Anda di halaman 1dari 14

BAB 1

PENGANTAR
A. Pendahuluan
Kesehatan adalah salah satu parameter untuk mengukur keberhasilan pembangunan
manusia. Tanpa kesehatan manusia tidak akan produktif untuk hidup layak secara
ekonomi dan menjalani pendidikan yang baik.
Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang
harus diwujudkan dalam Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 telah dijelaskan dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009
tentang Kesehatan. Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental,
spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang un tuk hidup produktif
secara sosial dan ekonomis (Depkes, 2010).
B. Pengertian Hukum Kesehatan
Beberapa pengertian Hukum Kesehatan dilihat dari beberapa sumber:
1. Perhimpunan Hukum Kesehatan Indonesia
Hukum kesehatan adalah Semua ketentuan hukum yang berhubungan
langsung dengan pemeliharaan/pelayanan kesehatan dan penerapannya serta
hak dan kewajiban baik perorangan dan segenap lapisan masyarakat sebagai
penerima pelayanan kesehatan maupun dari pihak penyelenggara pelayanan
kesehatan dalam segala aspek organisasi: sarana pedoman medis
nasional/internasional, hukum dibidang kedokteran, yurisprudensi serta ilmu
pengetahuan bidang kedokteran kesehatan. Yang dimaksud dengan hukum
kedokteran ialah bagian hukum kesehatan yang menyangkut pelayanan
medis (Veronica, 1989).
2. Badan Pembinaan Hukum Nasional
Ketentuan-ketentuan hukum yang mengatur tentang hak dan kewajiban, baik
dari tenaga kesehatan dalam melaksanakan upaya kesehatan, maupun dari
individu dan masyarakat yang menerima upaya kesehatan tersebut dalam
segala aspeknya, yaitu aspek promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif, dan
diperhatikan pula aspek organisasi dan sarana pedoman-pedoman medis
internasional, hukum kebiasaan, dan hukum otonom dibidang kesehatan, ilmu
pengetahuan,dan literatur medis merupakan pula sumber hukum kesehatan
(Veronica, 1989).
3. H. J. J. Lennen (Pakar Hukum)
Hukum kesehatan merupakan keseluruhan ketentuan-ketentuan hukum yang
berkaitan langsung dengan pelayanan kesehatan dan penerapan kaidah1

kaidah hukum perdata, hukum administrasi negara, dan hukum pidana dalam
kaitannya dengan hal tersebut.
4. Van Der Mijn
Seperangkat ketentuan yang secara langsung berhubungan baik dengan
perawatan kesehatan maupun hukum administrasi negara.
C. Ciri-Ciri Hukum Kesehatan
1. Merupakan seperangkat ketentuan yang berhubungan langsung dengan pelayanan
kesehatan.
2. Ketentuan-ketentuan tersebut mengatur hubungan hukum antara dua pihak:
penyelenggara pelayanan kesehatan, penerima pelayanan kesehatan.
3. Terdapat berbagai macam aspek: promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif,
organisasi, sarana.
4. Diterapkan kaidah-kaidah hukum perdata, hukum pidana, dan hukum administrasi
negara.
5. Sumber hukum bagi hukum kesehatan: ketentuan-ketentuan hukum nasional,
pedoman-pedoman medis nasional, pedoman medis internasional, hukum
kebiasaan, yurisprudensi, ilmu pengetahuan dan literatur medis.
6. Hukum kedokteran merupakan bagian dari hukum kesehatan.
D. Pengelompokan Hukum Kesehatan
Kelompok I: Hak atas pemeliharaan kesehatan, hak atas bantuan medis, tanggung
jawab pribadi atas pemeliharaan kesehatan, hak menentukan nasib sendiri, fungsi
peraturan perundang-undangan dan hukum dalam pemeliharaan kesehatan.
Kelompok II: Berbagai hak yang sangat relevan dengan nilai-nilai hidup
kemasyarakatan dan agama.
Kelompok III: Mengenai pelaksanaan profesi.
Kelompok IV: Mengenai hubungan perdata.
Kelompok V: Berbagai dan bagaimana aspek keperdataan diatur dalam hukum
kesehatan.
Kelompok VI: Berbagai aspek hukum pidana
Kelompok VII: Pemeliharaan kesehatan kuratif.
Kelompok VIII: Pemeliharaan kesehatan preventif, promotif, dan sosial.
Kelompok IX: Peraturan-peraturan Internasional dalam UU.
Kelompok X: Kesehatan lingkungan.
Kelompok XI: Undang-Undang tentang Pengawasan Obat dan Makanan.
Kelompok XII: Peraturan perundang-undangan tentang organisasi.
Kelompok XIII: UU tentang Asuransi biaya sakit serta pengaturan subsidi.
Kelompok XIV: Hukum kesehatan Internasional.
Pertanyaan:
1. Apa pentingnya memahami arti penting hukum kesehatan bagi perawat?
2. Mengapa perawat perlu memahami Undang-Undang Kesehatan Nomor 36 Tahun
2009 sebagai pedoman dalam menjalankan profesi sebagai tenaga kesehatan?

