Anda di halaman 1dari 18

RESUME BAHASA INDONESIA MEMBACA CEPAT

1.
2.
3.
4.

Tujuan membaca :
Memberi kesenangan.
Membantu memecahkan masalah penelitian.
Meningkatkan pengetahuan.
Mendapatkan informasi penting.

1.
2.
3.
4.

Materi bacaan :
Untuk kesenangan
Untuk penelitian
Untuk pengetahuan
Untuk informasi

1.
2.
3.
4.
5.

Membaca cepat :
Mendapatkan materi teks secara umum.
Memisahkan materi relevan dengan yang tidak relevan.
Mengetahui ide/tema bacaan.
Keuntungan : Dapat melahap banyak teks.
Kerugian : Informasi tidak optimal.

1.
2.
3.
4.
5.
6.

Membaca cermat :
Mendapatkan pemahaman materi teks secara detail.
Mempertahankan konsentrasi.
Mengingat dengan jelas apa yang dibaca.
Mengikuti dengan langkah-langkah/aturan secara cermat.
Memahama ide/istilah sulit.
Menyita waktu untuk 1 bacaan.

: Novel, cerpen, buku populer, surat sahabat.


: Buku, ensiklopedia, artikel, jurnal.
: Majalah, surat kabar, buku.
: Peta, resep, kamus, buletin, iklan, direktori telefon.

Previewing :
Previewing adalah teknik membaca untuk mendapatkan gambaran teks secara umum.
Hasil pengamatan Mikulecky dan Jeffries (1996), dengan preview proses pemahaman
informasi dapat dicapai dengan cepat, bahkan bisa membantu pembaca mengikuti gagasan
penulisnya.
3.
Hasil preview adalah mengetahui Judul, Penulis, interpretasi Jenis atau Genre Bacaan,
prediksi tentang isi tulisan.
1.
2.

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.

Bagian-Bagian yang Dipreview :


Penulis: .
Tahun terbit:..Jumlah Hal:..
Pendahuluan atau Pengantar:
Jumlah Bab:..
____Daftar Isi:
____Simpulan:..
____Lampiran:
____indeks:
____Bibliografi atau Daftar Pustaka:.
____Tabel, Grafik, Bagan:..

1.
2.
3.
4.

5.

Scanning :
Scanning adalah teknik baca cepat untuk mencari informasi yang Anda diinginkan. Anda
mencari ide atau kata kunci saja.
Seringkali anda sudah tahu apa yang anda kehendaki sehingga pikiran Anda terfokus pada
penemuan jawaban.
Scanning menggerakkan mata dengan cepat di setiap lembar halaman. Scanning akan
menjawab apakah sumber bacaan ini relevan dengan kepentingan anda
Ketika menyecan, lihatlah tata tulis yang digunakan seperti, penomoran, abjad, langkahlangkah seperti satu, dua, dst, kata-kata yang tercetak tebal, miring, atau ukuran huruf yang
berbeda, gaya cetak atau warna. Seringkali Penulis akan menempatkan ide pokoknya dengan
cara ini.
Jika Anda membaca buku standar, gunakan indeks untuk menemukan ide atau kata kunci.

Skimming :
1.
Skimming adalah teknik baca cepat untuk mengidentifikasi ide pokok sebuah teks. Anda
tidak perlu membaca kata per kata seperti baca normal. Kecepatan baca anda 3 sampai 4 kali
lebih cepat dari biasa. Orang akan menggunakan teknik ini jika begitu banyaknya bacaan
yang harus dibaca dengan waktu yang terbatas. Gunakan skimming untuk melihat apakah
teks tersebut sebidang dengan penelitian anda.
2.
Langkah-langkah skimming, awalnya sama dengan previewing yaitu baca cepat judul,
subjudul, lalu baca kalimat pertama atau terakhir setiap paragraf karena biasanya ide pokok
ada pada posisi itu.
3.
Ingat bahwa anda menggunakan skimming untuk mencari informasi khusus bukan
pemahaman secara menyeluruh. Ide pokok juga akan tergambar pada fakta yang diberikan
pada tabel, grafik atau bagan.

1.
2.
3.
4.

1.
2.
3.
4.
5.
6.

Tujuan hubungan dengan tehnik membaca cepat :


Kesenangan
: Previewing, scanning, skimming -> membaca cermat.
Penelitian : Previewing, scanning, skimming -> sortir bahan : membaca cermat.
Pengetahuan
: Previewing, scanning, skimming -> membaca cermat.
Informasi : Previewing, scanning, skimming -> selesai.
Tips Membaca Lebih Cepat
Tinggalkan cara mebaca dengan lisan (100-300 wpm), lakukanlah dengan hati (> 800
wpm).
Gunakan pengetahuan bahasa Indonesia Anda, seperti pola kalimat, logika berpikir, kata
perangkai kalimat, dan kata kunci (keywords), sebaliknya hindari kata-kata tugas karena
tidak penting untuk pemahaman. Cara ini menghemat 10-50 % kata-kata yang tidak penting.
Gunakan gerakan mata, bukan gerakan kepala secara efektif untuk menghemat waktu
beberapa detik lagi.
Terapkan pengetahuan membaca yang Anda dapat, pertama previewing, scanning, dan
skimming.
Biasakan diri dengan deadline waktu. Adanya tekanan waktu (time pressure) akan
membantu Anda untuk lebih konsentrasi pada materi bacaan.
Jika kelima Tips di atas tidak berhasil membantu Anda secara drastis, mulailah memacu
tingkat pembacaan Anda dengan mengunakan alat. Gunakan jari anda dengan cara
memindahkan dari kiri ke kanan secara cepat per baris. Cara ini efektif kalau Anda ingin
menghendaki per baris, jika tidak langkaui dari atas ke bawah menurut keyword atau kalimat
topik. Cara ini umumnya menaikkan kecepatan baca hingga 400-800 wpm.

