Anda di halaman 1dari 11

Antena dan Propagasi

Sulwan Dase

BA B 1

PENDAHULUAN
1.1. Latar Gelakang
Sejak Heinrich Hertz berhasil membuktikan kebenaran hukum Maxwell
tentang elektromagnetik dan disusul dengan penemuan radio oleh Marconi maka
eksperimen tentang antena terus dikembangkan. Ekperimen dibidang antena
bertujuan untuk memperoleh sebuah antena dengan efisiensi tinggi serta
penguatan yang besar. Nama antena berasal dari bahasa Yunani antennae yang
artinya sungut.
Saat ini, antena digunakan di berbagai perangkat komunikasi seperti pada
pemnacar radio AM maupun FM, radio penerima, system telepon selular,
wireless-LAN (WLAN), satelit, pesawat udara, kapal laut, radio navigasi, televisi,
peluru kendali, dan berbagai aplikasi lainnya.
Sekalipun oleh sebagian orang antena dianggap sebagai sesuatu yang rumit
dan membingungkan, namun pada dasarnya antena bekerja berdasarkan prinsipprinsip elektromagnetik. Tujuan buku ini adalah menjelaskan prinsip-prinsip
elektromagnetik yang berkaitan dengan antena dan sedapat mungkin dapat
menguraikan aplikasi praktis dari teori tersebut.

1.2. Kilas Balik Penemuan Antena


Menurut John D. Kraus, enam ratus tahun sebelum masehi, seorang ahli
matematika, astronom, dan philsuf bangsa Yunani bernama Thales dari Miletus
mencatat bahwa batu amber yang digosok dengan kain sutra dapat menghasilkan
bunga api dan seakan memiliki kekuatan gaib untuk menarik partikel dari kapas
dan jerami. Kata amber dalam bahasa Yunani adalah elektron. Dari kata ini
kemudian muncul kata abru seperti elektronik, electricity, dan elektro. Thales juga

Teknik Telekomunikasi Politeknik Negeri Ujung Pandang

Antena dan Propagasi

Sulwan Dase

menemukan adanya benda logam yang dapat menarik logam lain. Benda logam
tersebut ditemukan disuatu tepat bernama Magnesia. Dari kata ini kemudian
muncul kata turunannanya seperti magnet dan magnetisme. Dengan penemuan
tersebut, maka Thales dianggap sebagai orang pertama yang menemukan masalah
kelistrikan dan magnet.
Penemuan Thales, kemudian mendorong ilmuan lain untuk meneliti
fenomena kelistrikan dan kemagnetan. Seorang negarawan dan ilmuwan Amerika
bernama Benyamin Franklin (1750) dalam percobaannya berhasil menangkap
listrik saat terjadi petir melalui tali layang-layang yang diterbangkan dalam
kondisi cuaca buruk. Ilmuwan lain seperti Charles Augustine de Coulomb dari
Francis yang berhasil mengukur gaya magnet dan listrik. Selama periode ini,
seorang ahli matematika dan astronomi Jerman bernama Karl Friedrich Gauss
berhasil merumuskan pula sebuah teori yang disebut teorema divergensi yang
berkaitan dengan permukaan dan volume.
Tahun 1800, Alesandro Volta dari Italia menemukan alat penyimpan
muatan listrik yang kemudian disebut sel volta dan kemudian populer disebut
baterai (battery). Penemuan tersebut disusul ditemukannya arus listrik dalam
sebuah konduktor oleh Hans Christian Oersted (1819). Penemuan tersebut
kemudian disusul berbagai penemuan lain oleh Andre Marie Ampere dari Francis
yang menemukan metode pembangkitan medan magnet dari sebuah selenoid yang
dialiri arus listrik, Georg Simon Ohm dari Jerman yang menemukan hukum arus,
tegangan dan resistansi, Michael Faraday (1831) dari London yang mengubah
medan magnet menjadi arus listrik.
Misteri mengenai fenomena medan elektromagnetik perlahan terkuak
ketika James Clerk Maxwell seorang profesor dari Universitas Cambridge, Inggris
mempublikasikan empat dasar teori tentang kemagnetan dan kelistrikan tahun
1873. Pada tahun 1886 Heinrich Hertz berhasil membuktikan kebenaran teori
tersebut ketika dalam percobaannya Hertz berhasil mentransmisi gelombang radio
pertama dengan panjang gelombang sekitar 8 meter (37,5 MHz). Beberapa
waktu kemudian, seorang anak berusia 16 tahun bernama Gugliemo Marconi dari