BAB 2 INFORMED CONSENT


Tujuan
Memaparkan pentingnya aspek persetujuan tindakan kedokteran yang akan dilakukan oleh
tenaga medis terhadap pasien.
A. Pengertian
Pada mulanya, dikenal hak atas persetujuan/consent, baru kemudian dikenal hak atas
informasi kemudian menjadiInformed Consent. Sebagai penerima jasa pelayanan
dalam kontrak terapi pasien mempunyai hak, antara lain hak atas persetujuan tindakan
yang dilakukan, hak atas rahasia dokter, hak atas informasi dan hak atas second
opinion. Saat ini telah diatur oleh informed consent, yaitu suatu persetujuan yang
3

diberikan oleh pasien atau keluarganya atas dasar informasi. Pentingnya Informed
Consent ini juga dikaitkan dengan adanya pasal 351 KUHP tentang penganiayaan.
Sebagai contoh dengan melakukan operasi dan menggoreskan pisau kepada seseorang
sehingga menimbulkan luka,meskipun yang melakukan tindakan tersebut seorang
dokter, kecuali juka tindakan medic dilakukan sesuai ilmu kedokteran. Untuk itu
wajib bagi rumah sakit dan dokter untuk member informasi kepada pasien. Informasi
dan penjelasan tersebut dapat disampaikan secara lisan dan tulisan. Pada peraturan
nomor 290 tahun 2008 dijelaskan, setiap tindakan kedokteran mengandung risiko
tinggi harus persetujuan tertulis yang sudah ditandatangani.
Menurut Guwandi J (2005), persetujuan tindakan kedokteran adalah suatu pernyataan
izin dari pasien.
Menurut Veronika K (1989) suatu kesepakatan pasien atas upaya medis yang
dilakukan pada dirinya.
Prinsip Informed Consent yaitu :
Harus ada penjelasan dan
Diberikan persetujuan
B. Aspek Hukum Informed Consent
1. Aspek Hukum Pidana
Pasien harus memberikan persetujuan lebih dulu terhadap tindakan medis dokter, misalnya
operasi.
2. Aspek Hukum Perdata
Berkaitan dengan hokum perikatan yaitu dalam pasal 1320 BW yang intinya harus
ada kesepakatan anatara kedua belah pihak yaitu dokter dan pasien.
3. Aspek Hukum Administrasi
Ada beberapa pasien yang tidak pelu mendapat informasi yaitu pada pasien yang
belum dewasa, pada pasien yang sakit tidak sehat akalnya, pada pasien yang akan
dirugikan jika mendengar informasi tersebut. Apabila pasien dalam keadaan tidak
sadar maka dokter dapat bertindak tanpa seizin pasien.

