LAPORAN KASUS
ANAK DENGAN DEXTOCARDIA SITUS SOLITUS DAN PENYAKIT JANTUNG
BAWAAN SIANOTIK DISERTAI BRONKOPNEUMONIA
LEMBAR PERSETUJUAN
DAFTAR ISI
LEMBAR PEERSETUJUAN 1
DAFTAR ISI .. 2
BAB I STATUS PASIEN
A.
B.
C.
D.
E.
F.
G.
H.
I.
J.
K.
L.
Identitas Pasien .. 3
Anamnesis .. 4
Pemeriksaan Fisik .. 9
Pemeriksaan Khusus 11
Pemeriksaan Penunjang ... 12
Daftar Masalah . 14
Diagnosis Banding ... 15
Diagnosis Kerja 15
Terapi ... 15
Prognosis .. 16
Pemeriksaan Anjuran ... 16
Perjalanan Penyakit .. 16
BAB I
STATUS PASIEN
A. IDENTITAS PASIEN
DATA
Nama
Umur
Jenis Kelamin
Alamat
Agama
Suku Bangsa
Pendidikan
Pekerjaan
Penghasilan
Keterangan
Asuransi
No. RM
PASIEN
AYAH
IBU
An. A
Tn. S
Ny. Z
1 Tahun 7 bulan
31 tahun
23 tahun
Laki-laki
Laki-laki
Perempuan
Bengle RT 19/03 kelurahan Bengle Kec Talan Kabupaten Tegal
Islam
Islam
Islam
Jawa
Jawa
Jawa
SMP
SMP
Buruh
IRT
Rp 2.500.000,Hubungan orangtua dengan anak adalah anak kandung
Umum
818428
B. ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan secara alloanamnesis terhadap Ibu kandung pasien pada hari
Selasa, 1 Maret 2016 pukul 12.30 WIB, di ruang Perawatan Wijaya Kusuma Atas RSU
Kardinah Tegal.
jantung, stroke disangkal riwayat adanya penyakit paru seperti asma, batuk-batuk lama
atau pengobatan flek paru juga disangkal.
Kesan: Riwayat kehamilan kurang baik dan perawatan prenatal kurang baik.
Riwayat Persalinan
o Tempat kelahiran
: Klinik Pribadi
o Penolong persalinan
: Bidan
o Cara persalinan
o Masa gestasi
: 38 minggu, G1P0A0
o Air ketuban
: 3200 gram
: 48 cm
o Lingkar kepala
: Ibu lupa
o Keadaan lahir
o Nilai APGAR
o Kelainan bawaan
: Tidak ada
o Penyulit/ komplikasi
: Tidak ada
RS
Corak Reproduksi Ibu
Ibu P1A0, anak pertama(pasien) laki-laki berusia1 tahun 7 bulan.
Riwayat Keluarga Berencana
Ibu pasien sebelumnya tidak menggunakan KB, dan setelah melahirkan Ibu
pasien menggunakan KB suntik setiap 3 bulan.
Riwayat perkembangan terlambat. Saat ini pasien belum bisa berjalan, duduk
dengan bantuan, tengkurap dan dapat mengangkat kepala sejak usia 6 bulan,
Riwayat Imunisasi
VAKSIN
BCG
ULANGAN
DASAR (umur)
(umur)
-
2 bulan
DTP/ DT
POLIO
0 bulan
2 bulan
2 bulan
4 bulan
4 bulan
6 bulan
6 bulan
CAMPAK
9 bulan
0 bulan
1 bulan
6 bulan
HEPATITIS B
imunisasi ulangan.
Silsilah Keluarga
C. PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fisik dilakukan pada hari Senin, 29 Februari 2016 pukul 13.00 WIB, di
ruang Perawatan Wijaya Kusuma Atas RSU Kardinah Tegal.
I. Kesan Umum
Kesadaran
Keadaan umum
: Compos mentis
: Tampak lemas, sianosis sentral dan akrosianosis +, sesak +
Nadi
: 148 x/menit
Laju nafas
: 38 x/menit
Suhu
: 36,8 oC
SpO2
: 98%
III.Data Antropometri
Berat badan sekarang
: 11 Kg
: 80 cm
Kulit
Kepala
: Mesosefali, LK = 48 cm
Mata: Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), edema palpebra (-/-),
mata cekung (-/-).
Mulut : Bibir kering (-), bibir sianosis (+), stomatitis (-), mukosa
hiperemis (-), lidah normoglossia.
