PENDAHULUAN
2.1 Latar Belakang
Susu yang rentan akan kontaminasi bakteri memerlukan pengolahan
agar tidak mudah rusak. Salah satu metode pengolahan susu yaitu proses
pengolahan susu menggunakan metode Ultra High Temperature (UHT). Susu
UHT merupakan salah satu produk pangan asal ternak yang banyak diminati
oleh masyarakat, bahkan saat ini susu sudah termasuk dalam produk pangan
yang dikonsumsi sehari-hari.
Kondisi ini tentunya menjadikan peluang bagi pelaku industri
pengolahan susu UHT untuk lebih meningkatkan jumlah penjualan produk
susu UHT mereka. Industri pengolahan susu yang ada di Indonesia saat ini
sudah berkembang pesat dan jumlahnya pun terus bertambah, tentunya hal
tersebut berdampak terhadap penjualan produk karena ketatnya persaingan.
Bukan hanya jumlah penjualan produk susu UHT yang harus ditingkatkan,
akan tetapi kualitas mutu produk dan keaman olahan susu UHT juga perlu
adanya peningkatan kualitas mutu dan keamanan produk olahan susu UHT.
Dan untuk menjaga keamanan dan kualitas mutu produk susu UHT
terjamin pada suatu perusahaan perlu adanya suatu aturan yang mengatur
terjaminnya keamanan dan kualitas mutu produk olahan susu UHT salah
satunya yaitu dengan menerapkan standarisai pada suatu perusahaan yang
menjamin keamanan dan kualitas produknya seperti Hazard Analysis Critical
Control Point (HACCP). Dan pada makalah ini akan dibahas lebih lanjut
mengenai prosedure penerapan HACCP di Industri susu UHT.
2.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana prosedure penerapan HACCP pada suatu perusahaan?
2. Bagaimana model rencana HACCP di Industri susu UHT?
2.3 Maksud Dan Tujuan
1. Untuk mengetahui cara penerapan HACCP di Industri susu UHT
2. Untuk mengetahui model rencana HACCP di Industri susu UHT
II
TINJAUAN PUSTAKA
Susu merupakan bahan makanan yang memiliki nilai gizi yang tinggi,
karena mengandung unsur kimia yang dibutuhkan oleh tubuh seperti Calsium,
Phospor, Vitamin A, Vitamin B, dan Riboflavin yang tinggi. Susu memiliki
kandungan nutrisi yang tinggi, komposisi susu terdiri dari air (87,1%), laktosa (5,0%),
lemak (3,9%), protein (3,3%) dan mineral (0,7%).
Untuk keamanan, sebagai konsumen kita harus dapat memilih produk UHT mana
yang layak untuk dikonsumsi. Berikut adalah tips untuk memilih prduk susu UHT
yang aman. Jangan memilih produk yang kemasannya sudah menggembung, karena
kemungkinan terjadi kebocoran sehingga bakteri-bakteri pembusuk dapat masuk ke
dalamnya. Jika produk sudah dibuka, maka simpan di dalam lemari pendingin tidak
lebih dari 1 hari, dan hindarkan menyimpan produk susu UHT pada suhu tinggi (>50
C) karena akan menyebabkan kerusakan protein, serta memberi kesempatan untuk
bakteri pembentuk spora dapat bergerminasi dan berkesempatan menjadi aktif
bertumbuh. Untuk itu perlu diperhatikan masa kadaluwarsanya. (Rani Anggraeni,
S.Si., M.Si.)
Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP) adalah suatu sistem kontrol
dalam upaya pencegahan terjadinya masalah yang didasarkan atas identifikasi titiktitik kritis di dalam tahap penanganan dan proses produksi. HACCP merupakan salah
satu bentuk manajemen resiko yang dikembangkan untuk menjamin keamanan
pangan dengan pendekatan pencegahan (preventive) yang dianggap dapat
memberikan jaminan dalam menghasilkan makanan yang aman bagi konsumen.
Tujuan dari penerapan HACCP dalam suatu industri pangan adalah untuk mencegah
terjadinya bahaya sehingga dapat dipakai sebagai jaminan mutu pangan guna
memenuhi tututan konsumen.
III
PEMBAHASAN
beberapa parameter seperti pH, aktivitas air (aw), dan adanya bahan tambahan
makanan.
c. Menerapkan batas kritis (critical limit)
Batas kritis adalah nilai yang memisahkan antara nilai yang dapat
diterima dengan nilai yang tidak dapat diterima pada setiap CCP. Titik
pengendalian kritis (CCP) dapat merupakan bahan mentah/baku, sebuah lokasi,
suatu tahap pengolahan, praktek atau prosedur kerja, namun harus spesifik,
d. Menetapkan prosedur pemantauan
Dalam sistem HACCP, pemantauan atau monitoring didefinisikan
sebagai pengecekan bahwa suatu prosedur pengolahan dan penanganan pada CCP
dapat dikendalikan atau pengujian dan pengamatan yang terjadwal terhadap
efektivitas proses untuk mengendalikan CCP dan limit kritisnya dalam menjamin
keamanan produk. Biasanya perlu juga dicantumkan frekuensi pemantauan yang
ditentukan berdasarkan pertimbangan praktis. Lima macam pemantauan yang
penting dilaksanakan antara lain: pengamatan, evaluasi, sensorik, pengukuran sifat
fisik, pengujian kimia, pengujian mikrobiologi.
