SKRIPSI
Oleh :
Tyas Ayu Puspita
038114132
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2007
SKRIPSI
Oleh :
Tyas Ayu Puspita
038114132
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2007
ii
Skripsi Berjudul
Pembimbing
iii
Pengesahan Skripsi
Berjudul
OPTIMASI CAMPURAN NATRIUM SITRATASAM FUMARAT DAN
NATRIUM BIKARBONAT SEBAGAI EKSIPIEN DALAM PEMBUATAN
GRANUL EFFERVESCENT EKSTRAK RIMPANG TEMULAWAK
(Curcuma xanthorrhiza Roxb.) SECARA GRANULASI BASAH
DENGAN METODE DESAIN FAKTORIAL
Oleh :
Tyas Ayu Puspita
NIM : 038114132
Dipertahankan di hadapan Panitia Penguji Skripsi
Fakultas Farmasi
Universitas Sanata Dharma
pada tanggal : 17 Februari 2007
Mengetahui
Fakultas Farmasi
Universitas Sanata Dharma
Dekan
Panitia Penguji:
1. Sri Hartati Yuliani, M.Si., Apt.
.............................
............................
............................
iv
Kata Persembahan
Pengetahuan yang sejati adalah...
Ketika itu didasarkan pada takut akan Tuhan..
Ketika itu dapat membawa kemuliaan bagi DIA..
Ketika itu dapat berguna untuk memulihkan dunia..
Ketika itu dapat berguna untuk menolong sesama..
Segala pengetahuan di bumi suatu saat akan berlalu
Namun satu hal yang pasti
Selagi hal itu ada, ku tak kan henti tuk
mengusahakannya
Supaya lewat pengetahuan yang ada padaku
Dunia boleh melihat kebesaran-Nya
Segala perkara dapat kutanggung
di dalam Dia yang memberi
kekuatan kepadaku
Filipi 4 : 13
Kupersembahkan karya ini untuk:
Tuhan Yesus
yang selalu menyertaiku
Bapak dan Mama yang tak henti
mendukung setiap langkah hidupku
De Nares dan Danu
yang selalu menyayangiku
Seseorang yang
selalu ada menemaniku
Teman dan Sahabat yang
mewarnai hidupku
Almamaterku
PRAKATA
Segala puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa
yang telah menganugerahkan segala kemurahan, kekuatan, dan penyertaanNya
sehingga skripsi berjudul Optimasi Campuran Natrium sitratAsam Fumarat dan
Natrium Bikarbonat Sebagai Eksipien Dalam Pembuatan Granul Effervescent
Ekstrak Rimpang Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) Secara Granulasi
Basah Dengan Metode Desain Faktorial dapat diselesaikan dengan baik. Skripsi
ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Farmasi
(S. Farm.), Program Studi Ilmu Farmasi.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyelesaian skripsi ini, khususnya kepada:
1. Ibu Rita Suhadi, M.Si., Apt., Selaku dekan Fakultas Farmasi Universitas
Sanata Dharma.
2. Ibu Sri Hartati Yuliani, M.Si., Apt., selaku dosen pembimbing dan penguji
yang telah banyak membantu dan mendampingi dalam penyusunan skripsi ini
dari awal sampai akhir.
3. Ibu Rini Dwi Astuti, S.Farm., Apt., selaku dosen penguji yang telah banyak
memberi masukan, kritik, dan saran sehingga skripsi ini menjadi lebih
sempurna.
4. Ibu Christine Patramurti, M.Si, Apt., selaku dosen penguji yang telah banyak
memberi masukan, kritik, dan saran sehingga skripsi ini menjadi lebih
sempurna.
vi
5. Ibu Agatha Budi Susiana Lestari, S.Si., Apt., selaku dosen yang telah banyak
memberi bimbingan, kritik, dan saran dalam penyusunan skripsi ini dari awal
sampai akhir.
6. Dr. Sudibyo Martono, M.S., selaku dosen yang telah membantu dalam
penyediaan bahan berupa kurkumin baku sintesis.
7. Bapak Ign. Y. Kristio Budiasmoro, M.Si. dan Bapak Yohanes Dwiatmaka,
M.Si., Apt. yang telah banyak membantu dan memberi masukan selama
pengerjaan skripsi ini.
8. Made Dwi Rantiasih dan Lucia Esti Purwandari yang telah menjadi rekan
sekerja dalam pengerjaan skripsi ini dari awal sampai akhir sekaligus sebagai
teman dan sahabat yang selalu mendukung dan memberikan banyak masukan
sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.
9. Para laboran: Bapak Musrifin, Bapak Iswandi, Mas Agung, Mas Otok, Mas
Wagiran, Mas Sigit, dan Mas Andri, serta Bapak Kiran, laboran Laboratorium
Galenika Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada, yang telah banyak
membantu dalam penyediaan sarana dan prasarana selama penelitian.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan yang masih
harus diperbaiki. Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang
membangun sehingga skripsi ini menjadi lebih sempurna.
Penulis
vii
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini
tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan
dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, .............................
Penulis
viii
INTISARI
Kata kunci : natrium sitrat, asam fumarat, natrium bikarbonat, ekstrak rimpang
temulawak, granul effervescent, desain faktorial.
ix
ABSTRACT
Key words: sodium citrate, fumaric acid, sodium bicarbonate, tumeric extract,
effervescent granules, factorial design.
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL .................................................................................... i
HALAMAN JUDUL........................................................................................ ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .............................................. iii
HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................... v
PRAKATA....................................................................................................... vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .......................................................... viii
INTISARI......................................................................................................... ix
ABSTRACT....................................................................................................... x
DAFTAR ISI.................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL............................................................................................ xvi
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xviii
DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................... xx
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1
A. Latar Belakang ........................................................................................... 1
1. Permasalahan ....................................................................................... 3
2. Keaslian Penelitian............................................................................... 4
3. Manfaat Penelitian ............................................................................... 4
B. Tujuan Penelitian ....................................................................................... 5
BAB II PENELAAHAN PUSTAKA............................................................... 6
A. Temulawak................................................................................................. 6
1. Nama tanaman...................................................................................... 6
xi
xii
xiii
xiv
xv
DAFTAR TABEL
I.
II.
III.
IV.
V.
VI.
VII.
VIII.
IX.
X.
XI.
XII.
XIII.
XIV.
XV.
XVI.
XVII.
XVIII.
xvi
XIX.
XX.
XXI.
XXII.
XXIII.
XXIV.
XXV.
XXVI.
xvii
DAFTAR GAMBAR
1. 1,7-Bis-(4-hydroxy-3-methoxy-phenyl)-hepta-1,6-diene-3,5-dione
atau kurkumin ............................................................................................ 10
2. Skema kerja penelitian ............................................................................... 30
3. Foto hasil KLT ekstrak rimpang temulawak dengan pendeteksi
sinar UV 254 nm ........................................................................................ 49
4. Foto hasil KLT ekstrak rimpang temulawak dengan pendeteksi
sinar UV 365 nm ........................................................................................ 50
5. Gugus kromofor dan auksokrom kurkumin ............................................... 52
6. Kurva hubungan kadar kurkumin baku dengan
area kromatogram untuk pembuatan kurva baku ....................................... 53
7. Grafik hubungan pengaruh peningkatan level
campuran asam dan natrium bikarbonat terhadap
kecepatan alir granul effervescent .............................................................. 60
8. Grafik hubungan pengaruh peningkatan level
campuran asam dan natrium bikarbonat terhadap
waktu larut granul effervescent .................................................................. 64
9. Grafik hubungan pengaruh peningkatan level
campuran asam dan natrium bikarbonat terhadap
kandungan lembab granul effervescent ...................................................... 66
10. Contour plot kecepatan alir granul effervescent......................................... 70
11. Contour plot waktu larut granul effervescent............................................. 71
12. Contour plot kandungan lembab granul effervescent................................. 72
xviii
xix
DAFTAR LAMPIRAN
1. Foto tanaman dan rimpang temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) ... 78
2. Data kurva baku larutan kurkumin baku.................................................... 79
3. Data perhitungan nilai recovery dan koefisien variasi............................... 81
4. Uji standarisasi ekstrak rimpang temulawak.............................................. 82
5. Penentuan dosis ekstrak rimpang temulawak ............................................ 86
6. Perhitungan level natrium sitrat-asam fumarat dan natrium bikarbonat.... 87
7. Uji sifat fisik granul effervescent ekstrak rimpang temulawak.................. 91
8. Surat pengesahan determinasi .................................................................... 103
xx
1, 6, 27
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penggunaan obat tradisional di masyarakat bukan merupakan hal yang
baru. Obat tradisional mulai muncul dan berkembang sejak jaman nenek moyang.
Obat tradisional merupakan potensi dalam perkembangan dunia kefarmasian
khususnya di Indonesia, namun sampai saat ini penggunaan obat tradisional masih
terbatas khususnya dalam bidang bentuk sediaan. Perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi khususnya dalam bidang formulasi obat mendorong
pengembangan obat tradisional dalam hal bentuk sediaan. Pengembangan
formulasi obat dari bahan alam dapat menghasilkan suatu bentuk sediaan obat
yang aman, berkhasiat, dan mudah diterima oleh masyarakat.
Penelitian tentang pengembangan bentuk sediaan obat tradisional telah
banyak dilakukan. Natalia (2006) telah melakukan penelitian tentang Optimasi
Natrium Sitrat dan Asam Fumarat Dalam Pembuatan Granul Effervescent Ekstrak
Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) Secara Granulasi Basah. Dalam
penelitian tersebut, dilakukan pengembangan formulasi ekstrak rimpang
temulawak menjadi suatu bentuk sediaan granul effervescent karena hal ini dirasa
penting mengingat temulawak memiliki khasiat dan kegunaan yang sangat
beragam, salah satunya yaitu merangsang penciutan volume kandung empedu.
Pemilihan bentuk sediaan effervescent didasarkan pada kelebihan bentuk sediaan
ini. Penggunaan sediaan effervescent memungkinkan penyiapan larutan dalam
waktu seketika yang mengandung dosis obat yang tepat, selain itu rasa
menyegarkan akibat CO2 yang dihasilkan dari reaksi effervescent merupakan
keunggulan sediaan ini. Dalam penelitian tersebut telah dilakukan optimasi
terhadap kombinasi sumber asam yaitu natrium sitrat dan asam fumarat sebagai
eksipien granul effervescent ekstrak rimpang temulawak.
Kandungan asam dan basa karbonat dalam sediaan effervescent sangatlah
penting mengingat fungsinya yang terkait dengan kecepatan larut sediaan
effervescent sebelum dikonsumsi. Asam dan basa karbonat dalam sediaan
effervescent dengan adanya air akan bereaksi menghasilkan gas CO2 yang
berfungsi dalam disintegrasi. Mengingat pentingnya kedua jenis eksipien tersebut,
bukan hanya sumber asam saja namun juga sumber karbonat, maka perlu
dilakukan optimasi terhadap campuran sumber asam dan sumber karbonat dalam
pembuatan granul effervescent. Komposisi sumber asam dan sumber karbonat
yang optimum akan menghasilkan granul effervescent dengan kualitas yang
dikehendaki. Granul effervescent yang dihasilkan diharapkan memenuhi
persyaratan uji sifat fisik seperti kecepatan alir, waktu larut, dan kandungan
lembab granul effervescent.
