Anda di halaman 1dari 28

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Pengertian
Kanker ovarium merupakan tumor dengan histiogenesis yang beraneka
ragam, dapat berasal dari ketiga (3) dermoblast (ektodermal, endodermal,
mesodermal) dengan sifat-sifat histiologis maupun biologis yang beraneka ragam
(Smeltzer & Bare, 2002).
Terdapat pada usia peri menopause kira-kira 60%, dalam masa reproduksi
30% dan 10% terpadat pada usia yang jauh lebih muda. Tumor ini dapat jinak
(benigna), tidak jelas jinak tapi juga tidak jelas / pasti ganas (borderline
malignancy atau carcinoma of low maligna potensial) dan jelas ganas (true
malignant) (Priyanto, 2007).
Kanker ovarium sebagian besar berbentuk kista berisi cairan maupun
padat. Kanker ovarium disebut sebagai silent killer. Karena ovarium terletak di
bagian dalam sehingga tidak mudah terdeteksi 70-80% kanker ovarium baru
ditemukan pada stadium lanjut dan telah menyebar (metastasis) kemana-mana
(Wiknjosastro, 1999).

B. Anatomi fisiologi ovari


Organ reproduksi wanita terdiri atas organ eksterna dan organ interna.
Organ interna berfungsi dalam kopulasi, sedangkan organ interna berfungsi dalam
ovulasi, sebagai tempat fertilisasi sel telur dan perpindahan blastosis,

ovarium merupakan salah satu organ reproduksi wanita, serta sebagai


tempat implantasi; dapat dikatakan organ interna berfungsi untuk pertumbuhan
dan kelahiran janin.
1. Organ eksterna
2. Organ Internal
a. Vagina
Vagina merupakan saluran fibromuskuler elastis yang membentang
ke atas dan ke belakang dari vulva hingga uterus. Dinding anterior vagina
mempunyai panjang kurang lebih 7,5 cm dan dinding posteriornya 9 cm.
Vagina mempunyai banyak fungsi yaitu sebagai saluran keluar dari uterus,
dilalui sekresi uterus, dan kotoran menstruasi, sebagai organ kopulasi dan
sebagai bagian jalan lahir saat persalinan.
Dinding vagina terdiri atas empat lapisan : Lapisan epitel gepeng
berlapis : pada lapisan ini tidak terdapat kelenjar tetapi cairan akan
merembes melalui epitel untuk memberikan kelembaban, Jaringan kolektif
areoler yang dipasok pembuluh dengan baik, Jaringan otot polos
berserabut longitudinal dan sirkuler, Lapisan luar jaringan ikat fibrosa
berwarna putih.
Fornik berasal dari kata latin yang artinya selokan. Pada tempat
servik menuju kedalam kubah vagina terbentuk sebuah selokan melingkar
yang mengelilingi servik. Fernik ini terbagi menjadi empat bagian: fornik
posterior, anterior dan dua buah fernik latera
b. Uterus
Uterus merupakan organ muskuler yang sebagian tertutup oleh
peritoneum atau serosa. Bentuk uterus menyerupai buah pir yang gepeng.
7

Uterus wanita yang tidak hamil terletak pada rongga panggul antara
kandung kemih di anterior dan rectum posterior.
Uterus wanita nullipara panjang 6-8 cm, dibandingkan dengan 9-10
cmpada wanita multipara. Berat uterus wanita yang pernah melahirkan
antara 50-70 gram sedangkan pada yang belum pernah melahirkan
beratnya 80 gram atau lebih.
Uterus terdiri atas:
1) Fundus uteri
Merupakan bagian uterus proksimal, disitu kedua tuba falopi
berinsersi ke uterus. Di dalam klinik penting diketahui sampai dimana
fundus uteri berada, oleh karena tuanya kehamilan dapat di perkirakan
dengan perabaan fundus uteri.
2) Korpus uteri
Merupakan bagian uterus yang terbesar. Rongga yang terdapat
pada korpus uteri disebut kavum uteri. Dinding korpus uteri terdiri dari
3 lapisan: serosa, muskula dan mukosa. Mempunyai fungsi utama
sebagai perkembangan janin.
3) Servik uteri
Servik merupakan bagian uterus dengan fungsi khusus, terletak
di bawah isthmus. Servik memiliki serabut otot polos namun terutama
terdiri atas jaringan kolagen, ditambah jaringan elastin serta pembuluh
darah. Kelenjar ini berfungsi mengeluarkan secret yang kental dan
lengket dari kanalis servikalis. Jika saluran kelenjar servik tersumbat
dapat berbentuk kista, retensi berdiameter beberapa millimeter yang
disebut sebagai folikel nabothian.
8

