Anda di halaman 1dari 6

BAB II

PEMBAHASAN
A. Teori belajar skinner
Skinner memulai penemuan teori belajarnya dengan kepercayaannya bahwa prinsip
prinsip kondisioning klasik hanya sebagian kecil dari perilaku yang bisa dipelajari.
Banyak perilaku manusia adalah operan, bukan responden. Kondisioning klasik hanya
menjelaskan bagaimana perilaku yang ada dipasangkan dengan rangsangan atau
stimuli baru, tetapi tidak menjelaskan bagaimana perilaku operan baru dicapai. Pada
dasarnya skinner mendefinisikan belajar sebagi proses perubahan prilaku (gredler
1986). Perubahan prilaku yang dicapai sebagai hasil belajar tersebut melalui proses
penguatan prilaku baru yang muncul, yang biasanya disebut dengan kondisi operan
(operant conditioning).
Prilaku, seperti respond an tindakan adalah sebuah kata yang secara sederhana
menunjukkan apa yang diperbuat seseorang untuk situasi tertentu. Secara konsekuen
menurut skinner prilaku dapat dianalogikan dengan sebuah sandwich, yang membawa
dua pengaruh lingkunganterhadap prilaku. Yang pertama, disebut dengan anteseden
(pristiwa yang mendahului prilaku), dan yang kedua adalah konsekuen (pristiwa yang
meliputi prilaku), hubungan ini dapat ditunjukkan secara sederhana sebagai rangkaian
antecedents-behavior-concecuens, atau a-b-c. Sebagai sebuah rangkaian, perilaku
adalah sebuah proses dari consequences yang diberikan pada perilaku akan menjadi
antecedents bagi munculnya perilaku, dan seterusnya. Penelitian dalam kondisioning
operan menunjukkan bahwa perilaku operan dapat diubah dengan mengubah
antesedents, konsekuen, atau antara keduanya.
Menurut reber (syah, 2003), operant adalah sejumlah perilaku atau respons yang
membawa efek yang sama terhadap lingkungan dekat. Dalam operan, perilaku
dikendalikan oleh akibatnya, biasanya ini disertai dengan penguatan untuk perilaku
yang muncul (atkinson, 1983). Tidak seperti dalam respondent conditioning (yang
responnya didatangkan dari stimulus tertentu), respon dalam operant conditioning
terjadi tanpa didahului oleh stimulus, melainkan oleh efek yang ditimbulkan oleh
reinforcer. Reinforcer sendiri pada dasarnya adalah stimulus yang meningkatkan
kemungkinan timbulnya suatu respon tertentu, namun tidak sengaja diadakan sebagai
pasangan stimulus lainnya seperti dalam klasikal kondisioning.
B. Prinsip prinsip belajar menurut skinner

Hasil eksperimen yang dilakukan oleh skinner menghasilkan beberapa prinsip


prinsip belajar yang menghasilkan perubahan perilaku (slavin, 1994), yaitu:
1. Reinfersement
Reinfersement didefinisikan sebagai sebuah konsekuen yang menguatkan
tingkah laku (atau frekuensi tingkah laku). Keefektifan sebuah reinfersement
dalam

proses

belajar

perlu

ditunjukkan.

Karena

kita

tidak

dapat

mengasumsikan sebuah konsekuen adalah reinforcer sampai terbukti bahwa


konsekuen tersebut dapat menguatkan perilaku. Misalnya, permen pada
umumnya dapat menjadi reinforcer bagi perilaku anak kecil, tapi ketika
mereka beranjak dewasa permen bukan lagi sesuatu yang menyenangkan,
bahkan beberapa anak kecil juga tidak menyukai permen. Kadang ada seorang
guru yang mengatakan bahwa ia telah mereinforce siswanya dengan member
hadiah untuk perilaku seorang murid agar duduk tenang selama pelajaran
berlangsung, tetapi sang murid tidak mengerjakan tugas yang diberikan
kepadanya dalam hal ini, guru telah melakukan kesalahan dalam
menggunakan istilah reinforcer sehingga hadiah yang diberikan kepada siswa
tidak dapat menguatkan perilaku siswa yang diharapkan. Tidak semua hadiah
yang diberikan kepada seseorang dapat menjadi reinforcer bagi perilaku yang
diinginkan. Oleh karena itu, agar sebuah hadiah atau (reinforcement) yang
diberikan kepada seseorang untuk meningkatkan perilakunya yang sesuai,
maka perlu memahami jenis jenis reinforcement yang disukai atau diperlukan
oleh orang yang akan diberi reinforcement.
Secara umum, reinforcement dapat dibedakan menjadi 3,
a) Dari segi jenisnya
Dibagi lagi menjadi dua kategori yaitu, reinforcement primer dan
reinforcement sekunder. Reinforcement primer adalah reinforcement
yang berupa kebutuhan dasar manusia, seperti makanan, air,
keamanan, dan sebagainya. Sedangkan reinforcement sekunder adalah
reinforcement yang diasosiasikan dengan reinforcement primer.
Misalnya, uang mungkin tidak mempunyai nilai bagi anak kecil sampai
ia belajar bahwa uang itu dapat digunakan untuk membeli kue
kesukaannya.
b) Dari segi bentuknya
Reinforcement dibagi menjadi dua yaitu reinforcement positive dan
reinforcement negative. Reinforcement positif adalah konsekuen yang

