Anda di halaman 1dari 12

JETri, Volume 1, Nomor 1, Agustus 2001, Halaman 33-44, ISSN 1412-0372

RANGKAIAN CASCADE PADA RANGKAIAN


SEQUENTIAL ASINKRON
Kuat Rahardjo T.S.
Dosen Jurusan Teknik Elektro-FTI, Universitas Trisakti
Abstract
Cascade circuit is once of methode to simplify digital circuit design, because its reducing the
number of input in every part of cascade circuit. Usually, the design methode is apllied in
combinational circuit design. This design methode can be implement too in synchronous
sequential circuit, usually for counter circuit design. But in the asynchronous sequential, this
design methode is very rare to applied. This article is discussing only for cascade circuit
design methode in asynchronous sequential mode, using Master Quiz case study to
describe this
Keyword: Rangkaian CASCADE pada SEQUENTIAL ASINKRON, untuk merancang
rangkaian cepat tepat dengan jumlah regu banyak.

1. Pendahuluan
Rangkaian logic dapat dikelompokkan dalam tiga tipe yang berbeda,
yaitu Rangkaian Kombinasional (RK), Rangkaian Sequential Sinkron (RSS)
dan Rangkaian Sequential Asinkron (RSA). Contoh yang dipergunakan
untuk menjelaskan tahapan perancangan umumnya menggunakan jumlah
input yang sangat terbatas. Hal ini disebabkan karena perancangan
rangkaian dengan jumlah input/output yang banyak memiliki metode yang
sama. Dalam praktek, untuk merancang rangkaian dengan jumlah input
yang banyak tidak sesederhana seperti yang contohkan. Dalam suatu
permasalahan yang komplex, perancangan dilakukan dengan memotong
input sesuai dengan fungsinya atau sesuai dengan pasangannya/kelompok,
sehingga perancangan setiap potongan rangkaian dapat dilakukan dengan
sederhana dan mudah. Pemotongan input sesuai fungsi atau pasangannya
membutuhkan penjelasan dalam bentuk contoh sehingga dapat dimengerti
prosesnya. Perancangan rangkaian dari pemotongan input ini menghasilkan
suatu rangkaian yang terpisah secara blok fungsi maupun rangkaian yang
dapat dihubungkan secara cascade.
Teori perancangan rangkaian cascade dalam berbagai buku ajar
umumnya hanya disampaikan sebatas perancangan RK. Contoh
perancangan rangkaian cascade yang sering dipergunakan adalah pada
pembuatan rangkaian paralel Adder, untuk menjumlahkan dua buah
bilangan biner yang masing-masing bilangan terdiri dari beberapa bit.

JETri, Tahun Volume 1, Nomor 1, Agustus 2001, Halaman 33-44, ISSN 1412-0372

Sedang pada teori perancangan RSS tidak secara langsung dijelaskan,


namun dari beberapa contoh yang diberikan dapat umumnya menggunakan
rangkaian cascade. Contoh penggunaan rangkaian cascade pada RSS adalah
pada counter decimal yang terdiri dari beberapa digit angka. Sedangkan
contoh perancangan rangkaian cascade pada RSA tidak dijelaskan baik
secara langsung maupun tidak langsung.

2. Rangkaian Sequential Asinkron


Perancangan RSA [Kenneth J Breeding, 1998: 154] harus dilakukan
dalam beberapa tahapan. Tahapan awal yang dilakukan adalah membentuk
Primitif Flow Table (PFT) yang merupakan tabel untuk menganalisa
berbagai perubahan keadaan yang diakibatkan oleh perubahan nilai logic
pada input.
Pembuatan PFT ini cukup rumit karena tabel yang dibuat memiliki
jumlah kolom sesuai dengan 2n (n adalah jumlah variabel input). Sedangkan
jumlah baris sesuai dengan jumlah perubahan yang terjadi dan sepenuhnya
tergantung dari permasalahan yang dihadapi, sekurang kurangnya 2 n + 1
baris. Jumlah baris maximum tidak dapat ditentukan karena sepenuhnya
tergantung dari permasalahan yang dihadapi. Sebagai contoh untuk
menghitung jumlah baris dipergunakan permasalahan sederhana yaitu:
Pemakaian sebuah tombol tekan lepas (Push on) untuk merubah kondisi
output menjadi On ke Off dan sebaliknya Off ke On pada setiap penekanan
tombol. Pada contoh ini PFT yang dihasilkan memiliki sebanyak 21variabel =
1

2 kolom dan 2 2 = 4 baris seperti pada PFT berikut ini.