Secara histologik uterus terdiri atas:


a) Endometrium di korpus uteri dan endoservik di servik uteri
Merupakan bagian terdalam dari uterus yaitu lapisan
mukosa yang melapisi rongga uterus pada wanita yang tidak hamil.
Endometrium terdiri atas epitel kubik,kelenjar-kelenjar dan
jaringan dengan banyak pembuluh darah yang berkeluk-keluk.
Ukuran endometrium bervariasi yaitu 0,5 mm hingga 5 mm.
Endometrium terdiri dari epitel permukaan, kelenjar dan jaringan
mesenkim antar kelenjar yang di dalamnya banyak terdapat
pembuluh darah.
Epitel permukaan endometrium terdiri dari satu lapisan sel
kolumner tinggi, bersilia dan tersusun rapat. Kelenjar uterus
berbentuk tubuler merupakan invaginasi dari epitel, kelenjar ini
menghasilkan cairan alkalis encer yang berfungsi menjaga rongga
uterus tetap lembab.
b) Miometrium
Miometrium merupakan jaringan pembentuk sebagian besar
uterus dan terdiri dari kumpulan otot polos yang disatukan jaringan
ikat dengan banyak serabut elastin didalamnya. Menurut Schwalm
dan Dubrauszky, 1966 banyaknya serabut otot pada uterus sedikit
demi sedikit berkurang kearah kaudal, sehingga pada servik otot
hanya merupakan 10% dari massa jaringan. Selama masa
kehamilan terutama melalui proses hipertrofi, miometrium sangat
membesar, namun tidak terjadi perubahan yang berarti pada otot
servik.
9

c) Lapisan serosa, yakni peritoneum visceral


Uterus sebenarnya terapung-apung dalam rongga pelvis
dengan jaringan ikat dan ligamentum yang menyokongnya.
Ligamentum yang memfiksasi uterus adalah:
i) Ligamentum kardial sinistra at dextra (mackenrodt)
Yaitu ligamentum yang terpenting mencegah suplay
uterus tidak turun, terdiri atas jaringan ikat tebal dan berjalan
dari servik dan puncak vagina ke arah lateral dinding pelvis. Di
dalamnya ditemukan banyak pembuluh darah antara lain vena
dan arteri uteria.
ii) Ligamentum Sakro Uterinum Sinitra at Dextra
Yaitu ligamentum yang menahan uterus agar tidak
banyak bergerak, berjalan dari servik bagian belakang, kiri dan
kanan, kearah os sacrum kiri dan kanan.
iii) Ligamentum Rotundum Sinistra at Dextra
Yaitu

ligamentum yang

menahan

uterus

dalam

antefleksi dan berjalan dari fundus uteri kiri dan kanan ke


daerah inguinal kiri dan kanan.
iv) Ligamentum Latum Sinistra at Dextra
Yaitu ligamentum yang meliputi tuba, berjalan dari
uterus ke arah sisi, tidak banyak mengandung jaringan ikat. Di
bagian dorsal ligamentum ini di temukan indung telur (ovarium
sinistra at dextra).

10

v) Ligamentum Infudibula Pelvicum


Yaitu ligamentum yang menahan tuba falopi berjalan
dari arah infidibulum ke dinding pelvis. Di dalamnya terdapat
urat-urat saraf, saluran-saluran limfe, arteri dan vena ovarica.
Istmus adalah bagian uterus antara servik dan korpus
uteri diliputi oleh peritoneum visceral yang mudah sekali
digeser dari dasarnya atau digerakkan di daerah plika vesiaka
uteria.
Uterus diberi darah oleh arteri uterine sinistra at dextra
yang terdiri dari istmus asenden dan desenden. Pembuluh darah
yang lain yang memperdarahi uterus adalah arteri ovarica
sinistra at dextra. Inversasi uterus terdiri atas system saraf
simpatis, parasimpatis dan serebrospinal. Yang dari system
parasimpatis ini berada dalam panggul di sebelah kiri dan
kanan os sacrum, berasal dari saraf sacral 2, 3, dan 4. Dan
selanjutnya memasuki pleksus frankenhauser. Yang dari system
simpatis masuk ke dalam rongga panggul sebagai pleksus
hipogastrikus melalui biforkasio aorta dan promontorium terus
ke bawah dan menuju pleksus frankenhauser. Serabut saraf
tersebut memberi inervasi pada miometrium dan endometrium.
Kedua system simpatik dan prasimpatik mengandung unsure
sensorik dan motorik. Simpatik menimbulkan kontraksi dan
vasokonstriksi sedangkan parasimpatik mencegah kontraksi
dan menimbulkan vasodilatasi.