7.

Jika Anda puas, cara terbaik membaca adalah dengan mata dan otak (konsentrasi), bukan
dengan lisan (bicara), gerakan kepala, atau memakai jari. Slogan yang perlu diingat: "Bacalah
ide pada teks, bukan kata-kata."
KATA ULANG (REDUPLIKASI)

1.

2.

Kata ulang (reduplikasi) adalah bentuk dasar yang diulang.

Bentuk dasar adalah suatu bentuk linguistik yang dijadikan dasar pembentukan kata
ulang (bentuk yang lebih besar/bentuk kata sebelum dijadikan kata ulang).

Prinsip-prinsip pengulangan :
Pengulangan tidak mengubah golongan (kelas) kata, dari bentuk kata ulang, seperti kata
benda, kata kerja, dan kata sifat. Contoh :
Kata benda
: Sepatu-sepatu (sepatu), bungkusan-bungkusan (bungkusan), buahbuahan (buah).
Kata kerja
: Berkejar-kejaran (berkejaran), mencabut-cabuti (mencabuti),
tertegun-tegun (tertegun).
Kata sifat
: Bagus-bagus (bagus), nakal-nakal (nakal), seburuk-buruknya (buruk),
keputih-putihan (putih).
Bentuk dasar selalu berupa bentuk yang terdapat dalam penggunaan bahasa sehari-hari.
Contoh :
Memperbincang-bincangkan : bentuk dasarnya memperbincangkan, bukan memperbincang.
Bersalam-salaman
: bentuk dasarnya bersalaman, bukan bersalam.
Rumah-rumahan
: bentuk dasarnya rumah, bukan rumahan

Berdasarkan jenisnya, kata ulang terbagi menjadi 4 jenis :


Pengulangan utuh/murni/dwilingga : Pengulangan seluruh kata dasar. Co : Ibu-ibu
(ibu), lampu-lampu (lampu), pertokoan-pertokoan (pertokoan).
2.
Pengulangan sebagian/dwipura/suku awal : Bentuk pengulangan suku pertama kata
dasarnya, biasanya disertai variasi e pepet. Co : Laki-laki-lalaki-lelaki, bercaci-cacian
(bercacian), menendang-nendang (menendang), minum-minuman (minuman), tunjukmenunjuk (menunjuk).
3.
Pengulangan berimbuhan : Bentuk pengulangan kata dengan mendapat awalan, sisipan,
akhiran atau gabungan imbuhan sebelum/sesudah kata dasarnya diulang. Co : Mobil-mobilan
(mobil), sebesar-besarnya (besar), kemerah-merahan (merah).
4.
Pengulangan berubah bunyi : Co : Warna-warni (warna), sayur-mayur (sayur), bolakbalik (balik), kerlap-kerlip (kerlip).
1.

1.
2.
3.
4.
5.

Makna yang dimunculkan oleh kata ulang :


Menyatakan banyak : Pemain-pemain bola itu berlatih dengan giat.
Menyatakan bermacam-macam : Para atlet dianjurkan memakan sayur-sayuran segar.
Menyatakan saling : Setelah pertandingan berakhir, mereka berpeluk-pelukan.
Menyatakan perbuatan yang dilakukan hanya untuk kesenangan : Mereka dudukduduk di bawah pohon sambil menceritakan pengalaman masing-masing.
Menyatakan menyerupai : Dia membelikan raket-raketan untuk adiknya yang berusia 3
tahun.

6.

Menyatakan agak : Ia menyembunyikan wajahnya yang kemerah-merahan sewaktu


menerima pujian atas prestasi yang diperolehnya.
7.
Menyatakan melakukan pekerjaan yang berulang-ulang : Ia melempar-lempar bola
basket itu kepada pemain sebagai pemanasan.
8.
Menyatakan kolektif : Mereka memasuki lapangan dua-dua orang untuk melakukan
contoh tendangan bola yang baru diajarkan pelatih.
9.
Menyatakan memiliki sifat : Bicaranya keibu-ibuan sehingga aku merasa lebih cepat
mengerti .
10. Menyatakan sangat : Cepat-cepat ditendangnya bola ke arah gawang lawan.
11. Menyatakan tingkat yang paling tinggi (superlatif) : Ia berlari sekencang-kencangnya
untuk mencapai garis finis.
PUISI BARU

1.
2.
3.
4.
5.
6.

1.

2.

Puisi baru memiliki bentuk yanglebih bebas daripada puisi lama baik dalam segi
jumlah baris, suku kata, maupun rima.

