1b74df6a1c38814356e30fb572c79ce0
1b74df6a1c38814356e30fb572c79ce0
KALIMANTAN BARAT
I. KONDISI UMUM
A. Kondisi fisik daerah
1. KeadaanGeografis
363
363
3. Topografi
Kalbar dijuluki provinsi Seribu Sungai, karena kondisi geografis yang mempunyai
ratusan sungai besar dan kecil yang diantaranya dapat dan sering dilayari. Beberapa
sungai besar sampai saat ini masih merupakan urat nadi dan utama untuk angkutan
daerah pedalaman, walaupun prasarana jalan darat telah dapat menjangkau sebagian
besar kecamatan. Sungai besar utama adalah S. Kapuas (terpanjang di Indonesia)
yaitu 1.086 kilometer dimana sepanjang 942 kilometer dapat dilayari. Sungai-sungai
besar lainnya adalah : S. Melawi, (dapat dilayari 471 km), S. Pawan (197 km), S.
Kendawangan (128 km), S. Jelai (135km), S. Sekadau (117 km), S. Sambas(233 km), S.
Landak (178 km).
Walaupun sebagian kecil wilayah Kalbar merupakan perairan laut, akan tetapi Kalbar
memiliki puluhan pulau besar dan kecil (sebagian tidak berpenghuni) yang tersebar
sepanjang Selat Karimata dan Laut Natuna yang berbatasan dengan wilayah Provinsi
Riau, Sumatera. Pulau-pulau besarnya seperti Pulau Karimatan dan Pulau Maya, Pulau
Penebangan, Pulau Bawal dan Pulau Gelam di perairan Selat Karimata, Kab. Ketapang.
2. Pendidikan
Berdasarkan hasil SP2010, persentase penduduk usia 5 tahun ke atas yang
364
365
366
Hutan Produksi
Tetap
24,69%
Hutan
Konservasi
17,93%
Hutan Produksi
Terbatas
26,65%
Hutan Lindung
25,13%
Berdasarkan gambar dapat diketahui bahwa 26,65% kawasan hutan yang ada di
Provinsi Kalimantan Barat merupakan Hutan produksi Terbatas, 25,13% hutan lindung,
24,69% hutan produksi tetap, 17,93% hutan konservasi, dan 5,60% merupakan hutan
produksi yang dapat dikonversi.
2. Luas Penutupan Lahan
Kondisi penutupan lahan di Provinsi Kalimantan Barat berdasarkan hasil penafsiran
Citra Landsat 7 ETM+ Tahun 2009/2010 adalah sebagai berikut :
Tabel 152. Luas Penutupan Lahan Dalam Dan Luar Kawasan Hutan Provinsi Kalimantan Barat
Penutupan
Lahan
A. Hutan
KSA-KPA
KAWASAN HUTAN
HUTAN TETAP
HL
HPT
HP
HPK
Jumlah
APL
TOTAL
Jumlah
1.253,2
1.793,9
1.831,3
765,9
276,2
5.923,6
780
6.703,6
46
-Htn Primer
957,3
966,5
575
24,5
3,4
2.526,7
18,4
2.545,1
17,5
-HtnSekunder
295,9
827,4
1.256,3
732,9
275,9
3.388,3
758
4.146,3
28,5
367
-Htn Tan
B. Non Hutan
8,5
8,5
3,6
12,2
0,1
315,3
513,2
614,7
1.499,9
235,1
3.178,2
4.690,8
7.868,9
54,0
C. Tidak ada
Total
1.568,6
2.307,0
2.446,0
2.265,8
514,4
9.101,8
5.470,8
14.572,5
100,0
Nama DAS
Skala prioritas
10.156.053,50
1.183.870,14
800.646,75
I
II
I
Jelai
Peniti
Kendawangan
Simpang
Pesaguan
Mempawah
Air Hitam Besar
Selakau
702.944,40
333.111,95
300.678,96
259.636,87
227.125,26
196.185,26
166.668,61
122.173,65
II
III
II
II
II
II
II
II
12
13
14
15
16
17
18
19
Maya Karimata
Paloh
Air Hitam Kecil
Sebangkau
Tengar
Duri
Tolak
Simbar
100.323,27
92.132,69
84.902,64
77.076,38
64.544,32
54.594,52
52.268,38
40.694,84
II
II
I
II
II
II
II
I
20
21
22
23
24
25
26
27
Raya
Kuala
Siduk
Pangkalan Dua
Melinsun
Satong
Purun Besar
Begunjai
37.330,44
22.619,56
20.227,23
20.210,51
14.931,04
14.383,03
11.143,81
7.872,77
II
II
II
III
II
II
III
II
1
2
3
Kapuas
Pawan
Sambas
4
5
6
7
8
9
10
11
DAS Kapuas sebagai DAS besar di Provinsi Kalimantan Barat yang memiliki skala
