Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Ergonomi adalah ilmu, seni dan penerapan teknologi untuk menyerasikan atau
menyeimbangkan antara segala fasilitas yang digunakan baik untuk beraktivitas maupun
istirahat dengan kemampuan dan keterbatasan manusia baik fisik maupun mental sehingga
kualitas hidup secara keseluruhan menjadi lebih baik.
Salah satu pembahasan ergonomi adalah tentang sistem kerangka dan otot manusia.
karena kerangka dan otot saling berkaitan yang membuat tubuh bisa bergerak dinamis.
didalam makalah ini akan dibahas tentang sistem kerangka dan otot manusia mulai dari
kerangka dan sambungan, sistem sambungan kerangka, otot (muscle), aktivitas otot, sumber
energi otot, pengaruh berkurangnya aliran darah, pembebanan otot secara statis saat
melakukan kerja, jaringan penghubung dan studi kasus.
Seorang praktisi dibidang kesehatan khususnya kedokteran gigi harus memahami
tujuan mempelajari ergonomik karena dengan memahami tujuan ergonomik dalam lingkungan
kerja, praktisi kesehatan akan terhindar dari musculoskeletal disorder (MSDs), tentu efek
jangka panjangnya adalah praktisidapat bekerja lebih lama tanpa mengganggu produktifitas
kerja praktisi dalam bekerja.
Berbagai peralatan kedokteran gigi yang dijual di pasaran pada saat ini, hampir
semuanya telah memperhatikan aspek ergonomis ketika didesain oleh pabrik pembuatnya.
Namun kelebihan ini akan berkurang nilainya apabila pada saat penempatan peralatan tidak
berdasarkan prinsip tata letak yang benar.
Desain tata letak adalah proses alokasi ruangan, penataan ruangan dan peralatan
sedemikian rupa sehingga pergerakan berlangsung seminimal mungkin, seluruh ruangan
termanfaatkan dan menciptakan rasa nyaman kepada operator yang bekerja serta pasien yang
menerima pelayanan. Desain tata letak berperan penting dalam efektifitas dan efisiensi operasi
tempat praktek dokter gigi, oleh karena itu perlu direncanakan secara matang sebelum tempat
praktek dibangun.
Konsep Four handed Dentistry telah diadopsi oleh para pembuatan dental unit,
sehingga saat ini seluruh dental unit yang dibuat selalu dilengkapi denagn sisi Dental

Assistant di sebelah kiri pasien, oleh karena itu konsep four handed Dentistry menjadi desain
dalam tata letak penempatan alat kedokteran gigi.

Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan ergonomi itu? (Segalanya yang berhubungan dengan
ergonomi)
2. Apakah macam musculoskeletal disorders sebagai resiko atau dampak dari manajemen
praktek yang tidak ergonomis? (Segalanya yang berhubungan dengan musculoskeletal
disorders)

Tujuan Pembahasan
1. Mengetahui dan memahami tentang ergonomi. (Segalanya yang berhubungan dengan
ergonomi)
2. Mengetahui dan memahami macam musculoskeletal disorders sebagai resiko atau
dampak dari manajemen praktek yang tidak ergonomis? (Segalanya yang berhubungan
dengan musculoskeletal disorders)

