Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang.


Sensus memperkirakan jumlah wanita pascamenopause di dunia sekitar 476 juta jiwa
pada tahun 1990. Setidaknya pada tahun 2030 jumlah ini akan bertambah menjadi 1.200
juta jiwa. Hal ini dipengaruhi antara lain oleh pertumbuhan penduduk dan meningkatnya
usia harapan hidup secara perlahan dan progresif. Dengan usia harapan hidup rata-rata
lebih dari 78-80 tahun dan usia menopause relatif stabil yaitu pada usia 50-51 tahun,
wanita akan menghabiskan lebih dari sepertiga hidupnya dalam masa menopause.
Sehingga terdapat kemungkinan untuk mengalami berbagai penyakit kronik selama
hidupnya yang diperkirakan 46% untuk PJK, 20% untuk stroke, 15% untuk fraktur
panggul, 10% untuk kanker payudara, dan 2.6% untuk kanker endometrium.
Di Amerika Utara, sebanyak 7-8% orang berusia 75-84 tahun terkena demensia tipe
Alzheimer dan wanita pascamenopause memiliki risiko 1.4-3 kali lipat untuk penyakit
Alzheimer dibandingkan laki-laki, sedangkan risiko untuk terkena kanker kolorektal
adalah sekitar 6% di mana lebih dari 90% kasus terjadi setelah usia 50 tahun. Mortalitas
dan morbiditas yang terjadi pada kasus ini dilaporkan berhubungan dengan patofisiologi
penyakit yang didasari oleh rendahnya kadar estrogen dan progesteron tubuh.
1.2 Tujuan
Tujuan dari penulisan referat ini adalah, antara lain:
1. Mengetahui pengertian terapi hormonal.
2. Mengetahui prinsip pemberian terapi hormonal sebagai pengobatan.
3. Mengetahui cara pemberian terapi hormonal sebagai pengobatan.
4. Mengetahui syarat-syarat hormone yang bisa digunakan untuk terapi.
5. Mengetahui macam-macam hormon yang bisa digunakan untuk pengobatan
menggunakan terapi hormonal.
6. Mengetahui komplikasi pemberian terapi hormonal.
7. Mengetahui penatalaksanaan efek samping dari pemberian terapi hormonal.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi.
Terapi hormon adalah perawatan yang menambah, menghambat, atau
membuang hormon. Untuk kondisi tertentu (seperti diabetes atau menopause),
hormon diberikan untuk menambah kadar hormon yang rendah. Untuk memperlambat
atau menghentikan pertumbuhan kanker tertentu (seperti kanker prostat dan
payudara), hormon sintetis atau obat lain dapat diberikan untuk menghambat hormon

alami tubuh. Kadang-kadang, operasi diperlukan untuk menghilangkan kelenjar yang


membuat hormon tertentu. Juga disebut terapi endokrin, terapi hormonal, dan
pengobatan hormonal.2
2.2

Prinsip pemberian terapi hormonal.


Gangguan endokrinologik dapat disebabkan oleh banyak hal, antara lain:
1. Karena terlalu sedikit hormon yang dikeluarkan (hipohormonal). Contohnya,
Amenore sekunder akibat rendahnya sekresi gonadotropin.
2. Hormon yang dikeluarkan dalam jumlah yang berlebihan (hiperhormonal).
Contohnya, perdarahan akibat produksi estrogen yang berlebihan oleh tumor
ovarium.
3. Hormon yang dikeluarkan tidak seimbang, artinya jenis hormon tertentu
yang dikeluarkan berlebihan sedangkan hormon yang lain dalam jumlah
yang sedikit. Contohnya, disginesis/agenesis ovarium, atau pada wanita
menopause, akibat insufisiensi ovarium terjadi hipergonadotropin.
4. Gangguan pada satu alat reproduksi (misalnya ovarium) terjadi akibat
gangguan pada sistem hipotalamus-hipofisis atau akibat gangguan
metabolisme hormone oleh hati. Contohnya, sindroma adrenogenital (AGS)
terjadi akibat kerusakan sistem enzim pada kelenjar suprarenal, sehingga
tidak terbentuk hormon glukokortikoid. Tidak terjadi umpan balik negatif
terhadap sekresi ACTH. ACTH memicu sintesis hormone androgen pada
kelenjar andrenal, sehingga androgen meningkat.
5. Gangguan pada alat reproduksi yang disebabkan oleh tidak berfungsinya
atau kerusakan pada reseptor target organ. Contohnya, feminisasi testikuler
akibat

