Anda di halaman 1dari 35

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap tahun para ahli kimia di seluruh dunia mensintesis ribuan jenis
senyawa baru. Dahulu zat kimia diberi nama sesuai dengan nama penemunya,
nama tempat, nama zat asal, sifat zat, dan lain-lain. Dengan semakin
bertambahnya jumlah zat yang ditemukan baik alami ataupun buatan, maka perlu
adanya tata nama yang dapat memudahkan penyebutan nama suatu zat. IUPAC
(International Union Pure and Applied Chemistry) merupakan badan internasional
yang membuat tata nama zat kimia yang ada di dunia ini. Akan tetapi, untuk
kepentingan tertentu nama zat yang sudah lazim (nama trivial) sering digunakan
karena telah diketahui khalayak. Contohnya nama asam cuka lebih dikenal
dibanding asam asetat atau asam etanoat. Tatanama senyawa kimia ini berkaitan
dengan adanya stoikiometri.
Stoikiometri berasal dari bahasa Yunani, yaitu dari kata stoicheion yang
berarti unsur dan metron yang berarti mengukur. Stoikiometri membahas tentang
hubungan massa antarunsur dalam suatu senyawa (stoikiometri senyawa) dan
antarzat dalam suatu reaksi (stoikiometri reaksi).
Pengukuran massa dalam reaksi kimia dimulai oleh Antoine Laurent
Lavoisier (1743 1794) yang menemukan bahwa pada reaksi kimia tidak terjadi
perubahan massa (hukum kekekalan massa). Selanjutnya Joseph Louis Proust
(1754 1826) menemukan bahwa unsur-unsur membentuk senyawa dalam
perbandingan tertentu (hukum perbandingan tetap). Selanjutnya dalam rangka
menyusun teori atomnya, John Dalton menemukan hukum dasar kimia yang
ketiga, yang disebut hukum kelipatan perbandingan. Ketiga hukum tersebut
merupakan dasar dari teori kimia yang pertama, yaitu teori atom yang
dikemukakan oleh John Dalton sekitar tahun 1803. Menurut Dalton, setiap materi
terdiri atas atom, unsur terdiri atas atom sejenis, sedangkan senyawa terdiri dari
atom-atom yang berbeda dalam perbandingan tertentu. Namun demikian, Dalton

MAKALAH KIMIA DASAR STOIKIONOMETRI OLEH KELOMPOK 3

belum dapat menentukan perbandingan atom-atom dalam senyawa (rumus kimia


zat). Penetapan rumus kimia zat dapat dilakukan berkat penemuan Gay Lussac
dan Avogadro. Setelah rumus kimia senyawa dapat ditentukan, maka
perbandingan massa antaratom (Ar) maupun antarmolekul (Mr) dapat ditentukan.
Pengetahuan tentang massa atom relatif dan rumus kimia senyawa merupakan
dasar dari perhitungan kimia.
Semua yang berkaitan dengan tatanama senyawa dan persamaan reaksi,
hukum-hukum dasar kimia, dan perhitungan kimia akan kita pelajari pada
makalah berikut.
B. Tujuan dan Kegunaan
a. Tujuan
Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat di tarik tujuan penulisan
yaitu :
1. Untuk mengetahui lebih mendalam tentang stoikiometri yang kita
temukan dalam kehidupan sehari hari.
2. Untuk mengetahui hukum-hukum dasar kimia.
3. Untuk mengetahui tata nama senyawah.
4. Untuk mengetahui persamaan reaksi dalam kimia.
b. Kegunaan Penulisan
Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat di tarik kegunaan penulisan
yaitu :
1. Menambah wawasan tentang stoikiometri.
2. Sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan nilai mata kuliah kimia
dasar.

MAKALAH KIMIA DASAR STOIKIONOMETRI OLEH KELOMPOK 3

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Tatanama Senyawa
Di dalam semesta ini terdapat berjuta-juta senyawa, sehinga Komisi Tata
Nama IUPAC (International Union for Pure and Applied Chemistry), suatu badan
di bawah UNESCO menyusun suatu aturan. Tata nama senyawa yang digunakan
secara seragam di seluruh dunia.
Nama ilmiah suatu unsur mempunyai asal-usul yang bermacam-macam.
Ada yang didasarkan pada warna unsur seperti klorin (chloros = hijau), atau pada
salah satu sifat dari unsur yang bersangkutan seperti fosfor (phosphorus
=bercahaya) atau nama seorang ilmuwan yang sangat berjasa seperti einsteinium
(untuk albert einstein). Untuk mencegah timbulnya perdebatan mengenai nama
dan lambang unsur-unsur baru, Persatuan Kimia Murni dan Kimia Terapan
(International Union Of Pure and Applied Chemistry = IUPAC) menetapkan
aturan penamaan dan pemberian lambang untuk unsur-unsur temuan baru sebagai
berikut.
1)
2)

Nama berakhir dengan ium, baik untuk unsur logam maupun nonlogam.
Nama itu didasarkan pada nomor atom unsur, yaitu rangkaian akar kata

yang menyatakan nomor atomnya.


0 = nil
4 = quad
7 = sept
1 = un
5 = pent
8 = okt
2 = bi
6 = hex
9 = enn
3 = tri
3)
Lambang unsur (tanda atom) terdiri atas tiga huruf yakni rangkaian
huruf awal dari akar yang menyatakan nomor atom unsur tersebut.
Contoh:
a. Unsur nomor atom 107
1 0

un nil sept + ium


Nama : Unnilseptium Lambang : Uns
b. Unsur nomor atom 105
1

MAKALAH KIMIA DASAR STOIKIONOMETRI OLEH KELOMPOK 3

un nil pent + ium


Nama : Unnilpentium Lambang : Unp
Namun, aturan penamaan IUPAC jarang digunakan. Setiap senyawa perlu
mempunyai nama spesifik. Seperti halnya penamaan unsur, pada mulanya
penamaan senyawa didasarkan pada berbagai hal, seperti nama tempat, nama
orang, atau sifat tertentu dari senyawa yang bersangkutan.
Sebagai contoh:
a. Garam glauber, yaitu natrium sulfat (Na2SO4) yang ditemukan oleh J. R.
Glauber.
b. Salmiak atau amonium klorida (NH4Cl), yaitu suatu garam yang awal
mulanya diperoleh dari kotoran sapi di dekat kuil untuk dewa Jupiter Amon di
Mesir.
c. Soda pencuci, yaitu natrium karbonat (Na2CO3) yang digunakan untuk
melunakkan air (membersihkan air dari ion Ca2+ dan ion Mg2+).
d. Garam NaHCO3 (natrium bikarbonat) digunakan untuk pengembang dalam
pembuatan kue.
Untuk memudahkan penamaan, senyawa dikelompokkan menjadi 2 yaitu
senyawa organik dan senyawa anorganik. Senyawa anorganik dibagi dua yaitu
senyawa biner dan senyawa poliatomik. Senyawa biner adalah senyawa yang
mengandung dua jenis unsur, sedangkan senyawa poliatomik terdiri atas lebih dari
2 jenis unsur.
a. Senyawa Biner Dari Logam dan Nonlogam (Senyawa Ion)
Senyawa biner dari logam dan non-logam umumnya merupakan senyawa
ion. Logam membentuk ion positif (kation) dan non-logam membentuk ion
negatif (anion). Di bawah ini nama beberapa kation logam dan anion non-logam
(monoatom) yang perlu dikuasai agar tidak mengalami kesukaran dalam penulisan
rumus kimia dan nama senyawa.
Kation dari logam

Anion dari logam

Kation

Nama

Anion

Nama

Li+

Litium

Hidrida

MAKALAH KIMIA DASAR STOIKIONOMETRI OLEH KELOMPOK 3

Na+

Natrium

N3

Nitrida

K+

Kalium

O2

Oksida

Mg2+

Magnesium

P3

Fosfida

Ca2+

Kalsium

S2

Sulfida

Ba2+

Barium

Se2

Selenida

Al3+

Aluminium

Fluorida

Sn2+

Timah (II)

Cl-

Klorida

Sn4+

Timah (IV)

Br

Bromida

Pb2+

Timbal (II)

I-

Iodida

Pb4+

Timbal (IV)

Si4

Silisida

Cu+

Tembaga (I)

As3

Arsenida

Cu2+

Tembaga (II)