Dalam penelitian ini optimasi dilakukan terhadap campuran natrium sitratasam fumarat dan natrium bikarbonat sebagai eksipien dalam pembuatan granul
effervescent. Sumber asam yang digunakan dalam penelitian merupakan
kombinasi dari natrium sitrat dan asam fumarat karena dalam pembuatan granul
effervescent dengan menggunakan satu jenis asam saja akan menimbulkan
kesukaran. Apabila natrium sitrat saja yang digunakan maka akan menghasilkan
campuran yang lekat dan sukar menjadi granul. Selain itu granul effervescent yang
dihasilkan tidak akan stabil karena mudah terjadi reaksi effervescent dini. Hal ini
disebabkan sifat higroskopis dari natrium sitrat. Oleh karena itu dengan kombinasi
kedua sumber asam ini diharapkan dapat dihasilkan granul effervescent yang
stabil dan mudah larut dalam air. Sumber karbonat yang dipilih dalam penelitian
ini adalah natrium bikarbonat karena merupakan sumber karbondioksida utama
dalam sistem effervescent (Mohrle, 1980).
Optimasi formula dilakukan dengan metode desain faktorial dengan dua
faktor dan dua level. Area komposisi formula granul effervescent yang optimum
dapat diketahui lewat contour plot super imposed. Selain itu juga dapat diketahui
efek yang dominan antara natrium sitratasam fumarat, natrium bikarbonat, atau
interaksi keduanya yang menentukan sifat fisik granul effervescent ekstrak
rimpang temulawak.
1. Permasalahan
Permasalahan yang akan diteliti adalah:
a. efek manakah yang diprediksi dominan dalam menentukan sifat fisik granul
effervescent ekstrak rimpang temulawak, campuran natrium sitratasam
fumarat, natrium bikarbonat, atau interaksi keduanya?
b. apakah ditemukan area komposisi formula campuran natrium sitratasam
fumarat dan natrium bikarbonat yang optimum dengan sifat fisik granul yang
dikehendaki pada contour plot super imposed dalam pembuatan granul
effervescent ekstrak rimpang temulawak?
2. Keaslian Penelitian
Penelitian tentang penggunaan ekstrak rimpang temulawak dalam granul
effervescent telah dilakukan. Natalia (2006) telah melakukan penelitian tentang
Optimasi Natrium Sitrat dan Asam Fumarat Dalam Pembuatan Granul
Effervescent Ekstrak Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) Secara Granulasi
Basah. Penelitian lain terkait penggunaan ekstrak rimpang temulawak dalam
sediaan effervescent juga telah dilakukan oleh Anggraeni (2005) mengenai
Optimasi
Formula
Tablet
Effervescent
Ekstrak
Temulawak
(Curcuma
xanthorrhiza Roxb.) Dengan Kombinasi Natrium Sitrat dan Asam Fumarat Secara
Granulasi Basah: Aplikasi Desain Faktorial. Optimasi Campuran Natrium Sitrat
Asam Fumarat dan Natrium Bikarbonat Sebagai Eksipien Dalam Pembuatan
Granul Effervescent Ekstrak Rimpang Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.)
Secara Granulasi Basah Dengan Metode Desain Faktorial belum pernah
dilakukan.
3. Manfaat Penelitian
a. Manfaat teoritis
Menambah khasanah ilmu pengetahuan tentang penggunaan campuran
natrium sitratasam fumarat dan natrium bikarbonat sebagai eksipien dalam
pembuatan granul effervescent ekstrak rimpang temulawak.
b. Manfaat Praktis
Menghasilkan sediaan berupa granul effervescent ekstrak rimpang
temulawak yang berkhasiat, mudah digunakan, praktis, dan dapat diterima oleh
masyarakat.
B. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah:
a. mengetahui efek natrium sitratasam fumarat, natrium bikarbonat, atau
interaksi keduanya yang diprediksi dominan dalam menentukan sifat fisik
granul effervescent ekstrak rimpang temulawak.
b. menentukan area komposisi formula campuran natrium sitratasam fumarat
dan natrium bikarbonat yang optimum pada contour plot super imposed dalam
pembuatan granul effervescent ekstrak rimpang temulawak.
BAB II
PENELAAHAN PUSTAKA
A. Temulawak
1. Nama tanaman
a. Nama tanaman: Curcuma xanthorrhiza Roxb.
b. Sinonim: C. zerumbed majus Rumph.
c. Nama daerah: temulawak (Sumatera); koneng gede, temu raya, temu besar, aci
koneng, koneng tegel, temulawak (Jawa); temolabak (Madura); tommo (Bali);
tommon (Sulawesi Selatan); karbanga (Ternate).
d. Nama asing: Kiang huang (China), harida, haldi (IP), halud (Bengali), kurkum
(Arab), zardcchobacch (Persia), menjal (Tanil), kunong-huyung (Indochina).
e. Nama simplisia: Curcumae Rhizoma (rimpang temulawak) (Dalimartha,
2000).
2. Uraian tanaman
Terna tahunan (perennial) ini tumbuh merumpun dengan batang semu
yang tumbuh dari rimpangnya. Batang semu berasal dari pelepah-pelepah daun
yang saling menutup membentuk batang. Tinggi tanaman ini dapat mencapai 2 m.
Tiap tanaman berdaun 2-9 helai, berbentuk bulat memanjang atau lanset, panjang
31-84 cm, lebar 10-18 cm, berwarna hijau, pada sisi kiri dan kanan ibu tulang
daun terdapat semacam pita memanjang berwarna merah keunguan. Perbungaan
termasuk tipe exantha, yaitu jenis temu yang bunganya keluar langsung dari
rimpang yang panjangnya mencapai 40-60 cm. Bunga majemuk berbentuk bulir,
bulat panjang, panjang 9-23 cm, lebar 4-6 cm. Bunga muncul secara bergiliran
dari kantong-kantong daun pelindung yang besar dan beraneka ragam dalam
warna dan ukurannya. Mahkota bunga berwarna merah. Bunga mekar pada pagi
hari dan berangsur-angsur layu pada sore hari. Sejauh ini, temulawak belum
pernah dilaporkan menghasilkan buah atau biji. Rimpang dibedakan atas rimpang
induk (empu) dan rimpang cabang. Rimpang induk bentuknya jorong atau
gelondong, berwarna kuning tua atau cokelat kemerahan, bagian dalam berwarna
jingga cokelat. Rimpang cabang keluar dari rimpang induk, ukurannya lebih kecil,
tumbuhnya ke arah samping, bentuknya bermacam-macam, dan warnanya lebih
muda. Akar-akar di bagian ujung membengkak, membentuk umbi yang kecil
(Dalimartha, 2000).
3. Khasiat
Temulawak mempunyai khasiat laktagoga, kolagoga, antiinflamasi,
tonikum, dan diuretik. Minyak atsiri temulawak, juga berkhasiat fungistatik pada
beberapa jenis jamur dan bakteriostatik. Rimpang temulawak digunakan juga
digunakan untuk pengobatan radang hati (hepatitis), sakit kuning (jaundice),
radang ginjal, radang kronis kandung empedu (kolesistitis kronik), meningkatkan
aliran empedu ke saluran cerna, perut kembung, tidak nafsu makan (anoreksia)
akibat kekurangan cairan empedu, demam, pegal linu, rematik, memulihkan
kesehatan setelah melahirkan, sembelit, diare, batu empedu (kolelitiasis),
kolesterol darah tinggi (hiperkolesterolemia), haid tidak lancar, flek hitam di
wajah, jerawat, wasir, dan produksi ASI sedikit (Dalimartha, 2000).
4. Kandungan kimia
Temulawak mengandung fraksi pati, kurkuminoid, dan minyak atsiri
(3-12%). Fraksi pati merupakan kandungan terbesar, jumlah bervariasi antara 4854% tergantung dari ketinggian tempat tumbuh. Makin tinggi tempat tumbuh
maka kadar patinya semakin rendah dan kadar minyak atsirinya semakin tinggi
(Dalimartha, 2000). Kurkuminoid dalam temulawak terdiri dari kurkumin dan
desmetoksikurkumin (Afifah, 2003). Rimpang temulawak mengandung 1,6-2,2%
kurkumin (Karden, 2003).
B. Maserasi
Istilah maserasi berasal dari bahasa Latin macerare, yang artinya
merendam (Ansel, 1989). Maserasi merupakan cara penyarian yang sederhana.
Maserasi dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari.
Cairan penyari akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang
mengandung zat aktif, zat aktif akan larut dan karena adanya perbedaan
konsentrasi antara larutan zat aktif di dalam sel dengan yang di luar sel, maka
larutan yang terpekat didesak keluar (Anonim, 1986).
Maserasi digunakan untuk penyarian simplisia yang mengandung zat aktif
yang mudah larut dalam cairan penyari, tidak mengandung zat yang mudah
mengembang dalam cairan penyari. Cairan penyari yang digunakan dapat berupa
air, etanol, air-etanol, atau pelarut lain. Bila cairan penyari digunakan air maka
untuk mencegah timbulnya kapang, dapat ditambahkan bahan pengawet, yang
diberikan pada awal penyarian.
C. Ekstrak
Ekstrak adalah sediaan kering, kental, atau cair dibuat dengan menyari
simplisia nabati atau hewani menurut cara yang cocok, di luar pengaruh cahaya
matahari langsung (Anonim, 1979). Pada ekstrak tumbuhan jika bahan
pengekstraksinya sebagian atau seluruhnya diuapkan, maka diperoleh ekstrak,
yang dikelompokkan menurut sifat-sifatnya menjadi:
1. ekstrak encer (extractum tenue): sediaan ini memiliki konsistensi seperti madu
dan dapat dituang.
2. ekstrak kental (extractum spissum): sediaan ini liat dalam keadaan dingin dan
tidak dapat dituang. Kandungan airnya berjumlah sekitar 30%.
10
3. ekstrak kering (extractum siccum): sediaan ini memiliki konsistensi kering dan
mudah digosokkan. Melalui penguapan cairan pengekstraksi dan pengeringan
sisanya terbentuk suatu produk, yang sebaiknya menunjukkan kandungan
lembab tidak lebih dari 5%.
4. ekstrak cair (extractum fluidum): sediaan ini dibuat sedemikian hingga 1
bagian simplisia sesuai dengan 2 bagian ekstrak cair (Voigt, 1994).
D. Kurkumin
Salah satu kandungan dalam rimpang temulawak yaitu kurkuminoid yang
termasuk dalam golongan diarilheptanoid (Tonnesen dan Karlsen, 1985).
Kurkuminoid
dalam
rimpang
temulawak
terdiri
dari
kurkumin
dan
HO
O
OCH3
OH
11
kurkumin atau perubahan kurkumin dalam pelarut. Pada suasana asam, warna
larutan kurkumin adalah kuning namun warnanya berubah menjadi orange
kemerahan dalam suasana basa (Tonnesen dan Karlsen, 1985). Pada suasana basa,
kurkumin akan terdegradasi menjadi asam ferulat dan asam vanilat (Majeed,
Vladimir, Uma, Rajendran, 1995). Kurkumin juga dapat terdegradasi dengan
adanya cahaya (Tonnesen, Henegouwen, dan Karlsen, 1986).
