Anda di halaman 1dari 16

INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL

Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan


Program Studi Teknik Arsitektur
Semester Ganjil 2013/2014
MK. KEWIRAUSAHAAN

POETRI AYUDDIA SASTYANO


11120011

ERICK THOHIR
Nama: Erick Thohir
Tempat/Tanggal Lahir : Jakarta, 30 Mei 1970
Agama

: Islam

Status

: Menikah

Istri

: Elizabeth Tjandra Thohir

Anak : 1. Magisha Afryea Thohir


2. Mahatma Arfala Thohir
3. Mahendra AgakhanThohir
Orang tua : Teddy Thohir
Pendidikan:
-

Glendale College, California, USA (Bachelor of Arts)


National University, California, USA (Master of Business Administration)

Organisasi:
-

Anggota Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI)


Anggota Asosiasi Pelajar Indonesia di Amerika Serikat

Awal mula Karir


Nama Erick Thohir kian melejit setelah menjadi pemilik dan presiden
klub sepak bola Italia Internazionale Milano atau yang lebih dikenal dengan
nama Inter Milan sejak pertengahan tahun ini. Siapakah Erick yang sedang
jadi buah bibir di negeri spageti dan juga negeri sendiri tersebut? Tak
tanggung-tanggung. Pria kelahiran Jakarta, 30 Mei 1970 itu rela merogoh
kocek hingga 300 juta euro atau setara Rp 4,6 triliun, demi mendapatkan
75% saham Nerazzurri. Lalu bagaimana sepak terjang Erick di dunia bisnis ?
Berikut sekelumit kisah perjuangannya membangun berbagai bisnis sampai
ia bisa membeli saham Inter Milan tersebut.
Darah bisnis pria berusia 43 tahun ini mengalir dari ayahnya Teddy
Thohir, yang merupakan salah satu pendiri Astra International bersama
William Soeryadjaya. Saat alumnus National University, California tersebut
kembali dari Amerika Serikat pada 1993, dan langsung membantu
perusahaan milik keluarga yang bergerak di pertambangan batu bara,
properti, restoran serta otomotif.
Awalnya Erick Thohir diminta ayahnya untuk menangani bisnis
makanan yaitu Hanamasa dan Pronto. Namun rencana ekspansi harus
terhambat karena tingginya suku bunga bank saat krisis moneter 1998.
Kiprah Erick di usaha keluarganya terhenti saat ia bersama dengan
teman-teman kuliahnya di AS seperti M. Lutfi, Wisnu Wardhana, dan Harry
Zulnardy mengajak untuk membuka usaha pada 1998. Obrolan yang pernah
mereka bicarakan semasa kuliah. Erick yang memang senang tantangan
menyambut baik rencana sahabatnya itu. Rencananya sempat mendapat
penolakan dari keluarganya, yang minta Erick untuk melanjutkan saja usaha
keluarganya.

Mengetahui karakter Erick yang semakin dihalangi semakin ngotot,


akhirnya keluarga menyetujui langkahnya untuk mendirikan usaha sendiri
bersama teman teman semasa kuliahnya. Dengan satu syarat, jika dia
membangun bisnis sendiri, Erick tidak boleh ikut terlibat dalam operasional,
cukup menjadi komisaris. Seluruh usaha keluarga dilanjutkan Boy Thohir
yang saat ini menjadi pengusaha yang sangat disegani di Indonesia dan
masuk dalam daftar orang terkaya versi majalah Forbes.
Bersama teman-teman, Erick membentuk perusahaan, awalnya di
trading mulai dari semen, pupuk, beras, kapur, pokoknya bahan kebutuhan.
Ternyata sukses, karena memang Lutfi tukang lobi yang bagus, Erick
pedagang yang bagus, Wisnu tukang hitung yang bagus dan Harry treasury
yang bagus. Semuanya pun saling melengkapi.
Dalam perjalanannya masing-masing partner punya visi yang berbeda.
Wisnu diminta membantu bisnis keluarga (Grup Indika]. Akhirnya waktu itu
kami sepakati, kalau pada sibuk, saya yang mengurusi bisnis media. Saat itu
kami membentuk perusahaan namanya Mahaka Media dan Mahaka Niaga.
Persentase kami 30:30:30 dan 10.
Lewat kibaran bendera Grup Mahaka, pada 1999, membangun Radio
One Jakarta. Berikutnya, November 2000, membeli harian Republika yang
saat itu berada di ambang kebangkrutan. Karena belum berpengalaman di
bisnis media, ia mendapat bimbingan dari ayahnya serta Jakob Oetama dari
Kompas dan Dahlan Iskan dari Jawa Pos. Erick menjadi Presiden Direktur PT
Mahaka Media hingga 30 Juni 2008, ia kemudian menjabat sebagai
komisioner sejak Juni 2010 hingga kini.
Mahaka Group kemudian membeli pula Harian Indonesia dan
diterbitkan ulang dengan nama Sin Chew-Harian Indonesia dengan konten
editorial dan pengelolaan dari Sin Chew Media Corporation Berhad yang
berbasis di Kuala Lumpur, Malaysia. Media ini kemudian dikelola secara