tidak

mampunya

sel

testis

mengubah

testosteron

menjadi

dihidrotestosteron. Hal ini disebabkan karena jumlah reseptor androgen


dalam sitoplasma sangat sedikit. Amenorea sekunder akibat rusaknya
reseptor endometrium yang disebabkan oleh infeksi (TBC).
Untuk mengatasi gangguan diatas, dapat dilakukan pemberian hormone dari
luar, adapun cara pemberian hormon sebagai pengobatan adalah sebagai berikut:
Terapi substitusi
Adalah penggantian hormon yang tidak dibentuk oleh penderita dengan hormone
dari luar. Pemberian hormon terapi ini bukan untuk menyembuhkan tetapi untuk
mengurangi keluhan yang ada. Pemberian cara ini lama dan dapat berlangsung
seumur hidup. Contoh: pemberian siklik estrogen saja atau estrogen-progesteron

untuk wanita muda yang mengalami menapouse buatan atau pada wanita yang

mengalami menopause alamiah.


Terapi stimulasi
Adalah memacu alat tubuh untuk meningkatkan produksi hormonnya. Cara ini
tidak hanya dipakai untuk keperluan pengobatan, tetapi juga untuk diagnosis (test
fungsional). Contoh: penggunaan hormone gonadotropin untuk keperluan
diagnosis dan terapi untuk merangsang ovarium sehingga alat tersebut membentuk

estrogen dan progesteron.


Terapi inhibisi
Adalah pemberian hormon pada hiperfungsi suatu kelenjar endokrin atau menekan
fungsi yang tidak diinginkan. Contoh: inhibisi ovulasi dengan memberikan
kombinasi estrogen-progesteron pada kontrasepsi pil.
Perlu diperhatikan bahwa terapi hormonal secara substitusi, stimulasi, dan
inhibisi dapat berakibat sebaliknya. Inhibisi dapat menyebabkan stimulasi pada
penghentian pemberian hormon, misalnya pada fenomena rebound. Inhibisi sistem
hipotalamus-hipofisis oleh pemberian estrogen-progesteron dosis tinggi dapat
mengakibatkan pengeluaran hormone gonadotropin yang meningkat akibat
penghentian hormone steroid tersebut. Pada fenomena escape terdapat
peningkatan hormone gonadotropin walaupun sistem hipotalamus-hipofisis
ditekan oleh pemberian hormone steroid terus-menerus. Keadaan ini disebabkan
oleh desensibilisasi sistem hipotalamus.

2.3 Cara pemberian terapi hormonal


Cara pemberian terapi hormonal berbeda-beda tergantung dari jenis dan sifat dari
hormon yang digunakan. Adapun cara-caranya adalah sebagai berikut:
a. Per oral
Cara pemberian ini mempunyai keuntungan bahwa dosis hormon dapat
diberikan secara individual, dosis dapat ditambah atau dikurangi, atau dihentikan
menurut reaksi penderita. Selain itu, pemberiannya tidak menyebabkan rasa nyeri
dan tidak memerlukan dokter atau tenaga paramedik. Sebaliknya, kerugian
pemberian secara oral adalah karena reaksi gastrointestinal, absorbsi tidak
menentu, dan kealpaan penderita untuk menelan pil. Keuntungan lain pemberian
secara oral adalah dapat menstimulasi pembentukan HDL di hati (high density
lipoprotein) dan faktor-faktor/zat-zat tertentu di hati yang dapat membantu
metabolisme kalsium, sehingga sangat baik digunakan untuk pencegahan keropos
tulang (osteoporosis) dan pencegahan penyakit jantung koroner pada wanita