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Definisi Ergonomi
Istilah ergonomi berasal dari bahasa Latin yaitu ergon (kerja) dan nomos (hukum alam) dan
dapat didefinisikan sebagai studi tentang aspek - aspek manusia dalam lingkungan kerjanya
yang ditinjau secara anatomi, fisiologi, psikologi, engineering, manajemen dan desain
perancangan. Ergonomi berkenaan pula dengan optimasi, efisiensi, kesehatan, keselamatan
dan kenyamanan manusia di tempat kerja, di rumah dan tempat rekreasi. Di dalam ergonomi
dibutuhkan studi tentang sistem dimana manusia, fasilitas kerja dan lingkungannya saling
berinteraksi dengan tujuan utama yaitu menyesuaikan suasana kerja dengan manusianya
(Nurmianto, 2004). Apabila ingin meningkatkan kemampuan manusia untuk melakukan tugas,
maka beberapa hal di sekitar lingkungan alam manusia seperti peralatan, lingkungan fisik,
posisi gerak (kerja) perlu direvisi atau dimodifikasi atau redesain atau didesain disesuaikan
dengan kemampuan dan keterbatasan manusia. Dengan kemampuan tubuh yang meningkat
secara optimal, maka tugas kerja yang dapat diselesaikan juga akan meningkat. Sebaliknya,
apabila lingkungan alam sekitar termasuk peralatan yang tidak sesuai dengan kemampuan
alamiah tubuh manusia, maka akan boros penggunaan energi dalam tubuh, cepat lelah, hasil
tidak optimal bahkan mencelakakan.
Tujuan dari ergonomic
Ini adalah untuk menciptakan suatu kombinasi yang paling serasi antara sub sistem
peralatan kerja dengan manusia sebagai tenaga kerja. Tujuan utama ergonomi ada empat
(Santoso, 2004; Notoatmodjo, 2003), yaitu :
1. Memaksimalkan efisiensi karyawan.
2. Memperbaiki kesehatan dan keselamatan kerja.
3. Menganjurkan agar bekerja dengan aman, nyaman dan bersemangat.
4. Memaksimalkan bentuk kerja

Menurut Nurmianto (2004), peranan penerapan ergonomi antara lain :


a. Aktivitas rancang bangun (desain) ataupun rancang ulang (re-desain).

Hal ini dapat meliputi perangkat keras seperti misalnya perkakas kerja (tools), bangku
kerja (benches), platform, kursi, pegangan alat kerja (workholders), sistem pengendali
(controls), alat peraga (displays), jalan/lorong (access ways), pintu (doors), jendela
(windows) dan lain lain.
b. Desain pekerjaan pada suatu organisasi.
Misalnya : penentuan jumlah jam istirahat, pemilihan jadwal pergantian waktu kerja
(shift kerja), meningkatkan variasi pekerjaan dan lain lain.
c. Meningkatkan faktor keselamatan dan kesehatan kerja.
Misalnya : desain suatu sistem kerja untuk mengurangi rasa nyeri dan ngilu pada
sistem kerangka dan otot manusia, desain stasiun kerja untuk alat peraga visual (visual
display unit station). Hal itu adalah untuk mengurangi ketidaknyamanan visual dan
postur kerja, desain suatu perkakas kerja (handtools) untuk mengurangi kelelahan
kerja, desain suatu peletakan instrumen dan sistem pengendalian agar didapat optimasi
dalam proses transfer informasi dan lain lain.

Antropometri
Antropometri berasal dari kata antropos dan metricos. Antropos berarti manusia dan
metricos berarti ukuran. Antropometri adalah ukuran ukuran tubuh manusia secara alamiah
baik dalam melakukan aktivitas statis (ukuran sebenarnya) maupun dinamis (disesuaikan
dengan pekerjaan) (Wignjosoebroto, 2003). Antropometri adalah ilmu yang berhubungan
dengan pengukuran dimensi dan karakteristik tubuh manusia lainnya seperti volume, pusat
gravitasi dan massa segmen tubuh manusia. Ukuran ukuran tubuh manusia sangat
bervariasi, bergantung pada umur, jenis kelamin, ras, pekerjaan dan periode dari masa ke
masa. Pengukuran dimensi dimensi tubuh manusia merupakan bagian yang terpenting dari
antropometri karena akan menjadi data dasar untuk mempersiapkan desain berbagai peralatan,
mesin, proses dan tempat kerja (Harrianto, 2008).