Ciri-ciri Puisi Baru :


Bentuknya rapi, simetris
Mempunyai persajakan akhir (yang teratur)
Banyak mempergunakan pola sajak pantun dan syair meskipun ada pola yang lain
Sebagian besar puisi empat seuntai
Tiap-tiap barisnya atas sebuah gatra (kesatuan sintaksis)
Tiap gatranya terdiri atas dua kata (sebagian besar) : 4-5 suku kata
Jenis-jenis Puisi Baru :
Menurut isinya, puisi dibedakan atas :
Balada adalah puisi berisi kisah/cerita
Himne adalah puisi pujaan untuk Tuhan, tanah air, atau pahlawan
Ode adalah puisi sanjungan untuk orang yang berjasa
Epigram adalah puisi yang berisi tuntunan/ajaran hidup
Romance adalah puisi yang berisi luapan perasaan cinta kasih
Elegi adalah puisi yang berisi ratap tangis/kesedihan
Satire adalah puisi yang berisi sindiran/kritik
Menurut bentuknya, puisi dibedakan atas :
Distikon
Terzina
Quatrain
Quint
Sektet
Septime
Oktaf/Stanza
Soneta

Contoh jenis puisi menurut isinya :


a)
BALADA
Puisi karya Sapardi Djoko Damono yang berjudul Balada Matinya Aeorang Pemberontak
b)
HYMNE

Bahkan batu-batu yang keras dan bisu


Mengagungkan nama-Mu dengan cara sendiri
Menggeliat derita pada lekuk dan liku
bawah sayatan khianat dan dusta.
Dengan hikmat selalu kupandang patung-Mu
menitikkan darah dari tangan dan kaki
dari mahkota duri dan membulan paku
Yang dikarati oleh dosa manusia.
Tanpa luka-luka yang lebar terbuka
dunia kehilangan sumber kasih
Besarlah mereka yang dalam nestapa
mengenal-Mu tersalib di datam hati.
c) ODE
Generasi Sekarang
Di atas puncak gunung fantasi
Berdiri aku, dan dari sana
Mandang ke bawah, ke tempat berjuang
Generasi sekarang di panjang masa
Menciptakan kemegahan baru
Pantoen keindahan Indonesia
Yang jadi kenang-kenangan
Pada zaman dalam dunia
(Asmara Hadi)
d) EPIGRAM
Hari ini tak ada tempat berdiri
Sikap lamban berarti mati
Siapa yang bergerak, merekalah yang di depan
Yang menunggu sejenak sekalipun pasti tergilas.
(Iqbal) e) ELEGI
Senja di Pelabuhan Kecil
Ini kali tidak ada yang mencari cinta
di antara gudang, rumah tua, pada cerita
tiang serta temali. Kapal, perahu tiada berlaut
menghembus diri dalam mempercaya mau berpaut Gerimis mempercepat kelam. Ada juga
kelepak elang
menyinggung muram, desir hari lari berenang
menemu bujuk pangkal akanan. Tidak bergerak
dan kini tanah dan air tidur hilang ombak.
Tiada lagi. Aku sendiri. Berjalan
menyisir semenanjung, masih pengap harap
sekali tiba di ujung dan sekalian selamat jalan
dari pantai keempat, sedu penghabisan bisa terdekap
(Chairil Anwar)
f) SATIRE
Aku bertanya tetapi pertanyaan-pertanyaanku
membentur jidad penyair-penyair salon,
yang bersajak tentang anggur dan rembulan,
sementara ketidakadilan terjadi di sampingnya,
dan delapan juta kanak-kanak tanpa pendidikan, termangu-mangu dl kaki dewi kesenian.
(Rendra)

a)

Contoh jenis puisi dari bentuknya :


DISTIKON
Contoh :
Berkali kita gagal
Ulangi lagi dan cari akal
Berkali-kali kita jatuh
Kembali berdiri jangan mengeluh
(Or. Mandank)
b) TERZINA
Contoh :
Dalam ribaan bahagia datang
Tersenyum bagai kencana
Mengharum bagai cendana
Dalam bahgia cinta tiba melayang
Bersinar bagai matahari
Mewarna bagaikan sari
Dari ; Madah Kelana
Karya : Sanusi Pane
c) QUATRAIN
Contoh :
Mendatang-datang jua
Kenangan masa lampau
Menghilang muncul jua
Yang dulu sinau silau
Membayang rupa jua
Adi kanda lama lalu
Membuat hati jua
Layu lipu rindu-sendu
(A.M. Daeng Myala)
d) QUINT
Contoh :
Hanya Kepada Tuan
Satu-satu perasaan
Hanya dapat saya katakan
Kepada tuan
Yang pernah merasakan
Satu-satu kegelisahan
Yang saya serahkan
Hanya dapat saya kisahkan
Kepada tuan
Yang pernah diresah gelisahkan
Satu-satu kenyataan
Yang bisa dirasakan
Hanya dapat saya nyatakan
Kepada tuan
Yang enggan menerima kenyataan
(Or. Mandank)
e) SEXTET
Contoh :
Merindu Bagia

