Anda di halaman 1dari 6

ANALISA MUTU KALSIUM OKSIDA (CaO) PADA KUALITAS BATU GAMPING ( CaCO3DI

DESA SANGOWO KECAMATAN MOROTAI TIMUR KABUPATEN PULAU MOROTAI


PROVINSI MALUKU UTARA TERNATE

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Batu gamping merupakan jenis bahan galian non logam yang menjadi bahan baku
utama di dalam pembuatan semen. Proses penambangan batu kapur sendiri terdiri
dari beberapa tahapan proses yang diawali dengan proses pembongkaran yang
bertujuan untuk membongkar atau melepaskan batuan dari batuan induknya,
dilanjutkan dengan pemecahan bongkahan batu kapur menjadi diameter yang lebih
kecil, kemudian pengambilan material, dilanjutkan dengan pemuatan material dan
tahapan terakhir adalah memperkecil ukuran material ke dalam crusher. Batu
gamping merupakan sumber utama dari senyawa kalsium Batu gamping murni
umumnya merupakan kalsit atau aragonite yang secara kimia keduanya dinamakan
(kalsium karbonat). Senyawa karbonat dan magnesium dalam batu gamping. Dalam
proses pembuatan semen akan berubah menjadi kalsium oksida (CaO) dan jika
jumlah MgO melebihi 5%, maka bangunan yang menggunakan semen tersebut
hasilnya akan pecah pecah. Mutu batu gamping dikatakan cukup baik apabila
memilik presentasi kadar sebagai berikut: CaO = > 50 %; MgO = 0,03 1,35% dan
Fe2O3 = 0,05 0,17%, Standard Nasional Indonesia (SNI). Sebagian besar batuan
yang ada di Kabupaten Pulau Morotai Provinsi Maluku Utara ialah batu gamping
(CaCo3). Inilah yang melatar belakangi peneliti untuk mengangkat penelitian
tentang kadar unsur Kalsium Oksida (CaO) sebagai standarisasi mutu bahan baku
pembuatan semen. 1.2 Rumusan Masalah Bertolak dari Latar belakang diatas,
bahwa peneliti akan menganalisa kandungan kadar CaO pada batu gamping di Desa
Sangowo Kecamatan Morotai Timur Kabupaten Pulau Morotai. 1.3 Batasan masaalah
Dalam penelitian ini permasalahan hanya dibatasi pada analisis kadar Kalsium
Oksida (CaO) sebagai bahan baku industri semen dengan menggunakan metode X
Ray Diffration di Desa Sangowo Kecamatan Morotai Timur Kabupaten Pulau Morotai.
1.4 Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
kandungan kadar Kalsium Oksida (CaO) dalam batu gamping yang ada di Desa
Sangowo Kecamatan Morotai Timur Kabupaten Pulau Morotai. 1.5 Kegunaan
Penelitian 1.5.1. Untuk Peneliti Kegunaan dari penelitian Untuk peneliti yaitu
menambah pengetahuan dan wawasan bagi peneliti khususnya tentang analisa
kadar dengan menggunakan metode XRay pada lab tekMira. 1.5.2 Untuk Akademis
Diharapkan hasil dari penelitian ini dapat dijadikan sebagai konsumsi ilmiah bagi
kaum akademis dan dapat dijadikan referensi bagi peneliti yang lain dalam
mengembangkan penelitian tentang masalah analisa kadar kalsium oksida pada
kualitas batu gamping. 1.5.3 Untuk Pemerintah Daerah Sebagai bahan masukan
untuk pemerintah daerah khususnya Kabupaten Pulau Morotai tentang hasil analisa

