Kasus 1
Presenter
: dr. Haryadi Dwi Putra
Narasumber : dr. Bambang Sutopo, SpPD, KGEH
Diagnostik
Manajemen
Masalah
Neonatus Bayi
Anak
Remaja
Dewasa
Deskripsi:
Tinjauan pustaka
Istimewa
Lansia
Bumil
Data pasien:
Nama: Tn. A
Nama RS: RS TK.IV Dr. Bratanata
Usia: 37 tahun
Data utama untuk bahan diskusi:
1. Diagnosis/ Gambaran Klinis:
No registrasi: 25 10 69
Terdaftar sejak: 9 April 2016
Pasien Tn. A 37 tahun datang ke IGD RS TK IV Dr. Bratanata dengan penurunan kesadaran
sejak 2 hari yang lalu. Dari alloanamnesis dengan keluarga pasien, pasien mempunyai riwayat
Kanker hati yang rutin berobat. Keluhan berawal dari tahun 2007 pasien didiagnosis hepatitis
B. Sejak saat saat itu, keluhan mata dan badan kuning,BAK berwarna seperti teh pekat, dan
dalam 1 tahun terakhir perut dirasa makin besar. Keluhan lain yang dirasa oleh pasien seperti
demam hilang timbul, mual, muntah, nafsu makan menurun, dan adanya penurunan berat
badan. Dan atas keluhannya tersebut, pasien sering berobat ke rumah sakit.
2. Riwayat Pengobatan:
(-)
3. Riwayat kesehatan/ Penyakit:
-
Riwayat DM disangkal
Subyektif
Pasien Tn. A 37 tahun datang ke IGD RS TK IV Dr. Bratanata dengan penurunan
kesadaran sejak 2 hari yang lalu. Dari alloanamnesis dengan keluarga pasien, pasien mempunyai
riwayat Kanker hati yang rutin berobat.
Keluhan berawal dari tahun 2007 pasien didiagnosis hepatitis B. Sejak saat saat itu,
keluhan mata dan badan kuning, BAK berwarna seperti teh pekat, dan dalam 1 tahun terakhir
perut dirasa makin besar. Keluhan lain yang dirasa oleh pasien seperti demam hilang timbul,
mual, muntah, nafsu makan menurun, dan adanya penurunan berat badan. Dan atas keluhannya
tersebut, pasien sering berobat ke rumah sakit.
Obyektif
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum
Kesadaran
: somnolen
GCS : E2 M5 V3 : 10
Tanda vital
TD
: 110/70 mmhg
Nadi
: 120 x/menit
RR
: 16 x/menit
Suhu : 38.80C
Berat badan
: 48 kg
Kepala
: normocephal
Mata
: conjungtiva anemis (+/+), sklera ikterik (+/+), pupil isokor, palpebra edema (-)
Bibir
: sianosis (-)
Leher
: tidak teraba pembesaran tiroid, tidak teraba pembesaran KGB, retraksi supra sternal
(-), peningkatan vena jugularis (-).
Thoraks
Paru
a) Inspeksi
: gerakan dinding dada simetris, sikatrik (-), retraksi sela iga (-)
b) Perkusi
c) Auskultasi
Jantung
a) Inspeksi
b) Palpasi
c) Auskultasi
Abdomen : Cembung, Bising usus (+), teraba hepar 3 jari dibawah arcus costae, nyeri tekan
tidak dapat dinilai.