Soal-soal:
1. Pasien harus memberikan persetujuan lebih dulu terhadap tindakan medis dokter,
bagaimna jika di dalam ruang operasi, tiba-tiba ada tindakan yang harus dilakukan
4

oleh dokter untuk keselamatan pasien. Apakah dokter masih meminta persetujuan dari
pasien? Sedangkan pasien dalam keadaan tidak sadar. Jika ya atau tidak, berikan
penjelasannya.
2. Bagaimana jika ada pasien tidak dapat memahami informasi dari dokter, kemudian
dokter bertindak atau melakukan upaya medis tanpa seizin pasien ?

BAB 7
REKAM MEDIS
A. Definisi Rekam Medis
Dalam Permenkes No: 269/MENKES/PER/III/2008 yang dimaksud rekam medis
adalah berkas yang berisi catatan dan dokumen antara lain identitas pasien, hasil
pemeriksaan, pengobatan yang telah diberikan, serta tindakan dan pelayanan lain yang telah
diberikan kepada pasien.
B. Isi Rekam Medis/Medical Record
1. Rekam Medis Pasien Rawat Jalan
Data pasien rawat jalan yang dimasukkan dalam rekam medis sekurang-kurangnya
antara lain :

a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.

Identitas Pasien
Tanggal dan waktu
Anamnesis ( sekurang-kurangnya keluhan, riwayat penyakit )
Hasil pemeriksaan fisik dan penunjang medis
Diagnosis
Rencana penatalaksanaan/Treatmen Planning
Pengobatan dan tindakan
Pelayanan lain yangg telah diberikan kepada pasien
Untuk pasien kasus gigi dilengkapi dengan odontogram klinik
Persetujuan tindakan bilaa perlu.

2. Rekam Medis Pasien Rawat Inap


Data Pasien rawat inap yang dimasukkan dalam rekam medis sekurang-kurangnya
antara lain :
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.

Identitas Pasien
Tanggal dan waktu
Anamnesis ( sekurang-kurangnya keluhan, riwayat penyakit )
Hasil pemeriksaan fisik dan penunjang medis
Diagnosis
Rencana penatalaksanaan/Treatmen Planning
Pengobatan dan tindakan
Persetujuan tindakan bila perlu
Catatan observasi klinis dan hasil prngobatan
Ringkasan pulang ( discharge summary )
Nama dan tanda tangan dokter, dokter gigi atau tenaga kesehatan tertentu yang

memberikan pelayanan kesehatan


l. Pelayanan lain yang telah diberikan oleh tenaga kesehatan tertentu
m. Untuk pasien kasus gigi dilengkapi dengan odontogram klinik.
3. Rekam Medis Pasien Gawat Darurat
Data untuk pasien gawat darurat yang harus dimasukkan dalam medical record
sekurang-kurangnya antara lain :
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.

Identitas Pasien
Kondisi saat pasien tiba di sarana pelayanan kesehatan
Identitas pengantar pasien
Tanggal dan waktu
Anamnesis ( sekurang-kurangnya keluhan, riwayat penyakit )
Hasil pemeriksaan fisik dan penunjang medis
Diagnosis
Pengobatan dan tindakan
Ringkasan kondisi pasien sebelum meninggalkan pelayanan unit gawat darurat dan
rencana tindak lanjut

j. Nama dan tanda tangan dokter, dokter gigi atau tenaga kesehatan tertentu yang
memberikan pelayanan kesehatan
k. Sarana transportasi yang digunakan bagi pasien yang akan dipindahkan ke sarana
pelayanan kesehatan lain
l. Pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien.
Khusus isi rekam medis pasien akibat bencana maka ditambahkan :
a. Jenis bencana dan lokasi di mana pasien ditemukan
b. Kategori kegawatan dan nomor pasien bencana massal
c. Identitas orang yang menemukan pasien.
C. Tata Cara Penyelenggaraan
Setiap dokter dan dokter gigi wajib membuat rekam medis, segera setelah pasien
menerima pelayanan. Pembuatan rekam