11

c. Tuba Falopi
Tuba falopi marupakan saluran ovum yang terentang antara kornu
uterine hingga suatu tempat di dekat ovarium dan merupakan jalan ovum
mencapai rongga uterus. Panjang tuba falopi antara 8-14 cm, tuba tertutup
oleh peritoneum dan lumennya dilapisi oleh membrane mukosa.
Tuba falopi terdiri atas Pars interstisialis (bagian yang terdapat di
dinding uterus), Pars Ismika (merupakan bagian medial tuba yang sempit
seluruhnya), Pars Ampularis (bagian yang terbentuk agak lebar, tempat
konsepsi terjadi), Pars Infudibulum (bagian ujung tuba yang terbuka
kearah abdomen dan mempunyai fimbria. Fimbria penting artinya bagi
tuba untuk menangkap telur dan kemudian menyalurkan ke dalam tuba).

Gambar c.1 : Organ reproduksi interna wanita


d. Ovarium
Ovarium merupakan kelenjar berbentuk buah kenari terletak di kiri
dan kanan uterus, di bawah tuba uterine dan terikat di sebelah belakang
oleh ligamentum latum uterus. Setiap bulan folikel berkembang dan
12

sebuah ovum dilepaskan pada saat kira-kira pertengahan (hari ke-14)


siklus

menstruasi.

Ovulasi

yaitu

pematangan

folikel

graaf

dan

mengeluarkan ovum. Bila folikel graaf sobek, maka terjadi penggumpalan


darah pada ruang folikel.
Ovarium mempunyai 3 fumgsi, yaitu : Memproduksi ovum,
Memproduksi hormone estrogen, Memproduksi hormone progesterone.

Gambar d.1 : Ovarium


Ovarium disebut juga indung telur, di dalam ovarium ini terdapat
jaringan bulbus dan tubulus yang menghasilkan telur (ovum) dan ovarium
ini hanya terdapat pada wanita, letaknya di dalam pelvis di kiri kanan
uterus,

membentuk,

mengembang

serta

melepaskan

ovum

dan

menimbulkan sifat-sifat kewanitaan, misalnya : pelvis yang membesar,


timbulnya siklus menstruasi.
Bentuk ovarium bulat telur beratnya 5-6 kg, bagian dalam ovarium
disebut medulla ovary di buat di jaringan ikat, jaringan yang banyak
mengandung kapiler darah dan serabut kapiler saraf, bagian luar bernama
korteks ovary, terdiri dari folikel-folikel yaitu kantong-kantong kecil yang
berdinding epithelium dan berisi ovum.
13

Kelenjar ovarika terdapat pada ovarium di samping kiri dan kanan


uterus, menghasilkan hormon estrogen dan progesterone. Hormon ini
dapat mempengaruhi kerja dan mempengaruhi sifat-sifat kewanitaan,
misalnya panggul yang besar, panggul sempit dan lain-lain.
Apabila folikel de graaf sobek, maka terjadi penggumpalan darah
di dalam rongga folikel dan sel yang berwarna kuning yang berasal dari
dinding folikel masuk dalam gumpalan itu dan membentuk korpus luteum
tumbuh terus sampai beberapa bulan menjadi besar. Bila ovum tidak di
buahi maka korpus luteum bertahan hanya sampai 12-14 hari tepat
sebelum masa menstruasi berikutnya, korpus luteum menjadi atropi.
Siklus menstruasi, perubahan yang terjadi di dalam ovarium dan
uterus dimana masa menstruasi berlangsung kira-kira 5 hari, selama masa
ini epithelium permukaan dinding uterus terlepas dan terjadi sedikit
perdarahan.
Masa setelah menstruasi adalah masa perbaikan dan pertumbuhan
yang berlangsung 9 hari ketika selaput terlepas untuk diperbaharui, tahap
ini dikendalikan olen estrogen, sedangkan pengendalian estrogen
dikendallikan oleh FSH (Folikel Stimulating Hormon) terjadi pada hari ke14, kemudian disusul 14 hari tahap sekretorik yang di kendalikan oleh
progesterone.

C. Etiologi
Menurut Hidayat (2009) Ovarium terletak di kedalaman rongga pelvis. Bila
timbul kanker, biasanya tanpa gejala pada awalnya sehingga sulit ditemukan,
membuat diagnosis tertunda. Ketika lesi berkembang dan timbul gejala, sering
14

kali sudah bukan stadium dini. Maka terdapat 60-70% pasien kanker ovarium saat
didiagnosis sudah terdapat metastasis di luar ovarium. Penyebab kanker ovarium
hingga kini belum jelas, tapi faktor lingkungan dan hormonal berperan penting
dalam patogenesisnya. Akan tetapi banyak teori yang menjelaskan tentang etiologi
kanker ovarium, diantaranya:
1. Hipotesis incessant ovulation, Teori menyatakan bahwa terjadi kerusakan pada
sel-sel epitel ovarium untuk penyembuhan luka pada saat terjadi ovulasi.
Proses penyembuhan sel-sel epitel yang terganggu dapat menimbulkan proses
transformasi menjadi sel-sel tumor.
2.