Jika harilah tengah malam


Angin berhenti dari bernafas
Sukma jiwaku rasa tenggelam
Dalam laut tidak terwatas
Menangis hati diiris sedih
(Ipih)
f) SEPTIMA
Contoh :
Indonesia Tumpah Darahku
Duduk di pantai tanah yang permai
Tempat gelombang pecah berderai
Berbuih putih di pasir terderai
Tampaklah pulau di lautan hijau
Gunung gemunung bagus rupanya
Ditimpah air mulia tampaknya
Tumpah darahku Indonesia namanya
(Muhammad Yamin)
g) STANZA ( OCTAV )
Contoh :
Awan
Awan datang melayang perlahan
Serasa bermimpi, serasa berangan
Bertambah lama, lupa di diri
Bertambah halus akhirnya seri
Dan bentuk menjadi hilang
Dalam langit biru gemilang
Demikian jiwaku lenyap sekarang
Dalam kehidupan teguh tenang
(Sanusi Pane)
h) SONETA
Contoh :
Gembala
Perasaan siapa ta kan nyala ( a )
Melihat anak berelagu dendang ( b )
Seorang saja di tengah padang ( b )
Tiada berbaju buka kepala ( a )
Beginilah nasib anak gembala ( a )
Berteduh di bawah kayu nan rindang ( b )
Semenjak pagi meninggalkan kandang ( b )
Pulang ke rumah di senja kala ( a )
Jauh sedikit sesayup sampai ( a )
Terdengar olehku bunyi serunai ( a )
Melagukan alam nan molek permai ( a )
Wahai gembala di segara hijau ( c )
Mendengarkan puputmu menurutkan kerbau ( c )
Maulah aku menurutkan dikau ( c )
(Muhammad Yamin)
KALIMAT DASAR

Dalam menuliskan kalimat dalam bahasa Indonesia yang baik dan benar maka kita harus
ketahui yaitu unsur-unsur yang ada untuk membuat suatu kalimat yang biasanya dipakai
dalam sebuah kalimat. Dalam bahasa Indonesia biasanya digunakan aturan SPO atau SPOK
(Subjek, Predikat, Objek atau Subjek, Predikat, Objek, Keterangan).

a.
b.

c.
d.
e.

a.
1.
2.
3.
4.
b.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Unsur-Unsur Kalimat
Subjek
: merupakan jawaban atas pertanyaan apa dan siapa kepada predikat. Contoh :
Aiba memelihara kucing. Maka pertanyaan Siapa memelihara? Adalah Aiba.
Predikat
Menimbulkan pertanyaan apa dan siapa
Dapat berupa kata adalah atau ialah
Dapat disertai kata aspek (seperti telah, sudah, sedang, belum, dan akan) pada kalimat verba
atau adjectiva dan modalitas (seperti ingin, hendak, dan mau) untuk menyatakan keinginan
pelaku.
Objek
: Untuk predikat yang berupa verba intransitif (kebanyakan berawalan
ber- atau ter-) tidak memerlukan objek, verba transitif yang memerlukan objek kebanyakan
berawalan me-.
Pelengkap : Perbedaannya terletak pada kalimat pasif. Pelengkap tidak menjadi subjek
dalam kalimat pasif. Jika terdapat objek dan pelengkap dalam kalimat aktif, objeklah yang
menjadi subjek kalimat pasif, bukan pelengkap.
Keterangan
: Unsur kalimat yang dapat diubah-ubah posisinya. Jika dari jabatan
SPOK menjadi KSPO dan SKPO .Jika tidak dapat di pindah maka bukan keterangan.
Dalam suatu kalimat yang biasa digunakan terdapat pola-pola kalimat dapat dikembalikan
ke dalam sejumlah kalimat dasar yang sangat terbatas. Dengan perkataan lain, semua kalimat
yang kita gunakan berasal dari beberapa pola kalimat dasar saja.
Kalimat dasar tersebut dapat berupa:
Kalimat dasar berpola SP
Terdiri dari subjek dan predikat. Predikat dapat berupa:
kata kerja (Ohno(S) sedang memancing(P))
kata benda (Ayahnya(S) juru masak(P))
kata sifat (Ohno(S) baik hati(P))
kata bilangan (Personil Arashi(S) 5 orang(P))
Kalimat dasar berpola SPO
Mempunyai unsur Subjek, Predikat, dan Objek. Contoh : Mereka(S) sedang
menyelenggarakan(P) konser(O).
Kalimat dasar berpola SP Pel.
Mempunyai unsur Subjek, Predikat, dan Pelengkap. Contoh : Nino(S) berpakaian(P)
rapi(Pel).
Kalimat dasar berpola SPO Pel.
Terdiri dari Subjek, Predikat, Objek, dan Pelengkap. Contoh : Ohno(S) membelikan(P)
Nino(O) topi(Pel).
Kalimat dasar berpola SPK
Terdiri dari Subjek, Predikat, dan Keterangan. Contoh : Aiba(S) berasal dari(P) Chiba(K).
Kalimat dasar berpola SPOK
Terdiri dari Subjek, Predikat, Objek, dan Keterangan. Contoh : Mereka(S) makan(P)
sawo(O) saat festival(K).

Pola Kalimat

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Pola-pola kalimat tersebut juga dapat disusun berdasarkan kata kerja (KK), kata sifat (KS),
kata benda (KB) dan kata bilangan (KBil). Berdasarkan penelitian para ahli, pola kalimat
dasar dalam bahasa Indonesia adalah sebagai berikut.
KB + KK
--> Mereka bernyanyi.
KB + KS
--> Aiba dermawan.
KB + KBil
--> Harga album terbaru Arashi delapan ratus ribu
KB + (KD + KB)
--> Tinggalnya di Jambi.
KB1 + KK + KB2 --> Mereka menonton konser.
KB1 + KK + KB2 + KB3 --> Paman mencarikan saya pekerjaan.
KB1 + KB2
--> Ohno penyiar.
Ketujuh pola kalimat dasar ini dapat diperluas dengan berbagai keterangan dan dapat pula
pola-pola dasar itu digabung-gabungkan sehingga kalimat menjadi luas dan kompleks.
RAGAM TEKS