medis dilaksanakan melalui pencatatan dan

pendokumentasian hasil pemeriksaan, pengobatan, pelayanan dan tindakan lain yang telah
diberikan kepada pasien. Pencatatan harus dibubuhi nama, waktu, tanda tangan dokter, dokter
gigi atau tenaga kesehata tertentu yang memberikan pelayanan kesehatan secara langsung.
Apabila terjadi kesalahan pencatatan dapat dilakukan perbaikan dengan mencoret langsung,
tanpa menghilangkan catatan yang dibubuhkan dan membubuhkan paraf.
D. Penyimpanan, Pemusnahan dan Kerahasiaan
1. Penyimpanan
Masa simpan rekam medis di sarana rumah sakit adalah selama 5 tahun terhitung
sejak tanggal terakhir pasien mendapat perawatan, kecuali ringkasan pulang dan persetujuan
tindakan selama 10 tahun. Sedangkan masa simpan di sarana selain rumah sakit adalah 2
tahun. Setelah batas waktu tersebut, maka rekam medis dapat dimusnahkan dengan mengikuti
aturan pemusnahan dokumen.
2. Kerahasiaan Rekam Medis
Informasi tentang semua data pasien harus dijaga kerahasiaannya oleh dokter, dokter
gigi, tenaga kesehatan tertentu, petugas pengelola dan pimpinan sarana pelayanan kesehatan.
Informasi tersebut dapat dibuka dalam hal tertentu dan permintaan rekam medis untuk tujuan
tertentu harus dilakukan secara tertulis kepada pimpinan sarana pelayanan kesehatan.
E. Kepemilikan, Pemanfaatan dan Tanggun Jawab

1. Kepemilikan Rekam Medis


Berkas rekam medis merupakan milik saran pelayanan kesehatan sedangkan isi rekam
medis merupakan milik pasien. Apabila pasien meminta isi rekam medis maka dapat
diberikan dalam bentuk ringkasan rekam medis.
2. Pemanfaatan Rekam Medis
Pemafaatan rekam medis yaitu untuk pemeliharaan kesehatan dan pengobatan pasien,
alat bukti dalam proses penegakan hukum dan disipliin kedokteran, keperluan pendidikan dan
penelitian, dasar pembayaran biaya pelayanan kesehatan, data statistik kesehatan.
3. Tanggung Jawab
Pimpinan sarana pelayanan kesehatan bertanggung jawab atas hilang, rusak,
pemalsuan dan penggunaan oleh orang atau badan yang tidak berhak terhadap rekam medis.
Karena itu rekam medis disimpan dalam batas waktu tertentu, pemberian izin untuk
penelitian dan untuk pemeriksaan di pengadilan untuk kepentingan penegak hukum.
F. Rahasia Medis
Dari sudut pandang pasien, Rahasia Medis/Kedokteran adalah rahasia yang dimiliki
oleh pasien dalam bidang medis/kedokteran. Dari sudut pandang tenaga kesehatan, rahasia
medis ialah rahasia milik pasien yang diketahuinya dan wajib disimpan oleh tenaga kesehatan
dengan baik. Ruang lingkup Rahasia Medis terdiri dari :
a. Segala sesuatu oleh pasien disampaikan kepada tenaga kesehatan, baik secara disadari
maupun tidak disadari.
b. Segala sesuatu yang diketahui oleh tenaga kesehatan sewaktu memeriksa, mengobati,
merawat pasien.

Pertanyaan :
1. Jelaskan apa pentingnya rekam medis dalam aspek pengobatan pasien ?
2. Apa saja peraturan Rekam Medis yang diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan
Nomor 269/MENJES/PER/III/2008 tentang Rekam Medis ?