diberikan untuk menguatkan atau meningkatkan perilaku seperti hadiah,


ujian, kelulusa, dan lain sebagainya. Sedangkan reinforcement negative
adalah menarik diri dari situasi ang tidak menyenangkan untuk
menguatkan tingkah laku. Misalnya guru yang membebaskan muridnya
dari tugas membersihkan kamar mandi jika muridnya dapat menyelesaikan
tugas rumahnya. Jika membersihkan kamar mandi adalah tugas yang tidak
menyenangkan maka membebaskan seorang murid dari tugas tersebut
adalah sebuah reinforcer tingkah laku. Kata kunci kedua pengertian tadi
adalah jika reinforcement baik positif maupun negative selalu bertujuan
untuk menguatkan tingkah laku. Sedangkan punishment atau hukuman
bertujuan untuk menurunkan atau memperlemah tingkah laku.
c) Waktu pemerian reinforcement
Keefektifan reinforcement dalam perilaku tergantung pada berbagai faktor,
salah

satu

diataranya

adalah

frekuensi

atau

jadwal

pemberian

reinforcement. Ada 4 macam pemberian jadwal reinforcement yaitu


- Fixed ratio (FR) adalah salah satu schedule pemberian reinforcement
ketika reinforcement diberikan setelah sejumlah tingkah laku misalkan
seorang guru mngatakan kalau kalian dapat menyelesaikan sepuluh
soal matematika dengan cepat dan benar kalian boleh pulang lebih
-

dulu.
Variable ratio (VR) adalah sejumlah perilaku yang dibutuhkan untuk
berbagai macam reinforcement dari reinforcement satu ke yang lain
(Elliot, 2003). Misalnya, guru tidak hanya melihat apakah tugas dapat
diselesaikan, tapi juga melihat kemajuan-kemajuan yang diperoleh

pada tahap-tahap menyelesaikan tugas tersebut.


Fixed interval (FI) yang diberikan seseorang menunjukkan perilaku
yang diinginkan pada waktu tertentu (misalkan pada setiap 30 menit

sekali)
Variable interval (VI) yaitu reinforcement yang diberikan tergantung
pada waktu dan sebuah respon, tetapi antara waktu dan reinforcement

bermacam-macam.
2. Punishment
Punishment adalah menghadirkan atau memberikan sebuah situais yang tidak
menyenangkan atau situasi yang ingin dihindari untuk menurunkan tingkah laku.
Menurut Kazdin (Elliot, 2003) ada dua aspek dalam punishment yaitu

Sesuatu yang tidak menyenangkan atau aversive muncul setelah


sebuah respon, atau yang disebut degan aversive stimulus. Misalkan

seorang guru yang menjewer siswa yang selalu ramai di kelas.


Sesuatu yang positif (menyenangkan) setelah sebuha respon tidak
muncul, misalnya seorang remaja yang sellau mengganggu temannya.
Mungkin akan kehilangan kesempatan untuk menggunakan mobil pada
akhir pecan. Contoh tersebut menunjukkan bahwa ssuatu yang tidak

menyenangkan mengikuti perilaku yang tidak diinginkan.