KARANGAN NARASI
Menurut Keraf (2000:136), ciri karangan narasi yaitu:
1.
Menonjolkan unsur perbuatan atau tindakan.
2.
Dirangkai dalam urutan waktu.
3.
Berusaha menjawab pertanyaan, apa yang terjadi?
4.
Ada konfiks.
Narasi dibangun oleh sebuah alur cerita. Alur ini tidak akan menarik jika tidak ada konfiks.
Selain alur cerita, konfiks dan susunan kronologis, ciri-ciri narasi lebih lengkap lagi
diungkapkan oleh Atar Semi (2003: 31) sebagai berikut:
1.
Berupa cerita tentang peristiwa atau pengaalaman penulis.
2.
Kejadian atau peristiwa yang disampaikan berupa peristiwa yang benar-benar terjadi,
dapat berupa semata-mata imajinasi atau gabungan keduanya.
3.
Berdasarkan konfiks, karena tanpa konfiks biasanya narasi tidak menarik.
4.
Memiliki nilai estetika.
5.
Menekankan susunan secara kronologis.
Ciri yang dikemukakan Keraf memiliki ciri berisi suatu cerita, menekankan susunan
kronologis atau dari waktu ke waktu dan memiliki konfiks. Perbedaannya, Keraf lebih
memilih ciri yang menonjolkan pelaku.
Tujuan menulis karangan narasi secara fundamental yaitu:
a.
Hendak memberikan informasi atau wawasan dan memperluas pengetahuan.
b.
Memberikan pengalaman estetis kepada pembaca.
Langkah-langkah menulis karangan narasi
1)
Tentukan dulu tema dan amanat yang akan disampaikan.
2)
Tetapkan sasaran pembaca kita.
3)
Rancang peristiwa-peristiwa utama yang akan ditampilkan dalam bentuk skema alur.
4)
Bagi peristiwa utama itu ke dalam bagian awal, perkembangan, dan akhir cerita.
5)
Rincian peristiwa-peristiwa utama ke dalam detail-detail peristiwa sebagai pendukung
cerita.
6)
Susun tokoh dan perwatakan, latar, dan sudut pandang.
Jenis-jenis Karangan Narasi
a.
Narasi Ekspositorik (Narasi Teknis)
Narasi Ekspositorik adalah narasi yang memiliki sasaran penyampaian informasi secara tepat
tentang suatu peristiwa dengan tujuan memperluas pengetahuan orang tentang kisah
seseorang. Dalam narasi ekspositorik, penulis menceritakan suatu peristiwa berdasarkan data

yang sebenarnya. Pelaku yang ditonjolkan biasanya satu orang. Pelaku diceritakan mulai dari
kecil sampai saat ini sampai terakhir dalam kehidupannya. Karangan narasi ini diwarnai oleh
eksposisi, maka ketentuan eksposisi juga berlaku pada penulisan narasi ekspositorik.
Ketentuan ini berkaitan dengan penggunaan bahasa yang logis, berdasarkan fakta yang ada,
tidak memasukan unsur sugestif atau bersifat objektif.
b.
Narasi Sugestif
Narasi sugestif adalah narasi yang berusaha untuk memberikan suatu maksud tertentu,
menyampaikan suatu amanat terselubung kepada para pembaca atau pendengar sehingga
tampak seolah-olah melihat.

a.
b.
c.

a.
b.
c.

1)
2)
3)
4)
5)

KARANGAN DESKRIPSI
Karangan ini berisi gambaran mengenai suatu hal/keadaan sehingga pembaca seolah-olah
melihat, mendengar, atau merasakan hal tersebut.
Karangan deskripsi memiliki ciri-ciri seperti:
Menggambarkan atau melukiskan sesuatu.
Penggambaran tersebut dilakukan sejelas-jelasnya dengan melibatkan kesan indera.
Membuat pembaca atau pendengar merasakan sendiri atau mengalami sendiri.
Pola pengembangan paragraf deskripsi:
Paragraf Deskripsi Spasial, paragraf ini menggambarkan objek kusus ruangan, benda atau
tempat.
Paragraf Deskripsi Subjektif, paragraf ini menggambarkan objek seperti tafsiran atau
kesan perasaan penulis.
Paragraf Deskripsi Objektif, paragraf ini menggambarkan objek dengan apa adanya atau
sebenarnya.
Langkah menyusun deskripsi:
Tentukan objek atau tema yang akan dideskripsikan.
Tentukan tujuan.
Mengumpulkan data dengan mengamati objek yang akan dideskripsikan.
Menyusun data tersebut ke dalam urutan yang baik (menyusun kerangka karangan).
Menguraikan kerangka karangan menjadi dekripsi yang sesuai dengan tema yang
ditentukan.

KARANGAN EKSPOSISI
Paragraf eksposisi adalah paragraf yang bertujuan untuk memaparkan, menjelaskan,
menyampaikan informasi, mengajarkan, dan menerangkan sesuatu tanpa disertai ajakan atau
desakan agar pembaca menerima atau mengikutinya.
Ciri-ciri paragraf eksposisi:
a.
Memaparkan definisi (pengertian).
b.
Memaparkan langkah-langkah, metode, atau cara melaksanakan suatu kegiatan.

a.
b.
c.
d.