menopause. Pemberian secara oral dapat menimbulkan gejala gastrointestinal


seperti mual dan muntah.
b. Parenteral
Pemberian parenteral dilakukan kepada penderita dengan kesukaran
menelan pil, mual, muntah, penyakit lambung, penyakit usus, penyakit hati,
penurunan kesadaran, dan pada penderita yang sering lupa minum obat.
Pemberian estrogen maupun progesterone secara depo kurang disukai, karena
selain rasa nyeri, juga bila timbul efek samping sulit untuk diatasi. Sekali
disuntikkan, obat tidak dapat dikeluarkan lagi. Selain itu dosis obat yang
dikeluarkan oleh depo tidak selalu tetap.
Salah satu keuntungan yang penting pada pemberian secara parenteral
adalah hormon tersebut tidak langsung melalui hati (tidak ada firstpass effect),
sehingga tidak begitu membebani hati. Karena tidak melalui hati dengan
sendirinya tidak memacu pembentukan HDL dan LDL atau enzim-enzim tertentu
untuk metabolism kalsium. Pemberian cara ini tidak dapat digunakan untuk
pencegahan keropos tulang maupun penyakit jantung koronner pada wanita
menopause. Pemberian estrogen depo akan merangsang uterus dan payudara terus
menerus. Hal ini akan menyebabkan kemungkinan terjadinya keganasan pada
uterus lebih besar, sehingga perlu selalu diberi tambahan progesteron.
c. Topikal berupa krem atau pesarium
Pemberian berupa krem estrogen sangat baik untuk mengatasi keluhan atropi
epitel vagina pada wanita menopause. Pemberian cara ini tidak pernah/jarang
menimbulkan hyperplasia endometrium. Bila timbul perdarahan ataupun nyeri
payudara maka pengobatannya perlu ditambah progesterone.
d. Transdermal berupa plester (koyok)
Pemberian cara ini hanya untuk estrogen saja sedangkan untuk progesterone
belum tersedia. Plester diletakkan di dinding perut bagian bawah dan diganti
2x/minggu. Di Negara tropic penggunaan berupa plester kurang disenangi karena
banyak menimbulkan reaksi alergi dan gatal-gatal akibat keringat. Angka kejadian
hyperplasia endometrium cukup tinggi (75%) sehingga harus selalu diberi
progesterone. Pemberian cara ini banyak digunakan untuk menanggulangi
sindrom klimakterik.
e. Penanaman pellet estrogen (implant)
Jenis pemberian ini akhir-akhir ini mulai banyak digunakan untuk
menanggulangi sindrom klimakterik. Tidak dianjurkan penggunaannya pada
wanita yang kandungannya (uterus) masih ada, karena dapat terjadi perdarahan

yang hebat dan sulit diatasi. Hanya baik diberikan pada wanita yang telah
diangkat uterusnya. Kalau terpaksa juga harus diberikan, maka jangan lupa diberi
progesterone paling sedikit 14 hari. Implants harus digantisetiap 6 bulan.
2.4 Syarat-syarat hormon yang bisa digunakan untuk terapi
Sediaan hormone yang dipakai perlu memenuhi beberapa syarat, yaitu:
1. Tidak merugikan atau menyebabkan kelainan pada janin, jika wanita itu hamil.
2. Tidak banyak menyebabkan efek sampingan atau reaksi alergik.
3. Daya kerja dapat ditentukan
4. Kemurnian kimianya dapat dijamin
5. Dosis harus berdasarkan atas berat badan atau kesatuan standar biologic
6. Tidak mudah rusak dan tidak seberapa mahal
7. Cara pemberian yang mudah

2.5

Macam-macam hormon
Estrogen
1. Pengertian
Estrogen

adalah

hormon

seks

yang

mengendalikan

siklus

haid,

pertumbuhan dan fungsi rahim dan dinding rahim, dan cirri seks sekunder
(seperti perkembangan payudara, sekresi vagina, dan gairah seks).
Hormon ini dibagi menjadi dua yaitu:
a. Estrogen

alamiah

seperti

estradiol,

estron,

estronsulfat,

estriol,

estradiolbenzoat, estradiol valerat, dan estriolsuksinat.