Ukuran tubuh yang penting untuk penerapan ergonomi, yaitu :

1. Pada sikap berdiri : tinggi badan berdiri, tinggi mata, tinggi bahu, tinggi siku, tinggi
pinggul, tinggi pangkal jari tangan, tinggi ujung ujung jari.
2. Pada sikap duduk : tinggi duduk, tinggi posisi mata, tinggi bahu, tinggi siku, tebal paha,
jarak bokong lutut, jarak bokong lekuk lutut, tinggi lutut, lebar
bahu, lebar pinggul (Harrianto, 2008).
Penerapan data antropometri dapat dilakukan jika tersedia nilai rata rata () dan
standar deviasi (SD) dari suatu distribusi normal. Sedangkan persentil adalah suatu nilai yang
menyatakan bahwa persentase tertentu dari sekelompok orang yang ukurannya sama atau
lebih rendah dari nilai tersebut (setelah perhitungan persentil). Misalnya 95th persentil akan
menunjukkan 95% populasi akan berada pada atau berada di bawah ukuran tersebut;
sedangkan 5th persentil akan menunjukkan 5% populasi akan berada pada atau di bawah
ukuran itu (Wignjosoebroto, 2003).
Alat antropometer dapat digunakan untuk mengetahui ukuran tubuh. Selain itu,
pengukuran tubuh dapat dilakukan dengan metode ukur tukang jahit menurut Sumamur
(antropometry by Sumamurs tailor method) (Sumamur, 1989).
Sikap Kerja
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan berkaitan dengan sikap tubuh dalam
melakukan pekerjaan, yaitu :
a. Semua pekerjaan hendaknya dilakukan dalam sikap duduk atau sikap berdiri secara
bergantian.
b. Semua sikap tubuh yang tidak alami harus dihindarkan. Seandainya hal ini tidak
memungkinkan, hendaknya diusahakan agar beban statis diperkecil.
c. Tempat duduk harus dibuat sedemikian rupa, sehingga tidak membebani melainkan dapat
memberikan relaksasi pada otot otot yang sedang tidak dipakai untuk bekerja dan tidak
menimbulkan penekanan pada bagian tubuh (paha). Hal ini dimaksudkan untuk mencegah
terjadinya gangguan sirkulasi darah dan juga untuk mencegah keluhan kesemutan yang
dapat mengganggu aktivitas (Tarwaka, 2004).
Sikap tubuh dalam bekerja terdiri dari :

1. Sikap kerja duduk.


Sikap kerja duduk merupakan sikap kerja yang kaki tidak terbebani dengan berat
tubuh dan posisi stabil selama bekerja. Duduk memerlukan lebih sedikit energi daripada
berdiri karena hal itu dapat mengurangi banyaknya beban otot statis pada kaki. Kegiatan
bekerja sambil duduk harus dilakukan secara ergonomi sehingga dapat memberikan
kenyamanan dalam bekerja.
Sikap duduk yang keliru merupakan penyebab adanya masalah masalah punggung.
Hal ini dapat terjadi karena tekanan pada bagian tulang belakang akan meningkat pada saat
duduk dibandingkan dengan saat berdiri ataupun berbaring. Jika diasumsikan tekanan tersebut
sekitar 100% ; maka cara duduk yang tegang atau kaku (erect posture) dapat menyebabkan
tekanan tersebut mencapai 140% dan cara duduk yang dilakukan dengan membungkuk ke
depan menyebabkan tekanan tersebut sampai 190% (Nurmianto, 2004). Sikap duduk paling
baik yang tidak berpengaruh buruk terhadap sikap badan dan tulang belakang adalah sikap
duduk dengan sedikit lardosa pada pinggang dan sedikit mungkin kifosa pada punggung
(Sumamur, 1989). Sikap duduk yang benar yaitu sebaiknya duduk dengan punggung lurus
dan bahu berada dibelakang serta bokong menyentuh belakang kursi. Selain itu, duduklah
dengan lutut tetap setinggi atau sedikit lebih tinggi panggul (gunakan penyangga kaki) dan
sebaiknya kedua tungkai tidak saling menyilang. Jaga agar kedua kaki tidak menggantung dan
hindari duduk dengan posisi yang sama lebih dari 20-30 menit. Selama duduk, istirahatkan
siku dan lengan pada kursi, jaga bahu tetap rileks (Wasisto, 2005).
Keuntungan bekerja sambil duduk adalah sebagai berikut :
a. Kurangnya kelelahan pada kaki.
b. Terhindarnya sikap sikap yang tidak alamiah.
c. Berkurangnya pemakaian energi dalam bekerja.
d. Kurangnya tingkat keperluan sirkulasi darah.
Namun, kegiatan bekerja sambil duduk juga dapat menimbulkan kerugian/ masalah
bila dilakukan secara tidak ergonomis. Kerugian tersebut antara lain :
a. Melembeknya otot otot perut.
b. Melengkungnya punggung.

