PENDAHULUAN
juga menurun semangatnya dan tidak adanya contoh yang harus dijadikan acuan
dalam pencapaian prestasi kerja yang baik. Semua itu merupakan sebab
menurunya kinerja pegawai dalam bekerja. Faktor-faktor yang dapat digunakan
untuk meningkatkan kinerja diantaranya adalah gaya kepemimpinan, motivasi dan
disiplin kerja.
Adanya permasalahan tersebut tentunya akan mempengaruhi kemajuan
suatu rumah sakit. Berdasarkan uraian diatas penulis melakukan penelitian
mengenai pengaruh gaya kepemimpinan dan sistem imbalan terhadap kinerja
pegawai di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Bekasi.
1.3 Tujuan
Tujuan dilakukan penelitian ini adalah untuk mengetahui:
1. Gaya kepemimpinan Direktur RSUD Kota Bekasi
2. Kinerja pegawai di RSUD Kota Bekasi
3. Pengaruh gaya kepemimpinan terhadap kinerja pegawai di RSUD Kota
4.
Bekasi
Pengaruh sitem imbalan terhadap kinerja pegawai di RSUD Kota Bekasi
1.4 Manfaat
Dengan diadakan penelitian ini penulis dapat memberikan manfaat kepada
diri sendiri, rumah sakit dan masyarakat.
1. Penulis, dengan melakukan penelitian tersebut penulis dapat memahami
masalah kepemimpinan sebagai salah satu unsur utama yang menentukan
suksesnya manajemen suatu rumah sakit sehingga dapat menambah wawasan,
2.
3.
sakit.
Masyarakat, terutama dilingkungan perguruan tinggi penelitian ini diharapkan
bisa memberikan manfaat dan sumbangan pemikiran serta sebagai landasan
untuk melanjutkan penelitian selanjutnya.
tingkah
laku
dari
seorang
pemimpin
yang
menyangkut
Teori Genetis (Keturunan), Inti dari teori ini menyatakan bahwa leader are
born and not made (pemimpin itu dilahirkan sebagai bakat dan bukannya dibuat).
Para penganut aliran teori ini berpendapat bahwa seorang pemimpin akan menjadi
pemimpin karena ia telah dilahirkan dengan bakat kepemimpinannya. Dalam
Teori Sosial, Jika teori pertama di atas adalah teori yang ekstrim pada satu
sisi, maka teori inipun merupakan ekstrim pada sisi lainnya. Inti aliran teori sosial
ini ialah bahwa leader are made and not born (pemimpin itu dibuat atau dididik
dan bukannya kodrati). Jadi teori ini merupakan kebalikan inti teori genetika. Para
penganut teori ini mengetengahkan pendapat yang mengatakan bahwa setiap
orang bisa menjadi pemimpin apabila diberikan pendidikan dan pengalaman yang
cukup.
3.
Teori Ekologis, Teori yang disebut teori ekologis ini pada intinya berarti
bahwa seseorang hanya akan berhasil menjadi pemimpin yang baik apabila ia
telah memiliki bakat kepemimpinan. Bakat tersebut kemudian dikembangkan
melalui pendidikan yang teratur dan pengalaman yang memungkinkan untuk
dikembangkan lebih lanjut. Teori ini menggabungkan segi-segi positif dari kedua
teori terdahulu sehingga dapat dikatakan merupakan teori yang paling mendekati
kebenaran. Selain teori-teori dan pendapat-pendapat yang menyatakan tentang
timbulnya gaya kepemimpinan tersebut, Hersey dan Blanchard (1992)
mengemukakan
bahwa
gaya
kepemimpinan
pada
dasarnya
merupakan
perwujudan dari tiga komponen, yaitu pemimpin itu sendiri, bawahan, serta
situasi di mana proses kepemimpinan tersebut diwujudkan. Bertolak dari
pemikiran tersebut, Hersey dan Blanchard (1992) mengajukan proposisi bahwa
gaya kepemimpinan (k) merupakan suatu fungsi dari pemimpin (p), bawahan (b)
dan situasi tertentu (s), yang dapat dinotasikan sebagai : k = f (p, b, s). Menurut
Hersey dan Blanchard, pemimpin (p) adalah seseorang yang dapat mempengaruhi
orang lain atau kelompok untuk melakukan unjuk kerja maksimum yang telah
ditetapkan sesuai dengan tujuan organisasi. Organisasi akan berjalan dengan baik
jika pemimpin mempunyai kecakapan dalam bidangnya, dan setiap pemimpin
mempunyai keterampilan yang berbeda, seperti keterampilan teknis, manusiawi
dan konseptual. Sedangkan bawahan adalah seorang atau sekelompok orang yang
merupakan anggota dari suatu perkumpulan atau pengikut yang setiap saat siap
melaksanakan perintah atau tugas yang telah disepakati bersama guna mencapai
tujuan.