PFT
T

1/0

2/0

3/1

4/1

Keadaan

34

Kuat Rahardjo T. S., Rangkaian Cascade Pada Rangkaian Sequential Asinkron

Dapat dibayangkan jika jumlah input yang dimiliki mencapai 4


variabel. Maka jumlah baris sekurang-kurangnya 24 + 1 = 17 baris dan jika
4

dihitung dengan rumusan diatas dapat mencapai 2 2 = 216 = 65.536 baris.


Dengan variasi jumlah baris yang sedemikian banyak, maka pembuatan
PFT jelas mememiliki kerumitan karena perancang harus mengikuti alur
perubahan keadaan akibat setiap kemungkinan perubahan nilai logic pada
setiap input variabel.
Melihat tingkat kerumitan tersebut, maka perancangan RSA dengan
input banyak sering dihindarkan. Maka digunakan Sistem Mikroprosesor.
Pemakaian Sistem Mikroprosesor pada RSA ini sebenarnya tidak tepat
karena pada RSA perubahan input seharusnya dapat langsung berpengaruh
pada output sistem, sedang pada Sistem Mikroprosesor perubahan input
tidak langsung berpengaruh pada output sistem karena harus menunggu
urutan program yang melakukan deteksi perubahan input tersebut. Selain
itu, jika applikasi yang dipergunakan dapat berkembang terus, maka Sistem
Mikroprosesor bukan solusi yang tepat karena harus mengantisipasi
perkembangan tersebut secara keseluruhan, sehingga persiapan
perancangan pada progaram harus lebih komplek dan memperhatikan
seluruh kemungkinan pengembangan yang dapat dilakukan. Untuk
mengantisipasi hal tersebut, perancangan RSA menggunakan Sistem
Mikroprosesor harus dibatasi sampai jumlah input tertentu saja.
Contoh aplikasi RSA untuk Quiz Master (Cepat Tepat), dapat
dikembangkan sampai dengan jumlah input sangat banyak, misalnya untuk
keperluan dalam kelas dengan kapasitas 40 siswa atau bahkan dapat lebih
banyak lagi sesuai kapasitas kelas, adalah tidak mungkin dirancang dengan
metode perancangan seperti pada buku ajar.
Jika menggunakan Sistem Mikroprosesor, saat hampir bersamaan,
beberapa regu menekan tombol, maka program harus dibuat sedemikian
rupa dengan memberikan prioritas pada suatu regu tertentu yang dianggap
menekan terlebih dahulu, sehingga hanya indikator regu yang mendapat
prioritas tersebut yang menyala. Untuk menghindari kecurangan maka
digunakan rangkaian RSA. Perancangan rangkaian logic dengan banyak
input, harus dilakukan dengan memotong input sesuai dengan
pasangan/kelompok atau fungsinya. Pada kasus Quiz Master diatas,
pemotongan input dilakukan secara kelompok, karena seluruh input
memiliki fungsi yang sama. Sehingga rangkaian hasil perancangan tersebut
dapat di cascade.