Hipotesis androgen, Androgen mempunyai peran penting dalam terbentuknya


kanker ovarium. Hal ini didasarkan pada hasil percobaan bahwa epitel
ovarium mengandung reseptor androgen. Dalam percobaan in-vitro, androgen
dapat menstimulasi pertumbuhan epitel ovarium normal dan sel-sel kanker
ovarium.

D. Patofisiologi
Tumor ganas ovarium diperkirakan sekitar 15-25% dari semua tumor
ovarium. Dapat ditemukan pada semua golongan umur, tetapi lebih sering pada
usia 50 tahun ke atas, pada masa reproduksi kira-kira separuh dari itu dan pada
usia lebih muda jarang ditemukan. Faktor predisposisi ialah tumor ovarium jinak.
Pertumbuhan tumor diikuti oleh infiltrasi, jaringan sekitar yang menyebabkan
berbagai keluhan samar-samar. Kecenderungan untuk melakukan implantasi
dirongga perut merupakan ciri khas suatu tumor ganas ovarium yang
menghasilkan asites (Brunner dan Suddarth, 2002).

15

Banyak tumor ovarium tidak menunjukkan tanda dan gejala, terutama


tumor ovarium kecil. Sebagian tanda dan gejala akibat dari pertumbuhan, aktivitas
hormonal dan komplikasi tumor-tumor tersebut.
1. Akibat Pertumbuhan
Adanya tumor di dalam perut bagian bawah bisa menyebabkan
pembesaran perut, tekanan terhadap alat sekitarnya, disebabkan oleh besarnya
tumor atau posisinya dalam perut. Selain gangguan miksi, tekanan tumor dapat
mengakibatkan konstipasi, edema, tumor yang besar dapat mengakibatkan
tidak nafsu makan dan rasa sakit.
2. Akibat aktivitas hormonal
Pada umumnya tumor ovarium tidak menganggu pola haid kecuali jika
tumor itu sendiri mengeluarkan hormon.
3. Akibat Komplikasi
a. Perdarahan ke dalam kista : Perdarahan biasanya sedikit, kalau tidak
sekonyong-konyong dalam jumlah banyak akan terjadi distensi dan
menimbulkan nyeri perut.
b. Torsi : Torsi atau putaran tangkai menyebabkan tarikan melalui
ligamentum infundibulo pelvikum terhadap peritonium parietal dan
menimbulkan rasa sakit.
c. Infeksi pada tumor
Infeksi pada tumor dapat terjadi bila di dekat tumor ada tumor kuman
patogen seperti appendicitis, divertikalitis, atau salpingitis akut

16

d. Robekan dinding kista


Robekan pada kista disertai hemoragi yang timbul secara akut, maka
perdarahan dapat sampai ke rongga peritonium dan menimbulkan rasa
nyeri terus menerus.
e. Perubahan keganasan
Dapat terjadi pada beberapa kista jinak, sehingga setelah tumor
diangkat perlu dilakukan pemeriksaan mikroskopis yang seksama terhadap
kemungkinan perubahan keganasan (Wiknjosastro,1999).
Tumor ganas merupakan kumpulan tumor dan histiogenesis yang
beraneka ragam, dapat berasal dari ketiga (3) dermoblast (ektodermal,
endodermal, mesodermal) dengan sifat histiologis maupun biologis yang
beraneka ragam, kira-kira 60% terdapat pada usia peri menopause 30%
dalam masa reproduksi dan 10% usia jauh lebih muda.
Tumor ovarium yang ganas, menyebar secara limfogen ke kelenjar
para aorta, medistinal dan supraclavikular. Untuk selanjutnya menyebar ke
alat-alat yang jauh terutama paru-paru, hati dan otak, obstruksi usus dan
ureter merupakan masalah yang sering menyertai penderita tumor ganas
ovarium (Harahap, 2003).

E. Manifestasi Klinis
Kanker ovarium tidak menimbulkan gejala pada waktu yang lama. Gejala
umumnya sangat bervariasi dan tidak spesifik.
1. Stadium Awal
a. Gangguan haid
b. Konstipasi (pembesaran tumor ovarium menekan rectum)
17

c. Sering berkemih (tumor menekan vesika urinaria)


d. Nyeri spontan panggul (pembesaran ovarium)
e. Nyeri saat bersenggama (penekanan / peradangan daerah panggul)
f.

Melepaskan hormon yang menyebabkan pertumbuhan berlebihan pada


lapisan rahim, pembesaran payudara atau peningkatan pertumbuhan
rambut)

2. Stadium Lanjut
a. Asites
b. Penyebaran ke omentum (lemak perut)
c. Perut membuncit
d. Kembung dan mual
e. Gangguan nafsu makan
f.