Dengan
demikian,
ketiga
unsur
yang
mempengaruhi
gaya
10
11
12
13
14
dihasilkan individu, kelompok, atau organisasi dan dapat diukur. Pendapat yang
sama juga dikemukakan oleh Wells dan Spinks (1996: 30) bahwa kinerja
menunjukkan hasil- hasil perilaku yang bernilai dengan kriteria atau standar mutu.
Mathis dan Jackson (2006:378), mendefinisikan bahwa kinerja pada
dasarnya adalah apa yang dilakukan dan tidak dilakukan karyawan. Kinerja
karyawan adalah yang mempengaruhi seberapa banyak mereka memberikan
kontribusi kepada organisasi yang antara lain termasuk (1) kuantitas keluaran, (2)
kualitas keluaran, (3) jangka waktu keluaran, (4) kehadiran di tempat kerja, (5)
Sikap kooperatif.
Berdasarkan beberapa teori di atas dapat disimpulkan bahwa kinerja
merupakan hasil kerja yang dapat dicapai pegawai dalam suatu organisasi, sesuai
dengan wewenang dan tanggung jawab yang diberikan organisasi dalam upaya
mencapai visi, misi, dan tujuan organisasi bersangkutan secara legal, tidak
melanggar hukum dan sesuai dengan moral maupun etika.
1.5.2 Faktor yang Berpengaruh terhadap Kinerja Karyawan
Menurut Robbins (1996) dalam Rivai dan Basri (2005), kinerja ditentukan
oleh faktor-faktor kemampuan, motivasi, dan kesempatan. Dalam Ilyas (2002)
terdapat beberapa penelitian yang menyebutkan bahwa faktor- faktor yang
mempengaruhi kinerja di antaranya karakteristik pribadi (umur, jenis kelamin,
pengalaman, orientasi medico soal, dan gaya komunikasi), motivasi, pendapatan
dan gaji, keluarga, organisasi, supervisi, dan pengembangan karir.
Ditilik dari aspek jenis kelamin, Wilkin dkk. (1986) dalam Ilyas (2002)
menemukan perbedaan atas kinerja dokter wanita dan pria. Di sini disebutkan
bahwa dokter wanita kurang melakukan konsultasi, menghabiskan waktu lebih
15
sedikit dalam praktik dan kontak langsung dengan pasien. Teori tentang usia
menurut Siagian dalam Kanestren (2009) menyatakan bahwa semakin
meningkatnya usia seseorang, maka kedewasaan teknis dan psikologinya semakin
meningkat dan orang tersebut akan mampu mengambil keputusan, semakin
bijaksana, semakin mampu berpikir secara rasional, mengendalikan emosi dan
toleran terhadap orang lain. Namun menurut Gibson (1996) dalam Kanestren
(2009) menyatakan hal yang berbeda, menurutnya seiring bertambahnya umur
seseorang maka kinerja akan menurun.
yang
turut mempengaruhi
16
trampil
berkomunikasi,
inisiatif,
serta
kemampuan
dalam
pada
setiap
perusahaan
memahami
tugas,
fungsi
serta
17
18
19
mengenai
gaya
kepemimpinan
20
21
Bapak H. Nadom Miadi. Kepemimpinan rumah sakit pada tahun 1973 dipimpin
oleh seorang dokter dibantu oleh beberapa tenaga medis dan non medis. Sejak saat
itu organisasi dan tata laksana RSUD ditetapkan. Selanjutnya dalam
perkembangannya rumah sakit ini ditetapkan sebagai rumah sakit tipe C,
berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
051/Menkes/SK/II/1979 tentang Pengelolaan Rumah Sakit Umum pemerintah.
