Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Tanggal
: 19 Agustus 2014
Disusun oleh :
Kelompok III
Rezki Ridhayanti Ahmad, SKH
Vivi Dwi Santi, SKH
B94134245
B94134255
Pembimbing :
Dr. med. vet. Drh. Hadri Latif, MSi
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Mastitis merupakan peradangan yang terjadi pada ambing. Mastitis
memiliki berbagai macam jenis yang dinamakan berdasarkan kehadiran jumlah
sel somatik, bakteri pathogen dan perubahan fisik (Lukman et al. 2009). Mastitis
yang memiliki prevalensi tinggi yakni mencapai 75% menurut Erskine (2011)
adalah mastitis subklinis. Di Indonesia kejadian mastitis subklinis berada pada
angka 97% (Pratomo et al. 2014). Tingginya kejadian mastitis di Indonesia
menyebabkan pemeriksaan harus rutin dilakukan karena dampak yang
ditimbulkan adalah penurunan produksi susu.
Pemeriksaan mastitis subklinis yang paling tepat adalah dengan
mengukur jumlah sel somatik yang ada pada susu. Menurut Lukman et al. (2009)
jumlah sel somatik pada susu mastitis subklinis adalah > 400.000. Pengukuran
dapat dilakukan secara langsung maupun tidak langsung. Pada pengukuran
langsung dapat dilakukan dengan metode Breed sedangkan metode tidak
langsung dapat dilakukan dengan California Mastitis Test (CMT), Aulendofer
Mastitis probe (AMP), Whiteside Test (WST), dan IPB mastitis test.
Tujuan
Tujuan dari pemeriksaan ini adalah untuk mengetahui jumlah sel somatik
dan bakteri patogen dalam susu sebagai indikator terjadinya mastitis subklinis.
A=FXB
Keterangan : A = Jumlah sel somatik
F = Faktor mikroskop
B = Rataan jumlah sel somatik dari 10-30 lapang pandang.
dihomogenkan secara horizontal selama 15-20 detik dan diamati reaksi yang
terjadi. Pembacaan hasil reaksinya adalah apabila susu homogen berarti negatif
sedangkan jika terbentuk lendir atau kental berarti positif (+, ++, +++).
Whiteside test (WST). Gelas objek dibersihkan, kemudian diteteskan
NaOH 1 N sebanyak 1 tetes dan sampel susu sebanyak 5 tetes. Lalu campuran
dihomogenkan dengan tusuk gigi dan diamati perubahannya.
Penilaiannya
adalah bila susu tetap homogen berarti rekasi negatif dan apabila ada endapan
berarti reaksi positif.
Pengukuran konduktivitas listrik dengan milk checker.
Sejumlah
Satu
ose contoh susu digoreskan pada media agar darah. Agar diinkubasi pada suhu
37 C selama 24 jam. Koloni yang tumbuh diamati dan diperhatikan koloni
spesifik yang tumbuh dan ada tidaknya zona hemolisa.
Signalemen
:
Jenis hewan
Ras
Warna
Pemilik
: Sapi
: Friesian Holstein (FH)
: Putih hitam
: FAPET IPB
Pengambilan sampel
Pengujian sampel
Transportasi sampel
IPB1
Breed
(sel/mL)
3.4x105
Jenis uji
Milk
checke
r (mS)
Diagnosa
WST
Bakteri
patogen
6.0
Normal
10.8x105
6.7
Mastitis
Aseptis
4.8x105
6.3
Mastitis
Aseptis
++
7.0x105
6.3
Mastitis
Aseptis
Pengujian pertama yang dilakukan adalah IPB-1 mastitis test. IPB mastitis
test merupakan metode pengembangan dengan cara memodifikasi uji-uji AMP
membuktikan
bahwa
kesesuaian
nilai
konduktivitas
dengan
peningkatan sel somatik akan tinggi (80%) jika nilai konduktivitas yang didapat
adalah 6.5 mS. Pada sample susu kali ini pernyataan Jenzekovic benar karena
pada susu yang memiliki nilai konduktivitas 6.7 mS (Kuartir kiri depan) memiliki
jumlah sel somatic yang tinggi yaitu 1080000 sel/ml.