35

JETri, Tahun Volume 1, Nomor 1, Agustus 2001, Halaman 33-44, ISSN 1412-0372

3. Aplikasi RSA Yang Dapat Dikembangkan Jumlah Variabel Inputnya


Berbeda dengan RK yang tidak membutuhkan feedback, perancangan
rangkaian cascade pada RSA harus memperhatikan feedback. Feedback
berfungsi mempertahankan nilai logic pada output, yang terjadi akibat
perubahan nilai logic dari sebuah input. Pada contoh kasus rangkaian Quiz
Master untuk 3 regu yaitu A, B dan C jika satu regu misal A menekan
tombol lebih dahulu dari regu lainnya, maka indikator yang berupa lampu
yang mewakili regu A akan menyala terus walaupun pada saat berikut regu
lain menekan tombol. Permasalahan ini dapat dikembangkan menjadi
beberapa versi yang berbeda yaitu pada saat kapan lampu indikator A harus
padam. Beberapa versi ini antara lain:
Jika Regu A melepas tombol sedang Regu B atau C masih menekan
tombol maka yang menyala adalah lampu indikator B atau C sesuai urutan
ragu berikut yang menekan tombol. Semua lampu indikator akan padam
saat seluruh regu telah melepas tombol.
Jika Regu A melepas tombol dan Regu B atau C masih menekan
tombol maka yang menyala adalah tetap lampu indikator A dan akan padam
saat seluruh regu telah melepas tombol.
Jika Regu A menekan tombol maka yang menyala adalah lampu
indikator A. Lampu indikator A tetap menyala walau semua regu telah
melepas tombol dan akan padam saat juri menekan tombol Reset.
Pada versi 1, jika juri tidak memperhatikan dengan cermat maka
lampu indikator A tidak terlihat sehingga dapat membingungkan.
Pada versi 2, jika ketiga regu sangat cepat melepas tombol maka
tidak akan dapat dideteksi regu mana yang menekan tombol.
Pada versi 3, maka indikator tetap menunjukkan regu A yang
menekan lebih dahulu walau tombol disentuh sangat sebentar.
Dari ketiga versi diatas, versi ke 3 merupakan kondisi yang sangat
tepat sebagai controler Quiz Master, walau jumlah input bertambah 1
dengan tombol reset. Sehingga total jumlah input menjadi 4 variabel. Untuk
menjelaskan proses perancangan rangkaian cascade pada RSA dengan
kasus Quiz Master dipergunakan versi 3 dengan jumlah regu 4. Proses
perancangan rangkaian cascade, dengan memotong jumlah input masing
masing 2 regu.

36

Kuat Rahardjo T. S., Rangkaian Cascade Pada Rangkaian Sequential Asinkron

4. Proses Perancangan rangkaian Quiz master 2 Regu.


Pada awal perancangan harus ditentukan nilai logic pada input yang
mewakili keadaan tombol regu dan reset ditekan atau dilepas dan nilai logic
pada output indikator regu yang menekan lebih dahulu.
Pemberian nilai logic pada tombol adalah sama dengan 0 jika
tombol dilepas, dan sama dengan 1 jika tombol ditekan. Sedang output
lampu indikator memiliki nilai logic 0 jika padam, dan nilai logic 1 jika
menyala.
Perancangan rangkaian mengikuti urutan sebagai berikut:
4.1. Menyusun PFT
PFT disusun untuk melakukan analisa proses perubahan nilai logic
pada input dan pengaruhnya terhadap nilai logic pada output rangkaian
yang disusun seperti table 1. PFT perancangan Quiz Master 2 Regu seperti
halaman berikut ini.
4.2. Penggabungan Keadaan
Selanjutnya keadaan yang memungkinkan memiliki feedback yang
sama digabungkan menjadi satu keadaan melalui proses mencari keadaan
yang sama pada setiap kolom antar keadaan yang ditinjau sehingga menjadi
tabel seperti berikut:
Tabel 2. Hasil penggabungan
Keadaan Yang
digabungkan

Kombinasi input dengan urutan RESET, RA, RB


000

1, 10, 11,12, 13 1/00

001

011

010

110

111

101

100

12/00 13/00 10/00 11/00

2, 3, 4, 5

5/01

2/01

3/01

4/01

12

13

10

11

6, 7, 8, 9

9/10

8/10

7/10

6/10

12

13

10

11

Keadaan yang telah digabungkan diganti dengan simbol keadaan


baru sehingga menjadi tabel keadaan yang dapat diberikan suatu kombinasi
nilai logic tertentu yang mewakili keadaan tersebut. Tabel keadaan yang
diperoleh adalah seperti Tabel 3.