Ektremitas : Ikterik, Akral hangat, oedem tungkai (-/-), Sianosis -/PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan darah rutin (9 April 2016)
Pemeriksaan
Hematologi
Hemoglobin
Hematokrit
Leukosit
Trombosit
Eritrosit
MCV/MCH/MCHC
MCV
MCH
MCHC
RDW-CV
Golongan darah
Mixed (Eo/Mo/Ba)
Limfosit
Neutrofil
GDS
Hasil
Nilai rujukan
Satuan
10.0
30.20
15.3
340
3.3
11-16
40-45
4-11
150-450
4.5-6
g/dl
%
Ribu/ul
Ribu/ul
Juta/ul
92.9
30.5
33
20.9
O (rhesus +)
15.6 %
22.2
62.2
94 mg/dl
80-100
26.0-34.0
32.0-36.0
11-16
Fl
Pg
g/dl
%
0-10
20-40
40-70
Mm/jam
%
%
Nilai rujukan
70 105
Satuan
mg/dl
Hasil
106
Kolesterol
Trigliserida
Asam Urat
BUN
Serum Creatinin
AST
ALT
ALP
Total Protein
Albumin
Bilirubin Direk
Bilirubin Indirek
Bilirubin Total
CA
Globulin
Ureum
131
325
7
1.4
602
106
6.6
3.3
10.46
9.14
19.60
8.0
3.3
72.9
200 240
0 200
2.6-7.2
15-40
0.50-1.10
15-37
8-35
60-170
6.5-8.1
3.5-5.4
0.10-0.40
0.2 0.7
0.2 1.2
8.5 - 10.5
2.7 - 7.2
10.0 - 50.0
Kadar Elektrolit :
Dalam batas normal
Pemeriksaan Imunologi (23 Maret 2016)
-
mg/dl
mg/dl
mg/dl
mg/dl
mg/dl
IU/L
IU/L
IU/L
g/dl
g/dl
mg/dl
mg/dl
mg/dl
mg/dl
g/dl
mg/dl
Kesan :
Hepatocelullar
intraabdomen
Hepatomegali dengan
Carcinoma. Asites
retroperitonium dan intrapelvis.
Assessment
DEFINISI
Koma hepatikum dapat timbul akibat gagal hati yang fluminan (fluminant hepatic
failure), misalnya pada infeksi hepatitis virus, hepatitis toksik karena obat-obatan dan
perlemakan hati akut pada kehamilan. Pada penyakit hati menahun (sirosis hepatis) kerusakan
sel-sel bukan merupakan faktor satu-satunya, tetapi timbulnya sirkulasi kolateral baik intra
maupun ekstra hepatic (portal-systemic encephalopathy), dan berbagai faktor pencetus
merupakan pula faktor-faktor yang penting untuk terjadinya koma hepatic (koma eksogen).2
PATOGENESIS1,2
Koma hepatic adalah suatu sindrom neuropsikiatrik yang ditandai dengan adanya
perubahan kesadaran, penurunan intelektual dan kelainan neurologis yang menyertai kelainankelainan parenkim hati. Walaupun patogenesis koma hepatikum belum diketahui secara
menyeluruh namun berdasarkan hasil-hasil penelitian pada binatang percobaan maupun pada
pasien-pasien sendiri, diajukan beberapa konsep patogenesis sebagai berikut:
1. Koma hepatikum merupakan gangguan proses metabolic dan neurofisiologik, sering
tanpa disertai lesi structural otak, sehingga berpotensi untuk menjadi normal kembali
dengan sempurna, tanpa ditemukan gejala-gejala sisa neurologic atau kelainan structural.
Pada koma hepatikum tidak diketahui secara pasti daerah mana di otak yang terpengaruh.
Diduga sistema aktivasi reticular pada batang otak (yang memelihara fungsi normal
kesadaran dan perubahan korteks) merupakan daerah yang terkena.
2. Koma hepatikum merupakan kelaianan yang dipengaruhi oleh berbagai faktor. Dapat
disebabkan oleh interaksi secara sinergis beberapa faktor pada otak seperti kelebihan
ammonia ; asam lemak berantai pendek maupun panjang, merkapten, gangguan
keseimbangan asam amino dan neurotransmitter atau mungkin oleh karena kekurangan
faktor-faktor vital yang melindungi otak. Pada koma portosistemik bermacam-macam zat
perusak dan gangguan fisiologik seperti azotemia, infeksi dan alkalosis hipokalemik
dapat berkerja sama dengan toksin-toksin yang diduga sebagai pencetus koma hepatikum.
Disamping itu pada koma portosistemik sensitivitas otak dapat meningkat terhadap
berbagai bahan toksin antara lain seperti infeksi dan obat-obat sedatif, karena
metabolisme obat menurun akibat kerusakan sel-sel hati, terjadi penimbunan obat dan
selanjutnya dapat meningkatkan influx obat kedalam otak dengan plasma protein, serta
peningkatan sensitivitas reseptor otak terhadap obat yang secara keselurhan
menyebabkan kepekaan timbulnya koma hepatikum.
3. Walaupun kelainan dasar molecular yang tepat pada koma hepatikum belum diketahui
dengan pasti, namun mekanisme-mekanisme yang diduga mendasari terjadinya koma
hepatikum adalah perubahan energi metabolisme otak, gangguan/kekacauan fungsi
membran-membran neuron, perubahan transmisi sinaptik sebagai akibat gangguan
keseimbangan neurotransmitter otak atau kombinasi beberapa mekanisme tersebut diatas.