c. Tidak baik bagi organ dalam tubuh, khususnya pada organ pada sistem pencernaan jika
posisi dilakukan secara membungkuk.
2. Sikap kerja berdiri.
Selain sikap kerja duduk, sikap kerja berdiri juga banyak ditemukan di perusahaan.
Sikap kerja berdiri merupakan sikap kerja yang posisi tulang belakang vertikal dan berat
badan tertumpu secara seimbang pada dua kaki. Bekerja dengan posisi berdiri terus menerus
sangat mungkin akan terjadi penumpukan darah dan berbagai cairan tubuh pada kaki dan hal
ini akan bertambah bila berbagai bentuk dan ukuran sepatu yang tidak sesuai. Sikap kerja
berdiri dapat menimbulkan keluhan subjektif dan juga kelelahan bila sikap kerja ini tidak
dilakukan bergantian dengan sikap kerja duduk (Rizki, 2007).
Four Handed Dentistry
Four handed dentistry termasuk juga bagaimana cara penggunaan dan pemeliharaan alat
dan bahan kedokteran gigi meliputi peralatan yang digunakan untuk diagnose, perawatan
pengawetan gigi, pembersihan karang gigi, operasi bedah mulut, fissure sealant, ART, dan
pemeliharaan dan penyimpanan alat kedokteran gigi. Four handed dentistry juga suatu ilmu
kedokteran gigi yang ditujukan untuk memahami tentang bahan yang diperlukan untuk
tindakan konservasi, tindakan edondontik serta tindakan rehabilitatif. (murdick,B.dkk.service
operation management.boston:allyn and bacon.1990)
Berbagai peralatan kedokteran gigi yang dijual di pasaran pada saat ini, hamper semuanya
telah memperhatikan aspek ergonomis ketika didesain oleh pabrik pembuatnya. Namun
kelebihan ini akan berkurang nilainya apabila pada saat penempatan peralatan tidak
berdasarkan prinsip desain tata letak yang benar. Dalam makalah ini akan dibahas desain tata
letak penempatan alat kedokteran gigi, namun terbatas pada alat-alat utama saja yaitu Dental
Unit, Mobile Cabinet, dan Dental Cabinet.
Desain tata letak (lay out design) adalah proses alokasi ruangan, penataan ruangan dan
peralatan sedemikian rupa sehingga pergerakan berlangsung seminimal mungkin, seluruh
luasan ruangan termanfaatkan, dan menciptakan rasa nyaman kepada operator yang bekerja
serta pasien yang menerima pelayanan. Desain tata letak memegang peranan penting dalam
efektifitas dan efisiensi operasi3 tempat praktek dokter gigi, oleh karena itu perlu