prioritas konservasi I mendapat perhatian yang besar mengenai kondisi ekologinya,
karena DAS terluas di Provinsi Kalimantan Barat ini memiliki luas lebih dari dua
368
pertiga luas seluruh provinsi ini, yang mencakup hampir seluruh kabupaten di
Provinsi Kalimantan Barat. Dengan luas kawasan lindung di dalam DAS Kapuas yang
sebesar 29,18% dari luas DAS secara keseluruhan dan termasuk dalam prioritas
penanganan tinggi, maka tindakan konservasi pada kawasan lindung yang terdapat
di dalam DAS Kapuas penting untuk dilakukan, karena keberadaan kawasan lindung
tersebut sangat berkaitan erat dengan sistem hidrologi di DAS Kapuas. Jika
dibandingkan dengan total luas DAS dan jumlah penduduk yang cukup besar dimana
kawasan lindung yang ada tersebut tidak cukup luas untuk menunjang sistem
hidrologinya, maka upaya konservasi kawasan lindung tersebut menjadi semakin
penting mengingat banyak ibukota kabupaten termasuk kota Pontianak sendiri
sebagai ibukota provinsi yang berada di bagian hilir dari DAS Kapuas ini.
Tutupan lahan yang dominan di DAS Kapuas adalah hutan di bagian hulu dan
pertanian lahan kering campur semak di bagian hilir. Intensitas pengelolaan lahan
juga cukup berbeda di masing-masing bagian sub-DAS, dimana pada bagian hilir
bersifat lebih intensif dengan pertanian dan perladangan dan di bagian hulu
pengelolaannya lebih bersifat ekstensif melalui pemanfaatan hasil hutan baik kayu
maupun non kayu. Dewasa ini, wilayah hutan di dalam DAS Kapuas terancam
semakin berkurang akibat adanya kebakaran, penebangan dan penambangan liar.
Adanya gangguan terhadap ekosistem di dalam DAS Kapuas ini dapat berdampak
pada fungsi hidrologi DAS, terutama dalam hal volume dan kualitas air. Keberadaan
sungai Kapuas baik sebagai sarana perhubungan maupun pendukung kehidupan
sehari-hari sangat penting untuk dijaga kestabilannya, sehingga masyarakat yang
tinggal di sekitar sungai tetap dapat memanfaatkan secara maksimal.
4. Penggunaan dan tukar menukar kawasan hutan
Perkembangan penyediaan lahan untuk pembangunan non kehutanan (sampai
dengan akhir tahun 2012) sebagai berikut :
a. Pinjam Pakai Kawasan Hutan seluas 11.889,96 ha
b. Tukar Menukar Kawasan seluas 337.688,22 ha
c. Pelepasan Kawasan Hutan Untuk Perkebunan seluas 422.342,48 ha
d. Adendum areal HPH seluas 65.596,20 ha
e. Pelepasan kawasan hutan untuk transmigrasi seluas 7.207,50 ha
f. Pemanfaatan kawasan hutan untuk pembangunan IUPHHK-HT seluas
781.415,17 ha
g. Perubahan kawasan HPK menjadi HP seluas 15.930 ha
369
370
jenis rotan yang bernilai ekonomis tinggi seperti rotan sega, rotan cincin, rotan dahan,
dan lain-lain.
Data hasil survei inventarisasi rotan yang dilakukan oleh BPKH III Pontianak sejak tahun
1990 hingga 2010 menunjukkan bahwa sebaran rotan di Provinsi Kalimantan Barat
pada umumnya berada di daerah hutan rawa dan sebagian di hutan lahan kering.
Potensi rotan yang terbesar berdasarkan hasil survei berada di Kabupaten Sambas dan
Kubu Raya yang secara umum merupakan ekosistem pesisir dan rawa, seperti di
kelompok hutan Sungai Sambas, Sungai Sejangkung, Sungai Terentang, Sungai
Pesaguan dan Batu Ampar. Selain di kelompok-kelompok hutan yang disurvei tersebut,
diperkirakan masih terdapat banyak potensi rotan yang belum diketahui secara pasti.