E. Granul Effervescent
Granul effervescent merupakan granul atau serbuk kasar sampai kasar
sekali dan mengandung unsur obat dalam campuran kering, bila ditambah dengan
air asam dan basanya bereaksi membebaskan karbondioksida sehingga
menghasilkan buih (Ansel, 1989). Granul effervescent dapat dibuat dengan dua
metode yaitu metode basah dan metode kering (Aulton, 2002). Metode basah yang
dimaksud yaitu metode granulasi basah, sedangkan metode kering yaitu granulasi
kering (Linberg, Engfors, Ericsson, 1992). Pada prinsipnya, proses granulasi
dalam pembuatan granul effervescent sama dengan granul konvensional (Mohrle,
1980).
Teknik granulasi basah meliputi pencampuran bahan kering dengan cairan
penggranul untuk menghasilkan massa yang dapat digranul. Massa tersebut
diperkecil ukuran partikelnya sehingga memiliki distribusi ukuran partikel yang
optimum kemudian dikeringkan untuk menghasilkan granul yang kompresibel.
Granulasi basah dapat dilakukan dengan tiga macam cara yaitu dengan
12
13
14
15
16
G. Pemerian Bahan
1. Natrium sitrat anhidrat
Natrium sitrat berbentuk anhidrat, mengandung tidak kurang dari 99,0%
dan tidak lebih dari 100,5% C6H5Na2O7 dihitung terhadap zat anhidrat. Pemerian
berupa hablur, tidak berwarna atau serbuk hablur, putih. Kelarutan dalam bentuk
hidrat mudah larut dalam air, sangat mudah larut dalam air mendidih, tidak larut
dalam etanol (Anonim, 1995).
2. Asam fumarat
Meskipun keasamannya kuat namun asam fumarat tidak umum digunakan
dalam sediaan effervescent karena kelarutannya yang rendah dalam air. Asam
fumarat tidak higroskopis dan paling ekonomis diantara food acid (Mohrle, 1980).
Asam fumarat merupakan sumber asam yang memiliki sifat kompresi yang paling
baik (Mohrle, 1980).
Asam fumarat berwarna putih, tidak berbau atau hampir tidak berbau,
berupa serbuk kristal. Kelarutan dalam air yaitu 4,5 g/L dan dalam etanol (100%)
adalah 36 g/L pada suhu 20 oC (Linberg, et. al, 1992).
3. Natrium bikarbonat
Natrium bikarbonat merupakan sumber karbondioksida utama dalam
sistem effervescent. Natrium bikarbonat larut dalam air, tidak higroskopis, murah,
dan banyak tersedia. Natrium bikarbonat merupakan sumber karbonat yang
memiliki sifat kompresi yang paling baik (Mohrle, 1980).
Natrium bikarbonat mengandung tidak kurang dari 99,0% dan tidak lebih dari
100,5% NaHCO3, dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan. Pemerian, berupa
17
serbuk hablur, putih. Stabil di udara kering, tetapi dalam udara lembab secara
perlahan-lahan terurai. Kelarutan, larut dalam air, tidak larut dalam etanol
(Anonim, 1995).
4. Laktosa
Laktosa adalah gula yang diperoleh dari susu. Laktosa memiliki rumus
molekul C12H22O11. Pemerian berupa serbuk atau massa hablur, keras, putih atau
putih krem. Tidak berbau dan rasa sedikit manis. Stabil di udara namun mudah
menyerap bau. Kelarutan, mudah larut dalam air dan lebih mudah larut dalam air
mendidih, sangat sukar larut dalam etanol, tidak larut dalam kloroform dan dalam
eter (Anonim, 1995).
Laktosa merupakan bahan pengisi yang paling banyak dipakai karena tidak
bereaksi dengan hampir semua bahan obat, baik yang digunakan dalam bentuk
hidrat maupun anhidrat. Laktosa bentuk anhidrat dapat menyerap lembab bila
terkena udara sehingga meningkatkan kelembaban sediaan. Sediaan seperti itu
harus dikemas secara hati-hati untuk mencegah terkena udara lembab (Banker dan
Anderson, 1986).
5. Aspartam
Aspartam merupakan dipeptida metil ester yang terdiri dari dua asam
amino, yaitu fenilalanin dan asam aspartat. Senyawa ini mudah larut dalam air dan
sedikit larut dalam alkohol dan tidak larut lemak atau minyak yang berfungsi
sebagai pemanis (cit., Anggraeni, 2005). Aspartam merupakan pemanis non
kalori, yang memiliki tingkat kemanisan 200 kali sukrosa dan banyak digunakan.
18
Aspartam stabil ketika kering namun dapat terhidrolisis dengan adanya lembab
(Allen, 2002).
Penggunaan aspartam sebagai pemanis buatan masih diijinkan di
Indonesia berdasarkan Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Republik Indonesia Nomor: HK.00.05.5.1.4547 tentang Persyaratan Penggunaan
Bahan Tambahan Pangan Pemanis Buatan dalam Produk Pangan, namun wajib
mencantumkan peringatan fenilketonuria: mengandung fenilalanin, yang ditulis
dan terlihat jelas pada label jika makanan atau minuman atau sediaan
menggunakan pemanis buatan aspartam (Anonim, 2004). Batas penggunaan
aspartam sebagai bahan pemanis tambahan menurut Peraturan Menteri Kesehatan
RI No: 208/Men.Kes./PER/IV/1985 tentang Pemanis Buatan adalah 0-40 mg/kg
BB/hari (Anonim, 1985).
6. Polivinilpirolidon (PVP)
PVP adalah hasil polimerisasi 1-vinilpirolid-2-on. Dalam berbagai bentuk
polimer dengan rumus molekul (C6H9NO)n, bobot molekul berkisar antara 10.000
hingga 700.000. Pemerian, berupa serbuk putih atau putih kekuningan, berbau
lemah atau tidak berbau, dan higroskopis. Kelarutan, mudah larut dalam air,
dalam etanol P, dalam kloroform P, kelarutan tergantung dari bobot molekul ratarata, praktis tidak larut dalam eter P (Anonim, 1979).
PVP merupakan bahan pengikat pada granul effervescent yang efektif.
Bahan ini biasanya ditambahkan pada serbuk untuk digranulasi baik kering dan
kemudian dibasahi dengan cairan penggranul, atau dalam larutan dengan air,
alkohol, atau hidroalkoholik (Mohrle, 1980).
19
20
21
akan mendapatkan hasil yang baik apabila dilakukan pada panjang gelombang
maksimum (Wardani, 2003).
Dalam penetapan kadar kurkumin yang terdapat sebagai kurkuminoid,
harus dipilih metode penetapan yang dapat memisahkan kurkumin dari turunan
desmetoksinya. Metode penetapan kadar kurkumin dalam kurkuminoid secara
KLT densitometri memiliki selektivitas, sensitivitas, dan ketelitian yang cukup
tinggi, pengerjaannya mudah dan cepat, serta biaya yang dibutuhkan relatif murah
(Martono, 1996).
J. Desain Faktorial
Desain faktorial adalah desain yang dipilih untuk menentukan pengaruh
secara simultan dari beberapa faktor dan interaksinya. Desain faktorial merupakan
aplikasi persamaan regresi yaitu teknik untuk memberikan model hubungan antara
variabel respon dengan satu atau lebih variabel bebas (Bolton, 1990).
Dalam desain faktorial terdapat beberapa istilah seperti faktor, level, efek,
dan interaksi. Faktor adalah variabel yang menentukan variabel lain. Level adalah
nilai atau tetapan untuk faktor. Efek adalah perubahan respon yang disebabkan
variasi level dari faktor. Efek faktor atau interaksi adalah rata-rata respon pada
level tinggi dikurangi rata-rata respon pada level rendah. Respon merupakan sifat
atau hasil percobaan yang diamati. Respon yang ingin diukur harus dapat
dikuantitatifkan (Bolton, 1990).
22
Faktor A
Faktor B
Interaksi
1
a
b
ab
+
+
+
+
+
+
Pada desain faktorial dua level dan dua faktor (A dan B) diperlukan 4
percobaan (2n = 4, dengan 2 menunjukkan level dan n menunjukkan faktor).
Keempat percobaan tersebut yaitu, (1) A dan B masing-masing pada level rendah,
(a) A pada level tinggi dan B pada level rendah, (b) A pada level rendah dan B
pada level tinggi, (ab) A dan B masing-masing pada level tinggi.
Persamaan umum dari desain faktorial adalah sebagai berikut:
Y = b0 + b1 XA + b2 XB + b12 XA XB
Y
XA, XB
Efek faktor B
{ab + a} {b + (1)}
2
{ab + b} {a + (1)}
2
{(1) + ab} {a + b}
2
23
Interaksi dapat diketahui dari grafik hubungan respon dan level faktor. Jika
kurva menunjukan garis sejajar, maka dapat dikatakan bahwa tidak ada interaksi
antar eksipien dalam menentukan respon. Jika kurva menunjukkan garis yang
tidak sejajar, maka dapat dikatakan bahwa ada interaksi antar eksipien dalam
menentukan respon (Bolton, 1990).
Desain faktorial memiliki beberapa keuntungan yaitu mempunyai efisiensi
yang maksimal dalam memperkirakan efek yang dominan dalam menentukan
respon. Keuntungan utamanya yaitu dapat mengidentifikasi efek masing-masing
faktor, maupun efek interaksi antar faktor. Metode ini ekonomis dalam arti dapat
mengurangi jumlah penelitian jika dibandingkan dengan meneliti dua efek faktor
secara terpisah (Muth, 1999).
K. Landasan Teori
24
25
asam secara keseluruhan. Sumber basa karbonat yang paling umum digunakan
dalam sediaan effervescent yaitu natrium bikarbonat.
Metode desain faktorial digunakan dalam optimasi formula granul
effervescent dengan campuran natrium sitratasam fumarat dan natrium
kandungan lembab, dan waktu larut granul effervescent. Hasil uji diolah
berdasarkan rumus desain faktorial, Y = b0 + b1 XA + b2 XB + b12 XA XB. Area
komposisi formula granul effervescent yang optimum dapat ditentukan lewat
contour plot super imposed. Selain itu dapat diketahui pula efek yang dominan
L. Hipotesis
26
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
B. Variabel Penelitian
Variabel-variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. variabel bebas:
a. natrium sitrat-asam fumarat
Level tinggi: 960 mg (natrium sitrat 640 mg dan asam fumarat 320 mg)
Level rendah: 600 mg (natrium sitrat 400 mg dan asam fumarat 200 mg)
b. natrium bikarbonat, level rendah 357 mg dan level tinggi 571 mg.
2. variabel tergantung
Sifat fisik granul, meliputi kecepatan alir, waktu larut, dan kandungan lembab.
3. variabel pengacau terkendali
Umur tanaman temulawak, sifat fisik ekstrak, RH lingkungan, dan suhu
ruangan.
4. variabel pengacau tak terkendali
Kandungan
lembab
awal
bahan-bahan
effervescent.