BAB 8
MALPRAKTIK KEDOKTERAN
A. Terminologi Malpraktik Kedokteran
Meningkatnya kesadaran masyarakat akan hak-haknya merupakan salah satu indicator
positif meningkatnya hokum dalam masyarakat. Sisi negatifnya adalah meningkatnya kasus
tenaga kesehatan atau rumah sakit disomasi,diadukan atau bahkan dituntut oleh klien (pasien)
yang akibatnya akan membekas bagi tenaga kesehatan dan mempengaruhi pelayanan
kesehatan.
Dalam perundang-undangan di Indonesia, belum ada satu pun pembatasan yang jelas
mengenai terminology malpraktik. Dalam UU No.23 tahun 1992 tentang keseehatan, UU N.
29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran, UU No. 36 tentang kesehatan maupun UU No.44
tentang Rumah Sakit belum dimuat jelas mengenai istilah malpraktik.
Kelalaian medik (negligence) dari aspek hokum merupakan suatu sikap kurang hati-hati
menurut ukuran yang wajar, acuh tak acuh, dan ceroboh. Kelalaian terdiri dari :
- Malfeasance : melakukan tindakan tidak layak, atau lalai membuat keputusan.
- Misfeasance : melakukan pilihan yang tidak tepat, atau lalai melaksanakan putusan
-

atau eksekusi.
Nonfeasance : tidak melakukan kewajiba.

Kelalaian menurut J. Guwandi, adalah tidak melakukan apa yang seseorang yang wajar
akan lakukan, atau melakukan yang tidak sewajarnya tidak dilakukan. Guawandi juga
membagi kelalain menjadi kelalaian yang bersifat ringan (slinght negligence) yang dapat di
ajukan gugatan perdata atau ganti rugi, dan yang bersifat berat (gross negligence) yang dapat
di ajukan gugatan pidana.
B. Pengertian Malpraktik
Malpraktik dalam bahasa Inggris disebut mal practice yang berarti wrongdoing atau
neglect of duty (dari The Advanced Learners Dictionery of Current English Hornby Cs.
2nd edition, Oxford University Press , London). DALAM Coughlins Dictionary of Law
terdapat perumusan Malpractice yang dikaitkan dengan kesalahan profewsi sebagai berikut:

Malpractice is Profesional misconduct on the part of the professional person,


such as a physician, dentist, veterinarian. Malpractice may be result of
ignorance, neglect, or lack of skill or fidelity in the performance of
professional duties; internasional wrongdoing; or illegal unethical practice.
jika pengertian ini diterpkan dibidang kedokteran maka dapat dikatakan seorang dokter
melakukan malpraktek jika ia melakukan suatu tindakan medis yang salah (wrongdoing) atau
ia tidak atau tidak cukup mengurus pongobatan dan perawatan pasien (neglect tha patient by
giving not or enough care to the patient).
C. Teori-teori Malpraktik
Teori Sumber Perbuatan Malpraktik
Dalam buku: The Law of Hospital and Health Care Administration yang ditulis oleh Artur
F. Southwi dikemukakan adanya tiga teori menyebutkan sumber dari suatu perbuatan
malpraktik, yaitu:
a. pelanggaran kontrak (Breach of Contract)
b. Teori perbuatan yang disengaja (International Tort)
c. Teori kelalaian (Negligence)
D. Tanggung jawab pelayanan bidan/ perawat
Untuk penentuan tanggung jawabnya, harus dilihat proses pendelegasiannya. Ini bersifat
independen, perawat atau bidan tidak bertanggung jawab sepenuhnya. Syarat
pendelegasian adalah :
1. Untuk penentuan diagnosa/ terapi tidak boleh didelegasikan.
2. Pemberian pendelegasian harus yakin akan kemampuan yang akan didelegasikan.
3. Pendelegasian harus tertulis secara rinci/ jelas.
4. Harus ada bimbingan teknis dari pemberian pendelegasian.
5. Bila penerima merasa yakin tidak mampu , maka ia wajib menolak.
E. Perikatan pasien dan dokter
Terdapat dua bentuk perikatan antara pasien dan dokter yaitu :
1. Perikatan hasil (resultaats verbintenis)
Perikatan hasil apabila pemberi pelayanan kesehatan berkewajiban menghasilkan
suatu hasil. Contohnya sebagai berikut: apabila pergi ke dokter gigi menambal gigi
yang berlubang, diharapkan adanya suatu hasil gigi yang ditambal. Hubungan dengan
beban pembuktian apabila terjadi kasus, terletak pada tenaga kesehatan atau
dokternya. Pasien cukup menyatakan bahwa tenaga kesehatan tidak memenuhi
kewajibannya. Apabila tenaga kesehatan menyatakan pembelaan, biasanya karena ada
daya paksa. (overmacht)
2. Perikatan usaha (inspannings verbintenis)
10