Selanjutnya, pada 1 April 1999 RSU diserahkan oleh Pemerintah Daerah
Kabupaten Bekasi kepada Pemerintah Daerah Kotamadya Daerah Tingkat II
Bekasi.
Pada tanggal 30 November 2000 dibuat lah Peraturan Daerah Kota Bekasi
Nomor 12 Tahun 2000 tentang Pembentukan Rumah Sakit Umum Daerah
Pemerintah Kota Bekasi sekaligus dengan peningkatan status menjadi RSUD
Kelas B Non Pendidikan Pemerintah Kota Bekasi oleh Walikota Bekasi.
Selanjutnya pada tahun 2001, dikeluarkannya Peraturan Daerah Nomor 20 Tahun
2001 tentang Penetapan RSUD Kota Bekasi menjadi Unit Swadana dan untuk
melengkapi dasar hukum dalam operasional Rumah Sakit ditetapkanlah Peraturan
Daerah Nomor 21 Tahun 2001 tentang Retribusi Pelayanan Kesehatan RSUD
Kota Bekasi. Dan terakhir pada tahun 2009 Walikota Bekasi mengeluarkan
peraturan Nomor 060/Kep.251- Org/VII/2009 tentang RSUD Kota Bekasi
menjadi
Tahun
1939-1942
1942-1946
1946-1956
1956-1970
1970-1971
Nama Pemimpin
dr Keresidenan
Djasam
Djasam
S. Widjaya
dr. Chasbullah A.M.
Status
Balai Kesehatan
Poliklinik Bekasi
RS Pembantu
RSUD Kab. Bekasi
RSUD Kab Bekasi
22
6
7
8
1971-1976
1976-1983
1983-1986
1986-1997
RSUD Kelas C
10
1997-1999
11
1999-2000
12
2000-2002
13
2002-2004
14
2004-2007
15
2007-2008
16
17
2008-2009
2009-2011
18
2011-sekarang
RSUD Kelas C
RSUD Kelas B Non
Pendidikan
RSUD Unit Swadana
Kedudukan
Rumah Sakit Umum Daerah Kota Bekasi merupakan unsur perangkat
23
daerah sebagai pelaksana teknis daerah yang berada di bawah dan bertanggung
jawab kepada Walikota melalui Sekretaris Daerah.
b.
Tugas Pokok
Rumah Sakit Umum Daerah Kota Bekasi mempunyai tugas pokok membantu
Walikota melaksanakan sebagian kewenangan Pemerintah di bidang kesehatan
khususnya pada pelayanan umum rumah sakit yang meliputi progam kegiatam
penyembuhan, pengobatan, pemulihan, dan pencegahan penyakit.
c.
Fungsi
1.8
Metodologi Penelitian
Metode penelitian ini merupakan suatu studi yang bersifat kuantitatif dan
menggunakan
desain
crosssectional untuk
melihat
faktor-faktor
yang
berhubungan dengan kinerja pegawai non PNS di RSUD Kota Bekasi. Menurut
Notoatmodjo (2010), studi crosssectional adalah suatu penelitian untuk
mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor risiko dengan efek, dengan
24
cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat
(point time approach). Variabel independen dan variabel dependen dalam
penelitian ini diukur atau dikumpulkan secara simultan (dalam waktu yang
bersamaan).
1.9
Operasionalisasi Variabel
Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat-sifat atau nilai dari
seseorang, obyek, atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan
oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya ( Sugiono, 2004 ). Dalam
penelitian ini, variabel yang digunakan adalah gaya kepemimpinan (X1) dan
sistem imbalan (X2) sebagai variabel intervening, sedangkan kinerja (Y1) sebagai
variabel dependen.