Leher
Thoraks
o Paru:
o Jantung:
Abdomen:
Palpasi
: Supel, turgor kembali < 2 detik, hepar lien tidak teraba membesar
Perkusi
Genitalia
Anorektal
Ekstremitas:
Akral Dingin
Superior
-/-
Inferior
-/9
Akral Sianosis
CRT
Clubbing
+/+
>2
+/+
+/+
>2
+/+
finger
Oedem
Ref. Fisiologis
Ref. Patologis
-/+
-
+/+
+
-
D. PEMERIKSAAN KHUSUS
Kurva Pertumbuhan
se
10
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan selama pasien dirawat di RSU Kardinah Tegal:
Rontgen toraks AP
Tanggal 26-2-2016
11
Laboratorium Darah
Tanggal 26-2-2016
Pemeriksaan
Hasil
DARAH LENGKAP
Leukosit
9.100/uL
Eritrosit
7.8 jt/uL
Hemoglobin
17.1 g/dL
Trombosit
243.000/Ul
Hematokrit
58.1 %
RDW
25.7 %
MCV
74.9 U
MCH
22.0 Pcg
MCHC
29.4 g/dL
Hitung Jenis
Leukosit :
Netrofil
Limfosit
55.8 %
39.0 %
Nilai Normal
4.500 13.500/uL
3,7 5,7 jt/uL
13,4 14,7 g/dL
150.000 - 521.000 /uL
33 - 41%
11,5 - 14,5 %
73 - 101 U
22 - 34 Pcg
26 - 34 g/dL
50-70
25-40
12
Monosit
Eosinophil
Basophil
KIMIA KLINIK
Elektrolit :
Natrium
Kalium
Klorida
GDS
4.8 %
0%
0.2 %
141.1
3.67
111.6
138 mg/dl
2-8
2-4
0-1
136-145
3.3-5.1
98-106
70-140 mg/dl
13
Kejang
Hipotesis
Ekstrapulmoner
o PJB sianotik (Tof, TGA )
o PJB Asianotik (ASD,VSD)
Pulmoner
o Infeksi
Tuberculosis
Pneumonia
o Aspirasi benda asing
Hipoksia
Infeksi
Metabolik
SOL
Rhinitis
Faringitis
14
Status gizi
Delayed
development
Tonsillitis
Gizi kurang
Gizi normal
Gizi lebih
Intrinsic (fsktor genetic)
Ekstrinsik (factor lingkungan)
o biopsikososial
H. DIAGNOSIS KERJA
Dextrocardia situs solitus
Diagnosa Etiologi : Penyakit jantung Bawaan
Diagnosa Anatomis : complete AVSD
Diagnosa fungsional : compensated
I. PENATALAKSANAAN
a. Non medikamentosa
Edukasi keluarga pasien mengenai penyakit, terapi dan komplikasi yang mungkin
Knee chest potition pada bayi jika biru memberat
Diet : lunak. Kebutuhan kalori 1450 kkal/hari Kebutuhan protein 36 gram protein
per hari 3 x Nasi, 2 x Snack, 2 x Buah
b. Medikamentosa
Perenteral
IVFD RL 10 tpm
Ceftriaxon 2 x 500 mg
Dexa 3 x 1/3amp
PO
PCT 4x1cth
Ambroxol 3x cth
Propranolol 2x 5 mg
Dilantin 3x17,5 mg
J. PROGNOSIS
Quo ad vitam
: Dubia ad malam
15
K. PEMERIKSAAN ANJURAN
ECHOCARDIOGRAPHY
L. PERJALANAN PENYAKIT
26 Febuari
Hari perawatan ke-0
Pasien baru datang dari poli Anak RSU
Kardinah dengan keluhan sesak disertai
jari tangan kaki dan bibir yang biru
sejak usia 7 bulan. Kejang 1x setelah
menangs lama. Batuk + demam + 2
hari ini.