Pada pasal 39 UU NO. 29 tahun 2004 tentang praktik kedokteran menyatakan bahwa
praktik kedokteran diselenggarakan berdasarkan kesepakatan antara dokter dan
pasien, sehingga dapat disimpulkan hubungan dokter dan pasien terjasdi cukup
dengan adanya kesepakatan.
Berdasarkan undang - undang hubungan antara tenaga kesehatan mengacu kepada
pasal 1365, pasal 1366 dan pasal 1367 Kitab Undang Hukum Perdata. Pasal 1365
mengatur tentang perbuatan melawan hukum yang menyatakan setiap perbuatan yang
melanggar hukum sehinngga membawa kerugian kepada orang lain, maka si pelaku
menyebabkan kerugian tersebut berkewajiban untuk mengganti kerugian tersebut.
Pasal 1366, seseorang tidak saja bertanggung jawab terhadap kerugian yang
ditimbulkan oleh dirinya sendiri, tetapi juga bertanggung jawab terhadap tindakan
dari orang orang yang berada di bawah tanggung jawabnya atau disebabkan oleh
barang- barang yang berada di bawah pengawasannya.
Sedangkan pasal 1367 digunakan pertanggungjawaban dokter bagi orang-orang yang
berada dibawah pengawasannya.

PERTANYAAN:
1. Apakah pada pemberian obat yang tidak sampai menyebabkan bahaya atau kematian
dapat dikatakan malpraktik kedokteran ?
2. Apakah malpraktik kedokteran akan berbeda dengan malpraktik pada keperawatan ?
Jika berbeda bagaimana jika seorang perawat melakukan suatu tindakan yang salah
atau wrong-doing atas instruksi dari dokter, manakah yang patut disalahkan perawat
atau dokter ?

BAB 10
E. Kode Etik
1. Pengertian Kode Etik

11

Kode etik adalah suatu proses norma-norma yang harus diindahkan oleh setiap
anggota perofesi yang bersangkutan dalam melaksanakan tugas profesinya dan dalam
hidupnya di masyarakat, juga merupakan suatau pernyataan komprehensif dari profesi yang
memberikan tuntutan bagi anggotanya baik yang berhubugan dengan klien/pasien, keluarga,
masyarakat, teman sejawat, profesi dan dirinya sendiri. Disamping itu kode etik juga
dibutuhkan pengetahuan yang berhubungan dengan hukum.

2. Tujuan Kode Etik


Pada dasarnya kode etik bertujuan menciptakan atau merumuskan kode etik suatu
profesi untuk kepentingan anggota dan kepentingan organisasi. Secara umum tujuan
menciptakan kode etik adalah:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.

Menjunjung tinggi martabat dab citra profesi


Menjaga dan memelihara kesejahteraan anggota
Untuk meningkatkan pengabdian para angggota profesi
Untuk meningkatkan mutu profesi
Anggota profesi dan klien/pasien
Prinsip kode etik
Penetapan kode etik

3. Standar Profesi dan Kode Etik Kedokteran


Unsur Standar Profesi Kedokteran yang terdapat dalam rumusan Leneen:
a.
b.
c.
d.
e.

Berbuat secara teliti/saksama (zorgvuldig handelen) dikaitkan dengan culpa/kelalaian.