Te2

Telurida

Ag+

Perak (I)

Au+

Emas (I)

Au3+

Emas (II)

Zn2+

Zink (seng)

Cr3+

Kromium

Fe2+

Besi (II)

Fe3+

Besi (III)

Ni2+

Nikel

Pt2+

Platina (II)

Pt4+

Platina (IV)

Berikut ini nama senyawa biner logam dan non-logam:


1) Penamaan dimulai dari nama kation logam diikuti nama anion dari logam
Contoh:
Rumus Kimia

Kation logam

Anion logam

Nama Senyawa

MAKALAH KIMIA DASAR STOIKIONOMETRI OLEH KELOMPOK 3

Na+

NaCl

Cl

Natrium klorida

MgF2
Mg2+
F
Magnesium fluorida
2) Senyawa yang terbentuk haruslah bermuatan netral.
3) Untuk logam yang dapat membentuk beberapa kation dengan muatan berbeda,
maka muatan kationnya dinyatakan dengan angka Romawi.
b. Senyawa Biner dari NonLogam dan NonLogam (Senyawa Kovalen)
Senyawa biner dari dua non-logam umumnya adalah senyawa molekul.
Tata nama senyawanya yaitu sebagai berikut:
1) Penamaan senyawa mengikuti urutan berikut
Bi Si As C P N H S I Br Cl O F
Contoh:
HCl (Nama H lalu nama Cl)
NH3 (Nama N lalu nama H)
2) Penamaan dimulai dari nama non-logam pertama diikuti nama non-logam
kedua yang diberi akhiran ida
Contoh:
HCl dinamakan hidrogen klorida
3) Jika dua jenis non-logam dapat membentuk lebih dari satu jenis senyawa, maka
digunakan awalan Yunani sesuai angka indeks dalam rumus kimianya
1 = mono

6 = heksa

2 = di

7 = hepta

3 = tri

8 = okta

4 = tetra

9 = nona

5 = penta

10 = deka

Contoh:
a. CO karbon monoksida
b. CO2 karbon dioksida
c. PCl3 fosforus triklorida
d. P4O10 tetrafosforus dekaoksida
c. Senyawa yang mengandung poliatom
MAKALAH KIMIA DASAR STOIKIONOMETRI OLEH KELOMPOK 3

Ion-ion yang telah dibahas di atas merupakan ion-ion monoatom. Masingmasing ion terdiri atas atom tunggal. Ada pula ion-ion poliatom, yaitu dua atau
lebih atom-atom terikat bersama-sama dalam satu ion yang dapat berupa kation
poliatom dan anion poliatom. Di bawah ini beberapa ion poliatom dan namanya.
Rumus
NH4+

Nama Ion
amonium

Anion dari logam


NH4Cl

OH

hidroksida

NaOH

CN

sianida

NaCN

NO2

nitrit

NaNO2

NO3-

nitrat

NaNO3

ClO

klorit

KClO

ClO2

hipoklorit

KClO2

ClO3

klorat

KClO3

ClO4

perklorat

KClO4

BrO3

bromat

KBrO3

IO3

iodat

KIO3

MnO4

permanganat

KMnO4

MnO42

manganat

K2MnO4

CO32

karbonat

Na2CO3

SO32

sulfit

Na2SO3

SO42

sulfat

Na2SO4

S2O32

tiosulfat

Na2S2O3

CrO42

kromat

K2CrO4

Cr2O72

dikromat

K2Cr2O7

PO3

fosfit

Na3PO3

PO43
fosfat
Na3PO4
Tata nama senyawa ion yang mengandung poliatom yaitu sebagai berikut:
1) Untuk senyawa yang terdiri atas kation logam dan anion poliatom, maka
penamaan dimulai dari nama kation logam diikuti nama anion poliatom.
Contoh:
a.
b.

NaOH dari Na+ dan OH_ nama senyawanya Natrium hidroksida;


KMnO4 dari K+ dan MnO4- nama senyawanya Kalium permanganat;

MAKALAH KIMIA DASAR STOIKIONOMETRI OLEH KELOMPOK 3

PbSO4 dari Pb2+ dan SO42- nama senyawanya Timbal (II) sulfat.

c.

2) Untuk senyawa yang terdiri atas kation poliatom dan anion monoatom atau
poliatom, penamaan dimulai dari nama kation poliatom diikuti nama anion
monoatom atau poliatom.
Contoh:
a. NH4Cl : ammonium klorida
b. NH4CN : ammonium sianida
c. (NH4)2SO4 : ammonium sulfat
2. Persamaan Reaksi
Persamaan reaksi menggambarkan reaksi kimia, yang terdiri atas rumus
kimia zat-zat pereaksi dan zat-zat hasil reaksi disertai koefisien dan fasa masingmasing.
A. Menulis Persamaan Reaksi
Reaksi kimia mengubah zat-zat asal (pereaksi) menjadi zat baru (produk).
Sebagaimana telah dikemukakan oleh John Dalton, jenis dan jumlah atom yang
terlibat dalam reaksi tidak berubah, tetapi ikatan kimia di antaranya berubah.
Ikatan kimia dalam pereaksi diputuskan dan terbentuk ikatan baru dalam
produknya. Atom-atom ditata ulang membentuk produk reaksi. Perubahan yang
terjadi dapat dipaparkan dengan menggunakan rumus kimia zat-zat yang terlibat
dalam reaksi. Cara pemaparan ini kita sebut dengan persamaan reaksi.
Hal-hal yang digambarkan dalam persamaan reaksi adalah rumus kimia
zat-zat pereaksi (reaktan) di sebelah kiri anak panah dan zat-zat hasil reaksi
(produk) di sebelah kanan anak panah. Anak panah dibaca yang artinya
membentuk atau bereaksi menjadi. Wujud atau keadaan zat-zat pereaksi dan
hasil reaksi ada empat macam, yaitu gas (g), cairan (liquid atau l), zat padat (solid
atau s) dan larutan (aqueous atau aq). Bilangan yang mendahului rumus kimia
zat-zat dalam persamaan reaksi disebut koefisien reaksi. Koefisien reaksi
diberikan untuk menyetarakan atom-atom sebelum dan sesudah reaksi. Selain
untuk menyetarakan persamaan reaksi, koefisien reaksi menyatakan perbandingan
paling sederhana dari partikel zat yang terlibat dalam reaksi. Misalnya, reaksi
antara gas hidrogen dengan gas oksigen membentuk air sebagai berikut.
MAKALAH KIMIA DASAR STOIKIONOMETRI OLEH KELOMPOK 3

Pereaksi / Reaktan
2 H2 (g)

Produksi

O2 (g)

2 H2O (l)

Koefisien H2 = 2

Koefisien O2 = 1

Koefisien H2O = 2

Berdasarkan persamaan reaksi di atas, berarti 2 molekul hidrogen bereaksi


dengan 1 molekul oksigen membentuk 2 molekul H 2O. Oleh karena itu sebaiknya
dihindari koefisien pecahan karena dapat memberi pengertian seolaholah partikel
materi (atom atau molekul) dapat dipecah. Penulisan persamaan reaksi dapat
dilakukan dalam dua langkah sebagai berikut.
1) Menuliskan rumus kimia zat-zat pereaksi dan produk, lengkap dengan
keterangan tentang wujudnya.
2) Penyetaraan, yaitu memberi koefisien yang sesuai, sehingga jumlah atom ruas
kiri sama dengan jumlah atom ruas kanan.
Contoh :
Tuliskan dan setarakan persamaan reaksi antara logam aluminium yang
bereaksi dengan larutan asam sulfat membentuk larutan aluminium sulfat dan gas
hidrogen!
Jawab :
Langkah 1 : Menuliskan persamaan reaksi.
Al(s) + H2SO4(aq) Al2(SO4)3(aq) + H2(g)

Jumlah atom di kiri

Jumlah atom di kanan

Al = 1

Al = 2

H=2

H=2

S=1

S=3

O=4

O = 12

(belum setara)

Langkah 2 : Meletakkan koefisien 2 di depan Al, sehingga jumlah atom Al di ruas


kiri menjadi 1 2 = 2 buah Al (setara dengan jumlah Al di ruas
kanan).
Langkah 3 : Meletakkan koefisien 3 di depan H2SO4 , sehingga di ruas kiri
jumlah atom H menjadi 6, atom S menjadi 3, dan jumlah atom O