Minimnya data tentang potensi jenis, produktivitas dan pola penyebaran rotan secara
menyeluruh di Provinsi Kalimantan Barat ini menyebabkan tidak adanya rencana
pengembangan dan pembudidayaan rotan secara terpadu.
Selain potensi rotan, beberapa jenis hasil hutan non kayu lainnya yang terdapat di
Provinsi Kalimantan Barat belum terdata dengan baik sehingga belum terdapat
gambaran yang pasti mengenai volume dan sebarannya. Minimnya data potensi hasil
hutan non kayu tersebut juga menyulitkan monitoring produksi serta upaya
pengembangan hasil hutan non kayu secara terpadu di Provinsi Kalimantan Barat.
371
jenis, yaitu moulding/dowel, veneer, block board, lumber core, fancy plywood, poly
block board, finger joint, furniture, particle board dan poly plywood .
2. Produksi Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK)
Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) adalah hasil hutan selain kayu yang dipungut dari
Hutan Lindung dan atau Hutan Produksi, berupa rotan, madu, buah-buahan, getahgetahan, tanaman obat dan lain sebagainya. Berdasarkan data dari Dinas Kehutanan
Provinsi Kalimantan Barat, diketahui bahwa realisasi produksi hasil hutan non kayu di
Kalimantan Barat padaumumnya didominasi oleh aneka jenis komoditi rotan serta
gaharu. Perkembangan realisasi produksi hasil hutan non kayu di Provinsi Kalimantan
Barat sejak Tahun 2006 hingga 2009, yang pada umumnya didominasi oleh aneka jenis
rotan disamping beberapa hasil hutan non kayu lainnya.
C. Hutan Rawa
Hutan rawa gambut merupakan bentuk kekayaan ekologi yang khas di Provinsi
Kalimantan Barat. Secara fisik, hutan rawa gambut ini merupakan hutan dengan lahan
basah yang hampir selalu tergenang dan wilayah ekosistemnya biasanya terletak di
sekitar tubuh air, danau, sungai maupun wilayah pesisir pantai. Hutan rawa ini
didominasi oleh tanah-tanah yang berkembang dari timbukan bahan organik yang
dikenal dengan tanah gambut. Sebaran hutan rawa di Provinsi Kalimantan Barat memiliki
luasan yang cukup besar dan umumnya membentuk kubah yang menciptakan perbedaan
ketinggian dengan tubuh air di sekelilingnya. Oleh karena itu, hutan rawa di Kalimantan
Barat pada umumnya sering tergenang banjir musiman. Melihat fungsinya yang vital bagi
kelangsungan hidup komponen biotik di sekitarnya, lingkungan ini merupakan salah satu
ekosistem yang patut dilindungi. Berdasarkan hasil penafsiran citra satelit, diketahui
bahwa kondisi hutan rawa di Provinsi Kalimantan Barat pada tahun 2009 secara umum
sudah berupa hutan rawa sekunder atau bekas tebangan, yaitu seluas 1.582.922 ha dan
hanya 1,74 % atau seluas 28.007 ha yang masih merupakan hutan rawa primer. Hutan
rawa primer yang masih tersisa di Provinsi Kalimantan Barat terdapat di Kabupaten Kubu
Raya, baik di dalam maupun di luar kawasan dan sebagian di Taman Nasional Danau
Sentarum, Kabupaten Kapuas Hulu yang memang dikenal sebagai ekosistem danau
pasang surut yang cukup luas. Sedangkan hutan rawa sekunder sebagian besar terdapat
di dalam kawasan Hutan Produksi, Hutan Lindung, Taman Nasional, serta sebagian kecil
di luarkawasan hutan, antara lain di kabupaten Sambas, Kubu Raya, Kayong Utara,
danKetapang. Pada umumnya ekosistem hutan rawa sekunder di wilayah kabupaten
tersebut terletak di daerah pesisir pantai atau di wilayah delta sungai serta di sepanjang
Sungai Kapuas dan sekitarnya.