independen oleh PT Emas Dua Ribu, mitra perusahaan Mahaka Media.


Hingga 2009, Grup Mahaka telah berkembang dan menguasai majalah a+,
Parents Indonesia, dan Golf Digest Sementara untuk bisnis media surat kabar
ada Sin Chew Indonesia dan Republika, Stasiun TV ada JakTV, stasiun radio
GEN 98.7 FM, Prambors FM, Delta FM, dan FeMale Radio.
Selain di bidang media Erick juga memiliki usaha dibidang periklanan,
jual-beli tiket, serta desain situs web. Ia juga pendiri dari organisasi amal
Darma Bakti Mahaka Foundation dan Dompet Dhuafa Republika, serta
menjadi Presiden Direktur VIVA grup, dan Beyond Media.

Gaya Berinvestasi Erick Thohir


Urusan bisnis ia berani menghadapi risiko besar. Namun, mengenai
investasi pribadi, tunggu dulu. Itulah profil resiko Erick Thohir. Di satu sisi
sebagai pengusaha muda ia cukup berani menggeluti bisnis media dengan
agresif, padahal banyak perusahaan media lain yang gulung tikar. Di lain
pihak, ia sangat konservatif dalam membiakkan investasi personalnya..
Sekalipun konservatif dalam mengelola investasi pribadinya, Erick
cukup kreatif dengan menyebar ke beberapa ladang investasi yang
dianggapnya aman. Setidak-tidaknya ia telah menjalankan resep
pengembangan kolom aset dari Robert T. Kiyosaki. Bunyinya, Sekali uang
masuk ke dalam kolom aset Anda, maka uang itu akan menjadi pekerja yang
bekerja untuk Anda. Uang itu akan bekerja 24 jam sehari dari generasi ke
generasi. Kerjakan tugas atau profesi Anda dengan baik, tapi jangan lupa
kembangkan terus kolom aset Anda?
Bagaimana peta kolom aset pribadi Erick? Dari tahun ke tahun CEO
Grup Abdi Bangsa itu terus mengembangkannya. Mula-mula lelaki kelahiran
Jakarta, 30 Mei 1970 itu hanya mengenal simpanan di bank. Namun, setelah
menempuh pendidikan master di Universitas National, California, ia mulai
coba-coba instrumen yang agak riskan, yakni saham dan reksa dana.

Berikutnya, menjajaki investasi lukisan dan sektor riil, terutama bisnis


restoran.
Lebih ringkasnya, Erick merangkum portofolio individunya dalam
empat kategori. Pertama, 40% di sektor riil. Kedua, 25% di reksa dana dan
saham. Ketiga, lukisan dengan porsi 25%. Keempat, 10% ditempatkan di
bank dalam bentuk tabungan atau deposito.
Bukan secara kebetulan bila Erick memilih usaha restoran sebagai wahana
pengembangan investasi sektor riil. Baginya, bisnis resto banyak
tantangannya, baik manajemen maupun inovasi produk. Pertimbangannya,
karena dalam kondisi apa pun orang butuh makan, termasuk pada saat
krismon. Apalagi di sektor riil ini kami juga menyerap banyak tenaga kerja,
ungkap bos dari 1.325 karyawan itu.
Tidak sembarang jenis resto dimasuki Erick. Ia memilih
mengembangkan resto dengan konsep restoran keluarga, menu yang
disajikan unik dan membidik segmen pasar kelas B (menengah). Sampai
saat ini, ada tiga resto yang masuk genggamannya. Diawali tahun 1987
dengan melanjutkan pengelolaan resto Hanamasa milik keluarganya. Waktu
itu Hanamasa hanya memiliki tiga gerai, tapi di tangan Erick mampu berbiak
menjadi 18 gerai tersebar di Jakarta, Bandung, Surabaya, Medan dan Bogor.
Setelah masakan Jepang, Erick merambah resto Italia lewat Pronto
Restaurant. Lantaran masih anyar, resto dengan konsep makan sepuasnya
ini baru ada satu gerai di Pondok Indah. Tidak puas hanya dua resto,
selanjutnya ia mengembangkan kafe khusus teh dengan nama Taste Tea di
Kelapa Gading.
Sektor keuangan juga dilirik Erick sebagai sarana menggelembungkan
pundi-pundinya. Di sini ia menaruh 25% duitnya dalam bentuk saham dan
reksa dana. Ia sengaja menggabungkan alokasi saham dan reksa dana,
karena ada persamaan sejarah saat mengawali investasi di instrumen ini.
Rupanya tidak hanya reksa dana lokal yang dipilih Erick. Saham yang

