PENGANTAR
A. Pendahuluan
Kesehatan adalah salah satu parameter untuk mengukur keberhasilan pembangunan
manusia. Tanpa kesehatan manusia tidak akan produktif untuk hidup layak secara
ekonomi dan menjalani pendidikan yang baik.
Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang
harus diwujudkan dalam Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 telah dijelaskan dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009
tentang Kesehatan. Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental,
spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang un tuk hidup produktif
secara sosial dan ekonomis (Depkes, 2010).
B. Pengertian Hukum Kesehatan
Beberapa pengertian Hukum Kesehatan dilihat dari beberapa sumber:
1. Perhimpunan Hukum Kesehatan Indonesia
Hukum kesehatan adalah Semua ketentuan hukum yang berhubungan
langsung dengan pemeliharaan/pelayanan kesehatan dan penerapannya serta
hak dan kewajiban baik perorangan dan segenap lapisan masyarakat sebagai
penerima pelayanan kesehatan maupun dari pihak penyelenggara pelayanan
kesehatan dalam segala aspek organisasi: sarana pedoman medis
nasional/internasional, hukum dibidang kedokteran, yurisprudensi serta ilmu
pengetahuan bidang kedokteran kesehatan. Yang dimaksud dengan hukum
kedokteran ialah bagian hukum kesehatan yang menyangkut pelayanan
medis (Veronica, 1989).
2. Badan Pembinaan Hukum Nasional
Ketentuan-ketentuan hukum yang mengatur tentang hak dan kewajiban, baik
dari tenaga kesehatan dalam melaksanakan upaya kesehatan, maupun dari
individu dan masyarakat yang menerima upaya kesehatan tersebut dalam
segala aspeknya, yaitu aspek promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif, dan
diperhatikan pula aspek organisasi dan sarana pedoman-pedoman medis
internasional, hukum kebiasaan, dan hukum otonom dibidang kesehatan, ilmu
pengetahuan,dan literatur medis merupakan pula sumber hukum kesehatan
(Veronica, 1989).
3. H. J. J. Lennen (Pakar Hukum)
Hukum kesehatan merupakan keseluruhan ketentuan-ketentuan hukum yang
berkaitan langsung dengan pelayanan kesehatan dan penerapan kaidah1
kaidah hukum perdata, hukum administrasi negara, dan hukum pidana dalam
kaitannya dengan hal tersebut.
4. Van Der Mijn
Seperangkat ketentuan yang secara langsung berhubungan baik dengan
perawatan kesehatan maupun hukum administrasi negara.
C. Ciri-Ciri Hukum Kesehatan
1. Merupakan seperangkat ketentuan yang berhubungan langsung dengan pelayanan
kesehatan.
2. Ketentuan-ketentuan tersebut mengatur hubungan hukum antara dua pihak:
penyelenggara pelayanan kesehatan, penerima pelayanan kesehatan.
3. Terdapat berbagai macam aspek: promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif,
organisasi, sarana.
4. Diterapkan kaidah-kaidah hukum perdata, hukum pidana, dan hukum administrasi
negara.
5. Sumber hukum bagi hukum kesehatan: ketentuan-ketentuan hukum nasional,
pedoman-pedoman medis nasional, pedoman medis internasional, hukum
kebiasaan, yurisprudensi, ilmu pengetahuan dan literatur medis.
6. Hukum kedokteran merupakan bagian dari hukum kesehatan.
D. Pengelompokan Hukum Kesehatan
Kelompok I: Hak atas pemeliharaan kesehatan, hak atas bantuan medis, tanggung
jawab pribadi atas pemeliharaan kesehatan, hak menentukan nasib sendiri, fungsi
peraturan perundang-undangan dan hukum dalam pemeliharaan kesehatan.
Kelompok II: Berbagai hak yang sangat relevan dengan nilai-nilai hidup
kemasyarakatan dan agama.
Kelompok III: Mengenai pelaksanaan profesi.
Kelompok IV: Mengenai hubungan perdata.
Kelompok V: Berbagai dan bagaimana aspek keperdataan diatur dalam hukum
kesehatan.
Kelompok VI: Berbagai aspek hukum pidana
Kelompok VII: Pemeliharaan kesehatan kuratif.