MAKALAH KIMIA DASAR STOIKIONOMETRI OLEH KELOMPOK 3

menjadi 12.
Langkah 4 : Jumlah atom S dan O ruas kiri sudah sama dengan ruas kanan,
sedangkan atom H ruas kanan belum setara dengan ruas kiri.
Langkah 5 : Meletakkan koefisien 3 di depan H2, sehingga jumlah atom H ruas
kanan menjadi 6, setara dengan ruas kiri.
Persamaan reaksi menjadi setara:
2 Al(s) + 3 H2SO4(aq) Al2(SO4)3(aq) + 3 H2(g)
B. Penyetaraan Persamaan Reaksi
Banyak reaksi dapat disetarakan dengan jalan mencoba/menebak, akan
tetapi sebagai permulaan dapat mengikuti langkah berikut.
1) Pilihlah satu rumus kimia yang paling rumit, tetapkan koefisiennya sama
dengan
2) Zat-zat yang lain tetapkan koefisien sementara dengan huruf.
3) Setarakan dahulu unsur yang terkait langsung dengan zat yang tadi diberi
koefisien 1.
4) Setarakan unsur lainnya. Biasanya akan membantu jika atom O disetarakan
paling akhir.
Contoh :
Tuliskan dan setarakan persamaan reaksi antara gas metana (CH 4) dengan
gas oksigen membentuk gas karbon dioksida dan uap air.
Jawab :
Langkah 1 : Menuliskan rumus kimia dan persamaan reaksi.
CH4(g) + O2(g) CO2(g) + H2O (l)
Langkah 2 : Penyetaraan.
a. Tetapkan koefisien CH4 = 1, sedangkan koefisien lain dimisalkan dengan
huruf.
1 CH4(g) + a O2(g) b CO2(g) + c H2O (l)
b. Setarakan jumlah atom C dan H.
Jumlah Atom di

Jumlah Atom di

Ruas Kiri
C=1
H=4

Ruas Kanan
C=b
H= 2c

=
b=1
2c = 4, maka c = 2

MAKALAH KIMIA DASAR STOIKIONOMETRI OLEH KELOMPOK 3

10

c. Kita substitusikan persamaan b dan c sehingga menjadi


1 CH4(g) + a O2(g) 1 CO2(g) + 2 H2O (l)
d. Kita setarakan jumlah atom O
Jumlah Atom di

Jumlah Atom di

Ruas Kiri
O = 2a

Ruas Kanan
O=2+2=4

=
2a = 4 , maka a = 2

e. Persamaan reaksi setara berikutnya adalah


1 CH4(g) + 2 O2(g) 1 CO2(g) + 2 H2O (l)
Untuk selanjutnya koefisien 1 tidak pernah ditulis sehingga menjadi :
CH4(g) + 2 O2(g) CO2(g) + 2 H2O (l)
3. Hukum-Hukum Dasar Kimia
A. Hukum Kekekalan Massa (Hukum Lavoisier)
Apabila kita membakar kayu, maka hasil pembakaran hanya tersisa abu
yang massanya lebih ringan dari kayu. Hal ini bukan berarti ada massa yang
hilang. Akan tetapi, pada proses ini kayu bereaksi dengan gas oksigen
menghasilkan abu, gas karbon dioksida, dan uap air. Jika massa gas karbon
dioksida dan uap air yang menguap diperhitungkan, maka hasilnya akan sama.
Kayu + gas oksigen abu + gas karbondioksida + uap air
Massa (kayu + gas oksigen) = massa (abu + gas karbondioksida + uap air)
Antoine Lavoisier (17431794) seorang pelopor yang percaya pentingnya
membuat pengamatan kuantitatif dalam eksperimen, mencoba memanaskan 530
gram logam merkuri dalam wadah terhubung udara dalam silinder ukur pada
sistem tertutup. Ternyata volume udara dalam silinder berkurang 1/5 bagian.
Logam merkuri berubah menjadi merkuri oksida sebanyak 572,4 gram. Besarnya
kenaikkan massa merkuri sebesar 42,4 gram adalah sama dengan 1/5 bagian udara
yang hilang yaitu oksigen.
Logam merkuri + gas oksigen merkuri oksida
530 gram

42,4 gram

572,4 gram

Berdasarkan percobaan di atas Lavoisier merumuskan Hukum Kekekalan


Massa yang berbunyi: Dalam reaksi kimia, massa zat-zat sebelum dan sesudah
reaksi adalah sama.
B. Hukum Perbandingan Tetap (Hukum Proust)
MAKALAH KIMIA DASAR STOIKIONOMETRI OLEH KELOMPOK 3

11

Tahun 1799 Joseph Proust melakukan percobaan dengan mereaksikan


hidrogen dan oksigen. Ternyata hidrogen dan oksigen selalu bereaksi membentuk
air dengan perbandingan massa yang tetap yaitu 1 : 8.
Massa H (gram)

Massa O (gram)

Massa H2O

Sisa H atau O

(gram)
9

(gram)
0

1 gram hidrogen

1 gram oksigen

2
16
18
0
Berdasarkan hasil percobaan yang diperolehnya, dia menyimpulkan
bahwa: Perbandingan massa unsur-unsur dalam suatu senyawa adalah tetap.
C. Hukum Kelipatan Perbandingan (Hukum Dalton)
Dua unsur dapat membentuk lebih dari satu macam senyawa. Misalnya
unsur karbon dengan oksigen dapat membentuk karbon monoksida dan karbon
dioksida. John Dalton (17661844) mengamati adanya suatu keteraturan
perbandingan massa unsur-unsur dalam suatu senyawa. Berdasarkan percobaan
yang dilakukan Dalton diperoleh data sebagai berikut:
Massa hasil

Massa hasil

Massa senyawa

Jenis Senyawa

Nitrogen

Oksigen

terbentuk

Nitrogen monoksida

(gram)
0,875

(gram)
1,00

(gram)
1,875

Nitrogen dioksida
1,75
1,00
2,75
Perbandingan nitrogen dalam senyawa nitrogen dioksida dan nitrogen monoksida:
1,75 / 0,875 = 2 / 1
Berdasarkan hasil percobaan tersebut, Dalton menyimpulkan bahwa:
Jika dua jenis unsur bergabung membentuk lebih dari satu macam senyawa
maka perbandingan massa unsur dalam senyawa-senyawa tersebut merupakan
bilangan bulat sederhana.
D. Hukum Perbandingan Volume (Hukum Gay-Lussac)
Di awal tahun 1781 Joseph Priestley (17331804) menemukan hidrogen
dapat bereaksi dengan oksigen membentuk air, kemudian Henry Cavendish
(17311810) menemukan volume hidrogen dan oksigen yang bereaksi

MAKALAH KIMIA DASAR STOIKIONOMETRI OLEH KELOMPOK 3

12

membentuk uap air mempunyai perbandingan 2 : 1. Dilanjutkan William


Nicholson dan Anthony Carlise berhasil menguraikan air menjadi gas hidrogen
dan oksigen melalui proses elektrolisis. Ternyata perbandingan volume hidrogen
dan oksigen yang terbentuk 2 : 1. Pada tahun 1808 Joseph Louis Gay-Lussac
(17781850) berhasil mengukur volume uap air yang terbentuk, sehingga
diperoleh perbandingan volume hidrogen : oksigen : uap air = 2 : 1 : 2.
Gas Hidrogen + Gas Oksigen Uap Air
2 H2 (g)

O2 (g)

2 H2O (g)

Perbandingan tersebut berupa bilangan bulat sederhana. Berdasarkan hasil


percobaan ini, Gay-Lussac menyimpulkan bahwa:
Pada suhu dan tekanan yang sama, volume gas-gas yang bereaksi dan volume
gas-gas hasil reaksi berbanding sebagai bilangan bulat sederhana.