1.10 Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data menggunakan metode survey melalui pembagian
kuesioner kepada responden. Syamsul Hadi (2006) menyatakan bahwa kuisioner
adalah set pertanyaan yang sudah disiapkan dan ditulis sebelumnya oleh peneliti,
untuk dimintakan jawabannya pada responden, kuisioner tidak selalu berupa
pertanyaan, namun juga dapat berupa pernyataan. Proses penyebaran dan
pengumpulan kuesioner dilakukan secara langsung di tempat yang menjadi obyek
penelitian. Alasan menggunakan metode survei dengan menyebarkan kuesioner
secara langsung kepada responden adalah agar peneliti dapat menghemat waktu,
tenaga, dan biaya. Penggunaan metode tersebut juga diharapkan dapat
mengungkap persepsi responden yang sebenarnya.
a.
Kuesioner
25
Wawancara/Interview Langsung
Wawancara merupakan alat re-cheking atau pembuktian terhadap informasi,
data atau keterangan yang belum didapat atau sudah diperoleh sebelumnya. Proses
wawancara diawali dengan pengantar yaitu secara terbuka dan jujur peneliti
memperkenalkan diri dan menjelaskan tujuan dari wawancara. Peneliti lebih
menekankan pada obyektivitas dan kejujuran yang diwujudkan dengan
menjelaskan tujuan penelitian kepada informan. Persiapan yang harus peneliti
lakukan
sebelum
menemui
informan
adalah
menyediakan
kelengkapan
c.
Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variasi
26
yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat,
agenda dan sebagainya. Metode ini digunakan untuk melengkapi data yang
berhubungan dengan gambaran umum perusahaan/ obyek yang diteliti. Metode
dokumentasi adalah metode pengumpulan data yang diperlukan dengan cara
mempelajari atau mengutip arsip-arsip dan catatan- catatan yang ada pada obyek
yang diteliti.
1.11 Populasi dan Sampel
Populasi penelitian adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang
diteliti tersebut (Notoatmodjo, 2010). Populasi penelitian pada penelitian ini
adalah pegawai RSUD Kota Bekasi yang memiliki status kepegawaian non PNS.
Jumlah populasi penelitian ini adalah 210 orang yang meliputi seluruh
bagian/instalasi di RSUD Kota Bekasi. Kriteria inklusi populasi penelitian adalah
pegawai RSUD Kota Bekasi dengan status kepegawaian non PNS yang berada di
RSUD Kota Bekasi pada saat penelitian dilakukan, sedangkan kriteria eksklusi
dalam populasi penelitian adalah pegawai non PNS yang berprofesi sebagai
dokter (dikarenakan keberadaan mereka di RSUD Kota Bekasi yang bersifat
mobile, tidak selalu berada di tempat dalam waktu lama disebabkan kemungkinan
praktik yang berpindah-pindah) dan pegawai non PNS yang berstatus sebagai
pegawai TKK.
Sampel penelitian adalah objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh
populasi ini (Notoatmodjo, 2010). Teknik pengambilan sampel dalam penelitian
ini menggunakan teknik stratifiedrandomsampling karena populasi terdiri dari
unit yang mempunyai karakteristik berbeda-beda atau heterogen. Besar sampel
27
Keterangan:
n
28
Jenis Kegiatan
2015
9 10 11 12
2016
5 6 7
10
Menentukan
masalah
Studi pendahuluan
Penyusunan
proposal
Seminar proposal
Revisi proposal
Uji coba kuesioner
Pengumpulan data
Penyusunan tesis
Sidang tesis
29
tujuan
penelitian,
manfaat
penelitian,
kerangka
BAB III
BAB IV
BAB V
30
DAFTAR PUSTAKA
1. Veithzal Rivai, 2004, Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi, Edisi Kedua
PT Rajagrafindo Persada, Jakarta.
2. Rusdi Ramli dan Adi Warsidi, 2001. Asas-asas Manajemen, Pusat
penerbitan Universitas Terbuka, Jakarta
3. Sedarmayanti, 2001. Dasar-dasar Pengetahuan Tentang Manajemen
Perkantoran. Mandar Maju, Bandung.
4. Suranta, Sri. 2002. Dampak Motivasi Karyawan Pada Hubungan Antara
Gaya Kepemimpinan Dengan Kinerja Karyawan Perusahaan Bisnis.