Kelompok VIII: Pemeliharaan kesehatan preventif, promotif, dan sosial.
Kelompok IX: Peraturan-peraturan Internasional dalam UU.
Kelompok X: Kesehatan lingkungan.
Kelompok XI: Undang-Undang tentang Pengawasan Obat dan Makanan.
Kelompok XII: Peraturan perundang-undangan tentang organisasi.
Kelompok XIII: UU tentang Asuransi biaya sakit serta pengaturan subsidi.
Kelompok XIV: Hukum kesehatan Internasional.
Pertanyaan:
1. Apa pentingnya memahami arti penting hukum kesehatan bagi perawat?
2. Mengapa perawat perlu memahami Undang-Undang Kesehatan Nomor 36 Tahun
2009 sebagai pedoman dalam menjalankan profesi sebagai tenaga kesehatan?
diberikan oleh pasien atau keluarganya atas dasar informasi. Pentingnya Informed
Consent ini juga dikaitkan dengan adanya pasal 351 KUHP tentang penganiayaan.
Sebagai contoh dengan melakukan operasi dan menggoreskan pisau kepada seseorang
sehingga menimbulkan luka,meskipun yang melakukan tindakan tersebut seorang
dokter, kecuali juka tindakan medic dilakukan sesuai ilmu kedokteran. Untuk itu
wajib bagi rumah sakit dan dokter untuk member informasi kepada pasien. Informasi
dan penjelasan tersebut dapat disampaikan secara lisan dan tulisan. Pada peraturan
nomor 290 tahun 2008 dijelaskan, setiap tindakan kedokteran mengandung risiko
tinggi harus persetujuan tertulis yang sudah ditandatangani.
Menurut Guwandi J (2005), persetujuan tindakan kedokteran adalah suatu pernyataan
izin dari pasien.
Menurut Veronika K (1989) suatu kesepakatan pasien atas upaya medis yang
dilakukan pada dirinya.
Prinsip Informed Consent yaitu :
Harus ada penjelasan dan
Diberikan persetujuan
B. Aspek Hukum Informed Consent
1. Aspek Hukum Pidana
Pasien harus memberikan persetujuan lebih dulu terhadap tindakan medis dokter, misalnya
operasi.
2. Aspek Hukum Perdata
Berkaitan dengan hokum perikatan yaitu dalam pasal 1320 BW yang intinya harus
ada kesepakatan anatara kedua belah pihak yaitu dokter dan pasien.
3. Aspek Hukum Administrasi
Ada beberapa pasien yang tidak pelu mendapat informasi yaitu pada pasien yang
belum dewasa, pada pasien yang sakit tidak sehat akalnya, pada pasien yang akan
dirugikan jika mendengar informasi tersebut. Apabila pasien dalam keadaan tidak
sadar maka dokter dapat bertindak tanpa seizin pasien.
Soal-soal:
1. Pasien harus memberikan persetujuan lebih dulu terhadap tindakan medis dokter,
bagaimna jika di dalam ruang operasi, tiba-tiba ada tindakan yang harus dilakukan
4
oleh dokter untuk keselamatan pasien. Apakah dokter masih meminta persetujuan dari
pasien? Sedangkan pasien dalam keadaan tidak sadar. Jika ya atau tidak, berikan
penjelasannya.
2. Bagaimana jika ada pasien tidak dapat memahami informasi dari dokter, kemudian
dokter bertindak atau melakukan upaya medis tanpa seizin pasien ?
BAB 7
REKAM MEDIS
A. Definisi Rekam Medis
Dalam Permenkes No: 269/MENKES/PER/III/2008 yang dimaksud rekam medis
adalah berkas yang berisi catatan dan dokumen antara lain identitas pasien, hasil
pemeriksaan, pengobatan yang telah diberikan, serta tindakan dan pelayanan lain yang telah
diberikan kepada pasien.
B. Isi Rekam Medis/Medical Record
1. Rekam Medis Pasien Rawat Jalan
Data pasien rawat jalan yang dimasukkan dalam rekam medis sekurang-kurangnya
antara lain :
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
Identitas Pasien
Tanggal dan waktu
Anamnesis ( sekurang-kurangnya keluhan, riwayat penyakit )
Hasil pemeriksaan fisik dan penunjang medis
Diagnosis
Rencana penatalaksanaan/Treatmen Planning
Pengobatan dan tindakan
Pelayanan lain yangg telah diberikan kepada pasien
Untuk pasien kasus gigi dilengkapi dengan odontogram klinik
Persetujuan tindakan bilaa perlu.