37

JETri, Tahun Volume 1, Nomor 1, Agustus 2001, Halaman 33-44, ISSN 1412-0372

Tabel 1. PFT Perancangan Quiz Master 2 Regu


Keadaan Kombinasi Input dengan Urutan
Indikator
RESET, RA, RB
Yang
RA RB
Ditinjau 000 001 011 010 110 111 101 100
1

11

10

13

12

11

12

13

10

11

13 10 11

12

12 13

11

12 13 10

10
11
12

13

38

10 11
-

Keterangan Dari Keadaan


Yang Ditinjau
Seluruh
regu
bersiap
menerima
pertanyaan dan masih melepas tombol
indikator regu A dan B padam
RB menekan tombol duluan indikator B
nyala
Indikator B tetap nyala walau setelah
RB menekan tombol di ikuti RA
menekan tombol
Indikator B tetap nyala walau RA masih
menekan sedang RB yang lebih dulu
menekan tombol telah melepas
Indikator B tetap nyala walau RA dan
RB keduanya telah melepaskan tekanan
pada tombol
RA menekan tombol duluan indikator A
nyala
Indikator A tetap nyala walau setelah
RA menekan tombol di ikuti RB ikut
menekan tombol
Indikator A tetap nyala walau RA masih
menekan sedang RB yang lebih dulu
menekan tombol telah melepas
Indikator A tetap nyala walau RA dan
RB keduanya telah melepaskan tekanan
pada tombol
Indikator A maupun B padam saat
tombol RESET ditekan walaupun regu
A masih menekan tombol
Indikator A maupun B padam saat
tombol RESET ditekan
Indikator A maupun B padam saat
tombol RESET ditekan walaupun regu B
masih menekan tombol
Indikator A maupun B padam saat
tombol RESET ditekan. Tanda *
menunjuk kan Indikator A atau B yang
menyala tidak perlu diperhatikan akibat
reset dilepas walaupun ke 2 masih
menekan tombol.

Kuat Rahardjo T. S., Rangkaian Cascade Pada Rangkaian Sequential Asinkron

Keterangan:
- Nomor keadaan yang ditulis miring dan tebal menunjukkan keadaan
yang ditinjau sesuai kondisi kombinasi nilai logic pada input.
- Nomor keadaan yang ditulis normal menunjukkan kemungkinan
perubahan keadaan akibat perubahan nilai logic pada input.
- Tanda menunjukkan keadaan yang tidak perlu diperhatikan karena
perubahan nilai logic pada input.pada satu saat lebih dari 2.
Tabel 3. Keadaan pengganti keadaan yang di gabungkan
Keadaan Yang

Kombinasi input dengan urutan RESET, RA, RB

digabungkan

000

001

011

010

110

111

101

100

I/01

II

III

I/00

I/00

I/00

I/00

II

II/01 II/01 II/01 II/01

IV

IV

IV

IV

III

III/10 III/10 III/10 III/10

IV

IV

IV

IV

Dari tabel keadaan ini kemudian setiap keadaan diganti dengan suatu
kombinasi nilai logic untuk mewakili ke 4 keadaan yang diperoleh yaitu
terdiri dari 2 variabel feedback.
Tabel 4. Truth tabel
Feed back
Y1 Y2

Kombinasi input dengan urutan RESET, RA, RB


000

001

011

010

0 0

00/00

01

10

0 1

01/01 01/01 01/01 01/01

00

00

00

00

1 0

10/10 10/10 10/10 10/10

00

00

00

00

1 1

110

111

101

100

00/00 00/00 00/00 00/00

39

JETri, Tahun Volume 1, Nomor 1, Agustus 2001, Halaman 33-44, ISSN 1412-0372

Dari truth tabel ini kemudian dicari persamaan logic agar dapat
digambarkan rangkaian yang kemudian di realisasi menjadi peralatan Quiz
Master 2 Regu.
4.4. Persamaan Logic
Dari tabel diperoleh persamaan sebagai berikut:
Y1 = RESET

RA Y 2

Y2 = RESET

RB Y 1 RESET Y 2

RESET Y 1 Y 2
Y1

Persamaan ini kemudian direalisasi sehingga diperoleh bentuk


gambar 1. pada halaman berikut ini.

Y1
RA

Ke

Ind.

Reset

RB

Ke

Ind.