KARANGAN ARGUMENTASI
Karangan argumentasi adalah jenis paragraf yang mengungkapkan ide, gagasan, atau
pendapat penulis dengan disertai bukti dan fakta (benar-benar terjadi).
Tujuannya adalah agar pembaca yakin bahwa ide, gagasan, atau pendapat tersebut adalah
benar dan terbukti.
Ciri-ciri karangan argumentasi:
Menjelaskan pendapat agar pembaca yakin.
Memerlukan fakta untuk pembuktian berupa gambar/grafik, dan lain-lain.
Menggali sumber ide dari pengamatan, pengalaman, dan penelitian.
Penutup berisi kesimpulan.

a.
b.
c.
d.
e.
f.

FRASA
Frasa atau frase adalah sebuah istilah linguistik. Lebih tepatnya, frase merupakan satuan
linguistik yang lebih besar dari kata dan lebih kecil dari klausa dan kalimat. Frase adalah
kumpulan kata nonpredikatif. Artinya frase tidak memiliki predikat dalam strukturnya. Itu
yang membedakan frase dari klausa dan kalimat. Simak beberapa contoh frase di bawah ini:
ayam hitam saya
ayam hitam
ayam saya
rumah besar itu
rumah besar putih itu
rumah besar di atas puncak gunung itu
Dalam konstruksi frase-frase di atas, tidak ada predikat. Lihat perbedaannya
dibandingkan dengan beberapa klausa di bawah ini:

ayam saya hitam

rumah itu besar

rumah besar itu putih

rumah putih itu besar

rumah besar itu di atas puncak gunung


Dalam konstruksi-konstruksi klausa di atas, hitam, besar, putih, besar, dan di atas puncak
gunung adalah predikat.
Frasa dan kata majemuk. Frase kerap dibedakan dengan kata majemuk. Makna frase tidak
berbeda dengan makna kata yang menjadi kepala/inti frase.
Misalnya:
Meja hitam tetaplah bermakna meja, tetapi ditambahkan pewatas sifat hitam. Meja kayu juga
tetap meja, tetapi ditambahkan makna pewatas kayu.
Di sisi lain, kata majemuk memiliki makna yang sangat jauh berbeda dengan makna kata-kata
yang menjadi unsur-unsurnya, sehingga kata majemuk kerap disebut memiliki makna
idiomatis. (disebut kata kiasan)
Misalnya:
Meja hijau dalam bahasa Indonesia lebih bermakna 'sidang atau pengadilan', bukan sematamata meja yang berwarna hijau. Tangan besi lebih bermakna kepemimpinan yang keras alihalih tangan yang terbuat dari besi.
Beberapa jenis frasa:
a.
Frasa ekosentris
Frasa eksosentris adalah frasa yang tidak mempunyai persamaan distribusi dengan unsurnya.
Frasa ini tidak mempunyai unsur pusat. Jadi, frasa eksosentris adalah frasa yang tidak
mempunyai UP.
Contoh: Sejumlah mahasiswa di teras.
b.
Frasa endosentris

c.

d.

1.
2.
e.
1.
2.
g.
1.
h.
1.
2.
i.
1.
2.

Frasa Endosentris, kedudukan frasa ini dalam fungsi tertentu, dpat digantikan oleh unsurnya.
Unsur frasa yang dapat menggantikan frasa itu dalam fungsi tertentu yang disebut unsur pusat
(UP). Dengan kata lain, frasa endosentris adalah frasa yang memiliki unsur pusat.
Contoh: Sejumlah mahasiswa(S) di teras(P).
Frasa nominal
Nominal adalah lawan dari verbal. jika verbal adalah kalimat yang berpredikat "Kata Kerja"
maka kalimat nominal berpredikat kata benda atau kata sifat. untuk membentuk kalimat
nominal, maka unsur kalimat harus memenuhi Subjek, To Be dan komplemen. misalnya "I
am Tired", I=subjek, am=To Be dan Tired=Adjective (Passive voice verb). ini adalah contoh
kalimat nominal. arti lain dari nominal adalah rangkaian angka yang menunjukkan jumlah
tertentu, kemudian adapula arti nominal sebagai kualifikasi (nominasi).
Frasa verbal
Frasa Verbal, frasa yang UP-nya berupa kata yang termasuk kategori verba. Secara
morfologis, UP frasa verba biasanya ditandai adanya afiks verba. Secara sintaktis, frasa verba
terdapat (dapat diberi) kata sedang untuk verba aktif, dan kata sudah untuk verba keadaan.
Frasa verba tidak dapat diberi kata sangat, dan biasanya menduduki fungsi predikat.
Contoh:
bekerja keras
sedang berlari
Secara morfologis, kata berlari terdapat afiks ber-, dan secara sintaktis dapat diberi kata
sedang yang menunjukkan verba aktif.
Frase numeralia
Frase yang mempunyai distribusi yang sama dengan kata bilangan
contoh :
2 butir telur
10 keping
Frase adverbial
Frase yang mempunyai distribusi yang sama dengan kata keterangan
contoh :
Besok sore
Frase preposisional
Frase yang terdiri dari kata depan sebaga penanda, diikuti oleh kata
contoh :
Di halaman sekolah
Dari desa
Frase ajektival
Frase yang mempunyai distribusi uamh sama dengan kata sifat
contoh :
Bagus sekali
Indah sekali

RELASI MAKNA

Relasi makna adalah hubungan semantik yang terdapat antara satuan bahasa dengan
satuan bahasa lainnya. Satuan bahasa ini dapat berupa kata, frase, kalimat, dan relasi
semantik itu dapat menyatakan kesamaan makna, pertentangan, ketercakupan,
kegandaan atau kelebihan makna.