26
tambahan
pembuatan
granul
27
C. Definisi Operasional
1. Granul effervescent merupakan granul atau serbuk kasar sampai kasar sekali
yang mengandung ekstrak rimpang temulawak sebagai bahan obat dengan
natrium sitrat dan asam fumarat sebagai sumber asam dan natrium bikarbonat
sebagai sumber basa yang bereaksi cepat pada penambahan air dengan
menghasilkan gas CO2.
2. Ekstrak rimpang temulawak adalah ekstrak yang diperoleh dari serbuk
rimpang temulawak yang diekstraksi dengan cara maserasi dengan pelarut
etanol 96%.
3. Eksipien adalah bahan tambahan dalam pembuatan granul effervescent ekstrak
rimpang temulawak yang berupa sumber asam (natrium sitratasam fumarat),
sumber karbonat (natrium bikarbonat), dan bahan-bahan tambahan lain yang
digunakan dalam pembuatan granul tersebut.
4. Sifat fisik granul effervescent adalah parameter yang menentukan bahwa
granul yang dihasilkan memenuhi persyaratan, meliputi kecepatan alir > 10
gram/detik, kandungan lembab 0,4%-0,7%, dan waktu larut 120 detik.
5. Level adalah nilai atau tetapan untuk faktor. Penelitian ini menggunakan 2
level yaitu level tinggi dan level rendah, level tinggi campuran asam adalah
960 mg (natrium sitrat 640 mg dan asam fumarat 320 mg) dan level rendah
campuran asam adalah 600 mg (natrium sitrat 400 mg dan asam fumarat 200
mg) sedangkan untuk natrium bikarbonat sebesar 357 mg dan 571 mg.
28
29
D. Bahan Penelitian
1. Bahan pembuatan ekstrak
Rimpang temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) dari Samigaluh,
Kulon Progo dengan umur tanaman 2 tahun, etanol 96% (kualitas teknis),
aquadest, dan heksan (kualitas teknis).
2. Bahan pembuatan granul effervescent
Ekstrak rimpang temulawak, laktosa (kualitas farmasi), asam fumarat
(kualitas farmasi), natrium sitrat anhidrat (kualitas farmasi), natrium bikarbonat
(kualitas farmasi), aspartam (kualitas farmasi), PVP (kualitas farmasi), dan etanol
70%.
3. Bahan untuk KLT Densitometri
Kloroform (pro analisis), etanol (pro analisis), aquadest, kurkumin baku
hasil sintesis Curcumin Research Center Fakultas Farmasi Universitas Gajah
Mada, TLC Aluminium sheets precoated silica gel 60 F254 (20 x 20 cm) tebal 0,2
mm (E. Merck).
E. Alat Penelitian
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat-alat gelas
(Pyrex), bejana stainless, neraca elektrik (Mettler Toledo GB 3002), alat pengukur
waktu alir (Laboratoriun FTS Padat USD), alat penguji kekentalan (Viscotester
VT-04 RION), stopwatch digital (Illuminator, Casio), pengayak granul
(Laboratory Sieve, IML), oven (Laboratorium Teknologi Sediaan Padat USD),
evaporator (Buchi Rotavapor No.105108, Switzerland), lemari pendingin
30
Pembuatan granul
Analisis data
Kesimpulan
31
32
33
pada titik tengah tersebut, kemudian ditutup dengan gelas objek yang lain dan
ditekan dengan beban seberat 1 kg selama 5 menit. Kedua gelas objek yang saling
berlekatan dipasang pada alat uji dengan beban seberat 80 gram. Dicatat waktu
yang diperlukan sampai kedua gelas objek terpisah (Voigt, 1994).
c. Uji kandungan lembab
Uji kandungan lembab dilakukan menggunakan metode gravimetri.
Kurang lebih 10 g ekstrak yang telah ditimbang seksama, dipanaskan pada suhu
105 oC selama 5 jam kemudian ditimbang. Pemanasan dilanjutkan dan timbang
setiap 1 jam sampai perbedaan antara dua penimbangan berturut-turut tidak lebih
dari 0,25% (Anonim, 1995).
d. Uji viskositas
Uji ini dilakukan menggunakan viscotester electric. Ekstrak dimasukkan
ke dalam bejana stainless steel dan dipilih rotor yang sesuai dengan konsistensi
ekstrak. Rotor dipasang pada alat uji dan diatur sehingga rotor tercelup dalam
ekstrak dan alat uji kemudian dihidupkan. Dicatat skala yang ditunjukkan oleh
jarum sesuai nomor rotor yang dipakai.
e. Uji kualitatif menggunakan KLT densitometri
Timbang seksama lebih kurang 25 mg ekstrak rimpang temulawak
kemudian larutkan dalam 10,0 ml etanol p.a. Lakukan pemisahan secara
kromatografi lapis tipis diikuti deteksi bercak menggunakan sinar UV 254 nm dan
365 nm. Hitung nilai Rf kurkumin sampel kemudian bandingkan dengan nilai Rf
kurkumin baku (Martono, 1996).
Rf =
34
35
persamaan regresi linier dari kurkumin baku. Selanjutnya dihitung kadar rata-rata
dan standar deviasinya (SD) (Martono, 1996).
6. Penentuan dosis ekstrak rimpang temulawak
Dosis kurkumin dalam ekstrak rimpang temulawak sebagai perangsang
penciutan volume kandung empedu dalam penelitian Efek Kurkumin Pada
Kandung Empedu Manusia adalah 20 mg untuk sekali minum (Lelo, 1998).
Dosis kurkumin dihitung berdasarkan kadar kurkumin dalam ekstrak yang
ditetapkan secara KLT densitometri. Dosis ekstrak rimpang temulawak dihitung
sebagai dosis kurkumin dalam ekstrak.
Kadar kurkumin dalam ekstrak rimpang temulawak = 6.11 %.
Maka berat ekstrak rimpang temulawak yang digunakan adalah:
20 mg
x100mg = 327,33 mg
6,11 mg
6. Penentuan level rendah dan level tinggi natrium sitratasam fumarat dan
natrium bikarbonat
36
x1 : x2 = 915 : 457,5 (x1 adalah faktor natrium sitrat dan x2 adalah faktor asam
fumarat).
Menurut Wehling dan Fred, 2004, komposisi asam yang paling baik dalam
sediaan effervescent adalah 25-40% dari bobot total. Bobot granul total yang
ditentukan yaitu 2400 mg. Jadi jumlah campuran asam yang digunakan yaitu 600960 mg. Dengan demikian dapat ditentukan campuran natrium sitrat dan asam
fumarat yang digunakan pada level rendah adalah 600 mg, sedangkan untuk level
tinggi sebesar 960 mg.
Dengan perbandingan antara natrium sitrat dan asam fumarat yang
diperoleh dari titik yang diambil dari contour plot super imposed respon
kecepatan alir dan waktu larut granul pada penelitian Natalia (2006), dapat
ditentukan masing-masing jumlah natrium sitrat dan asam fumarat untuk tiap level
campuran asam. Sedangkan jumlah natrium bikarbonat yang digunakan untuk
level tinggi dan rendah dapat dihitung secara stoikiometri terhadap jumlah
campuran natrium sitrat dan asam fumarat pada masing-masing level. Jumlah
natrium sitrat, asam fumarat, dan natrium bikarbonat hasil perhitungan untuk tiap
formula adalah sebagai berikut:
Tabel II. Jumlah natrium sitrat, asam fumarat, dan natrium bikarbonat
untuk masing-masing formula granul effervescent
Formula
Natrium sitrat
(mg)
Asam fumarat
(mg)
Natrium bikarbonat
(mg)
1
a
b
ab
400
640
400
640
200
320
200
320
357
357
571
571
37
Formula 1
Formula a
Formula b
Formula ab
327
327
327
327
400
200
357
50
1061
21
640
320
357
50
1061
21
400
200
571
50
1061
21
640
320
571
50
1061
21
Ekstrak rimpang
temulawak
Natrium sitrat
Asam fumarat
Natrium bikarbonat
Aspartam
Laktosa
PVP
8. Pencampuran bahan
Granul yang dibuat ada 2 macam yaitu granul asam dan granul basa.
Granul asam dibuat dengan campuran ekstrak rimpang temulawak, sumber asam
(natrium sitratasam fumarat), laktosa, dan PVP (dalam etanol 70% dengan
konsentrasi 3%) sebagai cairan pengikat. Granul basa dibuat dengan campuran
sumber basa (natrium bikarbonat), laktosa, aspartam, dan larutan PVP sebagai
pengikat. Massa granul basah diayak dengan ayakan ukuran mesh no. 12, lalu
granul dikeringkan. Granul asam dan granul basa dikeringkan dengan oven
dengan suhu 45oC selama 3 hari sampai bobot konstan. Setelah kering, granul
38
a. Kecepatan alir
Granul ditimbang seberat 100 gram kemudian dituang secara perlahanlahan ke dalam corong pengukur lewat tepi corong. Buka tutup corong, biarkan
granul mengalir keluar. Dicatat waktu yang dibutuhkan granul sampai semua
granul mengalir keluar dengan menggunakan stopwatch (Voigt, 1994).
b. Waktu larut
Penentuan waktu larut granul effervescent dilakukan dengan cara
melarutkan sejumlah granul sesuai dengan bobot formula masing-masing ke
dalam 200 ml air (Wehling, 2004), kemudian dicatat waktu mulai dimasukkan
kedalam air sampai semua granul habis terlarut. Syarat waktu larut granul adalah
120 detik (Mohrle, 1980).
c. Uji kandungan lembab
Penentuan kandungan lembab granul dilakukan menggunakan oven. Oven
dipanaskan pada suhu 105oC selama 5 menit. Ditimbang granul sejumlah 5 gram
untuk masing-masing formula kemudian dimasukkan ke dalam oven. Atur waktu
pengeringan hingga selisih penimbangan berturut-turut kurang dari 0,25% (Ansel,
1989). Persen kandungan lembab yang ditunjukkan merupakan hasil bagi antara
selisih bobot granul dengan bobot granul akhir dikalikan 100% (Voigt, 1994).
39
11. Penentuan rumus dan contour plot sifat fisik granul effervescent
XA, XB
Dari persamaan yang diperoleh, maka dapat dibuat contour plot sifat fisik granul
effervescent serta contour plot super imposed untuk menentukan area optimum.
H. Analisis Hasil
40
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
ini
dimaksudkan
untuk
40
mempermudah
dalam
pengeringan,
41
42
Semakin luas permukaan kontak antara simplisia dan cairan penyari maka
penyarian akan semakin baik. Penyerbukan simplisia yang terlalu halus
sebaliknya, harus dihindari karena ukuran partikel sebuk yang terlalu kecil
menyebabkan ruang antar sel berkurang sehingga cairan penyari akan sulit untuk
menembus ruang antar sel tersebut.
43
akan mengandung jumlah kurkumin yang kurang lebih sama. Hal ini terkait
dengan kelarutan jenuh kurkumin dalam cairan penyari.