4. Perhitungan Kimia
Pada awal abad ke-19, banyak penelitian dilakukan terhadap sifat gas.
Salah seorang peneliti sifat gas yaitu ahli kimia berkebangsaan Prancis yang
bernama Joseph Louis Gay Lussac (1778 1850). Pada tahun 1808, ia melakukan
serangkaian percobaan untuk mengukur volume gas-gas yang bereaksi.
Disimpulkannya bahwa pada temperatur dan tekanan sama, perbandingan volume
gas-gas yang bereaksi dan volume gas hasil reaksi merupakan perbandingan
bilangan bulat dan sederhana. Temuan Gay Lussac ini dikenal sebagai hukum
perbandingan volume. Tetapi kemudian timbul pertanyaan. Mengapa pada tekanan
dan temperatur yang sama perbandingan volume gas yang bereaksi dan hasil
reaksi merupakan perbandingan bilangan bulat dan sederhana?
A. Penentuan Volume Gas Pereaksi dan Hasil Reaksi
Pertanyaan yang timbul setelah Gay Lussac mengemukakan hukum
perbandingan volume dapat dipecahkan oleh seorang ahli fisika Italia yang
bernama Amadeo Avogadro pada tahun 1811.
MAKALAH KIMIA DASAR STOIKIONOMETRI OLEH KELOMPOK 3

13

Menurut Avogadro:
Gas-gas yang volumenya sama, jika diukur pada suhu dan tekanan yang sama,
akan memiliki jumlah molekul yang sama pula.
Oleh karena perbandingan volume gas hidrogen, gas oksigen, dan uap air
pada reaksi pembentukan uap air = 2 : 1 : 2 maka perbandingan jumlah molekul
hidrogen, oksigen, dan uap air juga 2 : 1 : 2. Jumlah atom tiap unsur tidak
berkurang atau bertambah dalam reaksi kimia. Oleh karena itu, molekul gas
hidrogen dan molekul gas oksigen harus merupakan molekul dwiatom, sedangkan
molekul uap air harus merupakan molekul triatom.
Perbandingan volume gas dalam suatu reaksi sesuai dengan koefisien
reaksi gas-gas tersebut. Hal ini berarti bahwa, jika volume salah satu gas
diketahui, volume gas yang lain dapat ditentukan dengan cara membandingkan
koefisien reaksinya.
Contoh :
Pada reaksi pembentukan air
2 H2 (g)

+ O2 (g)

2 H2O (g)

Jika volume gas H2 yang diukur pada suhu 25C dan tekanan 1 atm sebanyak 10 L
volume gas O2 dan H2O pada tekanan dan suhu yang sama dapat ditentukan
dengan cara sebagai berikut.
Volume H2 : Volume O2 = Koefisien H2 : Koefisien O2
Volume O2

= x Volume H2

Volume O2

= x 10 L = 5 L

Volume H2O = x 10 L = 10 L
B. Massa Atom Relatif dan Massa Molekul Realtif
Setelah ditemukan peralatan yang sangat peka di awal abad XX, para ahli
kimia melakukan percobaan tentang massa satu atom. Sebagai contoh, dilakukan
percobaan untuk mengukur.
1. massa satu atom H = 1,66 x 1024 g
2. massa satu atom O = 2,70 x 1023 g
3. massa satu atom C = 1,99 x 1023 g

MAKALAH KIMIA DASAR STOIKIONOMETRI OLEH KELOMPOK 3

14

Dari data di atas dapat dilihat bahwa massa satu atom sangat kecil. Para
ahli sepakat menggunakan besaran Satuan Massa Atom (sma) atau Atomic Massa
Unit (amu) atau biasa disebut juga satuan Dalton. Pada materi struktur atom, Anda
telah mempelajari juga bahwa atom sangatlah kecil, oleh karena itu tidak mungkin
menimbang atom dengan menggunakan neraca.
a. Massa Atom Relatif (Ar)
Para ahli menggunakan isotop karbon C12 sebagai standar dengan
massa atom relatif sebesar 12. Massa atom relatif menyatakan
perbandingan massa rata-rata satu atom suatu unsur terhadap 1/12 massa
atom C12. Atau dapat dituliskan:
1 satuan massa atom (amu) = 1/12 massa 1 atom C12
Contoh:
Massa atom rata-rata oksigen 1,33 kali lebih besar dari pada massa atom C
12.
Maka: Ar O = 1,33 x Ar C12
= 1,33 x 12
= 15,96
Para ahli membandingkan massa atom yang berbeda-beda,
menggunakan skala massa atom relatif dengan lambang Ar.
Para ahli memutuskan untuk menggunakan C12 atau isotop

12

karena mempunyai kestabilan inti yang inert dibanding atom lainnya.


Isotop atom C12 mempunyai massa atom 12 sma. Satu sma sama dengan
1,6605655 x 1024 g. Dengan digunakannya isotop 12C sebagai standar
maka dapat ditentukan massa atom unsur yang lain. Massa atom relatif
suatu unsur (Ar) adalah bilangan yang menyatakan perbandingan massa
satu atom unsur tersebut dengan 1/12 massa satu atom C12.
Ar X =
Contoh Soal :
Jika diketahui massa 1 atom oksigen 2,70 x 10 23 g, berapakah Ar atom O
jika massa atom C 1,99 x 1023 g?
MAKALAH KIMIA DASAR STOIKIONOMETRI OLEH KELOMPOK 3

15

Jawab :
Ar O =
Ar O =
Ar O = 16,283
Besarnya harga Ar juga ditentukan oleh harga rata-rata isotop
tersebut. Sebagai contoh, di alam terdapat

Cl dan

35

Cl dengan

37

perbandingan 75% dan 25% maka Ar Cl dapat dihitung dengan cara:


Ar Cl = (75% x 35) + (25% x 37) = 35,5
Ar merupakan angka perbandingan sehingga tidak memiliki satuan. Ar
dapat dilihat pada Tabel Periodik Unsur (TPU) dan selalu dicantumkan
dalam satuan soal apabila diperlukan.
b. Massa Molekul Relatif (Mr)
Molekul merupakan gabungan dari beberapa unsur dengan
perbandingan tertentu. Unsur-unsur yang sama bergabung membentuk
molekul unsur, sedangkan unsur-unsur yang berbeda membentuk molekul
senyawa. Massa molekul unsur atau senyawa dinyatakan oleh massa
molekul (Mr). Massa molekul relatif adalah perbandingan massa molekul
unsur atau senyawa terhadap 1/12 dikali massa atom C12. Secara
matematis dapat dinyatakan:
Mr (unsur) =
Mr (senyawa) =
Massa molekul dapat dihitung dengan menjumlahkan Ar dari atom-atom
pembentuk molekul tersebut.
Mr = r atom penyusun
Contoh Soal :
Diketahui massa atom relatif (Ar) beberapa unsur sebagai berikut.
Ca = 40
O = 16
H=1
Tentukan massa molekul relatif (Mr) senyawa Ca(OH)2!
Jawab:
MAKALAH KIMIA DASAR STOIKIONOMETRI OLEH KELOMPOK 3

16

Satu molekul Ca(OH)2 mengandung 1 atom Ca, 2 atom O, dan 2 atom H.


Mr Ca(OH)2 = Ar Ca + (2 Ar O) + (2 Ar H)
= 40 + (2 x 16) + (2 x 1) = 40 + 32 + 2 = 74
C. Konsep Mol dan Tetapan Avogadro
Apabila Anda mereaksikan satu atom karbon (C) dengan satu molekul
oksigen (O2) maka akan terbentuk satu molekul CO 2. Tetapi sebenarnya yang
Anda reaksikan bukan satu atom karbon dengan satu molekul oksigen, melainkan
sejumlah besar atom karbon dan sejumlah besar molekul oksigen. Oleh karena
jumlah atom atau jumlah molekul yang bereaksi begitu besarnya maka untuk
menyatakannya, para ahli kimia menggunakan mol sebagai satuan jumlah
partikel (molekul, atom, atau ion).
Satu mol didefinisikan sebagai jumlah zat yang mengandung partikel zat
itu sebanyak atom yang terdapat dalam 12,000 g atom karbon 12. Jadi, dalam
satu mol suatu zat terdapat 6,022 x 10 23 partikel. Nilai 6,022 x 1023 partikel per
mol disebut sebagai tetapan Avogadro, dengan lambang L atau N.
Dalam kehidupan sehari-hari, mol dapat dianalogikan sebagai lusin. Jika
lusin menyatakan jumlah 12 buah, mol menyatakan jumlah 6,022 x 10 23 partikel
zat.
Kata partikel pada NaCl, H2O, dan N2 dapat dinyatakan dengan ion dan
molekul, sedangkan pada unsur seperti Zn, C, dan Al dapat dinyatakan dengan
atom.
Nama