Ketidakseimbangan antara asam amino neurotransmitter yang merangsang dan
menghambat fungsi otak merupakan faktor yang berperan dan kelihatannya merupakan
pejelasan yang terbaik saat ini yang dapat menerangkan mekanisme terjadinya koma
hepatikum. Ketidakseimbangan ini terdiri dari menurunnya neurotransmitter
yang
mempunyai efek merangsang seperti glutamate, aspartat dan dopamine sebagai akibat
menigkatnya ammonia dan peningkatan kerja gamma aminobutirat (GABA) yang
mempunyai efek menghambat transmisi impuls. Efek GABA yang meningkat bukan oleh
karena influknya kedalam otak yang meningkat namun oleh karena perubahan reseptor
GABA di otak yang disebabkan oleh suatu substansi mirip Benzodiazepine. Reseptor ini
Sensitivitas yang berlebihan pada perubahan fisiologis pasien sirosis hepatis, misalnya
stupor dapat tercetus oleh adanya infeksi atau pemberian obat sedatif sedangkan pada
pasien tanpa penyakit hati hal ini tidak terjadi.
Toksin serebral tertimbun secara perlahan dan bila disertai faktor pencetus dapat terjadi
koma hepatikum.
Akibat kerusakan sel-sel parenkim hati bahan-bahan pelindung yang dibuat dihati dan
dilepas secara normal seperti albumin dan glukosa akan menurun atau berkurang. Pada
koma hepatic fluminan, karena proses begitu fluminan maka faktor utama yang berperan
adalah influx bahan toksis secara tiba-tiba kedalam otak, menghilangnya bahan
pelindung, perubahan sawar darah otak dan edema serebri.
Toksin
1. Ammonia
2. Merkaptan
Mekanisme kerja
Berpengaruh langsung terhadap fungsi
membrane sel neuron, menurunkan spike
potensial dan mengubah permeabilitas
membrane untuk air dan elektrolit.
Perubahan
rasio
NADH/NAD
sitoplasma/mitokondria dan reaksiulang alik
malat-aspartat.
Menurunkan kadar neuro transmitter yang
merangsang (glutamate-aspartat)
Mengganggu metabolisme energy otak dengan
mengikat ATP dan meningkatkan laju produksi
asam laktat.
Mengacaukan
kegiatan
membrane
sel-sel
kegiatan
3. Asam-asam lemak
Pengaruh-pengaruh
langsung
terhadap
membrane neuron dengan menggangu influx
ion-ion dan penyebaran impuls.
5. Substansi-substansi lain
GEJALA KLINIS
Koma hepatikum merupakan suatu sindrom neuropsikiatrik yang dapat ditemukan pada
pasien dengan kegagalan fungsi hati yang akut maupun yang kronik. Gambaran klinis umum
semua bentuk koma hepatikum adalah ditemukannya perubahan-perubahan atau kelaianan
mental, kelainan neurologis , adanya penyakit parenkim hati dan beberapa kelainan laboratorium
yang khas tetapi tidak spesifik.2
Pada penyakit hati kronik dengan koma portosistemik perjalanannya tidak progresif
sehingga gejala-gejala neuropsikiatrik timbul dengan perlahan dan biasanya dicetuskan oleh
berbagai macam faktor pencetus.2
Gambaran gannguan mental umumnya sama pada semua bentuk koma hepatikum, hanya
tergantung dari berat ringannya koma. Gangguan mental mungkin hanya berupa perubahan
dalam pengambilan keputusan, atau proses berfikir lainnya, perubahan kepribadian dan
kelakukan yang tidak spesifik.