3. Shapping
istilah shapping digunakan dalam teori belajar behavioristic untuk menunjukkan
pengajaran keterampilan keterampilan baru atau perilaku perilaku baru dengan
memberikan penguatan kepada siswa untuk menguasai keterampilan atau perilaku
tersebut dengan baik. Dengan kata lain shapping adalah menggunakan langkahlangkah kecil yang disertai dengan feedback untuk membantu siswa mencapai
tujuan yang ingin dicapai. Misalnya, mengajarkan cara menata yang benar dan
kemudian membiarkan anak melakukan sendiri pekerjaan tersebut sampai selesai,
baru diberi reinfercement.
Adapun langkah-langkah dalam pemberian shapping adalah:
1) Memilih tujuan yang ingin dicapai.
2) Mengetahui kesiapan belajar siswa.
3) Mengembangkan sejumlah langkah yang akan memberikan bimbingan kepada
siswa untuk melalui tahap demi tahap tujuannya dengan menyesuaikan
kemampuan siswa.
4) Memberi feedback terhadap hasil belajar siswa.
4. Extinction
Extinction adalah mengurangi atau menurunkan tingkah laku dengan menarik
reinforcement yang menyebabkan perilaku tersebut terjadi. Extinction ini terjadi
melalui proses perlahan lahan. Biasanya ketika reinforcement tertarik atau
dihentikan perilaku individu sering meningkat seketika. Misalnya, seseorang akan
membuka pintu, ternyata pintu terkunci. Pertama kali dia berusaha membuka
dengan pelan pelan sampai akhirnya orang tersebut berusaha membuka dan
menggedor pintu dengan keras untuk beberapa lama, sampai dia merasa frustasi
dan marah. Tetapi ketika beberapa lama dia menyadari bahwa pintu tetap terkunci,
maka ia kemudian pergi meninggalkan pintu tersebut. Extinction merupakan kunci
untuk mengatur tingkah laku siswa.
5. Anteseden dan Perubahan Perilaku
Dalam operant conditioning, anteseden dapat memberikan petunjuk apakah
sebuah perilaku akan mendapatkan konsekuen yang positif atau negatif. Skinner

membuat sebuah eksperimen dengan burung. dalam eksperimen tersebut ketika


lampu menyala burung akan mematukkan paruhnya untuk mengambil makanan.
Sebaliknya, ketika lampunya mati, burung itu tidak mematukkan paruhnya karena
pada saat lampu mati tidak akan ada makanan. Dengan kata lain, dalam eksperimen
tersebut burung telah belajar menggunakan anteseden cahaya sebagai sebuah sinyal
atau tanda untuk membedakan kemungkinan konsekuen yang akan ia dapatkan
ketika ia mematuk. Patukan burung tersebut berada pada kendali stimulus (stimulus
control), yang dikontrol dengan stimulus cahaya yang berbeda.
Dalam hal ini, ada dua cara untuk mengontrol anteseden agar menghasilkan
perilaku baru atau perubahan perilaku, yaitu dengan cueing dan prompting. Cueing
adalah tindakan pemberian stimulus anteseden sebelum sebuah perilaku tertentu
dilakukan. Cueing memberikan stimulus yang dapat menghasilkan atau
membentuk perilaku yang diinginkan. Misalnya, selama pelajaran Kimia biasanya
guru akan memberikan penguatan atau (reinforcement) kepada siswa yang
mengerjakan tugas kimia dan memberikan hukuman pada siswa yang tidak
mengerjakan kimia sama sekali.
Prompting adalah cara yang digunakan untuk dapat merespon cues ( tanda
tanda / signal) dengan cara yang benar, sehingga menjadi sebuah stimulus pembeda
(A discriminative stimulus) salah satu cara yang dapat digunakan adalah dengan
memberikan petunjuk tambahan yang disebut dengan prompting. Ada dua prinsip
dalam menggunakan prompting yaitu:
1) Yakinkan bahwa stimulus lingkungan yang ingin dijadikan petunjuk/ tanda
(cue) terjadi segera sebelum prompting digunakan.
2) Hentikan secepat mungkin prompting sehingga siswa tidak tergantung.
C. Implementasi Teori Belajar Skinner dalam Pengajaran Kimia
1. Guru Kimia yang melakukan kegiatan laboratorium pada umumnya siswa lebih merasa
senang daripada mengerjakan soal-soal kimia dengan berbagai rumus.
2. Seorang siswa yang diajarkan menghafal tabel periodik akan lebih senang jika dalam
metode menghafal mengumpamakan setiap nama unsur dengan kata kata yang lebih
mudah diingat sehingga siswa tersebut antusias untuk belajar menghafal system tabel
periodik.
3. Seorang siswa yang diberi latihan soal tentang materi bab yang disukai, misalnya soal
tentang reaksi redoks. siswa tersebut mengulang ulang tata cara penyelesaian reaksi
redoks maka siswa dapat menguasai dan menyelesaikan reaksi redoks karena
dianggapnya sebagai suatu hal yang menarik.

4. Sebuah kelompok yang melakukan percobaan reaksi kimia berhasil melakukan

campuran antara beberapa larutan yang disediakan dan sesuai dengan teori yang ada.
Sehingga, mahasiswa tersebut ingin melakukan percobaan secara berulang ulang.

Anda mungkin juga menyukai