Rumu

Jumla

Jenis

Jumlah Partikel

Senyawa
Seng

s
Zn

h
1 mol

Partikel
Atom

1 x (6,022 x 1023) atom

Aluminium

Al

1 mol

Atom

1 x (6,022 x 1023) atom

Natrium

NaCl

1 mol

Ion

1 x (6,022 x 1023) molekul

Klorida

H2O

1 mol

Molekul

1 x (6,022 x 1023) molekul

Air
Rumus kimia suatu senyawa menunjukkan perbandingan jumlah atom
yang ada dalam senyawa tersebut.
Jumlah H2SO4
1

Jumlah Atom H
2

Jumlah Atom S
1

Jumlah Atom O
4

MAKALAH KIMIA DASAR STOIKIONOMETRI OLEH KELOMPOK 3

17

1 mol

2 mol

1 mol

4 mol

1 x (6,022x1023)

2 x (6,022 x 1023)

1 x (6,022 x 1023)

4 x (6,022 x 1023)

1 mol zat mengandung 6,022 x 1023 partikel


Contoh Soal :
1. Pada satu molekul air (H2O) terdapat 6,022 x 1023 molekul H2O.
Ada berapa atom dalam 1 mol air tersebut?
Jawab:
Satu molekul air (H2O) tersusun oleh 2 atom H dan 1 atom O.
Jadi 1 molekul air tersusun oleh 3 atom.
1 mol H2O mengandung 6,022 x 1023 molekul atau
3 x 6,022 x 1023 atom = 1,806 x 1024 atom
2. Tentukan jumlah atom yang terdapat dalam 0,5 mol belerang!
Jawab:
0,5 mol belerang = 0,5 mol x N
= 0,5 mol x 6,02 x 1023 atom belerang
= 3,01 x 1023 atom belerang
3. Dalam 5 mol asam sulfat (H2SO4), tentukan jumlah atom H, S, dan O!
Jawab:
Jumlah molekul = 5 mol x N
= 5 mol x 6,02 x 1023
= 3,01 x 1024 molekul
Jumlah atom H = 2 x 6,02 x 1023 atom = 12,04 x 1023 atom
Jumlah atom S = 1 x 6,02 x 1023 atom = 6,02 x 1023 atom
Jumlah atom O = 4 x 6,02 x 1023 atom = 24,08 x 1023 atom
Dari contoh di atas, dapat disimpulkan mengenai hubungan jumlah mol (n)
dengan jumlah partikel, yang secara matematik dapat dinyatakan sebagai berikut.
Jumlah partikel = n x N
Di mana:
n = jumlah mol
N= bilangan Avogadro

MAKALAH KIMIA DASAR STOIKIONOMETRI OLEH KELOMPOK 3

18

a. Massa Molar (Mr)


Massa satu mol zat dinamakan massa molar (lambang Mr). Besarnya
massa molar zat adalah massa atom relatif atau massa molekul relatif zat yang
dinyatakan dalam satuan gram per mol.
Massa molar = Mr atau Ar zat (g/mol)
Perhatikan contoh pada tabel berikut !
Nama Zat
Besi

Rumus
Fe

Ar dan Mr
Ar = 56

Massa Molar
56 g/mol

Air

H2O

Mr = 18

18 g/mol

Garam Dapur

NaCl

Mr = 53,5

53,5 g/mol

Karbon
C
Ar = 12
12 g/mol
Massa suatu zat merupakan perkalian massa molarnya (g/mol) dengan mol
zat tersebut (n). Jadi hubungan mol suatu zat dengan massanya dapat dinyatakan
sebagai berikut.

Secara matematis, dapat dinyatakan sebagai berikut.


Massa molar = massa : mol
Massa = mol x Mr/Ar (massa molar)
Contoh Soal :
Diketahui 6 g urea (CO(NH2)2) jika Ar : H = 1, C = 12, N = 14, O = 16, tentukan:
a. mol urea
b. jumlah partikel
Jawab:
Mr urea = 12 + 16 + (16 . 2) = 60
a. mol urea = = = 0,1 mol
b. jumlah partikel = n x N
= 0,1 x 6,02 x 1023 molekul
= 0,602 x 1023 molekul
= 6,02 x 1024 molekul

MAKALAH KIMIA DASAR STOIKIONOMETRI OLEH KELOMPOK 3

19

b. Volume Molar (Vm)


Volume satu mol zat dalam wujud gas dinamakan volume molar, yang
dilambangkan dengan Vm.
Berapakah volume molar gas? Bagaimana menghitung volume sejumlah
tertentu gas pada suhu dan tekanan tertentu? Avogadro dalam percobaannya
mendapat kesimpulan bahwa 1 L gas oksigen pada suhu 0 C dan tekanan 1 atm
mempunyai massa 1,4286 g, atau dapat dinyatakan bahwa pada tekanan 1 atm:
1 L gas O2 = mol
1 L gas O2 = mol
1 mol gas O2 = liter
Maka, berdasarkan hukum Avogadro dapat disimpulkan:
1 mol gas O2 = 22,4 L
Sesuai dengan hukum Avogadro yang menyatakan bahwa pada suhu dan
tekanan yang sama, volume gas yang sama mengandung jumlah molekul yang
sama atau banyaknya mol dari tiap-tiap gas volumenya sama. Berdasarkan hukum
tersebut berlaku volume 1 mol setiap gas dalam keadaan standar (suhu 0 C dan
tekanan 1 atm) sebagai berikut.
Volume gas dalam keadaan standar = 22,4 L
c. Volume gas pada keadaan tidak standar
Perhitungan volume gas tidak dalam keadaan standar (non-STP)
digunakan dua pendekatan sebagai berikut.
1) Persamaan Gas Ideal
Dengan mengandaikan gas yang akan diukur bersifat ideal, persamaan
yang menghubungkan jumlah mol (n) gas, tekanan, suhu, dan volume yaitu:
Hukum gas ideal : P . V = n . R . T
P = tekanan (satuan atmosfir, atm)
V = volume (satuan liter, L)
n = jumlah mol gas (satuan mol)
R = tetapan gas (0,08205 L atm/mol K)
T = suhu mutlak (C + 273,15 K)
MAKALAH KIMIA DASAR STOIKIONOMETRI OLEH KELOMPOK 3

20

P.V = n.R.T V=
Jika, n = 1 mol
R = 0,08205 L atm/mol K
P = 1 atm
T = 273 K
V = = 22,4 L
Contoh Soal :
Tentukan volume dari 4,4 g gas CO2 yang diukur pada tekanan 2 atm dan suhu 27
C! (Ar : C = 12, O = 16)
Jawab :
Mol CO2 = = = 0,1 mol
Volume CO2 = = = 1,21 L
2) Dengan konversi gas pada suhu dan tekanan yang sama
Menurut hukum Avogadro, perbandingan gas-gas yang jumlah molnya
sama memiliki volume sama. Secara matematis dapat dinyatakan sebagai berikut.
Di mana:
n1 = mol gas 1

V1 = volume gas 1

n2 = mol gas 2

V2 = volume gas 2

d. Molaritas (M)
Banyaknya zat yang terdapat dalam suatu larutan dapat diketahui dengan
menggunakan konsentrasi larutan yang dinyatakan dalam molaritas (M).
Molaritas menyatakan banyaknya mol zat dalam 1 L larutan. Secara matematis
dinyatakan sebagai berikut.
M= x
Di mana:
M = molaritas (satuan M)
massa = dalam satuan g
Mr = massa molar (satuan g/mol)
V = volume (satuan mL)
D. Rumus Molekul dan Kadar Unsur Dalam Senyawa
MAKALAH KIMIA DASAR STOIKIONOMETRI OLEH KELOMPOK 3

21

Perbandingan massa dan kadar unsur dalam suatu senyawa dapat


ditentukan dari rumus molekulnya.
Kadar unsur = x 100%
a. Penentuan Rumus Empiris dan Rumus Molekul
Rumus kimia menunjukkan jenis atom unsur dan jumlah relatif masingmasing unsur yang terdapat dalam zat. Banyaknya unsur yang terdapat dalam zat
ditunjukkan dengan angka indeks.
Rumus kimia dapat berupa rumus empiris dan rumus molekul. Rumus
empiris, rumus yang menyatakan perbandingan terkecil atom-atom dari unsurunsur yang menyusun senyawa. Rumus molekul, rumus yamg menyatakan
jumlah atom-atom dari unsur-unsur yang menyusun satu molekul senyawa.
Perhatikan contoh rumus molekul dan rumus empiris beberapa senyawa dalam
tabel berikut.
Nama Zat
Air