Y2

Gambar 1. Realisasi Rangkaian Cepat Tepat 2 Regu

40

Kuat Rahardjo T. S., Rangkaian Cascade Pada Rangkaian Sequential Asinkron

5. Perancangan Rangkaian Cascade pada RSA


Perancangan rangkaian cascade dilakukan dengan melakukan
analisa dari rangkaian yang dihasilkan. Dengan mencari bentuk feedback
yang harus pada rangkaian ini dan yang diterima pada rangkaian berikutnya
maka akan diperoleh rangkaian cascade pada RSA.
Analisa menunjukkan bahwa feedback terjadi pada rangkaian regu
yang menekan tombol misal regu A untuk melakukan latch dan pada regu B
untuk membuat output menjadi = 0, dan sebaliknya jika regu B telah
menekan tombol terlebih dulu.
Dari analisa ini jika ingin melakukan cascade pada rangkaian, dapat
disimpulkan bahwa setiap rangkaian harus memiliki indikator yang
menunjukkan bahwa satu regu telah menekan tombol, sehingga regu lain
tidak dimungkinkan untuk menyalakan indikatornya.
Jika rangkaian dirancang untuk setiap 2 regu dalam 1 kelompok,
maka indikator bahwa ada regu yang telah menekan tombol dari kelompok
harus berasal dari setiap regu didalam kelompok tersebut.
Dalam hal ini cukup ditambahkan Rangkaian OR GATE yang
berasal dari output kedua regu tersebut. Sedangkan pada input, masing
masing harus ditambah dengan sebuah input yang dapat menerima indikator
bahwa ada regu dari kelompok lain telah menekan tombol lebih dulu.
Dari analisa ini, dapat dilihat bentuk rangkaian yang harus dibuat
seperti gambar 2. seperti pada halaman berikut ini.
Jika ingin di buat untuk 4 regu, maka dapat dibuat 2 buah rangkaian
yang sama, kemudian antara kedua rangkaian tersebut di hubungkan secara
cascade.Bentuk rangkaian dalam diagram blok seperti gambar 3. seperti
pada halaman berikutnya lagi.
Untuk membuat menjadi banyak regu, maka cukup dengan
menambahkan rangkaian OR GATE pada input kelompok lain, sehingga
dapat dibuat menjadi misalnya 40 regu.
Dari diagram blok pada gambar 3. jika di implementasikan, maka
bentuk rangkaian seperti gambar 4.

41

JETri, Tahun Volume 1, Nomor 1, Agustus 2001, Halaman 33-44, ISSN 1412-0372

Y2
Ke Ind. A

I
RA

Reset

Indikator ke
Kelompok
Lain

RB
Y1
Ke Ind. B

I
Indikator ke
Kelompok
Lain

Gambar 2. Realisasi Rangkaian Cepat Tepat 2 Regu yang dapat di Kaskade

42

Kuat Rahardjo T. S., Rangkaian Cascade Pada Rangkaian Sequential Asinkron

Indikator
Regu A

RA

Indikator
Regu B

RB

R eset

Indikator
kelompok

Kelompok
lain

Gambar 3. Diagram Blok Rangkaian Cepat Tepat 2 Regu

Indikator

Indikator
R A1

Regu A 1

R B1

Indikator

RA2

Regu A 2

R B2

Indikator
Regu B 2

Regu B 1
R eset

Indikator

Indikator

kelompok

kelompok

Kelompok lain

Gambar 4. Hubungan Kaskade Rangkaian Cepat Tepat 2 Regu Menjadi 4


Regu

43

JETri, Tahun Volume 1, Nomor 1, Agustus 2001, Halaman 33-44, ISSN 1412-0372

6. Kesimpulan
Metode perancangan rangkaian cascade sangat menyederhanakan
proses desain, sehingga masalah dengan jumlah input yang sangat banyak
dapat di rancang dan di implementasikan secara mudah.
Hambatan yang timbul dalam menerapkan metode perancangan
rangkaian kaskade adalah, melakukan analisa permasalahan sehingga
memungkinkan memotong permasalahan dengan jumlah input banyak,
menjadi kelompok input yang sedikit sehingga mudah untuk dirancang
menjadi rangkaian, yang memenuhi syarat dapat dihubungkan secara
kaskade dalam membentuk rangkaian keseluruhan.

Daftar Pustaka
1. Kenneth J Breeding, 1989, Digital Design Fundamental, New Jersey,
Prentice Hall

44

Anda mungkin juga menyukai