Kemampuan motorik (misalnya menyetir) secara khusus mungkin terganggu dan dapat
dideteksi dengan uji psikomotor. Penilaian keadaan intelektual dapat dikerjakan
dengan
menyuruh pasien membuat gambar seperti bintang sudut lima (secara grafis) atau
menghubungkan beberapa angka secara berurutan selama jangka waktu tertentu. Pada koma
portositemik yang lebih berat terjadi perubahan cara tidur yang progresif. Pasien mengantuk,
apatis dan selanjutnya akan terjadi koma yang dalam.1,2,5
Fetor hepatic (bau nafas seperti bau buah-buahan atau bau hati yang busuk) dapat
ditemukan pada 50% pasien koma portosistemik. Bau ini mungkin disebabkan oleh merkaptan
atau derivatnya berupa mataniol dan etaniol yaitu produk metionin yang dipecahkan oleh bakteri
dalam usus dan tidak dapat dimetabolisme oleh hati yang rusak atau lewat pintasan
portosistemik, sehingga banyak dilepaskan dalam nafas.2
Tanda neurologis yang paling khas pada koma portosistemik adalah flapping tremor yaitu
suatu gerakan yang tidak disengaja oleh perubahan aktivitas neuromuskuler yang disebut
asteriksis. Gerakan ini dapat dilihat dengan jelas dengan mengulurkan lengan, pergelangan
tangan hiperekstensi dan jari-jari tangan dipisahkan satu dengan yang lain akan terjadi gerakan
fleksi ekstensi jari tangan. Asteriksis biasanya terjadi bilateral tetapi tidak singkron dan biasanya
didahului dengan tremor lateral jari-jari tangan.
Tanda-tanda neurologis lain pada koma hepatikum klasik juga disebabkan oleh gangguan
metabolic, bukan gangguan struktural otak. Perubahan hanya bersifat sementara dan berpotensi
kembali normal. Pada tingkat awal koma, pasien dapat memperlihatkan tanda-tanda hiperefleksi,
respon plantar ekstensor yang bervariasi, kekakuan, dan pada koma yang berlangsung lebih lama
lagi biasanya reflek tendon yang dalam tertekan atau menghilang.2
Tabel tingkat derajat koma hepatik
Tingkat
Prodromal
Koma yang
mengancam
Gejala
Tanda-tanda
EEG
Afektif hilang, euphoria, Asteriksis,
kesulitan
()
depresi, apatis, kelakuan bicara, kesulitan menulis.
yang
tidak
wajar,
perubahan
kebiasaan
tidur
(++)
Pasien
kebingungan,
Asteriksis, fetor hepatic.
disorientasi, mengantuk.
Asteriksis, fetor hepatic,
Kebingungan,
lengan kaku, hiperfleksia, (+++)
mengantuk namun masih
klonus,
reflex
bisa dibangunkan, rekasi
menggenggam
dan
terhadap rangsang (+).
menghisap.
Tidak
sadar, hilang
reaksi pada rangsang,
Fetor hepatic, tonus otot (++++)
refleks menurun.
menghilang
(-)
PENATALAKSANAAN DAN PENCEGAHAN
Penatalaksanaan dan pencegahan koma hepatikum meliputi upaya-upaya:2
1. Mengobati penyakit dasar jika memungkinakan.
2. Mengidentifikasi dan menghilangkan fakto-faktor yang merupakan pencetus.
3. Mencegah/mengurangi pembentukan atau influx toksin-toksin nitrogen ke dalam otak
dengan jalan:
3.1
3.2
3.3
4. Upaya suportif dengan menjaga kecukupan masukan kalori dan mengobati komplikasi
kegagalan hati seperti hipoglikemi, perdarahan saluran cerna, aturan keseimbangan
elektrolit.
Mengurangi atau menghentikan pemberian protein, atau menghindari sumber bahan-bahan
toksik nitrogen, tergantung dari tingkat kelainan mental pasien. Perlu dipahami bahwa pada
penyakit hati kronis pasien tetap membutuhkan protein untuk regenerasi sel-sel hati. Oleh
karena itu bila masukan protein dihentikan hendaknya dalam waktu yang singkat saja.
Apabila tingkat kesadaran sudah baik maka protein secara bertahap kembali dinaikkan dan
disesuaikan dengan respon klinis, bila keadaan sudah cukup stabil, 40-60gram protein/hari
dianggap cukup.
Kualitas atau jenis protein yang diberikan juga penting, protein nabati lebih baik
dibandingkan dengan protein hewani, hal ini mungkin disebabkan oleh tingginya jumlah
serat dalam protein nabati yang akan meningkatkan pengikatan dan selanjutnya pengeluaran
nitrogen toksik oleh bakteri feses sehingga kadar ammonia akan menurun. Disamping itu
protein nabati mempunyai efek laksansia.2
Standar terapi lain pada komaportosistemik termasuk pula penggunaan laktulosa,
antibiotic atau keduanya. Laktulosa merupakan galaktosida fruktosa sintetik, diberikan secara
oral dengan dosis 60-120 cc/hari untuk merangsang defekasi 2-3kali/hari. Laktulosa tidak
diabsorpsi dan mempunyai efek:
1. Dipecah oleh bakteri usus menjadi asam organic yang menurunkan pH sehingga
menurunkan absorpsi ammonia yang tidak terionisasi dan memberikan peluang
bertambahnya bakteri yang lebih lambat memproduksi ammonia.