Gangguan BAB dan BAK

g. Sesak nafas
h. Dyspepsia

18

F. Pathways
Sering bergantian pasangan hygiene
seksual kurang, infeksi virus, HIV

Proses peradangan
Kerusakan jaringan
Hyperplasia / metaplasia

Lheukore

Senggama

Sekresi berlebihan
berbau

Metastase kelenjar limfe

Jaringan serviks rapuh

Dispareunia

Pembesaran kelenjar limfe


Nyeri

Perdarahan pasca
caitus

Kemoterapi / terapi radiasi

Sistem Pencernaan

Mual, muntah, mulut kering

Sistem Perkemihan

Gangguan eliminasi urin.


Retensio/Inkontinensia urin

Sistem Integumen

Rambut rontok, kulit kering.


Kulit menghitam

Sistem Hematologi

Merusak sumsum tulang

Gangguan aktivitas
Resiko nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh

Intrake cairan berlebih

HDR

Defisit volum cairan

19

Tahap-tahap kanker ovarium (Price, 2002) :


Stadium I

: Pertumbuhan terbatas pada ovarium

Stadium II : Pertumbuhan mencakup satu atau kedua ovarium dengan


perluas pelvis
Stadium III : Pertumbuhan mencakup satu atau kedua ovarium dengan
metastasis diluar pelvis atau nodus inguinal atau retro
peritoneal positif
Stadium IV : Pertumbuhan mencakup satu / kedua ovarium dengan
metastasis jauh.

G. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi yaitu :
1. Asites
Kanker ovarium dapat bermetastasis dengan invasi langsung ke strukturstruktur yang berdekatan pada abdomen dan panggul dan melalui
penyebaran benih tumor melalui cairan peritoneal ke rongga abdomen dan
rongga panggul.
2. Efusi Pleura
Dari abdomen, cairan yang mengandung sel-sel ganas melalui saluran
limfe menuju pleura.

20

Komplikasi lain yang dapat disebabkan pengobatan adalah :


1. Infertilitas adalah akibat dari pembedahan pada pasien menopause
2. Mual, muntah dan supresi sumsum tulang akibat kemoterapi. Dapat juga
muncul maaslah potensial ototoksik, nefroktoksik, neurotoksis
3. Penyakit berulang yang tidak terkontrol dikaitkan dengan obstruksi usus,
asites fistula dan edema ekstremitas bawah

H. Konsep Kemoterapi
Merupakan bentuk pengobatan kanker dengan menggunakan obat
sitostatika yaitu suatu zat-zat yang dapat menghambat proliferasi sel-sel
kanker (Hidayat, 2008) :
1. Prinsip Kerja Obat Kemoterapi (sitostatika) terhadap kanker
Sebagian besar obat kemoterapi (sitostatika) yang digunakan saat
ini bekerja terutama terhadap sel-sel kanker yang sedang berproliferasi,
semakin aktif sel-sel kanker tersebut berproliferasi maka semakin peka
terhadap sitostatika hal ini disebut Kemoresponsif, sebaliknya semakin
lambat prolifersainya maka kepekaannya semakin rendah, hal ini disebut
Kemoresisten.
Obat kemoterapi ada beberapa macam, diantaranya adalah :
a. Obat golongan Alkylating agent, platinum Compouns, dan Antibiotik
Anthrasiklin obst golongsn ini bekerja dengan antara lain mengikat
DNA di inti sel, sehingga sel-sel tersebut tidak bisa melakukan
replikasi.

21

b. Obat golongan Antimetabolit, bekerja langsung pada molekul basa inti


sel, yang berakibat menghambat sintesis DNA.
c. Obat golongan Topoisomerase-inhibitor, Vinca Alkaloid, dan Taxanes
bekerja pada gangguan pembentukan tubulin, sehingga terjadi
hambatan mitosis sel.
d. Obat golongan Enzim seperti, L-Asparaginase bekerja dengan
menghambat sintesis protein, sehingga timbul hambatan dalam sintesis
DNA dan RNA dari sel-sel kanker tersebut.
2. Pola Pemberian Kemoterapi
a. Kemoterapi Induksi
Ditujukan untuk secepat mungkin mengecilkan massa tumor atau
jumlah sel kanker, contoh pada tomur ganas yang berukuran besar
(Bulky Mass Tumor) atau pada keganasan darah seperti leukemia atau
limfoma, disebut juga dengan pengobatan penyelamatan.
b. Kemoterapi Adjuvan
Biasanya diberikan sesudah pengobatan yang lain seperti pembedahan
atau radiasi, tujuannya adalah untuk memusnahkan sel-sel kanker yang
masih tersisa atau metastase kecil yang ada (micro metastasis).
c. Kemoterapi Primer
Dimaksudkan sebagai pengobatan utama pada tumor ganas, diberikan
pada kanker yang bersifat kemosensitif, biasanya diberikan dahulu
sebelum pengobatan yang lain misalnya bedah atau radiasi.