Uji Whiteside (WST) merupakan bentuk uji tidak langsung untuk
mendeteksi mastitis subklinis dengan hasil yang sangat cepat. Pada uji ini
reagen NaOH yang dicampur dengan contoh susu akan menurunkan tegangan
permukaan sel somatik dan akan bereaksi dengan DNA, membentuk benang-
benang halus sampai titik-titik endapan di dasar gelas objek. Uji ini menjukan
hasil positif pada semua kuartir. Positifnya semua kuartir tidak sesuai dengan
beberapa uji yang dilakukan sebelumnya, karena nilai spesifitas dari WST sangat
rendah yaitu 0.32 atau 32%, sehingga akan meningkatkan kemungkinan
terjadinya positif palsu (Sudarwanto 1998).
Pemeriksaan kehadiran bakteri pathogen pada susu dapat dilakukan
dengan menumbuhkannya di media agar. Media agar yang biasa digunakan
adalah agar darah. Saat diamati 24 jam setelah ditumbuhkan pada agar darah
tidak ditemukan pertumbuhan yang menghasilkan zona bening ataupun zona
kehijauan. Zona bening terbentuk akibat adanya beta hemolisis, sedangkan zona
kehijauan sekitar koloni terbentuk akibat alfa hemolisis (Buxton 2005). Koloni
mikroorganisme yang tumbuh pada agar darah meliputi Streptococcus sp. dan
Staphyococcus sp. Tidak adanya pertumbuhan tersebut menjelaskan bahwa
mastitis yang terjadi bukanlah mastitis subklinis, tetapi mastitis aseptis.
SIMPULAN
Berdasarkan hasil pemeriksaan susu yang dilakukan dengan uji WST,
IPB-1 mastitis test dan milk checker menunjukkan bahwa sampel susu sapi
FAPET IPB mengalami mastitis aseptis pada semua kuartir yang diuji.
DAFTAR PUSTAKA
Buxton R. 2005. Blood Agar Plates and hemolysus protocols [internet] [terhubung
berkala
http://www.microbelibrary.org/component/resource/laboratorytest/2885-blood-agar-plates-and-hemolysis-protocols] [diunduh 27 Agustus
2014]
Erskine RJ. 2011. Mastitis in Cattle [internet] [terhubung berkala
http://www.merckmanuals.com/vet/reproductive_system/mastitis_in_large_
animals/mastitis_in_cattle.html] [diunduh 24 Agustus 2014]
Janzekovic M, Brus M, Mursec B, Vinis P, Stajnko D, Cus F. 2009. Mastitis
detection based on electric conductivity of milk. J Achiev Mater and
Manufact Engineer 34(1): 39-46
Lukman DW, Sudarwanto M, Sanjaya AW, Purnawarman T, Latif H, Soejoedono
RR. 2009. Pengaruh mastitis terhadap kualitas susu. Di dalam: Pisestyani
H, editor. Higiene Pangan. Bogor: Bagian Kesehatan Masyarakat
Veteriner IPHK, FKH, IPB.
Pratomo FA, Zobda PR, Shanda F, Wildan M, Putra DME. 2013. Mastech
(Mastitis Detection Technology) Metode Deteksi Mastitis Berbasis
Biosurfaktan Asal Pseudomonas sp. PKM-P Dikti.
Sudarwanto M. 1998. Pereaksi IPB-1 Sebagai Pereaksi Alternatif Untuk
Mendeteksi Mastitis Subklinis. Media Vet 5 (1) : 1-5
Sudarwanto M, Sudarnika E. 2011. Nilai Diagnostik Tes IPB Mastitis
Dibandingkan dengan Jumlah Sel Somatik Dalam Susu [Internet].
[terhunung
berkala
http://etih.staff.ipb.ac.id/files/2011/07/NILAIDIAGNOSTIK-TES-IPB-MASTITIS.pdf] [diunduh 26 Agustus 2014]