b. Estrogen sintetik seperti etinil estradiol, mestranol, etinilestradiol, dan
sebagainya. Estrogen sintetik yang tidak memiliki sifat steroid adalah
klomifen sitrat dan siklofenil.
Etinilestradiol merupakan salah satu estrogen sintetik kuat yang sulit
dimetabolisme oleh hati. Dengan dosis etinilestradiol 15-25% ug/hari dapat
meningkatkan factor pembekuan 120-150%, juga dapat meningkatkan
kadar rennin darah 150-200%. Hal ini merupakan resiko untuk terjadinya
thrombosis dan hipertensi.
Mestranol baru akan memiliki khasiat biologik bila sebelumnya telah
diaktifkan terlebih dahulu oleh hati menjadi etinilestradiol. Pengobatan
dengan etinilestradiol maupun dengan mestranol harus dilakukan dengan
hati-hati terutama pada wanita menopause. Selain dapat menimbulkan
hyperplasia endometrium, kedua hormon tersebut merupakan resiko
terjadinya hipertensi maupun emboli paru. Estrogen sintetik lain yang

banyak dianjurkan penggunaannya adalah estrogen konjugasi yang berasal


dari kencing kuda hamil yang memiliki 9 jenis campuran estrogen sulfat.
Bagian terpenting dari estrogen konjugasi adalah equilin, equilein
estrogensulfat atau dihidroequeilenin sulfat. Equilin merupakan jenis
estrogen yang tidak dijumpai pada manusia hanya diproduksi oleh kuda
hamil. Equilin memiliki khasiat biologik dan ikatan terhadap reseptor yang
kuat.
Dilihat dari kekuatan kerja berbagai jenis estrogen sintetik,
etinilestradiol 120 kali lebih kuat menekan gonadotropin. Oleh karena itu
etinilestradiol banyak dianjurkan untuk pembuatan pil-pil kontrasepsi. Yang
lebih kuat lagi adalah efek stimulasi etinilestradiol terhadap SHBG (Serum
human binding Globulin) dan pembentukan angiotensinogen. Pemberian 5
ug etinilestradiol dapat meningkatkan SHBG sampai 200%. Etinilestradiol
memiliki efek proliferative terhadap endometrium 75x lebih kuat
dibandingkan estrogen jenis lain, sedangkan estradiol baru akan memiliki
efek proliferatif bila diberikan dengan dosis tinggi dan jangka panjang.
2. Estrogen dibentuk pada:
a. Fase folikuler
b. Fase luteal
c. Kelenjar adrenal
d. Jaringan lemak perifer
e. System saraf pusat
f. Plasenta
g. Sel-sel Leydig testis
3. Manfaat estrogen secara fisiologis
a. Memicu pertumbuhan payudara
b. Poliferasi endometrium
c. Meningkatkan kerja organ seperti uterus, tuba dan vagina
d. Perubahan selaput lendir, memperbanyak sekresi, meningkatkan asam laktat
pada vagina.
e. Merubah konsistensi lendir serviks
4. Khasiat pemberian Estrogen
Khasiat estrogen pada masing-masing organ adalah :
a. Ovarium : memicu pematangan folikel dan ovum
b. Uterus : memicu proliferasi endometrium dan memperkuat kontraksi otot
uterus
c. Vagina : menyebabkan perubahan selaput lendir vagina, memperbanyak
sekresi, dan meningkatkan kadar glikogen
d. Serviks : memperbanyak sekresi seluler serviks, mengubah konsentrasi
lendir pada saat ovulasi
e. Payudara : menyebabkan terjadinya proliferasi pada mammae

5. Kontraindikasi Penggunaan Estrogen Sintetik


Untuk mengurangi resiko terjadinya komplikasi selama penggunaan
estrogen perlu terlebih dahulu kontraindikasi pemberian estrogen antara lain :
a. Kontraindikasi Absolut antara lain :
- Kehamilan
- Tromboemboli
- Tromboflebitis
- Riwayat appoleksi cerebral
- Gangguan sirkulasi darah perifer
- Gangguan fungsi hati berat
- Sindrom Dubin Johnson dan Rator
- Anemia hemolitik
- Tekanan darah diatas 160/95mmHg
- Diabetus mellitus
- Karsinoma mammae dan endometrium
- Melanoma
- Hodgkin disease
- Semua jenis tumor yang pertumbuhannya dipengaruhi oleh estrogen
- Perdarahan pervaginam
- Migren yang berhubungan dengan siklus haid
b. Kontraindikasi Relatif antara lain :
- Penyakit hati akut maupun kronik
- Penyakit saluran empedu
- Pankreatitis
- Edema
- Diabetus mellitus berat
- Hipertrigliseridemia
- Mastopati
- Hiperplasia endometrium
- Varises
- Mioma uteri
- Aterosklerosis
- Hiperkoagulopati
- Mikroangiopati (retina, ginjal, kulit, otot)
- Migrain
- Laktasi
- Siklus haid
- Wanita yang kurang bergerak, dan sebagainya.
6. Indikasi Penghentian Segera Penggunaan Estrogen antara lain :
- Kehamilan
- Perdarahan pervaginam yang banyak
- Sakit yang hebat dan mendadak
- Terjadi cerebral attack
- Terjadi penglihatan yang kabur secara tiba-tiba
- Ikterus
- Sakit perut mendadak
- Terjadi peningkatan tekanan darah