1.
2.
3.
4.
5.
6.

Sinonim atau sinonimi adalah hubungan semantik yang menyatakan kesamaan makna
dan bersifat dua arah. Misalnya, antara kata betul dengan kata benar; antara kata
hamil dengan frase duduk perut. Ketidaksamaan makna yang bersinonim disebabkan
oleh beberapa faktor, antara lain :
Faktor waktu. Umpamanya kata hulubalang yang bersifat klasik dengan kata komandan
yang tidak cocok untuk koteks klasik.
Faktor tempat atau wilayah. Misalnya kata saya yang bisa digunakan di mana saja,
sedngkan beta hanya cocok digunakan untuk wilayah Indonesia bagian timur.
Faktor keformalan. Misalya kata uang yang dapat digunakan dalam rangka formal dan
tidak formal, sedangkan kata duit hanya cocok untuk ragam tak formal.
Faktor sosial. Umpamanya kata saya yang dapat digunakan oleh siapa saja dan kepada
siapa saja, sedangkan kata aku hanya digunakan terhadap orang yang sebaya, yang dianggap
akrab, atau kepada yang lebih muda atau lebih rendah kedudukan sosialnya.
Faktor bidang kegiatan. Misalnya, kata matahari yang biasa digunakan dalam kegiatan
apa saja, sedangkan kata surya hanya cocok digunakan pada ragam khusus terutama sastra.
Faktor nuansa makna. Misalnya kata-kata melihat, melirik, menonton, meninjau yang
masing-masing memiliki makna yang tidak sama.

1.
2.
3.
4.
5.

Antonim atau antonimi adalah hubungan semantik antara dua ujaran yang menyatakan
kebalikan. Misalnya kata hidup berlawanan dengan kata mati. Dilihat dari sifat
hubungannya, antonim dibagi menjadi:
Antonim yang bersifat mutlak. Umpamanya, kata hidup berantonim secara mutlak dengan
kata mati.
Antonim yang bersifat relatif atau bergradasi. Umpamanya kata besar dan kecil
berantonim secara relatif.
Antonim yang bersifat rasional. Umpamanya kata membeli dan menjual, karena
munculnya yang satu harus disertai dengan yang lain.
Antonim yang bersifat hierarkial. Umpamanya kata tamtama dan bintara berantonim
berantonim secara hierarkial karena kedua satuan ujaran yang berantonim itu berada dalam
satu garis jenjang.
Antonim majemuk adalah satuan ujaran yang memiliki pasangan antonim lebih dari satu.
Umpamanya dengan kata berdiri dapat berantonim dengan kata duduk, tidur, tiarap, jongkok,
dan bersila.

Polisemi adalah kata atau satuan ujaran yang mempunyai makna lebih dari satu.
Umpamanya, kata kepala yang setidaknya mempunyai makna (1) bagian tubuh
manusia, sesuai dalam kalimat kepalanya luka kena pecahan kaca, (2) ketua atau
pimpinan, seperti dalam kalimat kepala kantor itu bukan paman saya.

Homonimi adalah dua buah kata atau satuan ujaran yang bentuknya kebetulan
sama; maknanya tentu saja berbeda, karena masing-masing merupakan kata atau
bentuk ujaran yang berlainan. Umpamanya, antara kata pacar yang bermakna inai
dan kata pacar yang bermakna kekasih.

Homofoni adalah adanya kesamaan bunyi (fon) antara dua satuan ujaran tanpa
memperhatikan ejaan. Contoh yang ada hanyalah kata bank lembaga keuangan
dengan kata bang yang bermakna kakak laki-laki.

Homografi adalah mengacu pada bentuk ujaran yang sama ejaannya tetapi ucapan dan
maknanya tidak sama. Contohnya kata teras yang maknanya inti dan kata teras yang
maknanya bagian serambi rumah.
Perbedaan polisemi dan homonimi adalah kalau polisemi merupakan bentuk ujaran yang
maknanya lebih dari satu, sedangkan homonimi bentuk ujaran yang kebetulan bentuknya
sama, namun maknanya berbeda.

1.

2.

3.

4.

5.

6.

Contoh-contoh lain :
Sinonim :
Faktor waktu
: Nyai nyonya, ajudan anak buah, Batavia Jakarta
Faktor tempat
: Paman pak de, namburu tante
Faktor keformalan
: Saya gue, sejuk adem, berbicara ngomong
Faktor sosial
: Tante bibi, om paman, kakek opa
Faktor bidang kegiatan : Udara oksigen, jamur fungi, yang nan
Faktor nuansa makna : Melihat melirik menonton
Antonim :
Mutlak
: Laki-laki x perempuan, benar x salah
Relatif
: Cantik x jelek, kaya x miskin
Rasional
: Pasang x surut, penawaran x permintaan
Hierarki
: Tua x muda, presiden x wakil presiden, tamtama x bintara
Majemuk
: Raja x ratu x prajurit, berdiri x duduk x jongkok
Polisemi :
Kaki > kaki gunung, kaki manusia, kaki bangku
Homonim :
Bisa > Racun sanggup
Tahu > Makanan mengetahui
Buku > Ruas buku
Homograf :
Merah > Memerah sapi pipinya memerah
Apel > Makan apel pagi ini ada apel
Seri > Gigi seri pertandingan itu seri
Homofon :
Bang bank
Sangsi sanksi
Masa massa

PUISI LAMA

1.
2.
3.
4.
5.