2. Berperan sebagai substrat bagi bakteri yang menggunakan ammonia
3. Mendorong pengikatan nitrogen oleh bakteri feses
4. Merangsang percepatan pengeluaran toksin nitrogen dari usus.2
Antibiotik yang paling sering digunakan adalah Neomisin dengan dosis 2-4 gram/hari
secara oral atau dengan enema dalam larutan 1%. Pemberian oral lebih baik kecuali jika terdapat
tanda-tanda ileus. Dengan ini maka bakteri yang memproduksi toksin nitrogen menjadi inaktif.
Metronidazol 4x250mg/hari merupakan alternatif lain dan juga sangat bermanfaat.
Namun waspada akan efek samping berupa neuropati perifer dan kelainan susunan syaraf pusat
termasuk kejang bila digunakan dalam jangka waktu yang lama.
Upaya lain adalah dengan membersihkan saluran cerna bagian bawah terutama jika
terjadi perdarahan (hematemesis/melena) agar bekuan darah yang merupakan toksis nitrogen
dapat dikeluarkan dengan segera.
Pemecahan protein endogen hendaknya sedini mungkin dicegah agar ammonia tidak
meningkat dengan memelihara masukan dalam bentuk larutan glukosa 10-20% intrvena paling
kuran 1600kal/hari.
Gangguan elektrolit khususnya alkalosis hipokalemik memerlukan terapi yang cermat
oleh karena alkalosis metabolik yang resisten akan menyebabkan meningkatnya pembentukan
ammonia yang tidak terionisasi. Influksnya ke dalam otak yang suasananya asam juga
meningkat. Pengobatan dilakukan dengan memberikan arginin hidroklorida atau larutan NaCl
encer.1,2,5
Penatalaksanaan
Medikamentosa:
: Ad malam
Ad functionam: Ad malam
Ad sanationam: Ad malam
Follow Up
Rawat ICU
Tanggal
S
O
9AprilTanggal
2016
10
13April
April2016
2016
Penurunan S
Penurunan
O
Kesadaran:
Kesadaran
Kesadaran
Kesadaran:
Kesadaran:
apatis
Somnolen
- Somnolen
GCS :
14
11 April
April 2016
2016
-Kesadaran:
12 April 2016
-
Kesadaran:
apatis - cm
Kesadaran:
- Somnolen
GCS :
- Apatis
Sopor
Sopor
E4 M5 V4 : 13
Sopor
E4 M6 V4 : 14
GCS :
GCS :
GCS
Tanda
: vital:
GCS
Tanda: vital:
E4 M5 V4 : 13
E2 M5 V3 : 10
ETD:
2 M5 V3 : 10
E
TD:
2 M5 V3 : 10
Tanda vital:
Tanda vital:
Tanda
110/60vital:
mmHg
Tanda
110/70vital:
mmHg
TD:
TD:
TD:
Nadi:
TD:
Nadi:
110/60 mmHg
110/70 mmHg
110/60
98 kali/menit
mmHg
110/70
97 kali/menit
mmHg
Nadi:
Nadi:
Nadi:
Nafas:
Nadi:
Nafas:
98 kali/menit
117 kali/menit
105
20 kali/menit
100
18 kali/menit
kali/menit
Nafas:
Nafas:
Nafas:
Suhu: 370C
Nafas:
Suhu: 37.30C
18 kali/menit
17 kali/menit
18
Saturasi
kali/menit
20
Saturasi
kali/menit
Suhu: 380C
Suhu: 380C
Suhu:
Oksigen
37.3: 098%
C
0
Suhu:
Oksigen
36.7
: 99%
C
Saturasi
Saturasi
Saturasi
Pemeriksaan
Saturasi
Pemeriksaan
Oksigen Oksigen : 99%
Oksigen : 99%
Oksigen
Fisik: : 99%
:Fisik:
99%
Pemeriksaan
Pemeriksaan
Pemeriksaan
Mata :
Pemeriksaan
Mata :
Fisik:
Fisik:
Fisik:
CA (+/+), SI Fisik:
CA (+/+), SI (+/
Mata :
Mata :
Mata
(+/+):
CA (+/+), SI
Mata
+) :
CA (+/+), SI CA
Abdomen:
(+/+), SI (+/ CA
Abdomen:
(+/+), SI (+/ (+/+)
(+/+)
+)Hepatomegali
+)
Hepatomegali
Abdomen:
Abdomen:
Abdomen:
Abdomen:
Hepatomegali
Hepatomegali
Hepatomegali
Ekstremitas : Hepatomegali
Ekstremitas
:
Ikterik,
A
Hepatocelullar
Ekstremitas : Ekstremitas
:
Carcinoma
Ikterik,
Ikterik,
Penurunan
Penurunan
(HCC)
ec
Kesadaran
ec Kesadaran
Hepatitis ec B Kesadaran
Hepatitis Bec
Koma
Koma
Kronik
P
O2 3 liter/i
Hepatikum ec Hepatikum
ec
Inj.