22

d. Kemoterapi Neo-Adjuvan
Diberikan mendahului/sebelum pengobatan /tindakan yang lain seperti
pembedahan atau penyinaran kemudian dilanjutkan dengan kemoterapi
lagi. Tujuannya adalah untuk mengecilkan massa tumor yang besar
sehingga operasi atau radiasi akan lebih berhasil guna.
3. Cara pemberian obat kemoterapi
a. Intra vena (IV)
Kebanyakan sitostatika diberikan dengan cara ini, dapat berupa bolus
IV pelan-pelan sekitar 2 menit, dapat pula per drip IV sekitar 30 120
menit, atau dengan continous drip sekitar 24 jam dengan infusion
pump upaya lebih akurat tetesannya.
b. Intra tekal (IT)
Diberikan ke dalam canalis medulla spinalis untuk memusnahkan
tumor dalam cairan otak (liquor cerebrospinalis) antara lain MTX,
Ara.C.
c. Radiosensitizer, yaitu jenis kemoterapi yang diberikan sebelum radiasi,
tujuannya untuk memperkuat efek radiasi, jenis obat untukl kemoterapi
ini antara lain Fluoruoracil, Cisplastin, Taxol, Taxotere, Hydrea.
d. Oral
Pemberian per oral biasanya adalah obat Leukeran, Alkeran,
Myleran, Natulan, Puri-netol, hydrea, Tegafur, Xeloda,
Gleevec.

23

e. Subkutan dan intramuskular


Pemberian sub kutan sudah sangat jarang dilakukan, biasanya adalah
L-Asparaginase, hal ini sering dihindari karena resiko syok anafilaksis.
Pemberian per IM juga sudah jarang dilakukan, biasanya pemberian
Bleomycin.
f. Topikal
g. Intra arterial
Intracavity
h. Intraperitoneal/Intrapleural
Intraperitoneal diberikan bila produksi cairan acites hemoragis yang
banyak pada kanker ganas intra-abdomen, antara lain Cisplastin.
Pemberian intrapleural yaitu diberikan kedalam cavum pleuralis untuk
memusnahkan sel-sel kanker dalam cairan pleura atau untuk
mengehntikan produksi efusi pleura hemoragis yang amat banyak ,
contohnya Bleocin.
4. Tujuan Pemberian Kemoterapi
a. Pengobatan
b. Mengurangi massa tumor selain pembedahan atau radiasi.
c. Meningkatkan kelangsungan hidup dan memperbaiki kualitas hidup.
d. Mengurangi komplikasi akibat metastase.

24

5. Persiapan dan syarat kemoterapi


a. Persiapan
Sebelum pengotan dimulai maka terlebih dahulu dilakukan
pemeriksaan yang meliputi:
1) Darah tepi; Hb, Leuko, hitung jenis, Trombosit.
2) Fungsi hepar; bilirubin, SGOT, SGPT, Alkali phosphat.
3) Fungsi ginjal; Ureum, Creatinin dan Creatinin Clearance Test bila
serim creatinin meningkat.
4) Audiogram (terutama pada pemberian Cis-plastinum)
5) EKG (terutama pemberian Adriamycin, Epirubicin).
b. Syarat
1) Keadaan umum cukup baik.
2) Penderita mengerti tujuan dan efek samping yang akan terjadi,
informed concent.
3) Faal ginjal dan hati baik.
4) Diagnosis patologik
5) Jenis kanker diketahui cukup sensitif terhadap kemoterapi.
6) Riwayat pengobatan (radioterapi/kemoterapi) sebelumnya.
7) Pemeriksaan laboratorium menunjukan hemoglobin > 10 gram %,
leukosit > 5000 /mm, trombosit > 150 000/mm.
6. Efek samping kemoterapi
Umumnya efek samping kemoterapi terbagi atas :

25

a. Efek amping segera terjadi (Immediate Side Effects) yang timbul dalam
24 jam pertama pemberian, misalnya mual dan muntah.
b. Efek samping yang awal terjadi (Early Side Effects) yang timbul dalam
beberapa hari sampai beberapa minggu kemudian, misalnya netripenia
dan stomatitis.
c. Efek samping yang terjadi belakangan (Delayed Side Effects) yang
timbul dalam beberapa hari sampai beberapa bulan, misalnya neuropati
perifer, neuropati.
d. Effek samping yang terjadi kemudian (Late Side Effects) yang timbul
dalam beberapa bulan sampai tahun, misalnya keganasan sekunder.

Intensitas efek samping tergantung dari karakteristik obat, dosis pada


setiap pemberian, maupun dosis kumulatif, selain itu efek samping yang
timbul pada setiap penderita berbeda walaupun dengan dosis dan obat yang
sama, faktor nutrisi dan psikologis juga mempunyai pengaruh bermakna.
Efek

samping

gastrointestinal,

supresi

yang

selalu

sumsum

hampir

tulang,

dijumpai

kerontokan

adalah

gejala

rambut.