ditransaksikan di Bursa Efek Jakarta pun tak dia lewatkan. Strateginya


bermain saham: melihat fundamental emiten, visi perusahaan dan
konsistensi dari corporate action. Dikatakan Erick, dari penilaian itu akan
kelihatan kinerja perusahaan dan pada gilirannya harga saham akan bagus.
Tentu saja saham-saham blue chips yang memenuhi kriteria itu.
Hobi menikmati lukisan juga ia manfaatkan sebagai investasi. Selain
mengoleksi sejumlah lukisan yang ia sukai, sebagian lukisan miliknya yang
lain dijual untuk mendapatkan keuntungan. Ia mengaku jatuh hati pada
lukisan sejak tujuh tahun lalu. Erick cuma beli lukisan karya pelukis yang
sudah punya nama agar aman. Ia tidak ingin ikut-ikutan membeli lukisan dari
pelukis muda yang terus dibina untuk mendapatkan keuntungan tinggi.
Adapun karya lukis yang dibeli umumnya dari hasil goresan Basuki Abdullah,
Affandi, Dullah, Li Mang Fung, Sri Hadi dan Trubus. Memang untuk pelukis
terkenal harga lonjakannya tidak sebesar pelukis muda, tapi aman.
Sebaliknya, karya pelukis muda cukup spekulatif untuk dijadikan ajang
investasi, papar suami Elizabeth T. ini.
Berapa lama lukisan ditahan? Tergantung, katanya. Kalau sekarang ada
40 lukisan yang disimpan, boleh dikata yang benar-benar digandrungi 25%.
Ini yang tidak dijual kembali. Sementara itu, sisanya yang 75% akan dilepas
lagi dalam tempo 1-2 tahun ke depan. Untuk menjual kembali tidak sukar,
lantaran telah terbentuk komunitasnya. Dibanding hobi lain, seperti jam
tangan mewah, perhiasan atau mobil, lukisan lebih oke, kata ayah empat
anak ini.
Berdasarkan pengalaman Erick investasi lukisan membukukan return
menarik. Ia mencontohkan lukisan Affandi dibeli pada 1999 seharga Rp 135
juta, di tahun 2004 sudah ditawar Rp 500 juta. Mengapa mahal? Ini
ditentukan oleh komunitas lukisan sendiri, ujarnya sembari membandingkan
karya Basuki Abdullah saat ini masih stagnan. Ada pula lukisan yang dulu
dibeli seharga Rp 25 juta, sekarang menjadi Rp 40 juta. Selama ini kalau

ingin cepat jual kembali lukisan untungnya Rp 20-30 juta dalam tempo
setahun, sedangkan harga belinya Rp 80 - 200 juta, ia menjelaskan. Di atas
harga Rp 200 juta, potensi keuntungan lebih besar, tapi peluangnya jarang
terjadi. Kalau dihitung frekuensi jual-beli lukisan Erick tidak banyak, tidak
lebih dari dua kali dalam setahun.
Di balik gambaran return gede dari investasi lukisan, tentu ada
dukanya, meski Erick tak menyebut itu sebagai kerugian. Lukisan karya
Trubus umpamanya. Kala itu ia membeli agak kemahalan dan ada goresan di
bagian tangan, dianggap kurator tidak perfeksionis. Jadi, harganya saat itu
idealnya Rp 140 juta, tapi ia membeli di harga Rp 185 juta. Dan saat ini
harga pasarannya ditaksir Rp 250 juta. Tapi, karena sudah dipegang lebih
dari 6 tahun, jadi return-nya tidak tinggi lagi, ungkapnya.
Erick sungguh beruntung. Tidak hanya lukisan yang menjanjikan
keuntungan besar. Investasi di Hanamasa dan Proton pun telah mencetak
laba. Sementara itu, Taste Tea belum mencapai titik impas. Menurutnya,
perlu waktu edukasi ke masyarakat sekitar tiga tahun agar aware terhadap
resto jenis ini.
Dengan sikapnya yang prudent dan jenis investasi cenderung
konvensional, Erick tak banyak menghadapi risiko besar. Rugi besar itu
paling-paling pas beli saham di AS karena harganya jatuh hingga 40%, ia
mengenang. Dari situ ia menarik pelajaran berharga: harus mampu
mengukur diri dan mengikuti perkembangan instrumen investasi itu sendiri