Teknik Telekomunikasi Politeknik Negeri Ujung Pandang

Antena dan Propagasi

Sulwan Dase

Bologna Italia, bekerja secara amatiran berhasil membuat pemancar dan penerima
radio pertama di dunia.
Penemuan Marconi, menjadi awal serangkaian percobaan mengenai
antena. Desember 1901, Marconi membangun antena ukuran besar di Poldhu
untuk percobaan pengiriman transmisi gelombang radio dari pantai barat Amerika
melintasi lautan Atlantik ke Inggris. Percobaan tersebut berhasil dengan baik
dengan mengirim kode Morse huruf S berupa tiga titik.

0,8 m

1,2m
Lilitan induksi

Spark gap
2 mm

B
C

0,25 m

3m

0,25 m

Beban bola
(sphere-loaded)
Celah pengapian
(spark gap)

Re-drawing by
Sulwan Dase

Gambar 1.1. Antena dipole /2 Heinrich Hertz (1886). Antena bekerja pada
panjang gelombang 8 m (Dari buku Antennas, John D. Kraus,

Teknik Telekomunikasi Politeknik Negeri Ujung Pandang

Antena dan Propagasi

Sulwan Dase

McGraw-Hill Book, Inc, 1988)

Gambar 1.2. Konstruksi antena Marconi di Poldhu Inggris 1905.

1.3. Spektrum Frekuensi Radio


Perilaku gelombang gelombang radio selama merambat diruang bebas,
tunduk pada hukum Maxwell. Salah satu faktor penentu yang mempengaruhi
kinerja jaringan komuniasi radio adalah frekuensi radio tersebut. Ekperimen
membuktikan bahwa redaman ruang bebas meningkat dengan membesarnya
frekuensi kerja.
Untuk alasan teknis, maka ITU (International Telecommunication Union)
membagi spektrum frekuensi kedalam pita (band) frekuensi berdasarkan
kesamaan umum sifat sifat frekuensi dalam pita tersebut. Gambar 1.3
memperlihatkan spektrum frekunsi berdasarkan pembagian band frekuensi
menurut ITU.

1.4. Panjang Gelombang ()


Panjang gelombang () dari sebuah gelombang radio yang merambat
dalam sebuah medium dinyatakan dengan rumus, [1], [5] dan [12].

g =

V phase
f

c
f r

Teknik Telekomunikasi Politeknik Negeri Ujung Pandang

(1.1)

Antena dan Propagasi

dimana:

Sulwan Dase

c = 3 x108 m/dtk (kecepatan cahaya)


f = frekuensi dalam Hz (dtk-1)

r = konstanta dielektrik medium yang dirambati oleh gelombang.

Gambar 1.3. Spektrum frekuensi radio menurut ITU.