Dalam proses ekstraksi, cairan penyari akan menembus dinding sel dan
kemudian melarutkan zat aktif yaitu kurkumin. Perbedaan konsentrasi kurkumin
di dalam sel dengan cairan penyari di luar sel, menyebabkan zat aktif dapat tersari
keluar dari dalam sel (Anonim, 1986). Setelah cairan penyari terjenuhkan dengan
kurkumin maka proses penyarian akan berhenti. Kejenuhan sistem penyari inilah
yang digunakan untuk menghasilkan ekstrak yang terstandar.
Dalam pembuatan ekstrak rimpang temulawak ini, perendaman dilakukan
selama 4 hari (Voigt, 1994) dengan perbandingan antara serbuk simplisia dan
cairan penyari sebesar 1 : 5 (Ansel, 1989). Maserat yang diperoleh perlu
didiamkan selama 2 hari untuk memisahkan amilum yang ikut tersari saat proses
maserasi (Anonim, 1979). Pemurnian menggunakan metode ekstraksi pelarut
dilakukan untuk menghilangkan senyawa-senyawa non polar yang ikut tersari saat
proses maserasi, sebagai contoh yaitu resin. Pemurnian ini dilakukan diawal
sebelum ekstrak dipekatkan karena pada tahap ini ekstrak masih memiliki
konsistensi cair sehingga mudah untuk dilakukan ekstraksi pelarut. Pelarut untuk
pemurnian yang dipilih adalah heksan karena merupakan pelarut non polar yang
dapat melarutkan senyawa-senyawa non polar yang terdapat dalam ekstrak.
Heksan tidak bercampur dengan etanol sehingga kedua fase ini dapat dipisahkan
menggunakan corong pisah. Fase heksan yang mengandung senyawa-senyawa
non polar kemudian dibuang dan selanjutnya dilakukan penguapan ekstrak untuk
44
X
0,34 0,01
1,68 0,06
32,88 7,56
0,54 0,01
6,11 0,39
45
1. Pemeriksaan organoleptis
Deskripsi
Bentuk
Warna
Bau
Rasa
46
3. Uji viskositas
pemutaran rotor karena kekentalan bahan yang diuji. Viskositas bahan yang diuji
dapat dilihat pada skala viscotester pada saat rotor diputar. Bentuk dan ukuran
rotor disesuaikan dengan viskositas bahan yang diuji. Semakin kental suatu
ekstrak maka akan semakin besar daya hambatnya terhadap putaran rotor. Dalam
uji viskositas ekstrak rimpang temulawak ini digunakan rotor nomor 3 karena
rotor ini dapat berputar dengan baik dalam ekstrak rimpang temulawak yang diuji.
Dari hasil pengujian, ekstrak rimpang temulawak mempunyai viskositas rata-rata
sebesar 1,68 dPaS dan nilai SD sebesar 0,06.
4. Uji kandungan lembab
47
48
tidak tercapainya selisih bobot kedua penimbangan yang tidak lebih dari 0,25%
walaupun pemanasan sudah dilakukan dalam jangka waktu yang cukup lama.
Pencapaian selisih bobot kedua penimbangan yang tidak lebih dari 0,25%
dalam uji kandungan lembab ekstrak rimpang temulawak ini sulit untuk dilakukan
karena faktor-faktor di atas. Karena itu, penghentian pemanasan dilakukan sampai
jam ke-14. Pada jam tersebut selisih bobot kedua penimbangan merupakan selisih
yang terkecil. Pada jam-jam berikutnya, selisih bobot penimbangan ternyata
menjadi lebih besar. Pencapaian selisih bobot kedua penimbangan yang tidak
lebih dari 0,25% dalam uji kandungan lembab ini tidak mungkin dilakukan karena
jika hal ini dilakukan, kandungan lembab yang terhitung bukan merupakan
kandungan lembab ekstrak sebenarnya (Voigt, 1994). Dari hasil pengujian,
ekstrak rimpang temulawak mempunyai kandungan lembab rata-rata sebesar
32,88% dan nilai SD sebesar 7,56.
5. Uji kualitatif menggunakan KLT densitometri
49
S 1 S2 S3
X1 X 2
X3 S4
S5
Keterangan:
S1
: Kurkumin baku 0,12 g/l
: Kurkumin baku 0,14 g/l
S2
: Kurkumin baku 0,18 g/l
S3
: Kurkumin sampel replikasi 1
X1
: Kurkumin sampel replikasi 2
X2
: Kurkumin sampel replikasi 3
X3
: Kurkumin baku 0,23 g/l
S4
: Kurkumin baku 0,35 g/l
S5
50
S 1 S2 S3
X1
X2 X3
S4 S 5
Keterangan:
S1
: Kurkumin baku 0,12 g/l
: Kurkumin baku 0,14 g/l
S2
: Kurkumin baku 0,18 g/l
S3
: Kurkumin sampel replikasi 1
X1
: Kurkumin sampel replikasi 2
X2
: Kurkumin sampel replikasi 3
X3
: Kurkumin baku 0,23 g/l
S4
: Kurkumin baku 0,35 g/l
S5
51
Kurkumin
baku
Kurkumin
sampel
Demetoksi
kurkumin
Rf
Visual
0,54 0,00
Kuning
0,54 0,01
Kuning
0,39 0,01
Kuning
Warna bercak
UV 254 nm UV 365 nm
Coklat
kekuningan
Coklat
kekuningan
Coklat
kekuningan
Kuning
kehijauan
Kuning
kehijauan
Kuning
kehijauan
52
O
OCH3
H3CO
OH
HO
Keterangan:
: gugus kromofor
: gugus auksokrom
Gambar 5. Gugus kromofor dan auksokrom kurkumin
Area (x 105)
0,12
0,14
0,18
0,23
0,35
0,27107
0,32107
0,50799
0,70440
1,20423
53
1.3
Area kromatogram
1.1
0.9
0.7
0.5
0.3
0.1
0.1
0.15
0.2
0.25
0.3
Kadar
(g/l)
0.35
0.4
Recovery rata-rata
(%)
CV
(%)
0,12
0,14
0,18
0,23
0,35
98,67
101,38
99,65
99,48
100,94
0,34
0,35
1,62
0,74
0,96
Dengan hasil tersebut, metode analisis ini cukup valid dan dapat
digunakan untuk menetapkan kadar kurkumin dalam sampel. Hal ini didasarkan
pada nilai recovery 98-102% dan CV kurang dari 2% (Mulja dan Hanwar, 2003).
c. Penetapan kadar kurkumin dalam ekstrak rimpang temulawak
Penetapan kadar kurkumin dalam ekstrak bertujuan untuk mengetahui
kandungan kurkumin dalam ekstrak rimpang temulawak. Kadar kurkumin yang
54
55
56
Penentuan level sumber asam (natrium sitrat dan asam fumarat) dan
natrium bikarbonat sebagai sumber karbonat mengacu pada penelitian Natalia
(2006) tentang Optimasi Formula Granul Effervescent Ekstrak Temulawak
(Curcuma xanthorrhiza Roxb.) Dengan Kombinasi Natrium Sitrat dan Asam
Fumarat Secara Granulasi Basah: Dengan Desain Faktorial. Penelitian ini
menggunakan 2 level yaitu level tinggi dan level rendah. Level tinggi campuran
asam adalah 960 mg (natrium sitrat 640 mg dan asam fumarat 320 mg) dan level
rendah campuran asam adalah 600 mg (natrium sitrat 400 mg dan asam fumarat
200 mg) sedangkan untuk natrium bikarbonat sebesar 357 mg dan 571 mg.
Dalam formulasi granul effervescent, pembuatan granul asam dan basa
dilakukan secara terpisah. Hal ini dilakukan untuk menghindari terjadinya reaksi
effervescent prematur, yaitu jika asam dan basa bercampur ditambah dengan
ekstrak rimpang temulawak, sumber asam berupa natrium sitrat dan asam fumarat,
laktosa sebagai bahan pengisi, dan PVP sebagai bahan pengikat. Granul basa
mengandung sumber karbonat berupa natrium bikarbonat, aspartam sebagai
pemanis, laktosa sebagai bahan pengisi, dan PVP sebagai bahan pengikat. Ekstrak
rimpang temulawak ditambahkan pada granul asam karena zat aktif yang
57
terkandung dalam ekstrak berupa kukumin stabil dalam asam. Kurkumin dalam
suasana basa dapat terurai menjadi asam ferulat dan asam vanilat. Penambahan
kurkumin dalam granul asam bertujuan untuk menghindari hal tersebut. Laktosa
sebagai bahan pengisi dan PVP sebagai bahan pengikat ditambahkan baik pada
granul asam maupun basa. Aspartam sebagai bahan pemanis tidak ditambahkan
pada granul asam melainkan granul basa karena dari hasil orientasi, jika aspartam
ditambahkan pada granul asam, larutan yang dihasilkan setelah granul
effervescent dilarutkan tidak akan membentuk larutan jernih. Hal ini kemungkinan
58
Granul effervescent dibuat menggunakan metode granulasi basah. Bahanbahan granul asam dan granul basa masing-masing dicampur sampai membentuk
massa granul yang siap dicetak. Setelah massa granul dicetak, granul dikeringkan
dengan oven pada suhu 45oC selama 3 hari. Pengeringan dilakukan sampai bobot
konstan dengan tujuan untuk meminimalkan sisa cairan penggranul yang dapat
memicu terjadinya reaksi effervescent dini. Granul yang sudah kering diayak
menggunakan ayakan 30/40 (Allen, 2002). Granul kemudian diuji sifat fisiknya
yang meliputi uji kecepatan alir, uji waktu larut, dan uji kandungan lembab
granul.
Semua proses pembuatan granul dan uji sifat fisik dilakukan pada ruangan
dengan kelembaban relatif 50-53% dengan suhu ruangan 25oC. Kelembaban
relatif lingkungan perlu dibuat minimal untuk menghindari kemungkinan
terjadinya reaksi effervescent dini.
Pengujian sifat fisik granul effervescent meliputi uji kecepatan alir, uji
waktu larut, dan uji kandungan lembab granul. Semua proses uji sifat fisik
dilakukan dalam ruangan dengan kelembaban relatif 50-53% dengan suhu
ruangan 25oC. Berikut merupakan hasil uji sifat fisik granul effervescent ekstrak
rimpang temulawak:
59
Kecepatan alir
(g/s)
Waktu larut
(detik)
Kandungan lembab
(%)
1
a
b
ab
79,29 1,68
96,14 3,22
84,47 2,53
87,86 1,03
77,22 1,92
53,03 2,59
53,12 0,96
82,60 3,11
0,59 0,05
0,54 0,12
0,74 0,09
0,41 0,21
Kecepatan alir
Waktu larut
Kandungan lembab
Campuran asam
Natrium bikarbonat
Interaksi
10,12
13,75
|-13,46|
2,64
2,74
26,84
|-0,19|
0,01
|-0,14|
1. Kecepatan alir
60
pengaruh peningkatan level campuran asam (natrium sitrat dan asam fumarat) dan
natrium bikarbonat terhadap kecepatan alir granul effervescent ekstrak rimpang
100
100
90
90
kecepatan alir (g/s)
80
80
70
70
60
60
500
600
700
800
900
1000
300
350
400
450
500
550
600
Pada peningkatan jumlah campuran asam dari level rendah ke level tinggi,
peningkatan kecepatan alir lebih besar terjadi pada penggunaan natrium
bikarbonat level rendah dibandingkan penggunaan natrium bikarbonat level
tinggi. Grafik yang semakin curam maka akan semakin besar efeknya dalam
menentukan kecepatan alir. Kecuraman grafik dapat ditunjukkan lewat nilai slope
(b). Dalam peningkatan jumlah campuran asam dari level rendah ke level tinggi,
grafik natrium bikarbonat level rendah memiliki nilai b sebesar 0,0468 yang lebih
61
besar nilainya daripada nilai b pada grafik natrium bikarbonat level tinggi yaitu
sebesar 0,0094.