KU: tampak sianosis, tampak sesak,
27 Febuari 2014
Hari perawatan ke-1
Sesak dan kebiruan pada jari tangan
kaki bibir +
Kejang -. Batuk +.rewel +
TTV:
TTV:
HR 172x/m, RR 44x/m, S 38 oC
SpO2 83%
BB 11 kg
BB 11 kg
Kepala: Mesosefali,
Kepala: Mesosefali,
Mata: CA (-/-), SI
palpebral (-/-)
(-/-),
oedem
Mata: CA (-/-),
palpebral (-/-)
SI
(-/-),
oedem
16
+)
+)
DE PJB Sianotik
DA Suspek ToF
DF Compensated
BRPN
O2 k/p
IVFD RL 15 tpm
IVFD RL 15 tpm
PO
PCT 4x 1 cth
Ambroxol 3x cth
Propranolol 2x5 mg
Dilantin 3x17,5 mg
PO
PCT 4x 1 cth
Ambroxol 3x cth
Propranolol 2x5 mg
Dilantin 3x 17,5 mg
Rencana :
foto thoraks
Konsul SpJP
Monitor KU dan Tanda Vital
Jawaban konsul SpJP
S : Biru (+)
O : Cor : S12 N, M G
Pulmo : SNV +/+ Rh -/- Wh -/Clubbing finger +
Ro : CTR N, Apeks upward, Ao>
A : PJB sianotik PA VSD/ ToF
P : terapi lanjut
28 Februari 2016
Hari perawatan ke-2
Sesak nafas dan kebiruan pada bibir
29 Februari 2016
Hari perawatan ke-3
Sesak nafas dan kebiruan pada bibir
17
TTV:
TTV:
BB 11 Kg
BB 11 Kg
Kepala: Mesosefali,
Kepala: Mesosefali,
Mata: CA (-/-), SI
palpebral (-/-)
(-/-),
oedem
Mata: CA (-/-),
palpebral (-/-)
SI
(-/-),
oedem
1 Maret 2016
Hari perawatan ke-4
Sesak nafas dan kebiruan pada bibir
2 Maret 2016
Hari perawatan ke-5
Sesak nafas dan kebiruan pada bibir
18
TTV:
BB 11 Kg
BB 11 Kg
Kepala: Mesosefali,
Kepala: Mesosefali,
Mata: CA (-/-), SI
palpebral (-/-)
(-/-),
oedem
Mata: CA (-/-),
palpebral (-/-)
SI
(-/-),
oedem
DE PJB Sianotik
DA Suspek ToF
DF Compensated
BRPN
Hasil Echo :
Dextrocardia situs solitus
ASD 1
VSD inlet
Kesan : dextrocardia situs solitus,
complete AVSD
Dextrocardia situs solitus
DE PJB Sianotik
DA complete AVSD
DF Compensated
BRPN
19
Terapi lanjut
Terapi lanjut
3 maret 2016
Hari perawatan ke-6
Sesak nafas dan kebiruan pada bibir
dan jari tangan kaki terutama saat
menangis. Batuk -. Kejang -. rewel +
KU: sesak -, kebiruan pada jari tangan
kaki dan bibir, tampak oedem
TTV:
HR 120x/m, RR 24x/m, S 36.4 C,
BB 11 Kg
Kepala: Mesosefali,
Mata: CA (-/-), SI
palpebral (-/-)
(-/-),
oedem
PO
ambroxol 3x 1/2 Cth
Propanolol 2x 5 mg
Dilantin 3x 17,5 mg
RUJUK
21
BAB II
ANALISIS KASUS
Pasien anak laki-laki usia 1 tahun 7 bulan didiagnosis PJB sianotik. Dasar diagnosis
ditegakkan dari anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang.
PENYAKIT JANTUNG BAWAAN
Masalah
Interpretasi
Anamnesis
Pada pasien ini seorang anak 1 tahun 7
Bayi lahir aterm dengan keadaan bugar
sampai pada usia 1 bulan, jari tangan kaki bulan datang dengan keluhan sesak dan biru
dan bibir pasien mulai membiru saat pada bibir serta jari tangan kaki. Kemungkinan
menyusui. Pada saat usia kurang lebih usia penyebab ekstrapulmoner
dapat disebabkan
8 bulan saat diajarkan berjalan anak selalu penyakit jantung bawaan (PJB) dan pulmoner
merasa sesak dan terduduk setelah 5-10 mungkin disebabkan oleh bronkopneumonia.
langkah ditambah dengan biru pada bibir Infeksi pulmoner selain gejala sesak sianosis
dan jari tangan yang menetap walau saat batuk harus ditandai dengan demam, pada
istirahat dan bertambah biru saat menangis pasien ini tidak ada demam. Dari anamnesis
dan disertai kejang 1x saat menangis lama.
disertai sesak
tetapi
ada
keterlambatan
dalam
karena
adanya
vasculari
yg
mixing
atau
TGA.
Pada
ToF
risiko
infeksi
saluran
pernapasan.
Ditarik dari masa kehamilan, meminum
obat-obatan saat hamil terutama pada 2 bulan
pertama(masa embriogenesis) kehamilan bisa
menjadi factor resiko terjadinya penyakit
jantung bawaan.