Identitas Pasien
Tanggal dan waktu
Anamnesis ( sekurang-kurangnya keluhan, riwayat penyakit )
Hasil pemeriksaan fisik dan penunjang medis
Diagnosis
Rencana penatalaksanaan/Treatmen Planning
Pengobatan dan tindakan
Persetujuan tindakan bila perlu
Catatan observasi klinis dan hasil prngobatan
Ringkasan pulang ( discharge summary )
Nama dan tanda tangan dokter, dokter gigi atau tenaga kesehatan tertentu yang
Identitas Pasien
Kondisi saat pasien tiba di sarana pelayanan kesehatan
Identitas pengantar pasien
Tanggal dan waktu
Anamnesis ( sekurang-kurangnya keluhan, riwayat penyakit )
Hasil pemeriksaan fisik dan penunjang medis
Diagnosis
Pengobatan dan tindakan
Ringkasan kondisi pasien sebelum meninggalkan pelayanan unit gawat darurat dan
rencana tindak lanjut
j. Nama dan tanda tangan dokter, dokter gigi atau tenaga kesehatan tertentu yang
memberikan pelayanan kesehatan
k. Sarana transportasi yang digunakan bagi pasien yang akan dipindahkan ke sarana
pelayanan kesehatan lain
l. Pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien.
Khusus isi rekam medis pasien akibat bencana maka ditambahkan :
a. Jenis bencana dan lokasi di mana pasien ditemukan
b. Kategori kegawatan dan nomor pasien bencana massal
c. Identitas orang yang menemukan pasien.
C. Tata Cara Penyelenggaraan
Setiap dokter dan dokter gigi wajib membuat rekam medis, segera setelah pasien
menerima pelayanan. Pembuatan rekam
pendokumentasian hasil pemeriksaan, pengobatan, pelayanan dan tindakan lain yang telah
diberikan kepada pasien. Pencatatan harus dibubuhi nama, waktu, tanda tangan dokter, dokter
gigi atau tenaga kesehata tertentu yang memberikan pelayanan kesehatan secara langsung.
Apabila terjadi kesalahan pencatatan dapat dilakukan perbaikan dengan mencoret langsung,
tanpa menghilangkan catatan yang dibubuhkan dan membubuhkan paraf.
D. Penyimpanan, Pemusnahan dan Kerahasiaan
1. Penyimpanan
Masa simpan rekam medis di sarana rumah sakit adalah selama 5 tahun terhitung
sejak tanggal terakhir pasien mendapat perawatan, kecuali ringkasan pulang dan persetujuan
tindakan selama 10 tahun. Sedangkan masa simpan di sarana selain rumah sakit adalah 2
tahun. Setelah batas waktu tersebut, maka rekam medis dapat dimusnahkan dengan mengikuti
aturan pemusnahan dokumen.
2. Kerahasiaan Rekam Medis
Informasi tentang semua data pasien harus dijaga kerahasiaannya oleh dokter, dokter
gigi, tenaga kesehatan tertentu, petugas pengelola dan pimpinan sarana pelayanan kesehatan.
Informasi tersebut dapat dibuka dalam hal tertentu dan permintaan rekam medis untuk tujuan
tertentu harus dilakukan secara tertulis kepada pimpinan sarana pelayanan kesehatan.
E. Kepemilikan, Pemanfaatan dan Tanggun Jawab
Pertanyaan :
1. Jelaskan apa pentingnya rekam medis dalam aspek pengobatan pasien ?
2. Apa saja peraturan Rekam Medis yang diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan
Nomor 269/MENJES/PER/III/2008 tentang Rekam Medis ?
BAB 8
MALPRAKTIK KEDOKTERAN
A. Terminologi Malpraktik Kedokteran
Meningkatnya kesadaran masyarakat akan hak-haknya merupakan salah satu indicator
positif meningkatnya hokum dalam masyarakat. Sisi negatifnya adalah meningkatnya kasus
tenaga kesehatan atau rumah sakit disomasi,diadukan atau bahkan dituntut oleh klien (pasien)
yang akibatnya akan membekas bagi tenaga kesehatan dan mempengaruhi pelayanan
kesehatan.