Pada peningkatan jumlah natrium bikarbonat dari level rendah ke level
tinggi, campuran asam level tinggi lebih besar efeknya dalam mempengaruhi
kecepatan alir dibandingkan dengan penggunaan campuran asam level rendah,
yaitu menurunkan kecepatan alir. Dalam peningkatan jumlah natrium bikarbonat
dari level rendah ke level tinggi, grafik campuran asam level tinggi memiliki nilai
b sebesar |-0,0387| yang lebih besar nilainya daripada nilai b pada grafik
campuran asam level rendah yaitu sebesar 0,0242.
Garis yang tidak sejajar pada grafik hubungan pengaruh peningkatan level
campuran asam dan natrium bikarbonat terhadap kecepatan alir granul
effervescent menunjukkan adanya interaksi antara campuran asam dan natrium
bikarbonat diprediksi lebih dominan dalam menentukan kecepatan alir. Dalam hal
ini natrium bikarbonat diprediksi dominan dalam menaikkan kecepatan alir karena
nilai efek natrium bikarbonat positif. Efek campuran asam juga bernilai positif
62
berarti campuran asam berefek menaikkan kecepatan alir namun diprediksi kurang
dominan dibandingkan efek natrium bikarbonat maupun efek interaksi. Efek
interaksi bernilai negatif, berarti bahwa interaksi berefek menurunkan kecepatan
alir namun diprediksi kurang dominan dibandingkan efek natrium bikarbonat.
Dengan demikian dapat diprediksi bahwa yang paling dominan dalam
menentukan kecepatan alir adalah natrium bikarbonat.
Natrium bikarbonat diprediksi dominan dalam menentukan (menaikkan)
kecepatan alir, diduga disebabkan kerapuhan granul basa lebih kecil dibandingkan
dengan granul asam yang dihasilkan. Semakin besar kerapuhan maka kecepatan
alir akan semakin kecil karena serbuk yang dihasilkan akibat kerapuhan granul
akan menurunkan kecepatan alir. Serbuk yang memiliki ukuran partikel lebih
kecil daripada granul mempunyai luas permukaan spesifik yang lebih besar
daripada granul. Hal ini menyebabkan kohesi antar partikel serbuk menjadi besar
sehingga serbuk akan sulit untuk mengalir.
2. Waktu larut
larutan jernih atau residu yang tidak larut harus seminimal mungkin.
Proses larutnya granul effervescent diawali dari penetrasi air ke dalam
granul yang dipermudah oleh adanya PVP sebagai bahan pengikat yang bersifat
63
hidrofilik. Adanya air akan menyebabkan sumber asam (natrium sitrat dan asam
fumarat) dan natrium bikarbonat bereaksi menghasilkan gas CO2 yang berperan
dalam proses larutnya granul effervescent. Dalam penelitian, proses larutnya
granul effervescent ekstrak rimpang temulawak memerlukan adanya pengadukan.
Tidak adanya pengadukan akan menyebabkan granul yang larut karena reaksi
effervescent terakumulasi pada bagian atas larutan, sehingga larutan yang
90
90
80
80
Waktu larut (detik)
64
70
60
50
70
60
50
40
40
500
600
700
800
900
1000
300
350
400
450
500
550
600
Pada peningkatan jumlah campuran asam dari level rendah ke level tinggi,
natrium bikarbonat level tinggi lebih besar efeknya dalam mempengaruhi waktu
larut dibandingkan dengan penggunaan natrium bikarbonat level rendah, yaitu
menaikkan waktu larut. Dalam peningkatan jumlah campuran asam dari level
rendah ke level tinggi, grafik natrium bikarbonat level tinggi memiliki nilai b
sebesar 0,0819 yang lebih besar nilainya daripada nilai b pada grafik natrium
bikarbonat level rendah yaitu sebesar |-0,0672|.
Pada peningkatan jumlah natrium bikarbonat dari level rendah ke level
tinggi, campuran asam level tinggi lebih besar efeknya dalam mempengaruhi
waktu larut dibandingkan penggunaan campuran asam level rendah, yaitu
menaikkan waktu larut. Dalam peningkatan jumlah natrium bikarbonat dari level
rendah ke level tinggi, grafik campuran asam level tinggi memiliki nilai b sebesar
0,1382 yang lebih besar nilainya daripada nilai b pada grafik campuran asam level
rendah yaitu sebesar |-0, 1126|.
65
Garis yang tidak sejajar pada grafik hubungan pengaruh peningkatan level
campuran asam dan natrium bikarbonat terhadap waktu larut granul effervescent
menunjukkan adanya interaksi antara campuran asam dan natrium bikarbonat
dalam menentukan waktu larut pada level yang diteliti. Adanya interaksi juga
dapat dilihat dari hasil perhitungan efek interaksi dimana efek interaksi dalam
menentukan kecepatan alir yaitu sebesar 26,84.
Berdasarkan hasil perhitungan efek terhadap waktu larut granul
effervescent ekstrak rimpang temulawak, memperlihatkan bahwa efek interaksi
diprediksi lebih dominan dalam menentukan waktu larut. Dalam hal ini interaksi
diprediksi dominan dalam menaikkan waktu larut karena nilai efek interaksi
positif. Efek campuran asam dan natrium bikarbonat juga bernilai positif berarti
campuran asam dan natrium bikarbonat berefek menaikkan waktu larut namun
diprediksi kurang dominan dibandingkan efek interaksi. Dengan demikian dapat
diprediksi bahwa yang paling dominan dalam menentukan waktu larut adalah
interaksi antara campuran asam dan natrium bikarbonat.
3. Kandungan lembab
66
reaksi effervescent tidak akan terjadi secara optimal saat aplikasi. Kandungan
lembab dalam sediaan yang dibuat dari bahan alam juga dapat mempengaruhi
stabilitasnya secara mikrobiologi. Adanya air dalam bahan alam dapat
berpengaruh terhadap tumbuhnya jamur dan bakteri sehingga kualitas sediaan
akan menurun.
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kandungan lembab granul
effervescent antara lain, suhu pengeringan granul, waktu pengeringan granul, dan
kelembaban relatif lingkungan. Oleh karena itu, seluruh proses pembuatan granul
dan uji sifat fisik granul effervescent dilakukan pada ruangan dengan kelembaban
relatif 50-53% untuk meminimalkan kandungan lembab granul. Dari hasil uji
kandungan lembab granul, formula 1, a, dan ab memiliki kandungan lembab yang
memenuhi persyaratan (0,4-0,7%), sedangkan formula b memiliki kandungan
lembab > 0,7%.
Hubungan pengaruh peningkatan level campuran asam (natrium sitrat dan
asam fumarat) dan natrium bikarbonat terhadap kandungan lembab granul
0.8
0.8
0.7
0.7
Kandungan lembab (%)
0.6
0.5
0.4
0.6
0.5
0.4
0.3
0.3
500
600
700
800
900
1000
300
350
400
450
500
550
600
67
Pada peningkatan jumlah campuran asam pada level rendah dan level
tinggi, penurunan kandungan lembab lebih besar terjadi pada penggunaan natrium
bikarbonat level tinggi dibandingkan penggunaan natrium bikarbonat level
rendah. Dalam peningkatan jumlah campuran asam dari level rendah ke level
tinggi, grafik natrium bikarbonat level tinggi memiliki nilai b sebesar
|-0,0009|
yang lebih besar nilainya daripada nilai b pada grafik natrium bikarbonat level
rendah yaitu sebesar |-0,0002|.
Pada peningkatan jumlah natrium bikarbonat dari level rendah ke level
tinggi, campuran asam level rendah lebih besar efeknya dalam mempengaruhi
kandungan lembab dibandingkan penggunaan campuran asam level tinggi, yaitu
menaikkan kandungan lembab. Dalam peningkatan jumlah natrium bikarbonat
dari level rendah ke level tinggi, grafik campuran asam level rendah memiliki
nilai b sebesar 0,0007 yang lebih besar nilainya daripada nilai b pada grafik
campuran asam level tinggi yaitu sebesar |-0,0006|.
Garis yang tidak sejajar pada grafik hubungan pengaruh peningkatan level
campuran asam dan natrium bikarbonat terhadap kandungan lembab granul
effervescent menunjukkan adanya interaksi antara campuran asam dan natrium
bikarbonat dalam menentukan kandungan lembab pada level yang diteliti. Adanya
interaksi juga dapat dilihat dari hasil perhitungan efek interaksi dimana efek
interaksi dalam menentukan kecepatan alir yaitu sebesar |-0,14|.
Berdasarkan hasil perhitungan efek terhadap kandungan lembab granul
effervescent ekstrak rimpang temulawak, memperlihatkan bahwa efek campuran
asam diprediksi lebih dominan dalam menentukan kandungan lembab. Dalam hal
68
69
70
567
537
507
477
447
417
387
357
600
650
700
750
800
850
900
950
85 g/s
88 g/s
91 g/s
94 g/s
Dengan demikian area > 10 g/s dipilih sebagai area optimum untuk menghasilkan
kecepatan alir yang dikehendaki. Dari contour plot di atas, semua area memenuhi
persyaratan kecepatan alir, maka semua area tersebut dipilih sebagai area
optimum kecepatan alir.
Persamaan desain faktorial untuk respon waktu larut granul effervescent
adalah Y = 306,9726 0,3159.X1 -0,5306.X2 + 6,9669.10-4.X1.X2. Y merupakan
respon waktu larut granul effervescent (detik), X1 merupakan level campuran
asam, dan X2 merupakan level natrium bikarbonat. Dari persamaan tersebut, dapat
dibuat contour plot sebagai berikut:
71
567
537
507
477
447
417
387
357
600
650
700
750
800
850
900
950
64 detik
71 detik
78 detik
Dengan demikian area 120 detik dipilih sebagai area optimum untuk
menghasilkan waktu larut yang dikehendaki. Dari contour plot di atas, semua area
memenuhi persyaratan waktu larut, maka semua area tersebut dipilih sebagai area
optimum waktu larut.
Persamaan desain faktorial untuk respon kandungan lembab granul
effervescent adalah Y = -0,3552 + 1,1472.10-3X1 + 2,8923.10-3.X2 - 3,6306.106
72
0,7%. Granul yang kandungan lembabnya terlalu kecil dapat menyebabkan granul
terlalu rapuh sedangkan granul dengan kandungan lembab terlalu tinggi akan
berpengaruh pada stabilitas granul effervescent. Area 0,4-0,7% dipilih sebagai
area optimum untuk menghasilkan kandungan lembab granul yang dikehendaki.