372
D. Hutan Mangrove
Kalimantan Barat memiliki 75% jenis mangrove yang hidup di Indonesia. Secara umum,
jenis tanaman mangrove di Indonesia terdiri atas 202 jenis dimana 150 jenis diantaranya
terdapat di Pulau Kalimantan Barat. Beberapa jenis tanaman mangrove yang dapat
dijumpai dipesisir Kalimantan Barat adalah Bakau (Rhizopora sp.), Api-Api (Avicennia sp.),
dari laut kearah darat secara berturut-turut, yaitu Sonneratia spp., Avicennia spp.,
Rhizophora spp., Brugiera spp., Ceriops spp., Lumitzera spp., dan Xylocarpusspp., yang
beberapa diantaranya terdapat di Provinsi Kalimantan Barat. Dari hasil penafsiran citra
satelit, diketahui bahwa padatahun 2009, kondisi hutan mangrove di Provinsi Kalimantan
Barat pada umumnya sudah berupa hutan mangrove sekunder atau bekas tebangan,
yaitu seluas 119.327 ha atau sekitar 0,81% dari luas Provinsi Kalimantan Barat dan hanya
sekitar 34 ha yang masih merupakan hutan mangrove primer, seperti terlihat dalam.
Hutan mangrove primer yang masih tersisa di Provinsi Kalimantan Barat terdapat di
Kabupaten Kubu Raya, baik di dalam maupun di luar kawasan. Sedangkan hutan
mangrove sekunder sebagian besar terdapat di dalam kawasan Hutan Produksi, Hutan
Lindung, Taman Nasional, serta di luar kawasan hutan, antara lain di kabupaten Sambas,
Kubu Raya, Kayong Utara, dan Ketapang.
E. Flora dan fauna
Provinsi Kalimantan Barat mempunyai keanekaragaman flora dan fauna yang tinggi.
Diantara beberapa jenis flora dan fauna yang tumbuh, terdapat beberapa jenis endemik
yang ditemukan di Provinsi Kalimantan Barat, yang diantaranya ditetapkan sebagai
identitas flora dan fauna Provinsi Kalimantan Barat, antara lain adalah burung enggang
gading serta tanaman tengkawang yangmenjadi ikon Provinsi Kalimantan Barat. Dari
berbagai jenis flora dan fauna yang ditemukan di Provinsi Kalimantan Barat, beberapa
diantaranya merupakan spesies yang dilindungi, antara lain seperti berikut
1. Flora
Terdapat beraneka jenis flora
yang tumbuh di Provinsi
Kalimantan Barat.Berdasarkan
status perlindungannya, aneka
jenis flora tersebut dikategorikan
ke dalam beberapa bagian,
dimana beberapa diantaranya
merupakan jenis-jenis yang
dilindungi, sebagaimana tabel
berikut.
373
2
3
Nama Indonesia
Dasar Hukum
SK Menteri
pertanianNo.54/Kpts/Um/2/1972
Tanggal 5 Februari 1972
SK Menhut No.261/kpts-IV/1990
Tanggal 18 Mei 1990
2. Fauna
Beberapa fauna yang dilindungi di Kalimantan Barat bisa dilihat pada table berikut :
Tabel 155. Jenis Fauna Yang Dilindungi Di Provinsi Kalimantan Barat
No.
1
374
Jenis Fauna
Mamalia
Singapuar, Orang Utan, Kelampiau, Owa,
Kahau, Bekantan, Rusa, Menjangan, Kancil,
Pelanduk, Napu, Trenggiling, Kijang, Muncak
Bajing Tanah, Duyung, Musang Air
Jelarang, Kucing Hutan, Harimau Dahan,
Bajing Terbang, Kukang, Malu-malu, Beruang
Madu, Kubang, Tando, Walang Keke
Lumba-lumba
lutung Merah, Kelasi
Paus
kucing Merah, Kucing Dampak, Landak,
Musang, Congkok, bajing Tanah, Binturang
Reptilia
Buaya Sinyulong, Tuntong, Kura-kura Gading,
Labi-labi Besar, Penyu Belimbing
Buaya Muara, apenyu Ridel, Penyu Lekang,
Penyu Tempayan, abiawak Kalimantan
Aves
Wili-wili, Uar, Bebek Laut, Bangau Tontong,
Bluwok, Walang Kadal, Bangau Hitam, Angsa
Laut, Pelikan, Kuntul, Bangau Putih, Ibis Putih,
Pelatuk Besi, Ibis Hitam, Roko-roko, Kowak
Dasar Hukum
Ordonasi dan Peraturan Perlindungan
Binatang Liar Th. 1931 No. 134 dan 266
SK. Mentan No. 327/Kpts/Um/7/72
SK. Mentan No. 66/Kpts/Um/2/73
F. Lahan kritis
Luas lahan kritis di Provinsi Kalimantan Barat pada tahun 2007 seluas 1.856.305 ha
(kritis 1.840.181 ha dan sangat kritis 16.124 ha). pada tahun 2011, luas lahan kritis
mengalami peningkatan hampir 50% yaitu sebesar 3.169.491 ha (kritis 2.844.134 ha
dan sangat kritis 325.357 ha). Salah satu upaya untuk menghijaukan lahan kritis
tersebut dilakukan kegiatan rehabilitasi lahan di dalam dan diluar kawasan hutan. Sejak
tahun 2003 s.d. 2008 kawasan yang telah direhabilitasi seluas 39.702 ha, dimana seluas
22.211 ha berada dalam kawasan dan seluas 17.491 ha diluar kawasan hutan. Melalui
kegiatan penanaman dan pemeliharaan satu miliar pohon, pada tahun 2010 telah
tertanam sebanyak 77.426.969 batang dan pada tahun 2011 tertanam sebanyak
39.427.802 batang.