Dalam perundang-undangan di Indonesia, belum ada satu pun pembatasan yang jelas
mengenai terminology malpraktik. Dalam UU No.23 tahun 1992 tentang keseehatan, UU N.
29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran, UU No. 36 tentang kesehatan maupun UU No.44
tentang Rumah Sakit belum dimuat jelas mengenai istilah malpraktik.
Kelalaian medik (negligence) dari aspek hokum merupakan suatu sikap kurang hati-hati
menurut ukuran yang wajar, acuh tak acuh, dan ceroboh. Kelalaian terdiri dari :
- Malfeasance : melakukan tindakan tidak layak, atau lalai membuat keputusan.
- Misfeasance : melakukan pilihan yang tidak tepat, atau lalai melaksanakan putusan
-
atau eksekusi.
Nonfeasance : tidak melakukan kewajiba.
Kelalaian menurut J. Guwandi, adalah tidak melakukan apa yang seseorang yang wajar
akan lakukan, atau melakukan yang tidak sewajarnya tidak dilakukan. Guawandi juga
membagi kelalain menjadi kelalaian yang bersifat ringan (slinght negligence) yang dapat di
ajukan gugatan perdata atau ganti rugi, dan yang bersifat berat (gross negligence) yang dapat
di ajukan gugatan pidana.
B. Pengertian Malpraktik
Malpraktik dalam bahasa Inggris disebut mal practice yang berarti wrongdoing atau
neglect of duty (dari The Advanced Learners Dictionery of Current English Hornby Cs.
2nd edition, Oxford University Press , London). DALAM Coughlins Dictionary of Law
terdapat perumusan Malpractice yang dikaitkan dengan kesalahan profewsi sebagai berikut:
Pada pasal 39 UU NO. 29 tahun 2004 tentang praktik kedokteran menyatakan bahwa
praktik kedokteran diselenggarakan berdasarkan kesepakatan antara dokter dan
pasien, sehingga dapat disimpulkan hubungan dokter dan pasien terjasdi cukup
dengan adanya kesepakatan.
Berdasarkan undang - undang hubungan antara tenaga kesehatan mengacu kepada
pasal 1365, pasal 1366 dan pasal 1367 Kitab Undang Hukum Perdata. Pasal 1365
mengatur tentang perbuatan melawan hukum yang menyatakan setiap perbuatan yang
melanggar hukum sehinngga membawa kerugian kepada orang lain, maka si pelaku
menyebabkan kerugian tersebut berkewajiban untuk mengganti kerugian tersebut.
Pasal 1366, seseorang tidak saja bertanggung jawab terhadap kerugian yang
ditimbulkan oleh dirinya sendiri, tetapi juga bertanggung jawab terhadap tindakan
dari orang orang yang berada di bawah tanggung jawabnya atau disebabkan oleh
barang- barang yang berada di bawah pengawasannya.
Sedangkan pasal 1367 digunakan pertanggungjawaban dokter bagi orang-orang yang
berada dibawah pengawasannya.
PERTANYAAN:
1. Apakah pada pemberian obat yang tidak sampai menyebabkan bahaya atau kematian
dapat dikatakan malpraktik kedokteran ?
2. Apakah malpraktik kedokteran akan berbeda dengan malpraktik pada keperawatan ?
Jika berbeda bagaimana jika seorang perawat melakukan suatu tindakan yang salah
atau wrong-doing atas instruksi dari dokter, manakah yang patut disalahkan perawat
atau dokter ?
BAB 10
E. Kode Etik
1. Pengertian Kode Etik
11
Kode etik adalah suatu proses norma-norma yang harus diindahkan oleh setiap
anggota perofesi yang bersangkutan dalam melaksanakan tugas profesinya dan dalam
hidupnya di masyarakat, juga merupakan suatau pernyataan komprehensif dari profesi yang
memberikan tuntutan bagi anggotanya baik yang berhubugan dengan klien/pasien, keluarga,
masyarakat, teman sejawat, profesi dan dirinya sendiri. Disamping itu kode etik juga
dibutuhkan pengetahuan yang berhubungan dengan hukum.
14