Rumus Molekul
H2O

Rumus Empiris
H2O

Glukosa

C6H12O6

CH2O

Benzena

C6H6

CH

Etilena

C2H4

CH2

Asetilena
C2H2
CH
Rumus Molekul = (Rumus Empiris)n
Mr Rumus Molekul = n x (Mr Rumus Empiris)
n = bilangan bulat
Penentuan rumus empiris dan rumus molekul suatu senyawa dapat
ditempuh dengan langkah berikut.
1. Cari massa (persentase) tiap unsur penyusun senyawa,
2. Ubah ke satuan mol,
3. Perbandingan mol tiap unsur merupakan rumus empiris,
4. Cari rumus molekul dengan cara:
(Mr rumus empiris)n = Mr rumus molekul, n dapat dihitung,
5. Kalikan n yang diperoleh dari hitungan dengan rumus empiris.
6.
b. Menentukan Rumus Kimia Hidrat (Air Kristal)
MAKALAH KIMIA DASAR STOIKIONOMETRI OLEH KELOMPOK 3

22

Hidrat adalah senyawa kristal padat yang mengandung air kristal (H2O).
Rumus kimia senyawa kristal padat sudah diketahui. Jadi pada dasarnya
penentuan rumus hidrat merupakan penentuan jumlah molekul air kristal (H2O)
atau nilai x. Secara umum, rumus hidrat dapat ditulis sebagai berikut.
Rumus kimia senyawa kristal padat : x . H2O
Sebagai contoh garam kalsium sulfat, memiliki rumus kimia CaSO 4 .
2H2O, artinya dalam setiap satu mol CaSO4 terdapat 2 mol H2O.

c. Hitungan Kimia
Penentuan jumlah pereaksi dan hasil reaksi yang terlibat dalam reaksi
harus diperhitungkan dalam satuan mol. Artinya, satuan-satuan yang diketahui
harus diubah ke dalam bentuk mol. Metode ini disebut metode pendekatan mol.
Adapun langkah-langkah metode pendekatan mol tersebut dapat Anda
simak dalam bagan berikut.
1. Tuliskan persamaan reaksi dari soal yang ditanyakan dan setarakan.
2. Ubahlah semua satuan yang diketahui dari tiap-tiap zat ke dalam mol.
3. Gunakanlah koefisien reaksi untuk menyeimbangkan banyaknya mol zat
reaktan dan produk.
4. Ubahlah satuan mol dari zat yang ditanyakan ke dalam satuan yang ditanya
(L atau g atau partikel, dll)
d. Pereaksi Pembatas
Di dalam suatu reaksi kimia, perbandingan mol zat-zat pereaksi yang
dicampurkan tidak selalu sama dengan perbandingan koefisien reaksinya. Hal ini
berarti bahwa ada zat pereaksi yang akan habis bereaksi lebih dahulu. Pereaksi
demikian disebut pereaksi pembatas. Bagaimana hal ini dapat terjadi? Anda
perhatikan gambar di bawah ini!
X + 2Y XY2
= molekul zat X
+

= molekul zat Y

MAKALAH KIMIA DASAR STOIKIONOMETRI OLEH KELOMPOK 3

23

= molekul zat XY2


Reaksi di atas memperlihatkan bahwa menurut koefisien reaksi, satu mol
zat X membutuhkan dua mol zat Y. Gambar di atas menunjukkan bahwa tiga
molekul zat X direaksikan dengan empat molekul zat Y. Setelah reaksi
berlangsung, banyaknya molekul zat X yang bereaksi hanya dua molekul dan satu
molekul tersisa. Sementara itu, empat molekul zat Y habis bereaksi. Maka zat Y
ini disebut pereaksi pembatas.
Pereaksi pembatas merupakan reaktan yang habis bereaksi dan tidak
bersisa di akhir reaksi. Dalam hitungan kimia, pereaksi pembatas dapat ditentukan
dengan cara membagi semua mol reaktan dengan koefisiennya, lalu pereaksi yang
mempunyai nilai hasil bagi terkecil merupakan pereaksi pembatas.

MAKALAH KIMIA DASAR STOIKIONOMETRI OLEH KELOMPOK 3

24

BAB III
PEMBAHASAN
A. Manfaat dan Aplikasi Stokiometri dalam Kehidupan
1. Penentuan Molaritas dengan Cara Pelarutan
Jika kita ingin membuat 250 mL larutan K2CrO4 0,25 M dari bentuk kristal,
caranya adalah dengan menghitung massa zat yang akan dilarutkan.
mol K2CrO4 = 250 mL x 0,25 M
= 0,0625 mol
K2CrO4

= 0,0625 mol x 194 g / mol

= 12,125 g
Jadi, yang harus dilakukan adalah melarutkan 12,125 g kristal K2CrO4 ke dalam
250 mL air.
2. Penentuan Molaritas dengan Cara Pengenceran
Jika larutan di atas akan diubah konsentrasinya menjadi 0,01 M K2CrO4,
caranya adalah dengan cara pengenceran. Dalam pengenceran kita akan
mengubah volume dan kemolaran larutan, namun tidak mengubah jumlah mol zat
terlarut.
nl =n2

n = M.V

M1.V1 =M2.V2
Keterangan:
M1 = konsentrasi sebelum pengenceran
V1 = volume sebelum pengenceran
M2 = konsentrasi setelah pengenceran
V2 = volume setelah pengenceran
Untuk contoh di atas, kita dapat mengambil 10 mL larutan K2CrO4 0,25M.
Setelah itu, dilakukan pengenceran dengan perhitungan:
M1V1 = M2V2

MAKALAH KIMIA DASAR STOIKIONOMETRI OLEH KELOMPOK 3

25

0,25M x 10mL = 0,01MxV2


= 250 mL
Jadi, yang harus dilakukan adalah mengencerkan 10 mL K2CrO4 0,25 M
sampai volumenya menjadi 250 mL.
Jika dua jenis larutan dicampurkan dan jumlah mol zat terlarut mengalami
perubahan (n1 tidak sama dengan n2), maka mol zat setelah dicampurkan
tergantung kepada jumlah.
Di laboratorium, larutan-larutan pekat tidak diketahui molaritasnya, tetapi
yang diketahui (dapat dibaca pada etiket botol) adalah kadar (dalam satuan persen
berat) dan densitas (g / mL). Bagaimanakah membuat larutan dengan molaritas
tertentu dari larutan pekat? Prinsipnya sama dengan cara pengenceran. Sebagai
contoh, pembuatan 100 mL larutan asam perklorat 0,1 M dari asam perklorat
dengan etiket: kadar 70% dan densitas 1,664 g/mL. Caranya adalah dengan
mencari molaritas larutan pekat terlebih dahulu. Untuk memperoleh nilai M, maka
kita harus mengubah kadar (%) menjadi mol dan mengkonversi massa (gram)
menjadi volume (mL).
3. Perhitungan Kimia
a. Mol dan Persamaan Reaksi
Kita telah memahami bahwa satu mol suatu senyawa mengandung 6,02 x
1023 partikel senyawa tersebut. Jika diterapkan untuk atom atau molekul, maka:
1 mol = 6,02 x 1023 atom / molekul
Untuk mengingatkan hubungan antara konsep mol dengan jumlah partikel, massa
atom/ molekul, volume standar, dan molaritas, perhatikan diagram Jembatan
Mol berikut!
Bagan di atas memperlihatkan bahwa mol dapat menjembatani berbagai
parameter sehingga memudahkan kita untuk memahami sebuah reaksi kimia.
Pada bagan tersebut, ditunjukkan bahwa semua jalur yang menuju ke mol
menggunakan tanda pembagian , sedangkan jalur yang keluar dari mol

MAKALAH KIMIA DASAR STOIKIONOMETRI OLEH KELOMPOK 3

26

menggunakan tanda perkalian, kecuali untuk molaritas (M).


