Pembuktian dari teorema di atas:


Sekarang

n
+
r 1

n
=
r

n!
+
( r 1)!( n r 1)!

n!
.
r!( n r )!

Untuk

mendapatkan penyebut yang sama dalam kedua pecahan, kalikan pecahan


pertama dengan r / r dan pecahan kedua dengan

n
n r 1
+
, sehingga :
n r 1
r 1

( n r 1) n!
r n!
n
=
+
r
(
r

1
)!
(
n

1
)!
r
r
!
(
n
r 1)(n r )!

( n r 1) n!
r n!
+
r!( n r 1)! r!( n r 1)!

r n! ( n r 1) n! r n r 1 n!
=
r!( n r 1)!
r!(n r 1)!

n 1!
( n 1) n!
=
=
r!( n r 1)! r!( n 1 r )!

n 1

D. TEOREMA BINOMIAL, SEGITIGA PASCAL


Sub bagian ini menggunakan teorema binomial berikut ( dibuktikan
menggunakan induksi pada conoh soal D.1) yang memberikan bentuk umum untuk
penjabaran (a + b)n:
TEOREMA D.1 ( TEOREMA BINOMIAL):
(a + b)n = an + nan-1b +

n( n 1) n-2 2
n(n 1)( n 2) n-3 3
n( n 1)
a b +
a b + .+
1 2
1 2 3
1 2

a2bn-2 + nabn-1 + b2
n

= a2 + an 1b + an 2 b2 + an 3b3 + + a2bn 2 + abn


1
2
3
2
1
1

+ bn.
n n r r
a b .
r 0 r
n

KETERANGAN :
Penjabaran (a + b)n di atas mempunyai sifat sifat sebagai berikut:
1. Terdapat n + 1 suku
2. Penjumlahan pangkat pangkat dari a dan b dalam setiap sukunya
sama dengan n.
3. Pangkat a menurun dalam setiap suku demi suku dari n sampai 0;
pangkat b naik dalam suku demi suku dari 0 sampai n.
n

4. Koefisien dari suatu suku adalah dimana k adalah pangkat dari


k
salah satu a atau b.

5. Koefisien koefisien dari suku suku yang sama jauhnya dari yang
terakhir adalah sama.
D.1 Jabarkan : (a) (a + b)6 dan (b) (a + b)7.
Dengan Menggunakan Teorema Binomial D.1!!!;
(a) (a + b)6 = a6 + 6a5b +

65 4 2 654 3 3 65 2 4
ab +
ab +
a b + 6ab5 + b6.
1 2
1 2 3
1 2

= a6 + 6a5b + 15a4b2 + 20a3b3 + 15a2b4 + 6ab5 + b6.

(b) (a + b)7 = a7 + 7a6b +

76 5 2
765 4 3
765 3 4
76 2 5
ab +
ab +
ab +
ab +
1 2
1 2 3
1 2 3
1 2

7ab6 + b.
= a7 + 7a6b + 21a5b2 + 35a4b3 + 35a3b4 + 21a2b5 + 7ab6 + b7.
D.2 Jabarkan dan Sederhanakan; (x + 3y)3.
(x + 3y)3 = (x)3 +

3
3
(x)2 (3y) +
(x) (3y)2 + (3y)3
1
1

= x3 + 9x2y + 27xy2 + 27y3.


E. KOEFISIEN KOEFISIEN MULTINOMIAL
Di berikan bilangan bulat tak negative n1,n2,..,nr, sedemikian hingga n1 + n2 +

+ nr = n, maka bentuk

,
,....,
nr
n1 n2

,
,....,
nr
n1 n2

n!
. Angka angka ini disebut koefisien
n1!n2 !....nr !

multinomial.

di definisikan sebagai:

dan (b)
E.1 Hitunglah: (a)
3,2,1

10

5,3,2,2

6!

6 5 4 3 2 1

=
(a)
=
= 60
3!2!1! 3 2 1 2 1 1
3,2,1

10

tidak mempunyai arti karena 5 + 3 + 2 + 2


(b) Bentuk
5,3,2,2

10.

B. Peluang Suatu Kejadian


Dalam suatu pertandingan sepakbola, sebuah pertandingan dimulai wasit
melakukan pengundian dengan cara melempar sekeping koin. Setiap kapten memilih
salah satu sisi koin itu, yaitu gambar (G) atau angka (A). bila hasil undian sesuia
dengan salah satu pilihan kapten keebelasan, maka ia boleh memilih tempat atau
melakukan tendangan pertama. Cara undian seperti itu dianggap adil baik oleh wasit,
kedua kesebelasan, maupun penonton. Karena gambar (G) atau angka (A) dianggap
memiliki kesempatan yang sama untuk muncul. Hal ini berarti peluang munculnya
gambar (G) dan munculnya angka (A) pada pengundian tersebut adalah sama.]
Selnajutnya pada pelemparan sekeping koin ruang sampelnya adalah S = { A, G }
sehingga n(S) = 2. dengan asumsi gambar (G) atau angka (A) memiliki kesempatan
yang sama untuk muncul, maka peluang munculnya gambar (P(G)) pada pelemparan
sekeping koin adalah P(G) =
adalah P(A) =