direncanakan secara matang sebelum tempat praktek dibangun dan tidak tertutup
kemungkinan untuk direvisi dikemudian hari bila dinilai sudah tidak laik lagi.
Desain tata letak berbeda dengan gambar arsitek, desain tata letak hanya berupa sketsa
yang mengambarkan penataan ruangan, dibuat berdasarkan perhitungan pergerakan informasi,
bahan, dan manusia. Selain itu juga dengan memperhatikan pertimbangan ergonomis, medis
dan kepatutan. Secara garis besar ada 2 macam desain tata letak yaitu yang dibuat dengan
memperhatikan proses dan yang dibuat dengan memperhatikan produk, pada tempat praktek
dokter gigi yang digunakan adalah desain tata letak dengan memperhatikan proses.
Efektifitas dan efisiensi desain tata letak dihitung dari jumlah jarak pergerakan yang
terjadi, dengan asumsi setiap pergerakan yang terjadi menimbulkan biaya. Menimimalisasi
pergerakan adalah tujuan dari desain tata letak.
Konsep Four Handed Dentistry
Konsep Four Handed Dentistry dikenal dengan konsep pembagian zona kerja disekitar
Dental Unit yang disebut Clock Concept. Bila pasien dijadikan pusat, pasien diposisikan arah
jam 6 dimana letak bagian belakang kepala tepat pada jam 12. Pada clock consept ini dibagi
menjadi 4 zona dimana arah jam 11 sampai jam 2 disebut Static Zone, arah jam 2 sampai jam
4 disebut Assistens Zone, arah jam 4 sampai jam 8 disebut Transfer Zone, kemudian dari arah
jam 8 sampai jam 11 disebut Operators Zone sebagai tempat pergerakan Dokter Gigi.

Static Zone adalah daerah tanpa pergerakan Dokter Gigi Maupun Perawat Gigi serta
tidak terlihat oleh pasien, zona ini untuk menempatkan Meja Instrumen Bergerak (Mobile
Cabinet) yang berisi Instrumen Tangan serta peralatan yang dapat membuat takut pasien.
Assistants Zone adalah zona tempat pergerakan Perawat Gigi, pada Dental Unit di sisi ini
dilengkapi dengan Semprotan Air/Angin dan Penghisap Ludah, serta Light Cure Unit pada
Dental Unit yang lengkap. Transfer Zone adalah daerah tempat alat dan bahan dipertukarkan
antara tangan dokter gigi dan tangan Perawat Gigi. Sedangkan Operators Zone sebagai
tempat pergerakan Dokter Gigi.
Tim dan Sistem Kerja
Seiring dengan makin kompleksnya pelayanan kedokteran gigi, profesi di bidang ini turut
ikut berkembang. Bila dahulu cukup hanya dokter gigi saja yang memberikan pelayanan, kini
di negara-negara maju seperti Amerika Serikat, pelayanan diberikan oleh sebuah tim yang
terdiri dari Dentist, Dental Hygienist, Dental Assistant, dan Dental Technician. Dentist adalah
dokter gigi yang memberikan pelayanan kedokteran gigi. Dental Hygienist bertugas mengisi
Rekam Medis, serta melakukan tindakan Preventive Dentistry seperti membersihkan karang
gigi secara mandiri. Dental Assistant bertugas sebagai asisten yang membantu dokter gigi
mengambil alat, menyiapkan bahan, mengontrol saliva, membersihkan mulut, serta mengatur
cahaya lampu selama suatu prosedur perawatan sedang dilakukan. Dental Technician berkerja
di Laboratorium, membuat protesa dan alat bantu yang akan dipasang di mulut pasien.
Di Indonesia kondisinya sedikit berbeda, hanya dikenal 2 profesi kesehatan gigi diluar
dokter gigi yaitu Perawat Gigi dan Tekniker Gigi. Perawat Gigi bertugas seperti Dental
Assistant dan Dental Hygienist, sedangkan Tekniker Gigi bertugas sama seperti Dental
Technician. Pada saat suatu pelayanan kedokteran gigi dilakukan hanya akan ada 2 orang yang
berada disekitar pasien yaitu Dokter Gigi dan Perawat Gigi. Tugas kedua orang ini berbeda
namun saling mendukung, ini kemudian melahirkan istilah Four Handed Dentistry.
Konsep Four Handed Dentistry telah diadopsi oleh para produser pembuatan dental unit,
sehingga saat ini seluruh dental unit yang dibuat selalu dilengkapi dengan sisi Dental Asistant
disebelah kiri pasien. Oleh karena itulah konsep Four Handed Dentistry menjadi dasar dalam
desain tata letak penempatan alat kedokteran gigi.