375
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
376
Nama IUPHHK
Nomor SK
CV.Bakti Dwipa
Kariza
CV. Pangkar
Begili
PT.Batasan
(Kalbar)
PT.Benua Indah
423/Menhut
-II/2006
395/Menhut
-II/2007
416/Menhut
-II/2004
847/KptsVI/1999
68/MenhutII/2006
15/08/2006
PT.Bina
Ovivipari
Semesta
PT.Bumi Raya
Utama Wood
PT.Duaja Corp.
II
PT.Harapan Kita
Utama
PT.Kalimantan
Satya Kencana
PT.Kandelia
Alam
PT.Karunia
Hutan Lestari
PT.Karya
Rekanan
Binabersama
PT. Kawedar
Wood Industry
PT.Kusuma
Atlas Timber
PT.Lanjak Deras
Jaya Raya
Tanggal SK
Luas (ha)
11.010
Lokasi
(Kab/Kota)
Kapuas Hulu
Ketera
ngan
Aktif
27/11/2007
30.195
Sintang
Aktif
19/10/2004
49.150
Sintang
Aktif
08/10/1999
51.300
Kapuas Hulu
27/03/2006
10.100
Sintang
Tidak
Aktif
Aktif
268/Menhut
-II/2004
90/KptsII/2001
803/KptsVI/1999
101/KptsII/2001
249/Menhut
-II/2008
315/Menhut
-II/2009
263/Menhut
-II/2004
21/07/2004
110.500
Kapuas Hulu
Aktif
15/03/2001
74.860
Ketapang
Aktif
30/09/1999
40.500
Kapuas Hulu
Aktif
15/05/2001
48.000
Melawi
Aktif
24/06/2008
18.130
Pontianak
Aktif
29/05/2009
41.700
Ketapang
Aktif
21/07/2004
43.810
Kapuas Hulu
Aktif
414/menhut
-II/2009
843/KptsII/1992
844/KptsVI/1999
09/07/2009
69.050
Ketapang
Aktif
26/08/1992
45.300
Sintang
07/10/1999
45.740
Kapuas Hulu
Tidak
Aktif
Tidak
Aktif
No
Nama IUPHHK
Nomor SK
Tanggal SK
16
PT.Mohairson
216/Menhut 09/06/2008
Pawan
-II/2008
Khatulistiwa
17
PT.Sari Bumi
58/Menhut- 22/02/2007
Kusuma (Kalbar) II/2007
18
PT.Sewaka
236/Menhut 04/07/2007
Lahan Sentosa
-II/2007
19
PT.Sinergi Bumi 559/Menhut 22/03/2007
Lestari
-II/2007
20
PT.Suka Jaya
106/Kpts29/12/2000
Makmur
II/2000
21
PT.Tawang
979/Kpts14/10/1999
Meranti
V/1999
22
PT.Toras Banua
107/Menhut 17/04/2006
Sukses
-II/2006
23
PT.Wana Kayu
163/Menhut 07/06/2005
Batu Putih
-II/2005
24
PT.Wanasokan
265/Kpts25/08/2000
Hasilindo
II/2000
Sumber : Dinas Kehutanan Provinsi Kalimantan Barat
Luas (ha)
48.440
Lokasi
(Kab/Kota)
Ketapang
Ketera
ngan
Aktif
75.200
Sintang
Aktif
32.180
Ketapang
Aktif
12.770
Sintang
Aktif
171.300
Ketapang
Aktif
49.200
Kapuas Hulu
24.920
Kapuas Hulu
Tidak
Aktif
Aktif
42.500
Ketapang
Aktif
49.000
Ketapang
Aktif
2. IUPHHK-HT
IUPHHK Hutan Tanaman seluruhnya berjumlah 27 unit seluas 1.267.216 ha, dimana
sebanyak 20 unit seluas 934.821ha sudah mendapatkan SK definitif, dan sebanyak 7
unit dengan luas 332.395 ha baru SK sementara. Daftar perusahaan secara rinci
sebagai berikut:
Tabel 157. Daftar IUPHHK Hutan Tanaman di Kalimantan Barat
No
1
2
3
4
Nama IUPHHK
Nomor SK
Tanggal SK
Luas (ha)
PT.Bina Silva
Nusa
PT.Bumi Mekar
Hijau
286/Menhut
-II/2007
179/Menhut
-II/2007
16/08/2007
9.040
01/05/2007
25.580
PT.Daya Tani
Kalbar
PT.Finnantara
Intiga
60/KptsII/1997
750/KptsII/1996
28/01/1997
56.060
02/12/1996
299.700
PT.Garuda
Kalimantan
Lestari
PT.Kalimantan
Subur Permai
390/Menhut
-II/2006
12/07/2006
39.570
332/Menhut
-II/2007
17/09/2007
13.270
PT.Kertas Basuki
Rahmat
59/MenhutII/2007
22/02/2007
100.150
Lokasi
(Kab/Kota)
Kubu Raya
Sambas,
Kota
Singkawang
Kubu Raya,
Ketapang
Sanggau,
Sintang,
Sekadau
Ketapang
Kubu Raya,
Landak,
Sanggau
Ketapang
Keterangan
SK. Definitif
SK. Definitif
SK. Definitif
SK. Definitif
SK. Definitif
SK. Definitif
SK. Definitif
377
No
9.614
Lokasi
(Kab/Kota)
Sintang
SK. Definitif
25/11/1997
11.328
Melawi
SK. Definitif
27/02/1998
14.460
Sanggau
SK. Definitif
PT.Lembah
16/02/1998
Jatimutiara
12
PT.Mayang
27/02/1998
Adiwana
13
PT.Mayangkara
20/06/2007
Tanaman
Industri
14
PT.Meranti
324/Kpts27/02/1998
Laksana
II/1998
15
PT.Meranti
315/Kpts27/02/1998
Lestari
II/1998
16
PT.Nitiyasa
329/Kpts27/02/1998
Idola
II/1998
17
PT.Prima Bumi
459/Menhut 04/08/2009
Sentosa
-II/2009
18
PT.Rimba
320/Menhut 27/08/2004
Equator Permai -II/2004
19
PT.Sari Bumi
220/Menhut 16/05/2007
Kusuma
-II/2007
20
PT.Wanaker ta
201/Menhut 28/05/2007
Ekalestari
-II/2007
Sumber : Dinas Kehutanan Provinsi Kalimantan Barat
16.800
Kapuas Hulu
SK. Definitif
8.060
Sintang
SK. Definitif
29.755
Sanggau
SK. Definitif
17.300
Melawi
SK. Definitif
16.500
Melawi
SK. Definitif
113.196
Bengkayang,
Landak
Ketapang
SK. Definitif
8
9
10
Nama IUPHHK
Nomor SK
Tanggal SK
PT.Kusuma
Puspawana
PT.Lahan
Cakrawala
PT.Lahan Sukses
326/KptsII/1998
727/KptsII/1997
318/KptsII/1998
92/KptsII/1998
322/KptsII/1998
227/Menhut
-II/2007
27/02/1998
11
Luas (ha)
70.080
17.068
Keterangan
SK. Definitif
40.040
Melawi,
Sintang
Kubu Raya
SK. Definitif
SK. Definitif
27.250
Ketapang
SK. Definitif
Kabupaten
No. SK Pencadangan
Tanggal SK
Pencadangan
1.
Sanggau
281/Menhut-II/2009
13 Mei 2009
4.180,00
2.
Landak
45/Menhut-II/2009
15 Januari 2009
10.430,00
3.
Sintang
294/Menhut-II/2010
4 Mei 2010
2.110,00
4.
Kubu Raya
524/Menhut-II/2010
27 September 2010
4.997,00
378
Luas (Ha)
Namun demikian, hingga saat ini dari areal yang dicadangkan tersebut belum ada
satupun ijin HTR yang telah diterbitkan karena belum ada pengajuan dan masyarakat.