Gejala

gastrointestinal yang paling utama adalah mual, muntah, diare, konstipasi,


faringitis, esophagitis dan mukositis, mual dan muntah biasanya timbul selang
beberapa lama setelah pemberian sitostatika dab berlangsung tidak melebihi
24 jam.
Gejala supresi sumsum tulang terutama terjadinya penurunan jumlah
sel darah putih (leukopenia), sel trombosit (trombositopenia), dan sel darah

26

merah (anemia), supresi sumsum tulang belakang akibat pemberian sitistatika


dapat terjadi segera atau kemudian, pada supresi sumsum tulang yang terjadi
segera, penurunan kadar leukosit mencapai nilai terendah pada hari ke-8
sampai hari ke-14, setelah itu diperlukan waktu sekitar 2 hari untuk menaikan
kadar laukositnya kembali. Pada supresi sumsum tulang yang terjadi
kemudian penurunan kadar leukosit terjadi dua kali yaitu pertama-tama pada
minggu kedua dan pada sekitar minggu ke empat dan kelima. Kadar leukosit
kemudian naik lagi dan akan mencapai nilai mendekati normal pada minggu
keenam. Leukopenia dapat menurunkan daya tubuh, trombositopenia dapat
mengakibatkan perdarahan yang terus-menerus/ berlabihan bila terjadi erosi
pada traktus gastrointestinal.
Kerontokan rambut dapat bervariasi dari kerontokan ringan dampai
pada kebotakan. efek samping yang jarang terjadi tetapi tidak kalah penting
adalah kerusakan otot jantung, sterilitas, fibrosis paru, kerusakan ginjal,
kerusakan hati, sklerosis kulit, reaksi anafilaksis, gangguan syaraf, gangguan
hormonal, dan perubahan genetik yang dapat mengakibatkan terjadinya kanker
baru.
Kardiomiopati akibat doksorubin dan daunorubisin umumnya sulit
diatasi, sebagian besar penderita meninggal karena pump failure, fibrosis
paru umumnya iireversibel, kelainan hati terjadi biasanya menyulitkan
pemberian

sitistatika

selanjutnya

karena

banyak

diantaranya

yang

dimetabolisir dalam hati, efek samping pada kulit, saraf, uterus dan saluran
kencing relatif kecil dan lebih mudah diatasi.

27

I. Penatalaksanaan
1. Pembedahan
Merupakan pilihan utama, luasnya prosedur pembedahan ditentukan oleh
insiden dan seringnya penyebaran ke sebelah yang lain (bilateral) dan
kecenderungan untuk menginvasi korpus uteri.
2. Biopsi
Dilakukan di beberapa tempat yaitu omentum, kelenjar getah lambung,
untuk mendukung pembedahan.
3. Second look Laparotomi
Untuk memastikan pemasantan secara radioterapi atau kemoterapi lazim
dilakukan laparotomi kedua bahkan sampai ketiga.
4. Kemoterapi
Merupakan salah satu terapi yang sudah diakui untuk penanganan tumor
ganas ovarium. Sejumlah obat sitestatika telah digunakan termasuk agens
alkylating seperti itu (cyclophasphamide, chlorambucil) anti metabolic
seperti : Mtx / metrotrex xate dan 5 fluorouracit / antibiotikal (admisin).
5. Penanganan lanjut
a. Sampai satu tahun setelah penanganan, setiap 2 bulan sekali
b. Sampai 3 bulan setelah penanganan, setiap 4 bulan
c. Sampai 5 tahun penanganan, setiap 6 bulan
d. Seterusnya tiap 1 tahun sekali

28

J. Pengkajian Fokus
Yaitu suatu kegiatan mengumpulkan dan mengorganisasikan data yang
dikumpulkan dari berbagai sumber dan merupakan dasar untuk tindakan dan
keputusan yang diambil pada tahap-tahap selanjutnya. Adapun pengkajiannya
meliputi :
1. Aktivitas dan Istirahat
Gejala

: Kelemahan / keletihan
Perubahan pada pola istirahat dan jam kebiasaan tidur pada
malam hari,adanya factor-faktor yang memepengaruhi tidur
missal, nyeri, ansietas, berkeringat malam.

2. Sirkulasi
Gejala

: Palpitasi, nyeri dada pada pengeragan kerja.

Tanda

: Perubahan pada TD.

3. Integritas ego
Gejala

: Faktor stress (keuangan, pekerjaan, perubahan peran) dan


cara mengatasi stress (missal, merokok, minum alcohol,
menunda mencari pengobatan, keyakinan religius/spiritual).

Tanda

: Menyangkal, menarik diri, marah.

4. Eliminasi
Gejala

: Perubahan pada pola defekasi missal, darah pada feses, nyeri


pada defekasi.
Perubahan pada eliminasi urinarius masal, nyeri atau rasa
terbakar pada saat berkemih, hematuria, sering berkemih.