Jalur Kerja dan Pergerakan


Dalam konsep Four Handed Dentistry dikenal konsep pembagian zona kerja disekitar
Dental Unit yang disebut Clock Concept. Bila kepala pasien dijadikan pusat dan jam 12
terletak tepat di belakang kepala pasien, maka arah jam 11 sampai jam 2 disebut Static Zone,
arah jam 2 sampai jam 4 disebut Assistens Zone, arah jam 4 sampai jam 8 disebut Transfer
Zone, kemudian dari arah jam 8 sampai jam 11 disebut Operators Zone sebagai tempat
pergerakan Dokter Gigi. Clock Concep (Nusanti, 2000)
Static Zone adalah daerah tanpa pergerakan Dokter Gigi Maupun Perawat Gigi serta tidak
terlihat oleh pasien, zona ini untuk menempatkan Meja Instrumen Bergerak (Mobile Cabinet)
yang berisi Instrumen Tangan serta peralatan yang dapat membuat takut pasien. Assistants
Zone adalah zona tempat pergerakan Perawat Gigi, pada Dental Unit di sisi ini dilengkapi
dengan Semprotan Air/Angin dan Penghisap Ludah, serta Light Cure Unit pada Dental Unit
yang lengkap. Transfer Zone adalah daerah tempat alat dan bahan dipertukarkan antara tangan
dokter gigi dan tangan Perawat Gigi. Sedangkan Operators Zone sebagai tempat pergerakan
Dokter Gigi.
Selain pergerakan yang terjadi di seputar Dental Unit, pergerakan lain yang perlu
diperhatikan ketika membuat desain tata letak alat adalah pergerakan Dokter Gigi, Pasien, dan
Perawat Gigi di dalam ruangan maupun antar ruangan. Jarak antar peralatan serta dengan
dinding bangunan perlu diperhitungkan untuk memberi ruang bagi pergerakan Dokter Gigi,
Perawat Gigi, dan Pasien ketika masuk atau keluar Ruang Perawatan, mengambil sesuatu dari
Dental Cabinet, serta pergerakan untuk keperluan sterilisasi. Pergerakan dalam Ruang
Pemeriksaan (Kilpatrick, 1974)
Tata Letak Penempatan Alat
Prinsip utama dalam desain tata letak penempatan alat kedokteran gigi adalah prinsip
ergonomis, yaitu menyerasikan atau menyeimbangkan antara segala fasilitas yang digunakan
baik dalam beraktivitas maupun istirahat dengan kemampuan dan keterbatasan manusia, baik
fisik maupun mental sehingga kualitas hidup secara keseluruhan menjadi lebih baik6. Tata
letak hanyalah salah satu faktor dalam ergonomis, banyak faktor lain yang merupakan unsure
ergonomis seperti desain warna, pencahaaan, suhu, kebisingan, dan kualitas udara ruangan,
serta desain peralatan yang digunakan.