Hal ini dimungkinkan karena minimnya pengetahuan masyarakat terhadap skema HTR
ini sehingga diperlukan sosialisasi kepada masyarakat serta pendampingan dalam
rangka pengajuan ijin HTR ini
4. Hutan Kemasyarakatan (HKm)
Di Provinsi Kalimantan Barat, perkembangan realisasi HKm tidak terjadi setiap tahun.
Realisasi HKm pada luas areal yang cukup besar terjadi pada tahun 2000, yakni seluas
6.731 Ha, sementara pada tahun-tahun berikutnya tidak begitu luas dan tidak selalu ada
Realisasi HKm yang cukup luas pada tahun 2000 terjadi di Kabupaten Sanggau melalui
Proyek Pengembangan Hutan Kemasyarakatan (PPHK) atau Social ForestryDevelopment
Project (SFDP) yang merupakan proyek kerjasama teknis antara Departemen Kehutanan
dengan GTZ Jerman sejak tahun 1990. Sedangkan realisasi hutan kemasyarakatan pada
tahun-tahun selanjutnya merupakan pembangunan model HKm yang pada umumnya
tidak terlalu luas, dan berkisar antara 25 - 50 ha.
Berdasarkan data terbaru dari BPDAS Kapuas (2010), diketahui bahwa pembangunan
model HKm di Provinsi Kalimantan Barat selama beberapa tahun terakhir tersebar di
beberapa kabupaten, yaitu Sanggau, Sekadau, Melawi, dan Ketapang. Sejak tahun 2006
hingga 2010, pembangunan model HKm di Kabupaten Sanggau adalah seluas 125 ha dan
merupakan yang terluas jika dibandingkan dengan realisasi pembangunan HKm di
kabupaten lain di Kalimantan Barat. Jika digabungkan dengan realisasi HKm pada era
proyek SFDP dalam kurun waktu 1990-2000, maka Kabupaten Sanggau dapat dikatakan
sebagai pioneer dalam pengembangan model HKm di Provinsi Kalimantan Barat.
5. Iuran Kehutanan
Iuran Kehutanan dalam hal ini adalah Provisi Sumber Daya Hutan (PSDH) dan Dana
Reboisasi (DR) serta Iuran Ijin Usaha Pemanfaatan Hutan (IIUPH) pada tahun 2012
mencapai Rp. 120,240,275,619.23,- , dengan rincian sebagai beikut :
a. Provisi Sumber Daya Hutan (PSDH) yaitu Pungutan yang dikenakan kepada pemegang
ijin sebagai pengganti nilai intrinsik dari hasil hutan yang dipungut dari hutan Negara
pada tahun 2012 sebesar Rp 38.579.705.148.30,b. Dana Reboisasi (DR) yaitu Dana untuk reboisasi dan rehabilitasi hutan serta kegiatan
pendukungnya yang dipungut dari pemegang ijin usaha pemanfaatan hasil hutan dari
hutan alam yang berupa kayu tahun 2012 sebesar Rp. 70.731.645.470.93,c. Iuran Ijin Usaha Pemanfaatan Hutan (IIUPH) yaitu Pungutan yang dikenakan kepada
pemegang ijin usaha pemanfaatan hutan atas suatu kawasan hutan tertentu tahun
2012 sebesar Rp.10.928.925.000.00,-
379
Instansi
IV
L
BPPHP Wil. X Pontianak
1
2
BPDAS Kapuas
1
3
BKSDA Kalimantan Barat
4
Balai Besar TN. Betung
2
Kerihun
5
Balai TN. Gunung Palung
1
6
Balai TN. Bukit Baka
1
Bukit Raya
7
Balai TN. Danau Sentarum
1
8
BPKH Wil. III Pontianak
9
Dishutprov Kalbar
15
Sumber : Statistik Kemenhut 2012 (diolah)
1
C.
L
37
39
97
P
9
8
20
Tot
46
47
117
78
85
30
33
28
10
32
46
36
70
75
25
55
10
65
1
11
22
9
3
4
33
42
4
16
37
58
290
148
24
Jumlah
Sintang
Jumlah
380
HTR
NoSK
TanggalSK
294/Menhut-II/2010
04/05/10
Luas(ha)
5.096,96
5.096,96
Nama
PT.BENUAINDAH
Jenis
HA
PT.BUMIRAYAUTAMA
3
4
5
NoSK
TanggalSK
Luas(ha)
08/10/99
8.256,21
HA 268/Menhut-II/2004
21/07/04
76.765,74
PT.LANJAKDERAS
JAYARAYA
HA
07/10/99
25.771,03
PT.LEMBAH
PT. TORASBANUA
Jumlah
HTI
92/Kpts-II/1998
HA 107/Menhut-II/2006
16/02/98
17/04/06
9.395,57
23.089,53
143.278,08
847/Kpts-VI/1999
844/Kpts-VI/99
Tidak ada izin IUPHHK-RE, pencadangan HTR, penetapan HKM dan HD.