29

Tanda

: Perubahan pada bising usus, disensi abdomen.

5. Makanan / cairan
Gejala

: Kebiasaan diet buruk (missal, rendah serat, tinggi lemak,


aditif bahan pengawet).
Anoreksia, mual/muntah.
Perubahan

pada

berat

badan,penurunan

berat

badan,berkurangnya masa otot.


Tanda

: Perubahan pada kelembaban/turgor kulit, edema.

6. Neurosensori
Gejala

: Pusing, sinkope.

7. Nyeri / kenyamanan
Gejala

: Tidak ada nyeri/derajat bervariasi missal, ketidaknyamanan


ringan sampai nyeri berat.

8. Pernafasan
Gejala

: Merokok

(Tembakau,

hidup

dengan

seseorang

yang

merokok, pemajanan asbes).


9. Keamanan
Gejala

: Pemajana pada kimia toksik, karsinogen.

Tanda

: Demam, ruam kulit, ulserasi.

10. Seksualitas
Gejala

: Masalah

seksual

misalnya,

dampak

pada

hubungan,

perubahan pada tingkat kepuasan.


Nuligravida lebih besar dari usia 30 tahun

30

Multigravida, pasangan seks multiple, aktivitas seksual dini,


herpes genital.
11. Interaksi sosial
Gejala

: Ketidakeadekuatan/kelemahan system pendukung.


Riwayat perkawinan ( berkenaan dengan kepuasan di rumah,
dukungan/bantuan)
Masalah tentang fungsi / tanggung jawab peran.
(Doenges, 2001)

K. Fokus Intervensi dan Rasional


1. Nyeri b/d proses penyakit (kompresi / destruksi, jaringan saraf, infiltrasi
saraf, obstruksi jaringan saraf, inflamasi)
Tujuan : Nyeri hilang atau nyeri berkurang dengan k.
KH

: 1. Klien mengatakan nyeri hilang atau berkurang


2. klien tampak rileks tidak menahan nyeri
3. mengikuti aturan farmakologis yang ditentukan

Intervensi :
a. Kaji skala nyeri misal : lokasi, durasi, frekuensi dan intensitas
b. Dorong penggunaan ketrampilan manajemen nyeri
c. Berikan tindakan kenyamanan dasar, misal : gosok punggung dan
aktivitas hiburan
d. Evaluasi penghilangan nyeri / kontrol

31

e. Evaluasi sadarai terapi tertentu, misal : pembedahan, radiasi,


kemoterapi
f. Kolaborasi : Kembangkan rencana manajemen nyeri dengan pasien
dan dokter berikan analgetik
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan b/d status

hipermetabolik,

konsekuensi kemoterapi, radiasi, pembedahan, distress emosional,


keletihan
Tujuan : Kebutuhan nutrisi terpenuhi dengan
KH

: 1. BB stabil, tidak terdapat tanda malnutrisi


2. Pengungkapan

pemohonan

pengaruh

individual

pada

masukan adekuat
3. Berpartisipasi dalam intervensi spesifik untuk merangsang
nafsu makan, peningkatan nafsu makan
Intervensi :
a. Pantau masukan makanan setiap hari
b. Ukur BB, TB, dan ketebalan kulit trisep
c. Dorong klien untuk makan diet tinggi kalori kaya nutrient dengan
masukan cairan adekuat, dorong penggunaan supplement dan makan
sedikit tapi sering
d. Kontrol faktor lingkungan, hindari terlalu manis, berlemak atau pedas
e. Dorong komunikasi terbuka mengenai masalah anoreksia
f. Kolaborasi : tinjau ulang pemeriksaan laboratorium sesuai indikasi

32

3. Resiko tinggi terhadap infeksi b/d ketidakadekuatan pertahanan sekunder


dan imunosupresi, malunutrisi, proses penyakit kronis
Tujuan : Tidak terjadi infeksi atau infeksi terhindar dengan
KH

: 1. Mengidentifikasi dan berpartisipasi dalam intervensi untuk


mencegah / mengurangi resiko infeksi
2. Tetap tidak demam dan mencapai pemulihan tepat pada
waktunya

Intervensi :
a. Tingkatkan prosedur mencuci tangan yang baik, batasi pengunjung
yang mengalami infeksi tempatkan pada isolasi sesuai indikasi
b. Tekankan hygiene personal
c. Pantau suhu
d. Kaji adanya tanda-tanda infeksi
e. Tingkatkan istirahat adekuat / periode latihan
f. Kolaborasi : Laboratorium : Jumlah granulosit dan trombosit sesuai
batas normal
g. Dapatkan kultur sesuai indikasi
h. Berikan antibiotik

(Carpenito, 2000)

33

Anda mungkin juga menyukai