kadar kalsium oksida pada kualitas batu gamping yang ada di Desa Sangowo
Kecamatan Morotai Timur 1.6. Metode Pengambilan Data Dalam penilitian ini
adapun metode yang digunakan yaitu dengan metode analisa kadar kalsium oksida
(CaO) pada kualitas batu gamping dengan menggunakan metode X-Ray Diffraction
(XRD) dengan menggabungkan antara data teori dan data data yang ada di
lapangan. Adapun tahapan tahapan dalam pengumpulan data, sebagai berikut : a.
Studi literatur ini dilakukan dengan mencari bahan bahan pustaka dari : - Instansi
yang terkait dalam penelitian ini - Perpustakaan - Lapangan b. Observasi lapangan.
- Observasi lapangan dilakukan dengan pengamatan secara langsung dilapangan
terhadap kegiatan yang dilaksanakan dan mencari informasi pendukung yang
terkait dengan permasalahan yang di bahas. c. Pengambilan data Data yang
diperlukan untuk menunjang laporan penelitian ini adalah : - Kondisi batuan
disekitar lokasi penilitian - Data primer, yaitu Data yang diperoleh dari pengamatan
dan pengumpulan data langsung di lapangan berupa pengambilan data koordinat,
pengambilan Sampel batu gamping dan ploting area. - Data sekunder, yaitu data
pendukung dan pelengkap dalam proses pengolahan data selanjutnya keadaan
geologi, topografi, data curah hujan, dan vegetasi. - Dari hasil pengamatan dan
data yang sudah dikumpulkan, dilakukan dengan menggunakan GPS sehingga
dapat di buat peta ploting area sebaran bahan baku batu gamping di lokasi desa
Sangowo. - Analisa laboratorium di lakukan untuk menganalisa sampel guna
mengetahui kadar per tiap sampel sehingga dapat dihitung presentasi kadar
calsium carbonate (CaCO3) dan calsium oxide (CaO) serta analisa dilakukan pada
lab tek-MIRA Gambar 1.1 Bagan Alir Penilitian Studi literatur : Mengumpulkan
informasi, data-data dari referensi buku, jurnal maupun laporan yang berhubungan
dengan penelitian. Observasi lapangan : Mengumpulkan data langsung dilapangan
terhadap keadaan dan kondisi geologi seperti data primer dan data sekunder.
Pengambilan Data Data primer : - Data geologi - Data koordinat lokasi Penelitian Data pengambilan sampel batu gamping Data sekunder : - Kondisi geologi dan
stratigrafi - Topografi - Morfologi Analisa laboratorium dan pengolahan data : Analisa
lab guna mengetahui kadar per setiap sample sehingga dapat dihitung presentase
kadar CaO, CaCO3, serta analisa dilakukan pada pusat pengembangan dan
penilitian teknologi meneral dan batubara (tekMIRA). Dengan menggunakan metode
X-Ray dan pembuatan peta pengambilan sampel batu gamping. Hasil penelitian :
Berdasarkan hasil analisa data, pada daerah Pulau Morotai Desa Sangowo terdapat
kualitas mutu batu gamping dengan presentase kadar CaCO3 70 77 % dan CaO 50
62 %.