Teknik Telekomunikasi Politeknik Negeri Ujung Pandang

Antena dan Propagasi

Sulwan Dase

Gambar 1.4 Panjang gelombang radio di udara

Asumsi dua gelombang radio merambat di udara (r = 1), keduanya


bekerja pada frekuensi 100 MHz dan 300 MHz. Dari (1.1), diperoleh bahwa
panjang gelombang masing-masing adalah:

100 MHz

3 108 (m dtk )
=
= 3m
100 10 6 (1 dtk )

300 MHz =

3 108 (m dtk )
= 1m
300 10 6 (1 dtk )

Gambar 1.5. Panjang gelombang radio untuk frekuensi 100 Mhz dan 300 MHz

Teknik Telekomunikasi Politeknik Negeri Ujung Pandang

Antena dan Propagasi

Sulwan Dase

Bila kedua gelombang radio teresebut melalui suatu medium dengan


permitivitas relative medium sebesar r = 2,2, maka panjang gelombang masing
masing dalam medium tersebut menjadi [2] dan [7]:

m =

0
3
=
= 2,022 m ( untuk frekuensi 100 MHz)
2,2
r

dan

m =

1
2,2

= 0,674 m (untuk frekuensi 300 MHz)

Terlihat bahwa panjang gelombang dalam medium menjadi lebih pendek


dibanding saat gelombang merambat di udara. Hal ini penting untuk diketahui,
sebab antena dapat dianggap sebagai medium rambat gelombang sesaat sebelum
memancar dan saat menerima gelombang radio dari ruang bebas.

1.5. Berbagai Jenis Antena


Berbagai macam konstruksi antena sangat dipengaruhi oleh frekuensi kerja
antena. Hal ini disebabkan karena dimensi fisik antena ditentukan oleh panjang
gelombang () dimana komunikasi radio bekerja. Berikut adalah berbagai jenis
antena yang umum digunakan dalam aplikasi sehari hari.

a. Antena omnidirectional

Pola radiasi antenna memancar kesegala arah. Secara praktis, sulit untuk
membuat antena yang benar benar memancar kesegala arah. Aplikasi
pada antena pemancar AM, FM atau pada antenna amatir radio atau radio
taxi.

Teknik Telekomunikasi Politeknik Negeri Ujung Pandang

Antena dan Propagasi

Sulwan Dase

Antena mobile

Gambar 1.6. Contoh antena vertikal untuk stasion bergerak merk Diamond

b. Antena Terarah (unidirectional antenna)

Antena jenis ini umum digunakan untuk aplikasi khusus seperti antar dua
stasiun radio yang berada pada jarak berjauhan, sepertti pada antena
stasiun bumi, antena terrestrial, antena pada satelit, antena sectoral pada
BTS selular, antena sectoral pada BTS W-LAN dan banyak lagi aplikasi
lainnya. Selain itu, antenna jenis ini memiliki penguatan (gain) dan
direktivitas yang besar, sehingga radiasi gelombang radio yang
dipencarkan lebih efisiensi dan pada sisi penerima, memiliki sensitivitas
yang lebih baik dibanding antena omnidirectional. Gambar 1.7
memperlihatkan berbagai tipe antenna directional.

Gambar 1.7 Antena directional jenis Yagi dan Helix

Teknik Telekomunikasi Politeknik Negeri Ujung Pandang

Antena dan Propagasi

Sulwan Dase

Gambar 1.8 Berbagai jenis antena terompet (Balanis: Antenna)

Un

Gambar 1.9 Antena pemancar FM dengan polarisasi melingkar (circular)

Teknik Telekomunikasi Politeknik Negeri Ujung Pandang

Antena dan Propagasi

Sulwan Dase

Gambar 1.10 Antena pemancar radio MW (medium wave). Sering disebut


juga antenna Marconi.

Gambar 1.11. Antena directional untuk WLAN dan selular

Penentuan jenis dan tipe antena yang akan digunakan didasarkan pada
beberapa pertimbangan seperti:

Teknik Telekomunikasi Politeknik Negeri Ujung Pandang

10

Antena dan Propagasi

Penguatan (Gain)

Direktivitas antenna

Pola radiasi (radiation pattern)

Polarisasi medan

Frekuensi kerja

Dimensi fisik antena

Penggunaan

Harga antena

Teknik Telekomunikasi Politeknik Negeri Ujung Pandang

Sulwan Dase

11

Anda mungkin juga menyukai