1
. Demikian halnya peluang munculnya angka (A)
2

1
. Dapat penjelasan tersebut didefinisiskan peluang suatu kejadian
2

berikut ini.
Peluang Suatu Kejadian
Jika setiap anggota ruang sample S memiliki kesmpatan yang sama untuk muncul,
maka peluang munculnya kejadian A dalam ruang sample S adalah;
n( A)

P(A) = n( S ) ; dengann( S ) 0
P(A) = Peluang kejadian A
N(A) = Banyaknaya anggota kejadian A
N(S) = Banyaknya anggota ruang sample
Misalnya A adalah suatu kejadian dari ruang sample S, maka berlaku;

0 n( A) n( S )
0
n( A) n( S )

; dengann( S ) 0
n( S )
n( S )
n( S )
n( A)
0
1
n( S )
0 P ( A) 1

Berdasarkan hasil diatas;

Jika P(A)=0, maka A merupakan kejadian yang tak mungkin terjadi atau
kemustahilan.

Jika P(A) = 1, maka A merupakan kejadian yang pasti terjadi atau


kepastina.

Kejadian munculnya mata dadu 9 pada pengundian sebuah dadu 1 kali adalah
suatu kemustahilan sedangkan munculnya mata dadu yang berjumlah lebih dari 1 dari
pengundian 2 dadu 1 kali adalah suatu kepastian.
C. Relasi Antarkejadian
1. Relasi Dua Kejadian
Misalkan S adalah ruang sample dari suatu percobaan, sedangkan A dan B adalah
kejadian dari percobaan tersebut. Kejadian tunggal yang mengkaitkan kejadian A dan
B adalah:
a. Kejadian munculnya A atau B ditulis dengan A B .

B" .

b.

Kejadian munculnya A dan B ditulis dengan A

c.

Kejadian bukan A atau komplemen A ditulis dengan A atau Ac atau A .

Hubungan dua kejadian tersebut dapat disajikan dalam diagram Veen berikut ini
dengan daerah yang diarsir merupakan kejadian-kejadian yang dimaksud.
S

A B

A B

Infomedia

S
A

Ac

A=Ac = A
1. Kejadian Saling Lepas
Dua kejadian A dan B dalam ruang sample S disebut saling lepas jika kedua
kejadian tersebut tidak mungkin terjadi secara bersamaan, oleh karena itu A B .
Penyajian kejadian A dan B yang saling lepas ke dalam diagram Veen ditunjukkan
oleh gambar diatas.
Pada pelemparan sebuah dadu 1 kali, misalnya:
A = Kejadian munculnya mata dadu bilangan prima ganjil, sehingga A = {3,5}.
B = Kejadian munculnya mata dadu bilangan genap, sehingga B = {2,4,6}.
Perhatikan bahwa pada kedua kejadian tersebut tidak ada elemen persekutuan
sehingga A B . Dengan demikian kejadian A dan kejadian B diatas disebut
kejadian saling lepas, dan seperti disajikan diagram veen dibawah ini.

S
A

A
.3
.5

Gambar A B

B
.2
.6
.4

Gambar

3. Kejadian Saling Berkomplemen


Untuk memahami kejadian saling berkomplemen perhatika diagram veen pada
gambar di bawah ini.
S
A
Ac

Pada diagram Veen diatas berlaku:


a. A

b. A

dan

A S

Kejadian A dan Ac yang memenuhi kedua sifat diatas disebut sebagai kejadian
yang saling berkomplen.
Karena A

A S , maka berlaku:

N(A Ac) = n(S), karena A

A , maka

N(A)+n(Ac) = n(S)
c)

c)

n(
n( A) n( A

S
n( S )
n( S )
c

n( A) n( A )

1
n( A) n( S )
P(A) + P(Ac) = 1
P(A) = 1 P(Ac) atau P(Ac) = 1 P(A)
Peluang kejadian saling berkomplemen
Misalnya A dan B adalah kejadian pada ruang sample S. jika A dan B
adalah kejadian saling berkomplemen, maka berlaku:
P(A) = 1 P(B) atau P(B) = 1 P(A).

Rangkuman
1. Permutasi
a. Permutasi dari unsure berbeda
n Pr

n!
, denganr n
(n r )!

b. Permutasi dengan beberapa unsure sama


n

( n1, n 2 , n 3,..., nk )

n!
; dengan n1,n2,n3,..,nk=n
n1!n 2!...nk!

c. Permutasi siklis dari n unsure berbeda

n Ps

(n 1)!

2. Kombinasi

nP
r!

n!
n!
(n r )!

r!
(n r )!r!

3. Peluang Suatu Kejadian


Jika setiap anggota ruang sample S memiliki kesempatan yang sama untuk
muncul, maka peluang munculnya kejadian A dalam ruang sample S adalah : P(A) =
n( A)
; dengan n(S) 0 .
n( S )

4. Relasi Antarkejadian
a. Relasi dua kejadian
1.Kejadian munculnya A atau B ditulis dengan A B .
2. Kejadian munculnya A dan B ditulis dengan A

B" .

3.Kejadian bukan A atau komplemen A ditulis dengan A atau Ac


atau A .
b. Peluang Gabungan Kejadian saling Lepas
P(A B) =P(A) + P(B)

c. Peluang Gabungan kejadian tidak saling Lepas

Anda mungkin juga menyukai