BAB II TINJAUAN UMUM

2.1. Lokasi Dan Kesampaian Daerah

Lokasi Pulau Morotai terletak di ujung utara Kabupaten Halmahera Utara dan
merupakan bagian dari Provinsi Maluku Utara dan merupakan Kabupaten kecil yang
hampir sebagian besar wilayahnya berhadapan langsung dengan lautan (Pesisir
Pantai). Yang secara administratif terdiri atas 4 kecamatan: a. Kecamatan Morotai
Utara, b. Kecamatan Morotai Selatan, d. Kecamatan Morotai Timur c. Kecamatan
Morotai Selatan Barat. Secara geografi,. Pulau Morotai berbatasan dengan: 1.
Sebelah Utara berbatasan dengan Samudera Pasifik 2. Sebelah Timur berbatasan
dengan Laut Halmahera 3. Sebelah Selatan berbatasan dengan selat Morotai 4.
Sebelah Barat berbatasan dengan Laut Sulawesi Lokasi penelitian berada di Desa
Sangowo Kecamatan Morotai Timur Kabupaten Pulau Morotai dengan letak geografis
yaitu: 1280752 - 1282614" Bujur Timur (BT) dan 020432" - 0216 36" Lintang
Utara (LU). Daerah Sangowo Kecamatan Morotai Timur Berbatasan langsung dengan
: 1. Sebelah Utara berbatasan dengan sungai Lifao 2. Sebelah Selatan berbatsan
dengan desa Daeo 3. Sebelah Timur berbatasan dengan Laut Halmahera 4. Sebelah
Barat berbatasan dengan hutan lindung. Kesampaian Daerah Untuk Menempuh
Perjalanan Ke Daerah Penelitian Morotai (Sangowo) yakni Sebagai Berikut : 1. Dari
Ternate Sofifi menggunakan transportasi laut speed boad 45 menit perjalanan.
2. Dari Sofifi Tobelo menggunakan transportasi darat (mobil carteran) 4 jam
perjalanan. 3. Dari Tobelo Morotai (Daruba) menggunakan transportasi laut kapal
fery 3 4 jam. Dari Morotai (Daruba) (Sangowo) menggunakan transportasi
darat (mobil carteran) 1/5 jam.

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Landasan Teori


Batu gamping (CaCO3) Batu gamping dapat terjadi dengan beberapa cara,
yaitu secara organik, secara mekanik, atau secara kimia. Sesuai dengan
pengamatan lapangan batu gamping yang terdapat di alam/ dilokasi penelitian desa
Sangowo itu terjadi secara organik, jenis ini berasal dari pengendapan
cangkang/rumah kerang dan siput, foraminifera atau ganggang, atau berasal dari
kerangka binatang koral/kerang. Untuk batugamping yang terjadi secara mekanik,
sebetulnya bahannya tidak jauh berbeda dengan jenis batugamping yang terjadi
secara organic. Yang membedakannya adalah terjadinya perombakan dari bahan
batu kapur tersebut yang kemudian terbawa oleh arus dan biasanya diendapkan
tidak jauh dari tempat semula. Sedangkan yang terjadi secara kimia adalah jenis
batugamping yang terjadi dalam kondisi iklim dan suasana lingkungan tertentu
dalam air laut ataupun air tawar. Batu gamping dapat berwarna putih susu, abu
muda, abu tua, coklat bahkan hitam, tergantung keberadaan mineral pengotornya
(Sumber : .A. Katili & Marks. P. (1963). Geologi). Di alam batu gamping berikatan
dengan air secara kimia (CaCO3. nH2O) sehingga harus dihilangkan,. Proses

penghilangan air kristal tersebut dinamakan kalsinasi. 3.2 Pengertian Semen Semen
berasal dari bahasa latin cementum, dimana kata ini mula-mula dipakai oleh
bangsa Roma yang berarti bahan atau ramuan pengikat, dengan kata lain semen
dapat didefinisikan adalah suatu bahan perekat yang berbentuk serbuk halus, bila
ditambah air akan terjadi reaksi hidrasi sehingga dapat mengeras dan digunakan
sebagai pengikat (mineral glue). Pada mulanya semen digunakan orang-orang Mesir
Kuno untuk membangun piramida yaitu sejak abad ke-5 dimana batu batanya satu
sama lain terikat kuat dan tahan terhadap cuaca selama berabad-abad. Bahan
pengikat ini ditemukan sejak manusia mengenal api karena mereka membuat api di
gua-gua dan bila api kena atap gua maka akan rontok berbentuk serbuk. Serbuk ini
bila kena hujan menjadi keras dan mengikat batu-batuan disekitarnya dan dikenal
orang sebagai batu Masonry.