Pemeriksaan Fisik
Dari pemeriksaan fisik didapatkan heart
Keadaan pasien saat datang pertama kali ke
POLI ANAK RSU Kardinah Tegal dalam rate yang meningkat, bibir serta jari tangan
keadaan sesak napas dan biru pada jari kaki biru, dan adanya usaha napas berupa
Toraks:
Pulmo: SNV (+/+), rh (-/-), wh (-/-), retraksi
Cor: BJ I-II reguler, m (-), g (-), ictus cordis linea midclavicularis dextra menunjukkan
apeks jantung berada di sebelah kanan
teraba di ICS V linea midclavikularis dextra
Abdomen: Supel, BU (+) hepar lien tidak sehingga harus dikonfirmasi dengan foto
thoraks ataupun echocardigraphy
teraba membesar
Ekstremitas atas: AD (-/-), OE (-/-), clubbing
finger (+/+), akrosianosis (+/+)
Ekstremitas bawah: AD (-/-), OE (-/-),
clubbing finger (+/+), akrosianosis (+/+)
Pemeriksaan Penunjang
Terdapat polisitemia dan hiperviskositas
Hb 17.1 g/dl
Ht 58.1 %
leukosit 9.100 /ul
trombosit 192.000 /ul
corakan bronkovaskular
pemeriksaan
echocardiography
Jika
murni
AVSD
akan
komplit
terjadi
25
PCT 4X1CTH
AMBROXOL
terjadinya
spasme
PROPANOLOL
DILANTIN 3x 17,5mg
infundibulum
diberikan
sebagain
ventrikel
rumatan
26
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
PENYAKIT JANTUNG BAWAAN SIANOTIK
Pada PJB sianotik didapatkan kelainan struktur dan fungsi jantung sedemikian rupa
sehinggasebagian atau seluruh darah balik vena sistemik yang mengandung darah rendah
oksigenkembali beredar ke sirkulasi sistemik. Terdapat aliran pirau dari kanan ke kiri atau
terdapatpercampuran darah balik vena sistemik dan vena pulmonalis. Sianosis pada mukosa bibir
danmulut serta kuku jari tangan kaki dalah penampilan utama pada golongan PJB ini dan akan
terlihat bila reduce haemoglobin yang beredar dalam darah lebih dari 5 gram %.Bila dilihat dari
penampilan klinisnya, secara garis besar terdapat 2 golongan PJB sianotik, yaitu (1) yang dengan
gejala aliran darah ke paru yang berkurang, misalnya Tetralogi of Fallot (TF) dan Pulmonal
Atresia (PA) dengan VSD, dan (2) yang dengan gejala aliran darah ke paru yangbertambah,
misalnya Transposition of the Great Arteries (TGA) dan Common Mixing
Penyakit jantung bawaan sianotik dengan gejala aliran ke paru yang berkurang
Pada PJB sianotik golongan ini biasanya sianosis terjadi akibat sebagian atau seluruh
alirandarah vena sistemik tidak dapat mencapai paru karena adanya obstruksi sehingga mengalir
ke jantung bagian kiri atau ke aliran sistemik melalui lubang sekat yang ada. Obstruksi
dapatterjadi di katup trikuspid, infundibulum ventrikel kanan ataupun katup pulmonal,
sedangkandefek dapat di septum atrium (ASD), septum ventrikel (VSD) ataupun antara kedua
arteri utama(PDA).Penderita umumnya sianosis yang akan bertambah bila menangis atau
27
melakukan aktivitasfisik, akibat aliran darah ke paru yang makin berkurang. Pada keadaan yang
berat sering terjadiserangan spel hipoksia, yang ditandai khas dengan hiperpnea, gelisah,
menangisberkepanjangan, bertambah biru, lemas atau tidak sadar dan kadang-kadang disertai
kejang.Pada kondisi ini bila tidak diatasi dengan cepat dan benar akan berakibat kematian.
Seranganini umumnya terjadi pada usia 3 bulan sampai 3 tahun dan sering timbul saat bangun
tidur pagiatau siang hari ketika resistensi vaskuler sistemik rendah. Dapat kembali pulih secara
spontandalam waktu kurang dari 15 30 menit, tetapi dapat berkepanjangan atau berulang
sehinggamenyebabkan komplikasi yang serious pada sistim susunan saraf pusat atau
bahkanmenyebabkan kematian. Karena itu diperlukan pengenalan dan penanganannya dengan
segerasecara tepat dan baik. Pada anak yang lebih besar sering juga memperlihatkan gejala
squatting, yaitu jongkok untuk beristirahat sebentar setelah berjalan beberapa saat dengantujuan
meningkatkan resistensi vaskuler sistemik dan sehingga aliran darah ke paru meningkat.