Area optimum untuk masing-masing uji sifat fisik granul effervescent
kemudian digabungkan menjadi satu dalam contour plot super imposed berikut
ini:
73
Gambar 13. Contour plot super imposed sifat fisik granul effervescent
Dari contour plot super imposed di atas dapat ditemukan area komposisi
formula campuran natrium sitratasam fumarat dan natrium bikarbonat yang
optimum dalam pembuatan granul effervescent ekstrak rimpang temulawak.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Natrium bikarbonat merupakan faktor yang diprediksi dominan dalam
menentukan kecepatan alir granul effervescent. Waktu larut granul
effervescent diprediksi dominan dipengaruhi oleh interaksi antara campuran
asam dan natrium bikarbonat. Campuran asam antara natrium sitrat dan asam
fumarat diprediksi berpengaruh dominan dalam menentukan kandungan
lembab granul effervescent.
2. Ditemukan area komposisi formula campuran natrium sitratasam fumarat dan
natrium bikarbonat yang optimum dalam pembuatan granul effervescent
ekstrak rimpang temulawak dengan sifat fisik yang dikehendaki.
B. Saran
Perlu dikembangkan sediaan berupa tablet effervescent berdasarkan
komposisi optimum formula granul effervescent yang dihasilkan.
74
75
DAFTAR PUSTAKA
Afifah, E., 2003, Khasiat dan Manfaat Temulawak : Rimpang Penyembuh Aneka
Penyakit, 1-3, 12-13, Agromedia Pustaka, Jakarta.
Allen, L., 2002, The Art Science and Technology of Pharmaceutical
Compounding, 2nd Edition, 99, 118, American Pharmaceutical
Association, Washington D.C.
Anggraeni, P. D., 2005, Optimasi Formula Tablet Effervescent Ekstrak
Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) Dengan Kombinasi Natrium
Sitrat dan Asam Fumarat Secara Granulasi Basah : Aplikasi Desain
Faktorial, Skripsi, Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma,
Yogyakarta.
Anonim, 1976, The Merck Index, 9th Edition, 348, Merck and Co., Inc., USA.
Anonim, 1979, Farmakope Indonesia, Edisi III, 6-9, 50, 338, 354, 400, 510, 782,
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
Anonim, 1985, Peraturan Menteri Kesehatan RI No: 208/Men.Kes./PER/IV/1985
tentang Pemanis Buatan, Departemen Kesehatan Republik Indonesia,
Jakarta.
Anonim, 1986, Sediaan Galenik, 10-11, Departemen Kesehatan Republik
Indonesia, Jakarta.
Anonim, 1995, Farmakope Indonesia, Edisi IV, 4-6, 601, 771, 1004, Departemen
Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
Anonim, 2004, Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik
Indonesia Nomor : HK. 00.05.5.1.4547 tentang Persyaratan
Penggunaan Bahan Tambahan Pangan Pemanis Buatan Dalam Produk
Pangan, http://www.pom.go.id/public/hukum_perundangan/pdf/Kep.Ka.
BPOM-Pemanis.pdf., Diakses pada 20 April 2006.
Anonim, 2006, Product Information Curcumin, http://www.caymanchem.com,
Diakses pada 19 September 2006.
Ansel, H. C., 1989, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, Edisi IV, 212-217,
Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta.
Aulton, M. E., 2002, Pharmaceuticals the Science of Dosage Form Design, 2nd
Edition, 307-312, 618-619, 662-666, ECBS, Philadelphia.
76
Banker dan Anderson, 1986, Tablet, in Lachman, L., The Theory and Practice of
Industrial Pharmacy, terjemahan Siti Suyatmi, Edisi 3, 647-677,
Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta.
Bolton, S., 1990, Pharmaceutical Statistics, Practical and Clinical Application, 2nd
Edition, 308-553, Marcell Dekker, Inc., New York.
Dalimartha, S., 2000, Atlas Tumbuhan Obat Indonesia, Jilid 2, 182-186, Trubus
Agriwidyo, Jakarta.
Duke, 1992, Dr. Dukes Phytochemical and Ethnobotanical Databases,
http://sun.ars-grin.gov:8080/npgspub/xsql/duke/plantdisp.xsql?taxon=
332, Diakses pada 23 Januari 2006.
Fassihi, A. K., dan Kanfer, I., 1986, Effect of Compressibility and Powder Flow
Properties on Tablet Weight Variation in Drug Development and
Industrial Pharmacy, 22, 1947-1968, Marcell Dekker, New York.
Fausett, H., Gayser Jr., C., dan Dash, A., K., 2000, Evaluation of Quick
Disintegrating
Calcium
Carbonate
Tablets,
http://www.pharmascitech.com/, Diakses pada 23 Januari 2006.
Fudholi, A., 1983, Metodologi Formulasi Dalam Kompresi Direk, Medika 7, 9,
586-593.
Gordon, R. E., Rosarske, T. W., dan Fonner, D. E., 1980, Granulation Technology
and Tablet Characterization, in Lieberman, H. A., Lachman, L., dan
Schawtz, J. B., Pharmaceutical Dosage Form : Tablets, Vol 2, 2nd
Edition, 299-308, Marcell Dekker, Inc., New York.
Lelo, A., Rasyid, A., Zain-Hamid, 1998, Efek Kurkumin Pada Kandung Empedu
Manusia : Dalam Bentuk Sediaan Tablet, Kapsul, dan Bubuk, Majalah
Kedokteran Hewan Unibraw, XIV, No. 3, 131-132.
Linberg, N., Engfors, H., Ericsson, T., 1992, Effervescent Pharmaceuticals, in
Swarbricck, J., Boylan, J.C., (e d s.), Encyclopedia of Pharmaceutical
Technology, Vol 5, 45-71, Marcell Dekker, Inc., New York.
List, P. H., Schmidt, P. C., 1989, Phytopharmaceutical Technology, 107-112,
CRC Press Inc., USA.
Karden,
M.,
2003,
Temulawak,
http://warintek.progressio.or.id/obat/
temulawak.htm, Diakses pada 11 November 2005.
77
Majeed, M., Vladimir, B., Uma, S., Rajendran, M. S., 1995, Curcuminoids
Antioxidant Phytonutrients, Nutriscience Publishers, New Jersey.
Martono, S., 1996, Penentuan Kadar Kurkumin Secara Kromatografi Lapis TipisDensitometri, Buletin ISFI Yogyakarta, 2, 4, 11-21.
Mohrle, R., 1980, Pharmaceutical Dosage Form : Tablets, Volume 1, 284-362,
Penerbit Warner Lambert Company, Morris Planis, New Jeresy.
Mulja, M., dan Hanwar, D., 2003, Prinsip-Prinsip Cara Berlaboratorium yang
Baik, Majalah Farmasi Airlangga, III, 2, 31-36.
Muth, J. E., De., 1999, Basic Statisitca and Pharmaceutical Statistical
Application, 265-294, Marcel Dekker, Inc., New York.
Staniforth, J., 2002, Powder Flow, in Aulton, M. E., Pharmaceuticals the Science
of Dosage Form Design, 2nd Edition, 205-208, ECBS, Philadelphia.
Tonnesen, H. H., dan Karlsen, J., 1985, Studies on Curcumin and Curcuminoids,
Alkaline Degradation of Curcumin, Original Papers, Departement of
Galenical Pharmacy, Institute of Pharmacy, University of Oslo, Norway.
Tonnesen, H. H., Vries, H., Henegouwen, G. B., dan Karlsen, J., 1986, Studies on
Curcumin and Curcuminoid, Investigation of the Photobiological
Activity of Curcumin Using Bacterial Indicator System, Journal of
Pharmaceutical Sciences, 76, 5, 371-373.
Voigt, R., 1994, Buku Pelajaran Teknologi Farmasi, Edisi ke-5, 83-85, 165-167,
179, 202, 206-208, 223, 564, 568, 577-578, Gadjah Mada University
Press, Yogyakarta.
Wardani, T., 2003, Pengaruh Penambahan EM-4 (Effective Microorganism-4)
Terhadap Kadar Kurkumin Pada Maserasi Rimpang Temulawak
(Curcuma xanthorrhiza Roxb.), Skripsi, Fakultas Farmasi, Universitas
Sanata Dharma, Yogyakarta.
Wedke, D. A., Serajudin, A. T. M., dan Jacobson, H., 1989, Preformulation
Testing, in Lieberman, H. A., Lachman, L., dan Schawtz, J. B.,
Pharmaceutical Dosage Form : Tablets, Vol 1, 2nd Edition, 53-57,
Marcell Dekker, Inc., New York.
Wehling
78
79
Tabel VII. Hubungan kadar kurkumin baku dan area kromatogram untuk
pembuatan kurva baku
Kadar kurkumin (g/l)
Area (x 105)
0,12
0,14
0,18
0,23
0,35
0,27107
0,32107
0,50799
0,70440
1,20423
a = -0,2369
b = 4,1110
r = 0,9995
Persamaan garis regresi Y = 4,1110X-0,2369
80
1.3
Area kromatogram (x 10 )
1.1
0.9
0.7
0.5
0.3
0.1
0.1
0.15
0.2
0.25
0.3
0.35
0.4
Kadar (g/l)
81
Kadar
(g/l)
0,25323
0,25030
0,25113
0,34572
0,35675
0,34986
0,50084
0,51193
0,48841
0,71065
0,70359
0,69668
1,21533
1,22949
1,20151
0,1192
0,1185
0,1187
0,1417
0,1420
0,1427
0,1795
0,1822
0,1764
0,2305
0,2288
0,2271
0,3233
0,3567
0,3499
X Kadar
(g/l)
CV
(%)
0,1188
0,34
0,1421
0,35
0,1794
1,62
0,2288
0,74
0,3533
0,96
Recovery
(%)
99,33
98,75
98,92
101,21
101,43
101,98
99,72
101,22
98,00
100,22
99,48
98,74
100,94
101,91
99,97
X Recovery
(%)
98,67
101,38
99,65
99,48
100,94
82
1. Uji viskositas
Tabel XII. Data uji viskositas ekstrak rimpang temulawak
Replikasi
Viskositas (dPas)
1
2
3
4
5
6
1,75
1,70
1,60
1,60
1,70
1,70
X
SD
1,68
0,06
83
Replikasi
1
2
3
4
5
6
0,34
0,35
0,34
0,35
0,34
0,32
0,34
0,01
X
SD
Bobot (gram)
Cawan
Ekstrak
Cawan + ekstrak
Setelah 5 jam
6 jam
7 jam
8 jam
9 jam
10 jam
11 jam
12 jam
13 jam
14 jam
Ekstrak jam ke-14
Kandungan lembab
X (%)
Kandungan lembab
(%)
SD
*n.a. = not available
84,3736
10,0648
94,4384
92,2311
91,9894
91,7317
91,6044
91,5218
91,4527
91,3528
91,2880
91,2281
91,1986
6,8250
85,4820
10,0358
95,5178
93,9559
93,7800
93,6401
93,5560
93,4804
93,4076
93,3212
93,2639
93,1907
93,1683
7,6863
76,4438
10,0336
86,4774
85,1770
85,0150
84,8546
84,7600
84,6592
84,5980
84,4858
84,4305
84,3698
84,3429
7,8991
87,1474
10,0094
97,1568
n.a.*
n.a.
n.a.
n.a.
n.a.
n.a.
n.a.
n.a.
n.a.
n.a.