Hepatocelullar
Hepatocelullar
Ceftriaxon
Carcinoma
Carcinoma
(HCC)
Hepatitis
P
Ikterik,
Hepatocelullar
Ekstremitas
:
Carcinoma
Ikterik,
Penurunan
(HCC) ec
Hepatocelullar
1 xec2 gram
ec (HCC)
dalamB 100
B Hepatitis
cc NaCl
Kronik
Kronik
O2 3 liter/I
o D5%
:
IVFD D10%
Aminoleban :
D5%
habiskan
:
Koma
Kronik
Carcinoma
(HCC) ec
O
Hepatikum2 ec
Hepatitis B
3liter/i
Hepatocelullar
Kronik
Inj.
Carcinoma
Ceftriaxon 1
(HCC) ec
x
2gram
Hepatitis B
dalam 100
Kronik
NaCl
Occ
O2 3liter/i
2 3liter/i
D5%
Inj. Ceftriaxon Inj.
:Aminoleba
Follow up di bangsal
Tanggal
S
O
15 April 2016
Badan lemas
16 April 2016
Badan lemas
17 April 2016
Badan
18 April 2016
Badan lemas
Kesadaran:
Kesadaran:
lemas
Kesadaran:
composmentis
Composmentis
Composmentis
Composmentis
GCS :
GCS :
GCS :
GCS :
E4 M6 V5 : 15
E4 M6 V5 : 15
E4 M6 V5 : 15
E4 M6 V5 : 15
Tanda vital:
Tanda vital:
Tanda vital:
Tanda vital:
TD:
TD:
TD:
TD:
90/60 mmHg
110/70 mmHg
110/70 mmHg
110/60 mmHg
Nadi:
Nadi:
Nadi:
Nadi:
98 kali/menit
97 kali/menit
100 kali/menit
98 kali/menit
Nafas:
Nafas:
Nafas:
Nafas:
20 kali/menit
18 kali/menit
20 kali/menit
18 kali/menit
Suhu: 370C
Suhu: 37.30C
Suhu: 36.70C
Suhu: 380C
Saturasi
Saturasi
Oksigen : 98%
Oksigen : 99%
: 99%
Oksigen : 99%
Pemeriksaan
Pemeriksaan
Pemeriksaan
Pemeriksaan
Fisik:
Fisik:
Fisik:
Fisik:
Mata :
Mata :
Mata :
Mata :
Kesadaran:
+)
+)
(+/+)
Abdomen:
Abdomen:
Abdomen:
Abdomen:
Hepatomegali
Hepatomegali
Hepatomegali
Hepatomegali
Ekstremitas
A
: Ekstremitas
: Ekstremitas
Ikterik,
Hepatocelullar
Ikterik,
Hepatocelullar
Ikterik,
Hepatocelullar
Hepatocelullar
Carcinoma
Carcinoma
Carcinoma
Carcinoma
(HCC)
ec (HCC) ec
(HCC) ec
(HCC) ec
Hepatitis
B Hepatitis B
Hepatitis B
Hepatitis B
Kronik
Kronik
RL 250 cc Inj.
Inj. Ceftriaxon
2gram
dalam 100 cc
NaCl
D5%
Kronik
O2 3liter/I
bolus
1
Kronik
2gram
2gram
Ceftriaxon
dalam 100 cc
dalam 100 cc
1 x 2 gram
NaCl
NaCl
dalam
D5%
D5%
Aminol
100
cc NaCl
Aminoleban = D5%