Sakit perut mendadak


Pembesaran uterus (mioma)
Alergi
Varises
Mual/muntah yang hebat
6 minggu sebelum perencanaan suatu tindakan operatif
Pada pemberian jenis estrogen dan dosis yang sesuai jarang sekali timbul

komplikasi. Kalaupun ada biasanya dijumpai pada bulan-bulan pertama


penggunaannya dan akan menghilang pada penurunan dosis. Sebanyak 5-10%
wanita akan mengeluh sakit kepala, mual, nyeri pinggang, lekas marah,
hiperpigmentasi kulit, dan keputihan. Yang perlu mendapat perhatian selama
pemberian estrogen adalah terjadinya hyperplasia endometrium, suatu cikal
bakal untuk terjadinya karsinoma endometrium, suatu cikal bakal untuk
terjadinya karsinoma endometrium. Terbentuknya hyperplasia endometrium
sangat tergantung dari dosis, jenis, dan lamanya pemberian estrogen.
Terjadinya perdarahan pervaginam selama pemberian estrogen merupakan
pertanda terbentuknya hyperplasia endometrium. Dalam keadaan ini perlu
segera dilakukan tindakan kuretase maupun pemeriksaan pap smear.
7. Penggunaan Estrogen dalam Pengobatan

a. Pada hipoplasia genetalis, estrogen sering kali diberikan dengan harapan


bahwa alat-alat genetalia dapat tumbuh normal dan berfungsi normal
b. Penggunaan estrogen pada disgenesis ovarii (sindrom tumer) merupakan
pengobatan penting
c. Untuk mencegah laktasi setelah partus dengan memberikan estrogen per
Os selama 1 minggu
d. Sebagai kontrasepsi

baik

sendiri

maupun

dikombinasi

dengan

progesteron
e. Pada wanita dengan dismenorea primer diberi terapi kombinasi estrogen
+ progesteron
f. Menghentikan perdarahan disfungsional dengan meningkatkan kadar
estrogen dalam darah
g. Pengobatan sindroma klimaterik
h. Pengobatan kasus I gangguan haid dengan dikombinasi estrogen +
progesteron.

Gestagen
1. Pengertian
Gestagen adalah hormon steroid yang menyebabkan terjadinya transformasi
sekretorik pada endometrium dan sekaligus mempertahankan kehamilan.

Gestagen alami yang terpenting adalah progesteron yang terutama dibentuk


selama fase pascaovulasi dalam korpus luteum dan selama kehamilan oleh
plasenta. Yang terbentuk oleh kelenjar adrenal dan dari hasil penghancuran
pregnandiol disebut juga sebagai progesterone residu atau pregnandiol residu.
Progesteron adalah hormone steroid seks dengan 21 atom C yang pada
pemberian per Oral sangat cepat dimetabolisme oleh hati, sehingga untuk
keperluan terapi harus diproduksi secara sintetik.
Gestagen dibagi menjadi 2 yaitu :
a. Gestagen alamiah yaitu progesterone
b. Gestagen sintetik yaitu turunan nortestosteron dan gestagen turunan
progesteron.
2. Fungsi Fisiologis Progesteron antara lain :
a. Perubahan sekretorik pada endometrium
b. Mengurangi kontraksi miometrium
c. Rangsangan terhadap pusat panas