Sukses Entrepreneur Menurut Erick Thohir


Banyak orang yang masih kurang care atau menganggap sepele
dalam merekrut anak buah atau staff ketika memulai usaha atau
mengembangkan bisnis. Yang penting asal mau diajak bergabung dan mau
dibayar murah, namun kurang melihat bagaimana kemampuan anak buah
itu untuk diajak berlari memajukan bisnis. Artinya yang dilihat hanya

harganya sekarang (present value) yang bisa dibayar murah, dan kurang
memperhatikan nilai masa depannya (future value).
Padahal kualitas anak buah (pada SDM kita) itu sangat menentukan.
Maklum seorang entrepreneur tak mungkin melakukan semuanya sendiri.
Tangan dia hanya dua, kaki juga dua, dan indra pikir (otak) dia juga hanya
satu. Sehebat apapun seorang entrepreneur dia pasti punya keterbatasan
karena itu butuh orang-orang lain di sekitarnya yang bisa ia delegasikan
tugas dengan kualitas hasil yang kurang lebih sama bagus dibanding kalau
ia sendiri yang melakukannya. Syukur-syukur kalau bisa mengerjakan lebih
bagus daripada ia sendiri yang melakukan
Sejauh yang saya tahu, entrepreneur besar yang kemudian sukses
melairkan perusahaan2 besar, juga didukung oleh para anak buah yang
hebat yang mampu menerjemahkan keinginan owner, mampu
bekerjasama, loyal, dan mau mencari ide-ide terobosan bisnis tanpa
diomelin si owner sekalipun. Mari kita bercermin dari kasus Astra. Kenapa
Astra? Bagaimanapun Astra adalah salah satu perusahaan terbesar dan
tersukses di Indonesia, dan juga menerapkan sistem manajerial yang oleh
para ahli disebut-sebut sebagai yang terbaik di Indonesia. Astra bisa besar
dan menggurita seperti sekarang tak lepas dari perintisnya, yakni Om
William Suryajaya. Beliau adalah pendiri Astra yang awalnya bisnisnya juga
trading, mensuplai kebutuhan beberapa instansi, sebelum menjadi raja
otomotif. Banyak orang yang tak tahu kalau kalau Astra besar juga karena
Om William punya beberapa anak buah yang hebat saat perintisan yang
notabene adalah beberapa keponakannya sendiri. Sebut saja Pak TP
Rachmat dan Pak Teddy Tohir masih ada beberapa yang lain.
Mereka ini sudah ikut Om William dari jaman susahnya dulu. Tapi
mereka inilah anak buah yang berbakat yang memberikan kontribusi besar
kepada si owner (entrepreneur). Selain bekerja keras, juga capable dan
punya visi. Terbukti Astra kemudian besar dan para anak buah itu