Puisi lama adalah puisi yang terikat oleh aturan-aturan. Aturan- aturan itu antara lain :
Jumlah kata dalam 1 baris
Jumlah baris dalam 1 bait
Persajakan (rima)
Banyak suku kata tiap baris
Irama

1.

Ciri-ciri Puisi Lama :


Merupakan puisi rakyat yang tak dikenal nama pengarangnya

2.
3.

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

1.

2.

3.

4.

5.

6.

Disampaikan lewat mulut ke mulut, jadi merupakan sastra lisan


Sangat terikat oleh aturan-aturan seperti jumlah baris tiap bait, jumlah suku kata maupun
rima
Jenis Puisi Lama. Yang termasuk puisi lama adalah :
Mantra adalah ucapan-ucapan yang dianggap memiliki kekuatan gaib
Pantun adalah puisi yang bercirikan bersajak a-b-a-b, tiap bait 4 baris, tiap baris terdiri
dari 8-12 suku kata, 2 baris awal sebagai sampiran, 2 baris berikutnya sebagai isi. Pembagian
pantun menurut isinya terdiri dari pantun anak, muda-mudi, agama/nasihat, teka-teki, jenaka
Karmina adalah pantun kilat seperti pantun tetapi pendek
Seloka adalah pantun berkait
Gurindam adalah puisi yang berdirikan tiap bait 2 baris, bersajak a-a-a-a, berisi nasihat
Syair adalah puisi yang bersumber dari Arab dengan ciri tiap bait 4 baris, bersajak a-a-a-a,
berisi nasihat atau cerita
Talibun adalah pantun genap yang tiap bait terdiri dari 6, 8, ataupun 10 bari
Ciri-ciri dari jenis puisi lama :
Mantra :
Berirama akhir abc-abc, abcd-abcd, abcde-abcde.
Bersifat lisan, sakti atau magis
Adanya perulangan
Metafora merupakan unsur penting
Bersifat esoferik (bahasa khusus antara pembicara dan lawan bicara) dan misterius
Lebih bebas dibanding puisi rakyat lainnya dalam hal suku kata, baris dan persajakan.
Pantun :
Setiap bait terdiri 4 baris
Baris 1 dan 2 sebagai sampiran
Baris 3 dan 4 merupakan isi
Bersajak a b a b
Setiap baris terdiri dari 8 12 suku kata
Berasal dari Melayu (Indonesia)
Karmina :
Setiap bait merupakan bagian dari keseluruhan.
Bersajak aa-aa, aa-bb
Bersifat epik: mengisahkan seorang pahlawan.
Tidak memiliki sampiran, hanya memiliki isi.
Semua baris diawali huruf capital.
Semua baris diakhiri koma, kecuali baris ke-4 diakhiri tanda titik.
Mengandung dua hal yang bertentangan yaitu rayuan dan perintah.
Seloka :
Ditulis empat baris memakai bentuk pantun atau syair,
Namun ada seloka yang ditulis lebih dari empat baris.
Gurindam :
Baris pertama berisikan semacam soal, masalah atau perjanjian
baris kedua berisikan jawabannya atau akibat dari masalah atau perjanjian pada baris pertama
tadi.
Syair :
Terdiri dari 4 baris
Berirama aaaa


7.

Keempat baris tersebut mengandung arti atau maksud penyair


Talibun :
Jumlah barisnya lebih dari empat baris, tetapi harus genap misalnya 6, 8, 10 dan seterusnya.
Jika satu bait berisi enam baris, susunannya tiga sampiran dan tiga isi.
Jika satu bait berisi delapan baris, susunannya empat sampiran dan empat isi.
Apabila enam baris sajaknya a b c a b c.
Bila terdiri dari delapan baris, sajaknya a b c d a b c d

Contoh dari Jenis-jenis Puisi Lama :


1.
Mantra :
Assalammualaikum putri satulung besar
Yang beralun berilir simayang
Mari kecil, kemari
Aku menyanggul rambutmu
Aku membawa sadap gading
Akan membasuh mukamu
2.
Pantun :
Kalau ada jarum patah
Jangan dimasukkan ke dalam peti

3.

4.

5.

6.

7.

Kalau ada kataku yang salah


Jangan dimasukan ke dalam hati
Karmina :
Dahulu parang, sekarang besi (a)
Dahulu sayang sekarang benci (a)
Seloka :
Lurus jalan ke Payakumbuh,
Kayu jati bertimbal jalan
Di mana hati tak kan rusuh,
Ibu mati bapak berjalan
Gurindam :
Kurang pikir kurang siasat (a)
Tentu dirimu akan tersesat (a)
Barang siapa tinggalkan sembahyang ( b )
Bagai rumah tiada bertiang ( b )
Jika suami tiada berhati lurus ( c )
Istri pun kelak menjadi kurus ( c )
Syair :
Pada zaman dahulu kala (a)
Tersebutlah sebuah cerita (a)
Sebuah negeri yang aman sentosa (a)
Dipimpin sang raja nan bijaksana (a)
Talibun :
Kalau anak pergi ke pekan
Yu beli belanak pun beli sampiran
Ikan panjang beli dahulu
Kalau anak pergi berjalan
Ibu cari sanak pun cari isi
Induk semang cari dahulu

Anda mungkin juga menyukai