3. Kekuatan ikatan gestagen sintetik terhadap reseptor uterus pada manusia.


Kekuatan ikatan MPA (Medroksi progesterone asetat) maupun noretisteron
sama-sama memiliki ikatan reseptor yang besar. Namun demikian beberapa jenis
gestagen turunan testosterone seperti nortestosteronasetat, linesterol dan
etinodioldiasetat baru akan memiliki khasiat biologik setelah terlebih dahulu
diaktifkan di dalam hati menjadi noretisteron. Senyawa ini juga dapat
menurunkan kadar HDL-kolesterol yang merupakan lipoprotein kardioprotektif.
Dengan demikian dampak negative dari penurunan kadar HDL adalah
meningkatnya resiko aterosklerosis dan penyakit jantung koroner. Atas dasar ini,
pemberian progesterone turunan testosterone harus dilakukan dengan lebih hatihati pada wanita dengan penyakit hati, ginjal, dan jantung.
Oleh karena itu belakangan ini penggunaan progesterone turunan
testosterone dalam pengobatan kelainan ginekologik maupun sebagai hormon
pengganti pada wanita menopause mulai banyak diperdebatkan. Untuk
menggantinya diberikan progesterone turunan alamiah, dan salah satu hormon
yang memiliki berbagai macam persyaratan adalah medroksi progesterone asetat
(MPA). Beberapa khasiat MPA yang menguntungkan adalah:

MPA tidak atau sangat sedikit mempengaruhi metabolisme lipid (HDL).

MPA menghambat enzim 5 alfa reduktase, sehingga terjadi penurunan kadar

testosterone.
Ikatan MPA terhadap SHBG tidak kuat, sehingga testosterone masih dapat
diikat oleh SHBG. Dengan sendirinya tubuh tidak memiliki testosterone yang

bebas dalam darah.


Tidak dijumpai penurunan E2 serum yang berarti selama pengobatan dengan
MPA. Penurunan yang terjadi masih dalam batas-batas normal untuk fase
folikuler. Hal ini membuktikan bahwa MPA menekan ovulasi , tanpa
mengganggu fungsi ovarium dan sintesis steroid seks. Wanita akan lebih mudah
hamil. Ini sangat penting artinya dalam pengobatan endometriosis yang terjadi

bersamaan dengan infertilitas.


MPA merupakan imunosupresif yang kuat (IgG, IgM dan IGA tidak tertekan).

Pada wanita menopause, MPA dapat meningkatkan resorbsi kalsium,


sehingga

dapat

digunakan

untuk

pengobatan

ataupun

pencegahan

osteoporosis.
Cara lain yang dapat digunakan untuk menilai khasiat gestagen sintetik
dengan memundurkan siklus haid, dosis transformasi dan menghambat ovulasi.
Jenis gestagen sintetik yang memiliki khasiat biologik paling baik terhadap
pengaturan siklus haid adalah linesterol.
4. Kontraindikasi absolut pemberian gestagen sintetik:
a. Kehamilan
b. Hemolisis darah
c. Tumor yang pertumbuhannya dipengaruhi oleh progesterone
d. Melanomia
e. Perdarahan pervaginam
f. Gangguan fungsi hati berat
g. Anemia kronik
h. Penyakit Hodgkin
5. Khasiat pemberian progesterone
Adapun khasiat progesteron pada masing-masing organ sasaran adalah :
a. Endometrium : Mengakibatkan perubahan sekretorik pada endometrium
b. Serviks
: Mengurangi secret, peningkatan viskositas, dan menurunkan
spinnbarkeit pada serviks
c. Miometrium : Mengurangi tonus sehngga kontraksi miometrium berjalan
lambat, dalam kehamilan progesterone membuat uterus menjadi tenang.
Penelitian akhir-akhir ini membuktikan bahwa pemberian progesterone untuk
mempertahankan kehamilan ternyata tidak berguna, sehingga manfaatnya pin
mulai diragukan, bahkan banyak Negara yang mengganggap pemberian
progesterone dalam kehamilan merupakan kontraindikasi.

d. Suhu tubuh

: Progesteron merangsang pusat panas di otak sehingga

meningkatkan suhu 0.4 - 0,6 o C


e. Payudara
: Setelah pertumbuhannya dimulai oleh estrogen maka
f.
7.
a.
b.
c.

progesteron ikut serta dalam pembentukan lobulus dan alveolus


Mencegah pertumbuhan folikel dan terjadinya ovulasi pada ovarium.
Dasar umum dalam pemakain estrogen dan progesterone
Sebelum diberikan harus mengenal indikasi maupun kontraindikasinya
Sebaiknya harus didahulukan jenis hormin alamiah terlebih dahulu
Jenis estrogen kuat tidak boleh diberikan lebih dari 14 hari, dan jika diberikan harus

d.