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Peak (Sudut) Dan Intensitas Yang Di Dapatkan Dari Hasil Analisa X-Ray
Diffraction Pada Sampel Batu Gamping Desa Sangowo Penentuan presentase kadar
batu gamping dengan uji X-ray Difraction (XRD) pada laboratorium tekMIRA dengan
jumlah sampel batu gamping sebanyak 3(tiga) sampel memperlihatkan pada pola
yang dihasilkan X-Ray sebagai berikut: Untuk sampel batu gamping dengan kode
1276/11 dan 1277/11 serta 1278/11 ( lihat tabel 5.1) didapatkan sudut-sudut (peak)
dan intensitas yang dihasilkan: Untuk Calcium Carbonate (CaCO3). Tabel 5.1
Tabel Hasil analisis kurva XRD untuk tiap-tiap sampel. No Kode Sampel Material
Sampel JCPDF 2 Intensitas k t r It Ir k1 k2 1 1276/11 CaCO3 47 1743 28,46
38,57 1500 850 1,76 - 46 1045 47,32 57,5 750 250 - 3,00 2 1277/11 CaCO3 47
1743 28,46 38,57 1500 850 1,76 - 46 1045 47,32 57,5 1150 350 3,29 3 1278/11
CaCO3 47 1743 28,46 48,57 1500 850 1,76 - 46 1045 47,32 57,5 750 300 2.50
Kualitas Mutu Batu Gamping Desa Sangowo Kecamatan Morotai Timur Menurut
Sukandarrumidi (1999) bahwa mengenai jenis batu gamping dapat dikatakan bahwa
kadar terbaik sebuah batu gamping sebagai bahan baku pembuatan semen adalah
dengan memiliki kadar CaO = > 50 % dan untuk kadar CaCO3 70 80 % . Jika
dibandingkan dengan hasil analisa pada sampel sampel batu gamping yang
dilakukan pada penelitian ini nampak bahwa batu gamping asal Desa Sangowo
Kecamatan Morotai Timur Kabupaten Pulau Morotai Provinsi Maluku ini dibuktikan
dengan kadar (CaCO3) yang mencapai 70 dan 74 hingga 77 %, sesuai literatur
kadar ini sangat tinggi jauh diatas kadar batu gamping asal Kabupaten Agam
Provinsi Sumatra Barat yang merupakan bahan baku batu gamping pada PT. Semen
Padang yaitu untuk kadar CaCO3 70,12 %. Selain pembuatan bahan baku semen,
pemanfaatan/penggunaan daripada batu gamping antara lain untuk : 1. Penetral
Keasaman Tanah Tanah yang terlalu asam misalnya didaerah gambut, tidak sesuai
untuk budidaya pertanian karena tanaman tidak dapat tumbuh dengan baik. Dalam