Sebagai contoh, perhatikan reaksi berikut!
H2(g) + O2(g) H2O(g)
Reaksi di atas memperlihatkan bahwa jumlah atom oksigen pada reaktan ada
dua buah, sedangkan jumlah oksigen di produk ada satu buah. Hal ini berbeda
dengan atom H yang sudah sama. Oleh karena itu, reaksi harus disetarakan.
Penyetaraan reaksi dapat dilakukan dengan membuat koefisien O2 = sehingga
persamaan reaksinya menjadi sebagai berikut.
H2(g) + O2(g) H2O(g)
Pada reaksi di atas jumlah atom O dengan H pada reaktan sudah setara
dengan jumlah atom O dan H pada produk. Angka pecahan dalam persamaan
dapat dihilangkan dengan mengalikan dua terhadap semua koefisien reaksi.
2H2(g) + O2(g) 2H2O(g)
Persamaan reaksi di atas menunjukkan bahwa koefisien reaksi masingmasing untuk H2, 02, dan H2O adalah 2, 1, dan 2. Dalam perhitungan kimia,
koefisien reaksi melambangkan perbandingan mol zat reaktan dan produk dalam
suatu reaksi. Artinya, perbandingan mol dalam reaksi di atas, yaitu antara H2, 02,
dan H2O adalah 2 : 1 : 2.
Perhatikanlah ilustrasi di bawah ini!
2H2(g) + O2(g)

- 2H2O(g)

Perbandingan mol 2 : 1 : 2
Kesimpulan dari pembahasan di atas adalah jika kita mereaksikan 2 mol H2
dengan 1 mol O2 akan menghasilkan 2 mol H2O. Jika kita mereaksikan 1 mol H2,
maka akan membutuhkan 2 mol O2 untuk menghasilkan 1 mol H2O.
Persamaan reaksi tersebut juga dapat diartikan bahwa 2 mol molekul hidrogen
bereaksi dengan 1 mol molekul oksigen menghasilkan 2 mol molekul air

MAKALAH KIMIA DASAR STOIKIONOMETRI OLEH KELOMPOK 3

27

4. Perhitungan Massa Zat Reaksi


Jika kamu ingin mengerjakan suatu reaksi di laboratorium, kamu pasti akan
mengukur bahan pereaksi dalam satuan gram atau liter sebelum rnereaksikannya.
Oleh karena itu, pekerjaan di laboratorium akan selalu berkaitan dengan
perhitunganmassa.
Penentuan jumlah produk dan reaktan yang terlibat dalam reaksi harus
diperhitungkan dalam satuan mol. Artinya, satuan-satuan yang diketahui harus
diubah ke dalam bentuk mol. Metode yang sering dipergunakan dalam
perhitungan kimia ini disebut metoda pendekatan mol.
Langkah-langkah metode pendekatan mol dapat dilihat pada langkah-langkah
berikut.
1. Tuliskan persamaan reaksi dari soal yang ditanyakan, lalu disetarakan.
2. Ubahlah semua satuan yang diketahui dari tiap-tiap zat ke dalam mol
3. Gunakanlah koefisien reaksi untuk menyeimbangkan banyaknya mol zat
reaktan dan produk.
4. Ubahlah satuan mol dari zat yang ditanyakan ke dalam satuan yang ditanyakan.
6. Reaksi Netralisasi
a.Proses Titrasi
Salah satu aplikasi stoikiometri larutan adalah perhitungan mencari
molaritas atau kadar suatu zat dalam larutan sampel melalui suatu proses yang
disebut analisis volumetri. Analisis volumetri adalah analisis kimia kuantitatif
yang dilakukan dengan jalan mengukur volume suatu larutan standar yang tepat
bereaksi (bereaksi sempurna) dengan larutan yang dianalisis. Misalnya akan dicari
molaritas larutan Z, maka ke dalam larutan Z ditambahkan larutan standar
sehingga terjadi reaksi sempurna antara larutan Z dengan larutan standar.Larutan
standar adalah larutan yang konsentrasi atau molaritasnya telah diketahui secara
pasti.Larutan standar ada 2 macam, yaitu larutan standar primer dan larutan
standar sekunder. Larutan standar primer adalah larutan standar yang setelah
MAKALAH KIMIA DASAR STOIKIONOMETRI OLEH KELOMPOK 3

28

dibuat, dapat langsung dipakai untuk ditambahkan ke dalam larutan yang akan
dicari konsentrasinya. Larutan standar sekunder adalah larutan standar yang
setelah dibuat tidak dapat langsung digunakan, tetapi harus dicek lagi
konsentrasinya atau molaritasnya dengan menambahkan larutan standar primer.
Proses pengecekan larutan standar sekunder dengan larutan standar primer disebut
denganstandarisasi.
Proses penambahan larutan standar ke dalam larutan Z (yang akan ditentukan
konsentrasinya) disebut dengan titrasi. Proses penambahan ini dilakukan sedikit
demi sedikit (tetes demi tetes) memakai suatu alat yang disebut buret. Setiap satu
tetes larutan standar yang keluar dari buret volumenya 20 mL. Zat yang akan
Saat terjadinya reaksi sempurna antara larutan standar dengan larutan yang
dianalisis disebut titik akhir titrasi. Pada saat titik ini dicapai, titrasi dihentikan.
Dalam analisis volumetri, reaksi yang terjadi antara larutan standar dengan larutan
yang

dianalisis

harus

memenuhi

beberapa

syarat,

antara

lain:

1. Reaksi kimia yang terjadi harus sederhana dan persamaan reaksinya mudah
ditulis.
2. Reaksi harus dapat berjalan cepat. Tetesan terakhir dari larutan standar harus
sudah dapat menunjukkan reaksi sempurna. Jika tidak, maka akan terjadi
kesalahan

titrasi.

3. Pada saat reaksi sempurna (titik akhir titrasi) tercapai, harus ada pembahan fisik
atau sifat kimia yang dapat diamati atau indikasi perubahan dapat diketahui
dengan menambahkan larutan indikator ke dalam larutan yang akan dititrasi atau
dapat pula disebabkan oleh warna larutan standarnya sendiri.
Sebagai contoh, reaksi penetralan larutan NaOH dengan larutan HC1. Baik
larutan

NaOH

maupun

larutan

HC1

adalah

berwarna

bening.

Hasil

reaksinya(NaCI dan H20), juga berwarna bening, sehingga titik akhir titrasi tidak
dapat diamati. Untuk itu, ke dalam larutan yang dititrasi (larutan NaOH),
ditambahkan larutan indikator, misalnya indikator fenolftalein, disingkat (pp)
yaitu suatu indikator yang dalam larutan basa memberikan warna merah dan
dalam larutan yang bersifat asam tidak berwarna. Penambahan indikator ini

MAKALAH KIMIA DASAR STOIKIONOMETRI OLEH KELOMPOK 3

29

menggunakan pipet tetes. Banyaknya larutan indikator yang ditambahkan cukup


satu atau 2 tetes. Titrasi larutan NaOH dengan HC1 memakai indikator pp, dan
titik akhir titrasi tercapai pada saat tetesan terakhir penambahan larutan HCl
memberikan

perubahan

warna.

b. Titrasi Asam Basa


Salah satu penerapan konsep reaksi netralisasi adalah dalam titrasi asam
basa. Dalam titrasi asam basa, nilai tetapan kesetimbangan ionisasi digunakan
sebagai tolok ukur untuk penentuan pH larutan saat tercapainya titik ekuivalen.
Titik ekuivalen atau titik akhir teoritis adalah saat banyaknya asam atau basa yang
ditambahkan tepat setara secara stokiometri dengan banyaknya basa atau asam
yang terdapat dalam larutan yang dianalisis.
Rumus yang dapat digunakan untuk menentukan konsentrasi larutan sampel
adalah sebagai berikut:
Mol sampel

mol standar

Msampel Vsampel

Mstandar Vstandar

c. Penurunan Tekanan Uap Jenuh


Pada setiap suhu, zat cair selalu mempunyai tekanan tertentu. Tekanan ini
adalah tekanan uap jenuhnya pada suhu tertentu. Penambahan suatu zat ke dalam
zat cair menyebabkan penurunan tekanan uapnya. Hal ini disebabkan karena zat
terlarut itu mengurangi bagian atau fraksi dari pelarut, sehingga kecepatan
penguapanberkurang.
Menurut RAOULT:
p = po . XB
Dimana:

MAKALAH KIMIA DASAR STOIKIONOMETRI OLEH KELOMPOK 3

30

p = tekanan uap jenuh larutan


po = tekanan uap jenuh pelarut murni
XB = fraksi mol pelarut.
d. Kimia Analitik
Kimia analitik merupakan ilmu kimia yang mendasari analisis dan pemisahan
sampel. Analisis dapat bertujuan untuk menentukan jenis komponen apa saja yang
terdapat dalam suatu sampel (kualitatif), dan juga menentukan berapa banyak
komponen yang ada dalam suatu sampel (kuantitatif). Tidak semua unsur atau
senyawa yang ada dalam sampel dapat dianalisis secara langsung, sebagian besar
memerlukan proses pemisahan terlebih dulu dari unsur yang mengganggu.
Sekilas aplikasi dalam beberapa bidang
1. Dalam ilmu lingkungan, pemantauan kadar pencemar memerlukan metoda
analisis yang tepat, cepat dan peka untuk menentukan berbagai konstituen
yang sering berjumlah renik.
2. Dalam bidang kedokteran diperlukan berbagai analisis untuk menentukan
berbagai unsur atau senyawa dalam sampel seperti darah, urin, rambut,
tulang dan sebagainya.
3.