Ruang Periksa adalah ruang utama dalam praktek dokter gigi, tata letak peralatan dalam
ruangan ini berorientasi memberi kemudahan dan kenyamanan bagi Dokter Gigi, Perawat
Gigi, berserta Pasiennya ketika proses perawatan dilakukan. Ukuran minimal Ruang
Perawatan untuk satu Dental Unit adalah 2,5 X 3,5 Meter, dalam ruangan ini dapat dimasukan
satu buah Dental Unit, Mobile Cabinet, serta dua buah Dental Stool8. Unsur penunjang lain
dapat turut dimasukan seperti audio-video atau televisi untuk hiburan pasien yang sedang
dirawat.
Perhatian pertama dalam mendesain penempatan peralatan adalah terhadap Dental Unit.
Alat ini bukan kursi statis tetapi dapat direbahkan dan dinaik-turunkan. Pada saat posisi rebah
panjang Dental Unit adalah sekitar 1,8-2 Meter. Di belakang Dental Unit diperlukan ruang
sebesar 1 Meter untuk Operators Zone dan Static Zone, oleh karena itu jarak ideal antara
ujung bawah Dental Unit dengan dinding belakang atau Dental Cabinet yang diletakkan di
belakang adalah 3 Meter; sementara jarak antara ujung bawah Dental Unit dengan dinding
depan minimal 0,5 Meter. Dental Unit umumnya memiliki lebar 0,9 Meter, bila Tray dalam
kondisi terbuka keluar maka lebar keseluruhan umumnya 1,5 Cm. Jarak dari tiap sisi minimal
0,8 Meter untuk pergerakan di Operators Zone dan Asistants Zone.
Mobile Cabinet sebagai tempat menyimpan bahan dan alat yang akan digunakan pada saat
perawatan diletakan di Static Zone. Zona ini tidak akan terlihat oleh pasien dan terletak
dianatara Operators Zone dan Assistant Zone sehingga baik Dokter Gigi maupun Perawat
Gigi akan dengan mudah mengambil bahan maupun alat yang diperlukan dalam perawatan.
Bila Mobile Cabinet lebih dari satu, maka Mobile Cabinet kedua diletakan di Operators
Zone.
Alat besar terakhir yang berada di Ruang Perawatan adalah Dental Cabinet sebagai tempat
penyimpanan utama bahan maupun alat kedokteran gigi. Umumnya berbentuk buffet setengah
badan seperti Kitchen Cabinet dengan ketebalan 0,6-0,8 Meter. Bila hanya satu sisi, lemari ini
ditempatkan di Static Zone, sedangkan bila berbentuk L, ditempatkan di Static Zone dan
Assistants Zone. Keberadaan Dental Cabinet akan menambah luas ruangan yang diperlukan
untuk menempatkannya.

Muskuloskeletal Disorders

Musculoskeletal disorders (MSDs) atau gangguan otot rangka merupakan kerusakan


pada otot, saraf, tendon, ligament, persendian, kartilago, dan discus invertebralis. Kerusakan
pada otot dapat berupa ketegangan otot, inflamasi, dan degenerasi. Sedangkan kerusakan pada
tulang dapat berupa memar, mikro faktur, patah, atau terpelintir. MSDs terjadi dengan dua
cara:
1. Kelelahan dan keletihan terus menerus yang disebabkan oleh frekuensi atau periode
waktu yang lama dari usaha otot, dihubungkan dengan pengulangan atau usaha yang
terus menerus dari bagian tubuh yang sama meliputi posisi tubuh yang statis;
2. Kerusakan tiba-tiba yang disebabkan oleh aktivitas yang sangat kuat/berat atau
pergerakan yang tak terduga.
Frekuensi yang lebih sering terjadi MSDs adalah pada area tangan, bahu, dan punggung.
Aktivitas yang menjadi penyebab terjadinya MSDs yaitu penanganan bahan dengan punggung
yang membungkuk atau memutar, membawa ke tempat yang jauh (aktivitas mendorong dan
menarik), posisi kerja yang statik dengan punggung membungkuk atau terus menerus dan
duduk atau berdiri tiba-tiba, mengemudikan kendaraan dalam waktu yang lama (getaran
seluruh tubuh), pengulangan atau gerakan tiba-tiba meliputi memegang dengan atau tanpa
kekuatan besar.
Musculoskeletal disorders (MSDs) juga dikenal dengan nama lain, diantaranya:
1.

Repetitive Strain Injuries (RSIs);

2.

Cumulative Trauma Disorders (CTDs);

3.

Overuse Injuries;

4.

Repetitive Motion Disorders;

5.

Work-related Musculoskeletal Disorders (WMSDs).

Gejala Musculoskeletal disorders (MSDs) dapat menyerang secara cepat maupun


lambat (berangsur-angsur), menurut Kromer (1989), ada 3 tahap terjadinya MSDs yang dapat
diidentifikasi yaitu:
Tahap 1 : Sakit atau pegal-pegal dan kelelahan selama jam kerja tapi gejala ini biasanya
menghilang setelah waktu kerja (dalam satu malam). Tidak berpengaruh
pada performance kerja. Efek ini dapat pulih setelah istirahat.
Tahap 2 : Gejala ini tetap ada setelah melewati waktu satu malam setelah bekerja. Tidak
mungkin

terganggu.