Tetralogi Fallot
TF adalah golongan PJB sianotik yang terbanyak ditemukan yang terdiri dari 4 kelainan,
yaituVSD tipe perimembranus subaortik, aorta overriding, PS infundibular dengan atau tanpa
PSvalvular dan hipertrofi ventrikel kanan. Sianosis pada mukosa mulut dan kuku jari sejak
bayiadalah gejala utamanya yang dapat disertai dengan spel hipoksia bila derajat PS cukup berat
dan squatting pada anak yang lebih besar. Bunyi jantung dua akan terdengar tunggal pada
PSyang berat atau dengan komponen pulmonal yang lemah bila PS ringan. Bising sistolik
ejeksidari PS akan terdengar jelas di sela iga 2 parasternal kiri yang menjalar ke bawah klavikula
kiri.Pada bayi atau anak dengan riwayat spel hipoksia harus diberikan Propranolol peroral
sampaidilakukan operasi. Dengan obat ini diharapkan spasme otot infundibuler berkurang
danfrekwensi spel menurun. Selain itu keadaan umum pasien harus diperbaiki, misalnya
28
koreksianemia, dehidrasi atau infeksi yang semuanya akan meningkatkan frekwensi spel. Bila
spelhipoksia tak teratasi dengan pemberian propranolol dan keadaan umumnya memburuk,
makaharus secepatnya dilakukan operasi paliatif Blalock-Tausig Shunt (BTS), yaitu
memasangsaluran pirau antara arteri sistemik (arteri subklavia atau arteri inominata) dengan
artepulmonalis kiri atau kanan. Tujuannya untuk menambah aliran darah ke paru sehingga
saturasi oksigen perifer meningkat, sementara menunggu bayi lebih besar atau keadaan
umumnya lebihbaik untuk operasi definitif (koreksi total).Neonatus dengan PS yang berat atau
PA maka aliran ke paru sangat tergantung pada PDA,sehingga sering timbul kegawatan karena
hipoksia berat pada usia minggu pertama kehidupansaat PDA mulai menutup. Saat ini diperlukan
tindakan operasi BTS emergensi dan pemberian PGE dapat membantu memperbaiki kondisi
sementara menunggu persiapan untuk operasi.Penderita dengan kondisi yang baik tanpa riwayat
spel hipoksia atau bila ada spel tetapiberhasil diatasi dengan propranolol dan kondisinya cukup
baik untuk menunggu, maka operasikoreksi total dapat dilakukan pada usia sekitar 1 tahun.
Koreksi total yang dilakukan adalahmenutup lubang VSD, membebaskan alur keluar ventrikel
kanan (PS) dan rekonstruksi arteripulmonalis bila diperlukan.
Manifestasi Klinis
Gangguan hemodinamik akibat kelainan jantung dapat memberikan gejala yang
menggambarkan derajat kelainan. Adanya gangguan pertumbuhan, sianosis, berkurangnya
toleransi latihan, kekerapan infeksi saluran napas berulang, dan terdengarnya bising jantung,
dapat merupakan petunjuk awal terdapatnya kelainan jantung pada seorang bayi atau anak.
Pada mulanya sering kali tiada gejala (Ada sianosis bila berat) Selanjutnya terjadi dispnea
dan sianosis kalau beraktivitas, misalnyamenyusui Sering duduk berjongkok, menjepit arteri
29
Femoral
Sesudah
keadaan
sinanosis
kronis,
ujung
jari
membesar
&
tampak
anak sering menderita demam, batuk dan pilek. Sebaliknya tidak sedikit pasien PJB yang
sebelum- nya sudah diobati sebagai tuberkulosis sebelum di rujuk ke ahli jantung anak.
e.Bising jantung. Terdengarnya bising jantung merupakan tanda penting dalam menentukan
penyakit jantung bawaan. Bahkan kadang-kadang tanda ini yang merupakan alasan anak dirujuk
untuk dilakukan pemeriksaan lebih lanjut. Lokasi bising, derajat serta penjalarannya dapat
menentu- kan jenis kelainan jantung. Namun tidak terdengarnya bising jantung pada
pemeriksaan fisis, tidak menyingkirkan adanya kelainan jantung bawaan. Jika pasien diduga
menderita kelainan jantung, sebaiknya dilakukan pemeriksaan penunjang untuk memastikan
diagnosis.
Diagnosis
Diagnosis
pemeriksaan fisis, pemeriksaan penunjang dasar serta lanjutan. Pe- meriksaan penunjang dasar
yang penting untuk penyakit jantung bawaan adalah foto rontgen dada, elektrokardiografi, dan
pemeriksaan laboratorium rutin. Pemeriksaan lanjutan (untuk penyakit jantung bawaan)
31
AVSD
. Atrioventrikular Septal Defect
Defek septum Atrioventrikular dikenal sebagai " common kanal atrioventrikular " ( CAVC ) atau
" endocardial cushion defect " dan berhubungan dengan riwayat keluarga dengan defek
kongenital jantung.
Defek septum Antrioventricular ditandai oleh defisiensi septum atrioventrikular jantung . Mereka
menyumbang sekitar 5 persen dari seluruh penyakit jantung bawaan , dan yang paling umum
pada bayi dengan sindrom Down. ( Sekitar 15 persen menjadi 20 persen dari bayi yang baru lahir
dengan sindrom Down memiliki defek septum atrioventrikular ) . Empat puluh lima persen dari
anak-anak dengan sindrom Down memiliki penyakit jantung bawaan . Dari jumlah tersebut , 3540 % memiliki defek septum AV.