Empirika.Vol 15. No 2. Hal: 116-138.
5. Guritno, Bambang dan Waridin. 2005. Pengaruh Persepsi Karyawan
Mengenai Perilaku Kepemimpinan, Kepuasan Kerja Dan Motivasi
Terhadap Kinerja.JRBI.Vol1.No1.Hal:63-74.
6. Tampubolon, Biatna. D. 2007. Analisis Faktor Gaya Kepemimpinan Dan
Faktor Etos Kerja Terhadap Kinerja Pegawai Pada Organisasi Yang Telah
Menerapkan SNI 19-9001-2001. Jurnal Standardisasi. No 9. Hal: 106- 115.
7. Arrizal, 2001. Pemimpin Gaya Kepemimpinan Transaksional Mencapai
Sukses Melalui Manajemen Sumber Daya Manusia. JurnalKajianBisnis.
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Widya Wiwaha. No. 22 Januari-April.
8. Bavendam, J. (2000). ManagingJobSatisfaction. SpecialReport,Vol 6,
Bavendam
Research
Incorporated,
Mercer
Island.http://www.
bavendam.com/
9. Flippo, Edwin B. Masud Moh (alih bahasa),1990.ManajemenPersonalia.
Edisi Keenam. Jilid Kedua.Jakarta : Erlangga
10. Ghozali, Imam (2005). Aplikasi Analisis Multivatiate dengan Program
SPSS. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
31
11. Gibson, J.L., Ivancevich, J.M., dan Donnelly, J.Jr. (1984). Organisasidan
Manajemen: Perilaku, Sruktur, dan Proses. Edisi Keempat. Jakarta:
Penerbit Erlangga.
12. Handoko, T.H. (1992), ManajemenPersonaliadanSumberDayaManusia.
Yogyakarta, BPFE
13. Heidrajrahcman dan Husnan Suad (2000) Manajemen Personalia,
Yogyakarta, BPFE
14. Kaihatu, T.S., Rini, W.Astjarjo (2007), Kepemimpinan Transformasional
dan Pengaruhnya Terhadap Kepuasan atas Kualitas Kehidupan Kerja,
Komitmen Organisasi, dan Perilaku Ekstra Peran: Studi pada Guru-Guru
SMU di Kota Surabaya, JurnalManajemendanKewirausahan, vol.98,
no.1, Maret: 49-61 Kreitner dan Kinichi (1998), OrganizationBehavior.
Irwin. McGraw-Hill, Boston.
15. Lok, Peter dan Crawford, John. (2004), The Effect of Organizational
Culture and Leadership Style on Job Satisfaction and Organizational
Commitment. TheJournalofManagementDevelopment(23) : 321-337
16. Luthans, F. (1996), Organization Behavior. New York: McGraw Hill
International Mangkunegara, A.A. Anwar Prabu (2000), Manajemen
SumberDayaManusia. Jakarta; Rineka Cipta
17. Mas'ud, Fuad (2002), 40 Mitos Manajemen Sumber Daya Manusia.
Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
18. Mas'ud, Fuad (2004), Survai Diagnosis Organisasional (Konsep dan
Aplikasi).Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
19. McNeese-Smith, Donna, (1996), Increasing Employee Productivity, Job
Satisfaction, and Organizational Commitment, Hospital and Health
ServiceAdministration,Vol.4 (2): 160-175.
20. Muchiri, M. Kibaara (2002), "The Efeects of Leadership Style on
Organizational Citixenhip Behavior and Commitment", Gadjah Mada
InternationalJournalofBusniess, May Vol.4. No.22.pp. 265-293
21. Nafisah, Durrotun (2005), Analisis Pengaruh Gaya Kepemimpinan
Terhadap Kepuasan Kerja, Komitmen Organisasi dan Kinerja Karyawan,
Skripsi Managemen, Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro 2005.
22. Rivai, Harif, A. 2001. Pengaruh Kepuasan Gaji, Kepuasan Kerja, dan
Komitmen Organisasional Terhadap Intensi Keluar. Tesis, Universitas
Gajah Mada Yogyakarta.
32
33