Kadang-kadang

menyebabkan

berkurang-

nya performance kerja.


Tahap 3 : Gejala ini tetap ada walaupun setelah istirahat, nyeri terjadi ketika bergerak
secara repetitive. Tidur terganggu dan sulit untuk melakukan pekerjaan, kadangkadang tidak sesuai kapasitas kerja.

Jenis-jenis keluhan Musculoskeletal Disorders (MSDs) antara lain:


a. Sakit Leher
Sakit leher adalah penggambaran umum terhadap gejala yang mengenai leher,
peningkatan tegangan otot atau myalgia, leher miring atau kaku leher. Pengguna komputer
yang terkena sakit ini adalah pengguna yang menggunakan gerakan berulang pada kepala
seperti menggambar dan mengarsip, serta pengguna dengan postur yang kaku;
b. Nyeri Punggung
Nyeri punggung merupakan istilah yang digunakan untuk gejala nyeri punggung yang
spesifik seperti herniasi lumbal, arthiritis, ataupun spasme otot. Nyeri punggung juga dapat
disebabkan oleh tegangan otot dan postur yang buruk saat menggunakan komputer;

c. Carpal Tunnel Syndrome


Merupakan kumpulan gejala yang mengenai tangan dan pergelangan tangan yang
diakibatkan iritasi dan nervus medianus. Keadaan ini disebabkan oleh aktivitas berulang yang
menyebabkan penekanan pada nervus medianus. Keadaan berulang ini antara lain seperti
mengetik, arthritis, fraktur pergelangan tangan yang penyembuhannya tidak normal, atau
kegiatan apa saja yang menyebabkan penekanan pada nervus medianus;
d. De Quervains Tenosynovitis
Penyakit ini mengenai pergelangan tangan, ibu jari, dan terkadang lengan bawah,
disebabkan oleh inflamasi tenosinovium dan dua tendon yang berasa di ibu jari pergelangan
tangan. Aktivitas berulang seperti mendorong space bardengan ibu jari, menggenggam,
menjepit, dan memeras dapat menyebabkan inflamasi pada tenosinovium. Gejala yang timbul
antara lain rasa sakit pada sisi ibu jari lengan bawah yang dapat menyebar ke atas dan ke
bawah;
e. Thoracic Outlet Syndrome
Merupakan keadaan yang mempengaruhi bahu, lengan, dan tangan yang ditandai
dengan nyeri, kelemahan, dan mati rasa pada daerah tersebut. Terjadi jika lima saraf utama
dan dua arteri yang meninggalkan leher tertekan. Thoracic Outlet Syndrome disebabkan oleh
gerakan berulang dengan lengan diatas atau maju kedepan. Pengguna komputer beresiko
terkena

sindrom

ini

karena

adanya

gerakan

berulang

dalam

menggunakan keyboard dan mouse;


f. Tennis Elbow
Tennis elbow adalah suatu keadaan inflamasi tendon ekstensor, tendon yang berasal
dari siku lengan bawah dan berjalan keluar ke pergelangan tangan.Tennis elbow disebabkan
oleh gerakan berulang dan tekanan pada tendon ekstensor.

g. Low Back Pain


Low back pain terjadi apabila ada penekanan pada daerah lumbal yaitu L4 dan L5.
Apabila dalam pelaksanaan pekerjaan posisi tubuh membungkuk ke depan maka akan terjadi
penekanan pada discus.Hal ini berhubungan dengan posisi duduk yang janggal, kursi yang
tidak ergonomis, dan peralatan lainnya yang tidak sesuai dengan antopometri pekerja.
(http://merulalia.wordpress.com/2010/08/30/msds/)

Anda mungkin juga menyukai