kemudian juga mandiri menjadi enterpreneur yang sukses. Tedy Thohir


kemudian sukses mendirikan bisnis sendiri Group Wahana (dealership dan
financing untuk sepeda motor) Wom Finance. Sekarang bisnis dia sudah
diteruskan anak-anaknya (Garibaldi Tohir dan Erick Tohir). TP Rachmat juga
demikian. Orang ini, setelah lama menjadi Presdir Group Astra setelah era
Om William, ia juga mendirikan usaha sendiri, Triputra Group yang kini juga
menjadi salah satu kelompok usaha besar di Indonesia. Saya kira orang
Astra pasti mengakui Astra bisa besar salah satunya karena andil TP
Rachmat, karena orang inilah yang membangun sistem di Astra. Dai juga
cukup lama menjadi presdir Astra sebelum akhirnya mengundurkan diri.
Bagi para pemula bisnis, memang tidak mudah meniru langkah Om
William, mencari anak-anak buah dari keluarga dekat yang hebat dan
masih mau dibayar murah saat merintis bisnis. Yang penting saya kira
semangatnya, cari anak buah terbaik sejauh yang bisa dilakukan. Jangan
asal comot. Bagaimanapun kemajuan bisnis amat ditentukan SDM-nya.
Kebetulan saya pernah tanya ke Pak TP Rachmat, apa rahasia beliau
membesarkan Astra dan juga bisnis sendiri, jawabnya, ialah SDM. Punya
tim yang hebat. Beliau kalau mau masuk di bisnis baru bukan bidang
bisnisnya dulu yang dicari, namun orangnya dulu. Ada nggak orang yang
siap beliau tempatkan sebagai CEO, GM, sbg. Beliau orang yang sangat
concern dengan man management atau people management, dan inilah
salah satu pilar terpenting dalam bisnis. Kata beliau kalau kita punya tim
atau anak buah yang bagus sudah seperti Rinso, bisa mencuci sendiri.
Saya juga tahu banyak soal Astra dari relasi saya Pak Harijanto, beliau
mantan tim-nya Pak TP Rachmat di Astra yang kemudian juga sukses
menjadi entrepreneur. Pak Harijanto, pengusaha sepatu yang kini punya
9.000-an karyawan, juga menerapkan man management ala Astra di
perusahaannya. Dari mulai cara rekruitmen hingga bagaimana mengelola
anak buah (soal upah dll).

Makanya di perusahaan Pak Harijanto ini cukup harmonis meski


pekerjanya ribuan orang. Beliau masih bisa nyanyi bersama dan
dangdutan bersama karyawannya atau makan bersama di kantin
perusahaan. Ini nggak gampang lho, apalagi saat ini banyak pemilik
perusahaan yang datang ke pabriknya sendiri takut. Takut didemo, takut
dikeroyok, takut dilempari kerikil, dll, karena soal upah dan sistem
ketenagakerjaan yang kurang baik. Makanya ada beberapa pabrik yang
dibakar atau disandera oleh karyawannya sendiri. Tragis. Mungkin
pemiliknya menangis juga kenapa dia yang punya perusahaan tapi mau
masuk pabriknya sendiri tak boleh. Tapi itu mungkin tuah dari ulahnya
sendiri, karena tidak menerapkan man/people management yang baik, adil
dan transparan.
Ada baiknya belajar dari Astra dan juga perusahaan yang
menerapkan man managemen dengan baik lainnya. Carilah anak buah
yang baik, potensial dan berbakat, lalu pertahankan dia dengan man
management yang baik (penggajian, training, dll). Ini juga harus
diterapkan kita-kita yang sedang merintis bisnis dari nol, apapun bidang
bisnis kita. Carilah anak buah yang bagus, untuk sekarang dan masa
depan. Yang meski sekarang harganya murah namun bisa diajak berlari,
punya potensi untuk dididik dan dikembangkan. Tangan kta, otak kita dan
pikiran kita terbatas, kita butuh anak buah yang bisa membantu dan
mengkover segala keterbatasan kita.

Chairul Tanjung
Nama

: Chairul Tanjung

Lahir : 16 Juni 1962 (umur 51) Jakarta, Indonesia


Istri

: Anita Ratnasari Tanjung

Anak : Putri Indahsari


Rahmat Dwiputra
Pendidikan :
-

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia/S1 (selesai;1987)


Institut Pendidikan dan Pembinaan Manajemen (IPPM)/S2
(selesai;1992)