Selama perkembangan jantung normal terjadi perkembangan sekat dan 2 katup yang membagi
atrium dan ventrikel dan juga membatasi jantung menjadi 4 ruang tetapi pada defek septum
atrioventrikular perkembangan ini tidak terjadi. Defek primer pada AVSD yaitu kegagalan
pembentukan bagian dari jantung yang harusnya berkembang dari struktur embrionik yaiutu
endocardial cushions. Endocardial cushion akan berkembang menjadi pembagi bagian tengah
33
jantung antara katup AV dimana membagia atrium dan ventrikel, serta membentuk sekat antar
atrium dan ventrikel.
Ada beberapa jenis defek kanal AV, yang paling parah menjadi Complete AV Septal Defect, di
mana hanya ada satu katup AV umum atas lubang besar antara keempat bilik jantung. Semua
empat ruang mencampur darah dan biasanya ada sejumlah besar darah akan ke paru-paru. Kedua
ventrikel harus memompa lebih keras dan paru hipertensi (tekanan darah tinggi di paru-paru)
berkembang dari waktu ke waktu. gagal jantung dan pertumbuhan yang buruk adalah temuan
umum.
Klasifikasi
1. Complete AVSD (lubang besar ada di tengah jantung di mana dinding antara ruang atas dan
bawah bertemu bukan dua katup terpisah di sebelah kanan dan kiri, satu katup umum besar
duduk di antara ruang atas dan bawah. Seringkali, katup ini tidak menutup rapat. Sehingga cacat
septum atrioventrikular lengkap adalah satu di mana ada cacat pada semua struktur yang
dibentuk oleh bantal endokardium. Oleh karena itu, ada cacat (lubang) di atrium dan ventrikel
septal, dan AV valve tetap tak terbagi atau "umum."
2. Parsial (atau tidak lengkap) (lubang ada di dinding antara ruang atas jantung, dan katup antara
ruang kiri tidak menutup sepenuhnya). Jadi atrioventrikular defek septum parsial atau tidak
lengkap adalah satu di mana bagian dari septum ventrikel dibentuk oleh bantal endokardium
telah diisi, baik dengan jaringan dari katup AV atau langsung dari jaringan bantal endokardium,
dan trikuspid dan mitral katup dibagi menjadi dua katup yang berbeda. cacat, oleh karena itu,
terutama di septum atrium dan katup mitral. Jenis cacat septum atrium disebut sebagai ostium
34
primum defek septum atrium, dan biasanya berhubungan dengan sumbing di katup mitral yang
dapat menyebabkan katup bocor.
3. transisi (terlihat mirip dengan bentuk lengkap atrioventrikular septal defect, tapi selebaran dari
katup AV umum terjebak ke septum ventrikel sehingga secara efektif membagi katup menjadi
dua katup dan menutup sebagian lubang antara ventrikel). Jenis transisi cacat terlihat mirip
dengan bentuk lengkap atrioventrikular septal defect, tapi selebaran dari katup AV umum
terjebak ke septum ventrikel sehingga secara efektif membagi katup menjadi dua katup dan
menutup sebagian lubang antara ventrikel. Akibatnya, cacat septum atrioventrikular transisi
berperilaku lebih seperti defek septum atrioventrikular parsial, meskipun tampak lebih seperti
defek septum atrioventrikular kompit
35
36
Dekstrokardia
Dekstrokardia merupakan anomali posisi jantung, yaitu jantung berada di hemithoraks kanan
dengan basis-apeks jantung mengarah ke kanan dan kaudal. Malposisi ini disebabkan oleh
jantung itu sendiri dan bukan karena kelainan ekstrakardiak. Kelainan dekstrokardia harus
dibedakan dengan dekstroposisi. Dekstroposisi merupakan perubahan letak jantung ke kanan
secara sekunder karena penyebab ekstrakardiak seperti hipoplasia paru kanan, pasca
pneumonektomi kanan atau hernia diafragmatika. Dekstrokardia pada anak-anak dapat
disebabkan oleh berbagai hal, tetapi jika didapat pada orang dewasa maka penyebabnya sangat
terbatas seperti situs inversus totalis. Dengan adanya teknologi pencitraan yang makin
berkembang maka kelainan ini dapat dengan mudah dikenali oleh petugas medis.