7,4875
96,2843 89,8713
10,0150 10,0270
106,2993 99,8983
n.a.
n.a.
n.a.
n.a.
n.a.
n.a.
n.a.
n.a.
n.a.
n.a.
n.a.
n.a.
n.a.
n.a.
n.a.
n.a.
n.a.
n.a.
n.a.
n.a.
7,8543
7,6513
47,4696 30,5674
27,0221
33,6815
27,5098
32,8833
7,5545
31,0496
84
Rf =
Kurkumin
baku
Kurkumin
sampel
Desmetoksi
kurkumin
Warna bercak
Rf
0,54 0,00
0,54 0,01
0,39 0,01
Visual
UV 254 nm
UV 365 nm
Kuning
kecoklatan
Kuning
kecoklatan
Kuning
kecoklatan
Kuning
kecoklatan
Kuning
kecoklatan
Kuning
kecoklatan
Fluoresensi
Kuning
Fluoresensi
Kuning
Fluoresensi
kuning
AUC (105)
Kadar (%)
1,13544
6,22
1,04244
6,03
1,04803
5,99
0,98238
5,51
1,09248
6,21
1,16177
6,70
X (%)
SD
CV (%)
6,11
0,39
6,34
85
86
Dalam 40 gram serbuk rimpang temulawak menjadi 4,4 gram (1/9 berat
serbuk mula-mula) ekstrak rimpang temulawak, sehingga dalam kadar kurkumin
dalam rimpang kering temulawak sebesar:
6,11gram kurkumin
= 0,68% .
900 gram serbuk
87
Dari penelitian sebelumnya, level rendah untuk natrium sitrat sebesar 200
mg, asam fumarat 200 mg, sedangkan level tinggi untuk asam sitrat sebesar 1000
mg, asam fumarat 1000 mg (Natalia, 2006). Dari penelitian tersebut, jika dilihat
contour plot super imposed dari respon kecepatan alir dan waktu larut granul,
dapat ditentukan level tinggi dan level rendah untuk natraium sitrat-asam fumarat.
Titik yang diambil untuk menentukan level campuran natrium sitrat dan
asam fumarat adalah titik yang terdapat dalam area contour plot super imposed.
Titik yang diambil x1 : x2 = 915 : 457,5. Jadi, perbandingan antara natrium sitrat
dan asam fumarat yaitu 2:1.
Menurut Wehling dan Fred, 2004, komposisi asam yang paling baik dalam
sediaan effervescent adalah 25-40% dari bobot total. Bobot granul total yang
ditentukan yaitu 2400 mg. Jadi komposisi asam yang digunakan yaitu 600-960
mg. Dengan demikian campuran natrium sitrat dan asam fumarat yang digunakan
pada level rendah yaitu 600 mg, sedangkan untuk level tinggi sebesar 960 mg.
1. Perhitungan level natrium sitrat dan asam fumarat:
Natrium sitrat
2
x 600 mg = 400 mg
3
Asam fumarat
1
x 600 mg = 200 mg
3
88
Natrium sitrat
2
x 960 mg = 640 mg
3
Asam fumarat
1
x 960 mg = 320 mg
3
NaHCO3 +
89
gram berat
gram berat
= x
BM natrium bikarbonat
BM asam fumarat
X
0,200
=x
84,01
148
X = 0,227 gram = 227 mg
Sehingga jumlah total natrium bikarbonat untuk campuran asam adalah
= 130 mg + 227 mg
= 357 mg (digunakan sebagai level rendah)
gram berat
gram berat
= x
BM natrium bikarbonat
BM asam fumarat
90
X
0,320
=x
84,01
148
X = 0,363 gram = 363 mg
Sehingga jumlah total natrium bikarbonat untuk campuran asam adalah
= 208 mg + 363 mg
= 571 mg (digunakan sebagai level tinggi)
91
Replikasi
1
2
3
4
5
6
X
SD
ab
78,13
81,97
77,52
80,00
78,13
80,00
79,29
1,68
100,00
94,34
94,40
91,74
99,40
97,09
96,14
3,22
81,97
81,97
84,04
88,50
84,03
86,21
84,47
2,53
88,50
89,29
86,96
86,96
88,50
86,96
87,86
1,03
asam
basa
interaksi
respon
1
a
b
ab
+
+
+
+
+
+
79,29
96,14
84,47
87,86
= ((a-(1)) + (ab-b)) / 2
= 10,12
Efek faktor B
=
= ((b-(1)) + (ab-a)) / 2
(84,47 79,29) + (87,86 79,29)
2
= 13,75
92
Efek interaksi
=
= ((ab-b) - (a-1)) / 2
= -13,46
Kecepatan alir
Campuran asam
Natrium bikarbonat
Interaksi
10,12
13,75
|-13,46|
Tabel XIX. Nilai slope (b) grafik hubungan peningkatan level campuran
asam dan natrium bikarbonat terhadap kecepatan alir
Hubungan pengaruh
peningkatan level
campuran asam
terhadap kecepatan alir
Hubungan pengaruh
peningkatan level
natrium bikarbonat
terhadap kecepatan alir
Natrium
bikarbonat
Level rendah
Level tinggi
Campuran
asam
Nilai b
0,0468
0,0094
Nilai b
Level rendah
0,0242
Level tinggi
|-0,0387|
Persamaan Umum
93
Formula-ab
87,86 = b0 + 960 b1 + 571 b2 + 548160 b1.2...............(4)
Eliminasi persamaan (1) dan (2)
(1) 79,29 = b0 + 600 b1 + 357 b2 + 214200 b1.2
(2) 96,14 = b0 + 960 b1 + 357 b2 + 342720 b1.2 -16,85 = -360b1 - 128520 b1.2.......................................(5)
Eliminasi persamaan (3) dan (4)
(3) 84,47 = b0 + 600 b1 + 571 b2 + 342600 b1.2
(4) 87,86 = b0 + 960 b1 + 571 b2 + 548160 b1.2 -3,39 = -360 b1 205560 b1.2............................... (6)
Eliminasi persamaan (5) dan (6)
(5) -16,85 = -360b1 - 128520 b1.2
(6) -3,39 = -360 b1 205560 b1.2 -13,46 = 77040 b1.2
b1.2 = -1,7474.10-4
94
2. Waktu larut
Tabel XX. Data uji waktu larut granul effervescent
Waktu larut (detik)
Replikasi
1
2
3
4
5
6
X
SD
Formula 1
Formula a
Formula b
Formula ab
76,59
76,57
74,88
78,68
80,25
76,35
77,22
1,92
52,14
57,97
50,28
52,5
52,94
52,32
53,03
2,59
51,86
54,53
53,53
52,53
53,66
52,62
53,12
0,96
85,12
76,82
84,72
81,44
83,78
83,72
82,60
3,11
95
asam
basa
interaksi
respon
1
a
b
ab
+
+
+
+
+
+
77,22
53,03
53,12
82,60
= ((a-(1)) + (ab-b)) / 2
=
= 2,64
Efek faktor B
= ((b-(1)) + (ab-a)) / 2
=
= 2,74
Efek interaksi
= ((ab-b) - (a-1)) / 2
=
= 26,84
Waktu larut
Campuran asam
Natrium bikarbonat
Interaksi
2,64
2,74
26,84
96
Tabel XXIII. Nilai slope (b) grafik hubungan peningkatan level campuran
asam dan natrium bikarbonat terhadap waktu larut
Hubungan pengaruh
peningkatan level
campuran asam
terhadap waktu larut
Hubungan pengaruh
peningkatan level
natrium bikarbonat
terhadap waktu larut
Natrium
bikarbonat
Level rendah
Level tinggi
Campuran
asam
|-0,0672|
0,0819
Level rendah
|-0, 1126|
Level tinggi
0,1382
Nilai b
Nilai b
Persamaan Umum
97
98
3. Kandungan lembab
Tabel XXIV. Data uji kandungan lembab granul effervescent
Kandungan lembab (%)
Replikasi
1
2
3
4
5
6
X
SD
Formula 1
Formula a
Formula b
Formula ab
0,5768
0,5576
0,6546
0,5765
0,6319
0,5355
0,5882
0,0454
0,6232
0,6418
0,5467
0,4040
0,3679
0,6242
0,5346
0,1203
0,6343
0,7795
0,6826
0,7172
0,8910
0,7415
0,7410
0,0887
0,5779
0,4721
0,4700
0,2452
0,6095
0,0720
0,4078
0,2082
formula
asam
basa
interaksi
respon
1
a
b
ab
+
+
+
+
+
+
0,5882
0,5346
0,7410
0,4078
= ((a-(1)) + (ab-b)) / 2
= -0,1934
99
Efek faktor B
=
= ((b-(1)) + (ab-a)) / 2
(0,7410 0,5882) + (0,4078 0,5346)
2
= 0,0130
Efek interaksi
=
= ((ab-b) - (a-1)) / 2
= -0,1399
Kandungan lembab
Campuran asam
Natrium bikarbonat
Interaksi
|-0,1934|
0,0130
|-0,1399|
Tabel XXVII. Nilai slope (b) grafik hubungan peningkatan level campuran
asam dan natrium bikarbonat terhadap kandungan lembab
Hubungan pengaruh
peningkatan level
campuran asam
terhadap kandungan
lembab
Hubungan pengaruh
peningkatan level
natrium bikarbonat
terhadap kandungan
lembab
Natrium
bikarbonat
Level rendah
|-0,0002|
Level tinggi
|-0,0009|
Campuran
asam
Nilai b
Level rendah
0,0007
Level tinggi
|-0,0006|
Nilai b
Persamaan Umum
100
Formula-a
0,5346= b0 + 960 b1 + 357 b2 + 342720 b1.2................................................(2)
Formula-b
0,7410 = b0 + 600 b1 + 571 b2 + 342600 b1.2...........................(3)
Formula-ab
0,4078= b0 + 960 b1 + 571 b2 + 548160 b1.2................(4)
Eliminasi persamaan (1) dan (2)
(1) 0,5882 = b0 + 600 b1 + 357 b2 + 214200 b1.2
(2) 0,5346 = b0 + 960 b1 + 357 b2 + 342720 b1.2 0,0535 = -360b1 - 128520 b1.2.......................................(5)
Eliminasi persamaan (3) dan (4)
(3) 0,7410 = b0 + 600 b1 + 571 b2 + 342600 b1.2
(4) 0,4078 = b0 + 960 b1 + 571 b2 + 548160 b1.2 0,3332 = -360 b1 205560 b1.2.................................(6)
Eliminasi persamaan (5) dan (6)
(5) 0,0535 = -360b1 - 128520 b1.2
(6) 0,3332 = -360 b1 205560 b1.2 -0.2797 = 77040 b1.2
b1.2 = -0,3631.10-5
101
102
Formula 1
Formula a
Formula b
Formula ab
103
104
BIOGRAFI PENULIS
Natrium
Bikarbonat
SitratAsam
Fumarat
dan