selalu ditambah progesteton dengan lama pemberian 10 14 hari


Setiap pemberian estrogen jangka panjang harus selalu dikombinasikan setelah
beberapa bulan pengobatan atau setelah dosis di naikkan keluhan masih ada maka

pengobatan harus dihentikan


e.
Pemberian pada wanita usia lebih dari 35 tahun harus dilakukan pengawasan yang
f.

ketat dn setiap terjadin perdarahan atipik harus dilakukan tindakan diagnostic


Pemberian selalu di mulai dengan dosis rendah yang efektif dan di usahakan selalu

g.
8.
a.

pemberian secara siklik


Tidak boleh diberikan pada wanita hamil
Penggunaan progesteron dalam pengobatan
Perdarahan disfungsional dapat dihentikan dengan pemberian progesteron atau

derifatnya
b.
Pada amenoria patologik, progesteron diberikan sebagai withdrawal test dikenal
c.

dengan uji P, dalam usaha mencari sebab symptom tersebut


Progesterone dalam kombinasi dengan estrogen atau sendiri memegang peranan

penting sebagai obat untuk obat kontrasepsi


d.
Progesterone ternyata sangat bermanfaat pada pengobatan terhadap endometriosis,
e.
f.
g.

walaupun sekarang banyak diganti oleh obat baru yaitu Gn-RH


Mastitis dapat bereaksi baik terhadap pemberian progesteron
Infertilitas dapat disebabkan antara lain oleh gangguan fase luteal siklus haid
Progesteron sebagai medroksi progesterone asetat atau medrogeston dapat
diberikan pada penderita dengan residif karsinema endometrii atau jika timbul

h.

metastasis
Progesterone sebagai medroksi progesterone asetat dapat digunakan untuk
mengubah siklus haid

Terapi sulih hormon (hormone replacement therapy -HRT) baik berupa estrogen saja
maupun kombinasi estrogen dan progesteron, merupakan jenis obat yang paling banyak
diresepkan bagi wanita pascamenopause di negara-negara industri maju. Para wanita
menggunakannya untuk mengatasi gejala menopause. 1 Setiap tahun jumlah
wanita postmenopause akan semakin meningkat dan pada tahun 2030 jumlah
wanita

postmenopause

peningkatan

jumlah

diperkirakan
wanita

sebesar

yang

1.200

mengalami

juta

jiwa. 2 Kecenderungan

menopause berdampak pada

peningkatan masalah kesehatan sehingga dapat mempengaruhi kualitas hidup serta


produktivitas wanita pascamenopouse.2
Tata laksana menyeluruh untuk permasalahan ini sangat diperlukan, termasuk
didalamnya penggunaan terapi sulih hormone, baik berupa estrogen saja maupun kombinasi
estrogen dan progesterone. Kebanyakan wanita menggunakannya untuk mengatasi gejala
menopause. Namun demikian, publikasi tentang kemampuan sulih hormon untuk mencegah
terjadinya penyakit kronik sepertiosteoporosis, penyakit jantung koroner (PJK), penyakit
Alzheimer dan kanker kolorektal juga memberikan kontribusi dalam peningkatan
penggunaan sulih hormon di seluruh dunia dalam dekade terakhir.2Efek protektif dari terapi
sulih hormon ini hanya terbukti pada masa tulang dan kolorektal, sedangkan terhadap
keadaan lain hingga kini masih kontroversial.
Akhir akhir ini banyak yang menggunakan terapi kombinasi estrogen d a n
progesteron karena pemberian estrogen saja dapat meningkat kan risiko
terjadinya

hiperplasia

bahkan

karsinoma

endometrium,

sedangkan

progesterondigunakan sebagai tambahan untuk mengurangi resiko tersebut.


Seperti halnyaobat obat hormonal sintetik yang lain, terapi kombinasi sulih
hormon ini jugamempunyai beberapa efek samping yang secara tidak langsung dapat
menurunkank u a l i t a s h i d u p w a n i t a p o s t m e n o p a u s e . O l e h k a r e n a i t u p e r l u
d i k a j i t e n t a n g pengaruh terapi kombinasi estrogen dan progesteron terhadap kualitas
hidupwanita postmenopause.

Anda mungkin juga menyukai