Di bidang pertanian, komposisi pupuk yang tepat sehingga tumbuhan


menghasilkan panen seperti yang diharapkan juga memerlukan metoda
analisis yang tepat untuk mengetahuinya.

4. Di bidang industri metoda analisis diperlukan untuk memonitoring bahan


baku, proses produksi, produk maupun limbah yang dihasilkan. Itu adalah
sebagian saja yang dapat dikemukakan mengenai peranan kimia analitik
dalam kehidupan manusia.

MAKALAH KIMIA DASAR STOIKIONOMETRI OLEH KELOMPOK 3

31

7.Tahapan-Tahapan Analisis Kuantitas


1. Sampling
Sampling dimaksudkan untuk memilih contoh yang dapat menggambarkan
materi keseluruhan yang sebenarnya. Meski pun seorang analis sering langsung
memperoleh analat yang sudah dalam ukuran laboratorium, hendaknya juga
disadari bahwa informasi tentang bagaimana sampling dilakukan merupakan hal
yang penting karena akan berkaitan dengan interpretasi data yang akan dilakukan.
3 Sampling yang dilakukan tergantung pada contoh yang akan diambil, misalnya
sampling untuk menentukan polutan lingkunga yang terdapat dii air, udara dan
tanah, sampling bahan industri, bahan makanan, barang tambang, sampling
contoh yang bergerak dan sebagainya. Ada banyak teknik sampling yang dapat
digunakan tergantung keadaan contoh yang akan diambil.
Misalnya sampling batu bara dari suatu pertambangan. Langkah pertama
adalah memillih sebagian besar batu bara, disebut contoh gross, yang meskipun
tidak homogen tetapi merupakan susunan rata-rata dari seluruh massa. Contoh
gross ini harus diubah menjadi contoh laboratorium yang lebih kecil baik bentuk
mau pun jumlahnya. Contoh digiling atau dihancurkan dan secara sistematis
dicampur dan dikurangi jumlahnya. Salah satu cara memperkecil jumlahnya
adalah dengan mengumpulkan contoh menjadi bentuk kerucut, kemudian
meratakan kerucutnya, dan membaginya menjadi empat bagian yang sama, dua
bagian dibuang, dua bagian lagi dibentuk kerucut kembali, diratakan bagian
kerucutnya, dibagi menjadi empat bagian yang sama, dan seterusnya sampai
kemudian diperoleh contoh ukuran laboratorium. Di laboratorium contoh
dihaluskan kembali dan contoh akhir laboratorium sekitar 1 g, diharapkan dapat
mewakili keseluruhan contoh yang diambil.
2. Pengukuran

MAKALAH KIMIA DASAR STOIKIONOMETRI OLEH KELOMPOK 3

32

Berbagai sifat fisika dan kimia dapat digunakan untuk melakukan pengukuran.
Teknik pengukuran yang digunakan dapat dilakukan dengan cara klasik yang
berdasarkan reaksi kimia atau dengan cara instrumen yang berdasarkan sifat
fisikokimia.
3. Perhitungan dan Interprestasi data
Langkah terakhir dalam tahapan analisis dikatakan selesai bila hasil analisis
telahdinyatakan sedemikian rupa sehingga dapat dipahami oleh si peminta
analisis. Umumnya kadar analat dinyatakan dengan perhitungan persen. Seperti
pada volumetri dan gravimetri perhitungan persen diperoleh dari hubungan
stoikiometrisederhana berdasarkan reaksi kimianya, sedangkan dalam cara
spektroskopi diperoleh darihubungan absorban dan konsentrasi analat dalam
larutan. Cara-cara statistik biasanya digunakanuntuk menginterpretasi data yang
diperoleh.

MAKALAH KIMIA DASAR STOIKIONOMETRI OLEH KELOMPOK 3

33

BAB IV
PENUTUP
A. Simpulan
Dari bab pembahasan di atas, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa
dalam penamaan senyawa anorganik dan organik ada aturan-aturan tertentu yang
harus dipenuhi. Dalam persamaan reaksi, ada langkah-langkah tertentu untuk
menyelesaikannya, yaitu mulai dengan menuliskan persamaan reaksinya diikuti
dengan penyetaraan koefisien tiap senyawa. Adapun hukum-hukum dasar kimia
yang meliputi stoikiometri yaitu hukum kekekalan massa (hukum Lavoisier),
hukum perbandingan tetap (Proust), hukum kelipatan perbandingan (Dalton), dan
hukum perbandingan Volume (Gay-Lussac). Sedangkan dalam perhitungan kimia,
dikenal adanya penentuan volume gas dan hasil reaksi, massa atom relatif dan
massa molekul relatif, konsep mol dan tetapan Avogadro, rumus molekul serta
kadar unsur dalam senyawa.
B. Saran
Adapun saran yang dapat penulis berikan dalam penulisan karya ilmiah ini
yaitu :
1. Sebaiknya pihak universitas membatasi mahasiswa dalam pengambilan materi
penulisan karya ilmiah melalui internet agar mahasiswa lebih termotivasi
dalam menemukan bahan atau materi lewat beberapa buku di perpustakaan
dan agar mahasiswa lebih termotivasi untuk membaca buku.
2. Sebaiknya mahasiswa lebih mendalami pemahaman materi stoikiometri
karena materi ini merupakan materi dari salah satu mata kuliah umum yang
perlu diluluskan untuk pengambilan SKS berikutnya.
3. Seharusnya diberikan waktu yang lebih lama untuk menyelesaikan makalah
stoikiometri ini karena mempertimbangkan masih banyak perhitunganperhitungan yang seharusnya dicantumkan dalam makalah ini, dan adanya
tantangan lain berupa tugas-tugas MKU lain.

MAKALAH KIMIA DASAR STOIKIONOMETRI OLEH KELOMPOK 3

34

DAFTAR PUSTAKA
Harnanto, Ari dan Ruminten. 2009. Kimia untuk SMA/MA kelas X. Jakarta: Pusat
Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.
Permana, Irvan. 2009. Memahami Kimia 1 untuk SMA/MA kelas X. Jakarta: Pusat
Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.
Setyawati, Arifatun Arifah. 2009. Mengkaji Fenomena Alam untuk Kelas X
SMA/MA. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.
Utami, Budi, Agung Nugroho Catur Saputro, Lina Mahardiani, Sri Yamtinah dan
Bakti Mulyani. 2009. Kimia untuk SMA dan MA Kelas X. Jakarta: Pusat
Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.
Brady, E.J. 1999. Kimia Universitas. Jakarta : Binarupa Aksara.
Chang, Raymond. 2005. Kimia Dasar Konsep-konsep Inti. Jakarta : Erlangga.
Ompu, Marlan. 2002. Kimia SPMB. Bandung : Yrama Widya.
Syukri, S. 1999. Kimia Dasar. Bandung : ITB.
http : //www.google.co,id/kinetika kimia (diakses tanggal 10 Oktober 2010).
Brady, E.J. 1999. Kimia Universitas. Jakarta : Binarupa Aksara.
Chang, Raymond. 2005. Kimia Dasar Konsep-konsep Inti. Jakarta : Erlangga.
Ompu, Marlan. 2002. Kimia SPMB. Bandung : Yrama Widya
MAKALAH KIMIA DASAR STOIKIONOMETRI OLEH KELOMPOK 3

35

Anda mungkin juga menyukai