Luas kawasan hutan yang masih bisa dimanfaatkan di KPHP Model Kapuas Hulu
(Unit XVIII dan Unit XIX) : 314.746,91 ha.
3. KPHP Model Kendawangan
SK Nomor : 60/Menhut-II/2012 (23/11/2012).
Luas KPHP Model Kendawangan : 178.851 ha.
Areal yang sudah dibebani izin pemanfaatan adalah sebagai berikut :
Tabel 162. KPHP Model Kendawangan
No
Nama
Jenis
No SK
Tangga lSK
Luas (ha)
PT.BuanaMegatama
Jaya
HTI
715/MENHUT-II/2009
19/10/09
44.427,09
PT. Garuda
KalimantanLestari
HTI
390/Menhut-II/2006
12/07/06
32.666,54
PT.KertasBasuki
Rahmat
HTI
59/Menhut-II/2007
22/02/07
38.378,26
PT.Mayangkara
TanamanIndustrI
HTI
227/Menhut-II/2007
20/06/07
29.635,67
Jumlah
145.107,56
Tidak ada izin IUPHHK-HA,RE, pencadangan HTR, penetapan HKM dan HD.
Luas kawasan hutan yang belum dibebani izin pemanfaatan di KPHP Model
Kendawangan :33.743,44 ha
381
382
Dinas
Alamat
10
11
12
13
14
Nama UPT
1.
2.
3.
4.
5.
6.
6.
7.
Alamat
Jl. Jend. Ahmad Yani No. 121 Pontianak, Kode
Pos 78124
Tlp (0561) 738918
Fax : (0561) 745006
Jl. Piere Tendean No. 100 Komplek Kodim
1206 Putussibau Kalimantan Barat
Tlp : (0567) 22282
Fax : 0567) 21935
Jl. Jend. Ahmad Yani No. 121 Pontianak
Tlp (0561) 735635, 760949
Fax : (0561) 747004
Jl. Dr. W. Sudiro Husodo No.75 Sintang,
Kalimantan Barat
Tlp/Fax : ( 0565) 23521
Jl. Gajah Mada, Kalinilam Ketapang
Kalimantan Barat
Tlp/Fax : (0534) 32720
Jl. C. Oevang Oeray No. 43 Sintang, Pontianak
- 78611
Tlp/fax : (0565) 22242
Jl. Jend. Ahmad Yani No. 121 PO Box.78001
Pontianak
Tlp (0561) 736737
Fax : (0561) 764889
Jl. Jend. Ahmad Yani No. 121 PO Box.78001
Pontianak
Tlp (0561) 736502, 743373, 743647
Fax : (0561) 734283
383
384
Unit Konservasi
Luas
Kabupaten
Potensi
1.
TN. Gunung
Palung
90.000.00
Ktp
2.
27.500.00
Stg
3.
CA. Mandor
3.080.00
Ptk
4.
7.80
Skw
5.
3.700.00
Skw
6.
7.
8.
9.
10.
TL. Kepulauan
Karimata
CA. Muara
Kendawangan
CA. G. Nyiut &
Penrisen
TN. Danau
Sentarum
TN. Betung
Kerihun
Ktp
150.000.00
Ktp
124.500.00
Sbs
79.500.00
Kps-Hl
800.000.00
Kps-Hl
77.000.00
11.
TW. B a n i n g.
315.00
Stg
12.
520.00
Stg
Jumlah
1.356.122.80
Dari seluruh potensi wisata alam yang terdata tersebut, sebagian besar kendalanya adalah
ketersediaan sarana dan prasarana serta belum adanya rencana pengelolaan yang mantap
untuk menjual jasa lingkungan yang ada. Rencana pengusahaan jasa lingkungan yang relatif
terprogram baru dimiliki oleh taman nasional yang disusun oleh institusi pengelola taman
nasional. Sedangkan pengusahaan jasa lingkungan dari kawasan konservasi selain taman
nasional relatif belum terprogram dengan baik dan cenderung belum ditujukan untuk
pengelolaan secara komersial, terutama menyangkut keamanan dan keberlangsungan
ekosistem yang ada didalamnya.
385
386