e. Menetapkan tindakan koreksi jika hasil peantauan tidak sesuai dengan critical
limit,
Tindakan perbaikan adalah kegiatan yang dilakukan bila berdasarkan
hasil pengamatan menunjukkan telah terjadi penyimpangan dalam CCP pada batas
kritis tertentu atau nilai target tertentu atau ketika hasil pemantauan menunjukkan
kecenderungan kurangnya pengendalian. Secara umum, data tentang pemantauan
harus diperiksa secara sistematis untuk menentukan titik dimana pengendalian
harus ditingkatkan atau apakah modifikasi lain diperlukan. Dalam hal ini, sistem
dapat beradaptasi terhadap perubahan kondisi dengan cara penyesuaian yang
berkesinambungan
f. Verifikasi
Sistem verifikasi mencakup berbagai aktifitas seperti inspeksi, penggunaan
metode klasik mikrobiologis dan kimiawi dalam menguji pencemaran pada
produk akhir untuk memastikan hasil pemantauan dan menelaah keluhan
konsumen. Contoh produk yang diperiksa dapat digunakan untuk memeriksa
keefektifan sistem. Namun demikian verifikasi tidak pernah menggantikan
pemantauan. Verifikasi hanya dapat memberikan tambahan informasi untuk
meyakinkan
kembali
kepada
produsen
bahwapenerapan
HACCP
akan
dan keahlian tentang seluruh alur proses produksi, dimulai dari bahan baku, proses
produksi itu sendiri, bahaya yang mungkin timbul, dan produk akhir yang
dihasilkan
sampai
pada
pendistribusiannya.
Tim
HACCP
di PT. Susu UHT terdiri dari 15 personil dengan berbagai keahlian yang diharapkan
dapat melaksanakan suatu analisis HACCP dengan baik. Keahlian yang dimiliki
tim HACCPdiPT. Susu UHT meliputi tentang teknologi pangan,
mikrobiologi,chemist,prosesproduksi,engineering,pengolahanlimbah,penggudanga
ndansumberdayamanusia.Tim HACCP ini harus menentukan ruang lingkup dari
rencanaHACCPyangmencakup definisi produk pada awal dan akhir proses serta
alasanmengapaHACCPperlu diterapkan di PT. Susu UHT.
2. Deskripsi Produk (Product Description) dan Identifikasi Pengguna (Codex
2 dan 3)
Deskripsi produk ini berisi tentang komposisi, cara penggunaan, kemasan, masa
kadaluarsa, informasi keamanan produk, penyimpanan dan metode distribusi,
targetproduk dan informasi pembelian. Identifikasi penggunaan dilakukan untuk
mengetahui apakah target konsumennya termasuk kelompok yang sensitive atau
dipasarkan untuk konsumen umum. Produk yang diproduksi oleh PT. Susu UHT
merupakan
produk
yang
ditujukan
untuk
kelompok
konsumen umum, yaitu anak-anak, remaja dan dewasa.
3. Penentuan dan Verifikasi Diagram Alir Proses Produksi (Codex 4 dan 5)
Diagram alir proses produksi dibuat dengan tujuan untuk mempermudah analisis
HACCP. Diagram alir yang dibuat harus mencakup semua aspek dari rencana
HACCPdari nol sampai selesai. Semua masukkan bahan baku dan langkah proses
digambarkandengan jelas. Diagram alir proses ini dapat mengidentifikasi sumber
kontaminasiyangpotensial dan upaya apa yang dapat dilakukan untuk
mengendalikanbahayatersebut.Verifikasi diagram alir proses dilakukan untuk
mendapatkandatayangakuratmengenai proses yang sebenarnya. Verifikasi ini
harusdilaksanakandenganmengamatiproses produksi di lapangan dan tindakan
verifikasidiagramalirinimelibatkanseluruhanggota tim HACCP serta dilaksanakan
padaawalanalisisHACCPdandilakukanlagiapabila terjadi perubahan-perubahan
pada proses produksi.
4.Analisa Bahaya (Codex6)
Yang dimaksud dengan bahaya adalah cemaran fisik, kimia, biologis dan kondisi
makanan itu sendiri yang berpotensi untuk menyebabkan gangguan kesehatan
padamanusia dan berpengaruh negative pada kepuasan konsumen. Di dalam
analisabahayainitim HACCP harus mengidentifikasi semua bahaya yang timbul
padasetiapmatarantaiproduksi dari penerimaan bahan baku sampai pada
penggunaanolehkonsumen.Dalam analisa bahaya ini terdapat juga langkah, yaitu
IV
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
ABUBAKAR, 2003. Mutu Karkas Ayam Hasil Pemotongan Tradisional dan
Penerapan HACCP. Jurnal Litbang Pertanian, Vol. 22, No.1; 31-39
DEWANTI, R. DAN HARIYADI.