usaha menetralkan keasaman tanah, salah satu caranya dengan menambah


kapur/batu gamping. Karena batu gamping mudah larut dalam air, dalam usaha
penetralan tanah disarankan dipergunakan batu gamping berukuran kerikil bukan
berukuran pasir. 2. Industri Kaca Dalam pembuatan kaca diperlukan 50 % pasir
silika dll. Persyaratan batu gamping menurut standar perancis dengan presentase
kadar ialah : SiO2 0,96 %, Fe2O3 0,04 %, Al2O3 0,14 %, MgO 0,15 %, CaO 55,8 %.
3. Bahan Tahan Api Dikenal dengan nama dead burned dolomite umumnya dipaki
sebagai pelapisan (lining) tanur peleburan baja. Bahan dibuat dari dolomit dengan
komposisi MgCO3 35 %, SiO2 maksimum 1,0 %, Fe2O3 maksimum 1,5 %, Al2O3
maksimum 1,5 % sisanya sebagai CaCO3. Bahan ini dibakar sedemikian rupa
sehingga hasil yang diperoleh adalah tidak aktif lagi. BAB VI KESIMPULAN DAN
SARAN 6.1 Kesimpulan Beberapa kesimpulan dari penelitian tugas akhir ini adalah:
1. Bahwa Analisa kandungan kadar calcium carbonat (CaCO3) dengan
menggunakan masing-masing faktor konversinya didapatkan pula elemen calcium
oxide (CaO) dengan menggunakan metode X-Ray Difraction pada sampel batu
gamping di Desa Sangowo Kecamatan Morotai Timur Kabupaten Pulau Morotai
Provinsi Maluku Utara telah berhasil dilakukan. 2. Kadar yang dihasilkan untuk
senyawa calcium carbonat (CaCO3) untuk masingmasing tiga, yaitu untuk sampel
Batu Gamping 1276/11 adalah 77 % massa CaCO3 dengan konversi CaO 62%. Batu
Gamping 1277/11 adalah 70 % massa CaCO3 dengan konversi CaO 56%,
sedangkan untuk sampel sampel Batu Gamping 1278/11 adalah 74 % massa CaCO3
dengan konversi CaO 59%. Dari ketiga sampel yang memiliki kadar CaCO3 dengan
konversi CaO tertinggi adalah untuk sampel Batu Gamping 1276/11 . 3. Dari hasil
analisa kadar tersebut bahwa batu gamping di Desa Sangowo Kecamatan Morotai
Timur Kabupaten Pulau Morotai dikatakan kualitas batu gamping dengan kadar
calsium carbonate (CaCO3) dan kadar calsium oxide (CaO) sangat baik untuk
dijadikan satu pemanfaatan/penggunaan dalam pembuatan bahan baku semen, dll.
6.2 Saran 1. Diharapkan kepada pihak pemerintah daerah untuk segera
meningkatkan khususnya potensi pertambangan mengenai kualitas batu gamping
yang ada di Desa Sangowo Kecamatan Morotai Timur Kabupaten Pulau Morotai
Provinsi Maluku Utara. 2. Diharap pada pihak investor untuk segera diadakan proses
lanjut untuk ekplorasi dan pengolahan sebagai bahan baku semen dll.

BAB
KESIMPULAN DAN SARAN

VI

6.1
Kesimpulan
Beberapa
kesimpulan
dari
penelitian
tugas
akhir
ini
adalah:
1. Bahwa Analisa kandungan kadar calcium carbonat (CaCO3) dengan
menggunakan masing-masing faktor konversinya didapatkan pula elemen calcium
oxide (CaO) dengan menggunakan metode X-Ray Difraction pada sampel batu
gamping di Desa Sangowo Kecamatan Morotai Timur Kabupaten Pulau Morotai
Provinsi
Maluku
Utara
telah
berhasil
dilakukan.

2. Kadar yang dihasilkan untuk senyawa calcium carbonat (CaCO3) untuk


masingmasing
tiga, yaitu untuk sampel Batu Gamping 1276/11 adalah 77 % massa
CaCO3 dengan konversi CaO 62%. Batu Gamping 1277/11 adalah 70 % massa
CaCO3 dengan konversi CaO 56%, sedangkan untuk sampel sampel Batu
Gamping 1278/11 adalah 74 % massa CaCO3 dengan konversi CaO 59%. Dari
ketiga sampel yang memiliki kadar CaCO3 dengan konversi CaO tertinggi adalah
untuk
sampel
Batu
Gamping
1276/11
.
3. Dari hasil analisa kadar tersebut bahwa batu gamping di Desa Sangowo
Kecamatan Morotai Timur Kabupaten Pulau Morotai dikatakan kualitas batu
gamping dengan kadar calsium carbonate (CaCO3) dan kadar calsium oxide
(CaO) sangat baik untuk dijadikan satu pemanfaatan/penggunaan dalam
pembuatan
bahan
baku
semen,
dll.
6.2
Saran
1. Diharapkan kepada pihak pemerintah daerah untuk segera meningkatkan
khususnya potensi pertambangan mengenai kualitas batu gamping yang ada di
Desa Sangowo Kecamatan Morotai Timur Kabupaten Pulau Morotai Provinsi
Maluku
Utara.
2. Diharap pada pihak investor untuk segera diadakan proses lanjut untuk
ekplorasi dan pengolahan sebagai bahan baku semen dll.

Anda mungkin juga menyukai