Anomali Situs
Organ abdomen dan toraks bersifat asimetris, sehingga normal tidaknya situs dinilai dari
gambaran tertentu seperti posisi hati dan vena kava inferior di sebelah kanan serta posisi limpa
dan jantung di sebelah kiri. Kondisi vena cava inferior bermuara ke atrium kanan telah
memunculkan istilah situs viseroatrial. Hal ini menunjukkan bahwa situs atrial (posisi atrium
37
kanan) pada hampir seluruh kasus terkait dengan situs dari organ abdomen atas dan tidak berhubungan dengan posisi anatomi jantung yang lain. Posisi situs ditentukan oleh letak atrium
kanan, bukan oleh apeks jantung. Pada keadaan normal bronkus utama kanan lebih pendeklebar,
dan lebih vertikal dibanding bronkus utama kiri. Panjang bronkus kiri biasanya sekitar 1,5 kali
dibandingkan bronkus kiri diukur dari bifurcatiobronkus. Gambaran ini menunjukkan situs
bronchial. Bila terdapat kelainan pada situs viseroatrial sering dijumpai pula kelainan pada situs
bronkial.
Kata situs mengacu pada posisi atrium kanan jantung dan organ abdomen atas seperti hati,
vena kava inferior. Situs solitus merupakan istilah yang menggambarkan keadaan normal yaitu
situs viseroatrial (organ hati, vena cava inferior , dan atrium kanan) berada di sebelah kanan dan
bronkhial situs yang normal. Posisi apeks jantung tidak berkorelasi langsung dengan situs
viseroatrial, yaitu dijumpai kasus apeks jantung mengarah ke kanan namun situs viseroatrial
normal. Keadaan ini disebut sebagai situs solitus dengan isolated dekstrokardia atau dekstrorotasi jantung. Pada situs solitus prevalensi kasus kelainan jantung kongenital terjadi kurang
dari-1%. Anomali situs terdiri atas situs inversus dan situs ambiguous/heterotaxia.Situs inversus
merupakan istilah yang menunjukkan posisi kebalikan (posisi cermin) dari situs viseroatrial dan
situs bronkhial. Ada 2 jenis situs inversus yakni situs inversus dengan dekstrokardia dan situs
inversus dengan levokardia. Situs inversus dengan dekstrokardia lebih sering ditemukan. Pada
kasus ini posisi lambung dan aorta berada di sebelah kanan garis sumbu tubuh sedangkan vena
cava inferior dan atrium kanan berada di sebelah kiri garis sumbu tubuh. Apeks jantung terletak
di sebelah kanan. Penyakit jantung kongenital terjadi pada 3-5% pasien situs inversus dengan
dekstrokardia. Situs inversus dengan levokardia merupakan kasus yang sangat jarang ditemukan.
Pada kasus ini posisi organ abdomen merupakan kebalikan dari situs solitus dengan posisi apeks
38
jantung tetap di sebelah kiri dari garis sumbu tubuh. Sebagian besar pasien situs inversus dengan
levokardia mengalami kelainan jantung kongenital. Situs ambiguous/heterotaxia merupakan
kelainan posisi saat pengaturan organ dalam dan pembuluh darah berlainan dengan posisi
normal seperti pada situs solitus serta susunannya tidak jelas. Pasien dengan situs ambiguous
memiliki kemungkinan sebesar 50-100% untuk menderita penyakit jantung kongenital dan
biasanya memiliki lebih dari satu kelainan. Situs ambiguous dikategorikan menjadi situs
ambiguous dengan asplenia dan situs ambiguous dengan polisplenia
Penatalaksanaan
Pada penderita yang mengalami serangan sianosis maka terapi ditujukan untuk memutus
patofisiologi serangan tersebut, antara lain dengan cara :
Medika Mentosa
1. Morphine sulfat 0,1-0,2mg/kg SC, IM atau IV untuk menekan pusat pernafasan dan mengatasi
takipneu.
2. Natrium Bikarbonat 1Meq/kg BB IV untuk mengatasi asidosis
3. Oksigen dapat diberikan,walaupun pemberian disini tidak begitu tepat karena permasalahan
bukankarena kekurangan oksigen, tetapi karena aliran darah ke paru menurun.Dengan usaha di
atas diharapkan anak tidak lagi takipnea, sianosis berkurangdan anak menjadi tenang. Bila hal ini
tidak terjadi dapat dilanjutkan denganpemberian :
4. Propanolol 0,01-0,25 mg/kgIV perlahan-lahan untuk menurunkan denyut jantung sehingga
serangan dapatdiatasi. Dosis total dilarutkan dengan 10 ml cairan dalam spuit, dosisawal/bolus
39
diberikan separohnya, bila serangan belum teratasi sisanyadiberikan perlahan dalam 5-10 menit
berikutnya.
5. Berikan transfusi darah bilakadar hemoglobin kurang dari 15 g/dl, sekali pemberian 5
ml/kgBB
6. Propanolol oral 1 mg/kg/haridalam 4 dosis dapat digunakan untuk serangan sianotik
7. Bila ada defisiensi zat besisegera diatasi
8. Pemberian Prostaglandin E1untuk sianosis atau pada keadaan akut (vasodilator arteriol dan
menghambatagregasi trombosit)
9. Pemberian Vasopressor padaawal serangan atau jika terapi lain gagal (methoxamine,
phenylephrine)
Non Medika Mentosa
1. Posisi lutut ke dada agar aliran darah ke paru bertambah
2. Perhatikan kebersihan mulutdan gigi untuk meniadakan sumber infeksi terjadinya endokarditis
infektif atau abses otak.