Seseuai ukuran ilmu medik
Kemampuan rata-rata (average) di banding kategori keahlian medik yang sama
Situasi dan kondisi yang sama
Saran upaya yang sebanding/proposional (asas proporsionalitas) dengan tujuan
konkret tindakan atau perbuatan medik tersebut

G. Kode Etik Keperawatan


Kode etik perawat adalah suatu pernyataan atau keyakinan yang mengungkapkan
kepedulian moral, nilai dan tujuan keperawatan. Kode etika bertujuan untuk memberikan
dasar terhadap keputusan yang menyangkut masalah etika dengan menggunakan mode;model moralitas yang konsekuen dan absolut.
12

Secara lengkap kode etik perawat dapat dijabarkan sebagai berikut:


1.
2.
3.
4.
5.
6.

Perawat dan klien


Perawat dan praktik
Perawat dan masyarakat
Perawat dan teman sejawat
Perawat dan profesi
Unsur-unsur kode etika perawat
a. Prinsip dan Nilai
1. Respek
2. Otonomi
3. Kemurahan hati
4. Non-malefience
5. Kejujuran
6. Kerahasiaan
7. Kesetiaan
8. Keadilan
9. Kesehatan dan kesejahteraan
10. Pilihan
11. Martabat
12. Akuntabilitas
13. Lingkungan praktik yang kondusif untuk asuhan keperawatn yang aman,
kompeten, dan etis.
b. Pernyataan tanggung jawab

L. Pelanggaran Etika Profesi, Pelanggaran Disiplin Profesi, dan Pelanggaran Hukum


1. Pelanggaran Etika Profesi
Seorang doter dan tenaga kesehatan lainnya diduga melakukan pelanggaran etika jika
ia melakukan tindakan yang bertentangan dengan kode etik profesinya. Kode etik diartikan
sebagai kumpulan asas atau nilai moral, yang menyangkut keseluruhan asas atau nilai yang
berkenaan dengan baik dan buruk.
2. Pelanggaran Disiplin Profesi
Pelanggaran dapat ditemukan dalam bentuk:
a. Medical negligence (kelalaian medik)
b. Profesional misconduct (kesalahan perilaku profesional)
3. Pelanggaran Hukum
a. Pelanggaran Perdata
Seorang dokter atau tenaga kesehatan harus bertanggung jawab secara perdata apabila
ia melakukan hal-hal berikut ini:
1. Melakukan wanprestasi (Pasal 1239 KUHPerdata)
2. Melakukan perbuatan melawan hukum (Pasal 1365 KUHPerdata)
3. Melakukan kelalaian sehingga mengakibatkan kerugian (Pasal 1366
KUHPerdata)
13

4. Melalaikan pekerjaan sebagai penanggung jawab (Pasal 1367 ayat (3)


KUHPerdata)
b. Pelanggaran Pidana
Ketentuan yang mengatur pelanggaran pidana dalam bentuk kelalaian ditemukan
dalam bentuk:
1. Terjadi kelalaian/kealpaan yang menyebabkan matinya orang lain. (Pasal 359
KUHP)
2. Terjadi kelalaian/kealpaan yang menyebabkan orang lain luka berat atau sakit.
(Pasal 360 KUHP)
3. Dalam hal tindakan dilakukan oleh dokter dalam menjalankan suatu jabatan atau
pencaharian, maka pidana ditambah dengan sepertiga dan ia dapat dicabut haknya
untuk menjalankan pencaharian dan hakim dapat memerintahkan supaya
putusannya diumumkan. (Pasal 361 KUHP)
PERTANYAAN:
1. Dalam ilustrasi di atas, apakah perawat tersebut tidak akan dikenakan sanksi ?
2. Apakah dokter tersebut hanya dapat dikenakan pasal 1367 KHUPerdata ataukah
dikenakan juga dengan pasal berlapis, pasal 359 KUHP dan pasal 360 KUHP?

14

Anda mungkin juga menyukai