3. Hindari dehidrasi
Pembedahan
1. Bedah paliatif Bedah paliatif yang biasa dilakukan adalah operasi B-T (BlalockTaussig)Shunt yang bertujuan meningkatkan sirkulasi pulmonal denganmenghubungkan
a.subklavia dengan a.pulmonalis yang ipsilateral. Umumnyaoperasi paliatif dilakukan pada
40
bayi kecil atau dengan hipoplasia a.pulmonalisdan pasien yang sering mengalami sianotik.
Selain BT Shunt terdapat pulaPotts Shunt, Waterston Shunt, dan Glenn Shunt. Tetapi BT
Shunt merupakanyang paling sering digunakan karena memberikan hasil yang paling
baik.Tetapi BT Shunt juga menimbulkan beberapa komplikasi walaupun angkakejadiannya
sangat kecil. Komplikasi yang mungkin terjadi antara lain :hipoplasia pada lengan, gangren
pada digitalis, cedera nervus frenikus,stenosis a.pulmonal.
2. Bedah Korektif Pada bedah korektif dilakukan koreksi total yang dapat didahului atau
tanpabedah paliatif. Bila arteri pulmonalis tidak terlalu kecil, umumnya koreksitotal
dilakukan pada pasien tetralogi Fallot di bawah usia 2 tahun.
Prognosis
Jika tidak dilakukan tindakan operasi maka rata-rata mencapai umur 15 tahun.Dengan operasi
paliatif dan korektif makan prognosis akan menjadi lebih baik.
Komplikasi
a. Trombosis pulmonal
Trombosis disebabkan karena meningkatnya viskositas darah yang disebabkan oleh polisitemia.
Dehidrasi dapat meningkatkan resiko untuk terjadinya trombosis. Trombosis dapat terjadi di
mana saja tapi yang berbahaya jikaterjadi di paru dan otak.
b. CVA thrombosis
c. Abses otak
Penyakit jantung bawaan sianotik dengan pirau dari kanan ke kiri, terutama terjadi pada anak
yang berusia lebih dari 2 tahun, dikenal luas sebagai faktor predisposisi abses otak. Pada
41
penderita ditemukan polisitemia dengan alirandarah yang lambat, sehinga dapat menyebabkan
terjadinya infark kecil didalam otak yang merupakan tempat abses mulai timbul. Aliran darah
piraudari kanan ke kiri, tidak difiltrasi di paru-paru, sehingga memudahkan terjadinya
septikemia. Hal-hal tersebut merupakan faktor predisposisi terjadinya abses otak pada penderita
penyakit jantung bawaan sianotik.Terjadinya abses dapat dibagi menjadi empat stadium, yaitu:
fase serebritisdini, fase serebritis lambat, pembentukan kapsul dini dan pembentukan kapsul
lambat. Abses otak pada penyakit jantung bawaan sianotik biasanya soliter,sering terdapat pada
lobus frontalis, temporalis, dan parietalis.
d. Perdarahan Bayi dengan sianosis disertai dengan lamanya polisetimia akan mengakibatkan
trombositopenia dan kelainan pembekuan darah.
e. Endokarditis
f. Aritmia
42
DAFTAR PUSTAKA
1. Roebiono,S.2008. Diagnosis dan Tatalaksana Penyakit Jantung Bawaan. Bagian
kardiologi dan kedokteran vaskuler FKUI. Pusat jantung Nasional Harapan Kita.Jakarta.
2. Mulyadi M Djer, Bambang Madiyono. 2000. Tatalaksana Penyakit Jantung Bawaan.Sari
pediatric vol 2 no 3 hal 155-62.Jakarta
3. VP Stella (2006). Cardiac Malpositions and the Heterotaxy Syndromes dalam Nadas
Pediatric Cardiology (675-696), Saunders Elsavier, Philadelphia, Usa.
4. Park (2008) Chamber Localization and Cardiac Malposition dalam Pediatric Cardiology
for Practitioners edisi 5, Mosby Elsevier, Philadelphia, Usa.
5. VB Sivarajan (2006) Pediatric Evaluation of the Cardiac Patient dalam Pediatric
Cardiology: The Requisites In Pediatrics, edisi 2, Mosby Elsevier, Philadelphia, Usa
6. Madiyono Bambang. Penanganan Penyakit Jantung Pada Bayi dan Anak.UKK
Kardiologi Ika\tan Dokter Anak Indonesia; 2005
43