Pekerjaan

: Pemilik (CEO) utama CT Corp

Agama

: Islam

Bangun Kerajaan Bisnis dari Nol


Saat ini ada sederet nama pengusaha sukses yang menduduki level
atau jajaran yang cukup tinggi di peringkat dunia. Salah satu nama
pengusaha sukses yang dapat anda kenal ialah Chairul Tanjung. Anda akan
mendapatkan banyak manfaat terutama di bidang perkembangan bisnis
dengan membaca profil Chairul Tanjung. Chairul dilahirkan di zaman orde
lama di Jakarta. Ia merupakan anak dari A.G Tanjung yang berprofesi sebagai
wartawan dan telah menerbitkan lima surat kabar. Pada zaman ini sang ayah
terpaksa untuk menutup perusahaan persnya karena tidak sejalan dengan
penguasa politik di zaman itu.
Pada tahun 1981, Chairul masuk di Universitas Indonesia dengan
jurusan Kedokteran Gigi. Karena tingginya biaya kuliah, disini Chairul
mencoba untuk berjualan berbagai macam barang demi membiayai
kuliahnya. Ia mulai berjualan kaos, buku kuliah, dan berbagai alat
kedokteran. Setelah ia lulus, ia mencoba untuk membuka sebuah toko, yaitu
toko peralatan medis dan juga peralatan laboratorium, namun mengalami
kebangkrutan. Setalah itu, Chairul juga mencoba untuk membuka suatu
bidang usaha di bidang kontraktor dan telah mengerjakan berbagai proyek
industry terutama barang yang berbahan dasar dari rotan. Saat itulah
Chairul mencoba untuk membangun suatu perusahaan yaitu perusahaan
Pariarti Shindutama bersama beberapa orang temannya. Pada awalnya,
perusahaan ini juga telah menangani beberapa jenis ekspor. Ekspor mereka
pada saat itu ialah ekspor sepatu. Saat itu bisnis Chairul mengalami
kenaikan namun Chairul memiliki jalan pikiran yang berbeda dari rekan
binsinya, oleh karena itu Chairul mencoba untuk menjalankan bisnisnya
sendiri.

Saat ini, salah satu factor penting yang mendukung bisnis dari Chairul
ialah memperhatikan beberapa inti dari berbisnis yaitu multi media, property
dan keuangan. Di beberapa bidang ini, anda dapat dengan mudah
mengetahui tingkatan dari suatu perusahaan. Selain itu, perusahaan ini juga
merambah ke bisnis asuransi jiwa yang nantinya juga sangat
menguntungkan.
Selain di beberapa media cetak, Chairul juga terkenal di beberapa multi
media. Persaingan di bidang bisnis multimedia semakin besar setiap waktu.
Oleh karena itu anda perlu belajar atau mempelajari cara bekerja sesuai
dengan kebutuhan anda. Saat ini, kekayaan yang telah dicapai oleh Chairul
didapatkan dari beberapa jenis perusahaan yang sukses.

Seandainya Saya Jadi Pegusaha


Sebagai seorang yang menekuni dunia teknik, terutama Teknik
Arsitektur, sudah sewajarnya saya memiliki cita cita ingin memiliki usaha di
bidang ini, salah satunya yang ingin saya geluti yaitu menjadi seorang
Konsultan. Namun, di sisi lain ada hal yang telah menjadi cita cita saya
sejak dulu di luar dari dunia arsitektural, yaitu memiliki usaha bisnis
restoran. Karena pada dasarnya manusia butuh makan, jadi menurut saya
dalam usaha bisnis restoran ini memiliki banyak tantangan, mulai dari
manajemen sampai ke inovasi inovasi produk apa saja yang akan kita
tawarkan kepada konsumen, agar konsumen tertarik.

Langkah Awal Memulai Usaha


Dalam memulai usaha bisnis restoran, langkah awal yang akan saya
ambil yaitu membangun relasi. Karena untuk memulai menjadi seorang
pebisnis dimulai dari sesuatu hal yang bisa kita kuasai, yaitu pertemanan
dan mulai membangun relasi sebanyak mungkin. Selanjutnya ketika sudah
dan sembari membangun relasi, hal penting lainnya untuk seorang pebisnis
yaitu komitmen. Tanpa komitmen, usaha yang kita rintis akan menjadi
sebuah omong kosong. Kemudian kita juga membutuhkan sikap/sifat
organisatoris, karena saat kita ada dalam organisasi maka kita akan
mengerti manajemen, belajar leadership dan belajar bertanggung jawab.

Aktif dalam kegiatan social juga sangat karena dengan hal ini maka
kita akan menjadi pribadi yang sensitif terhadap apa yang terjadi di
masyarakat, dengan demikian mudah bagi kita untuk mendapatkan apresiasi
dari masyarakat. Yang terakhir yaitu optimis, seorang pengusaha harus
selalu optimis terhadap apa yang dilakukannya, karena dengan optimis kita
akan selalu berpikiran positif serta yakin.

Membesarkan Usaha dan Menggapai Sukses


Dalam hal membesarkan usaha, yang harus dilakukan yaitu :
1. Inovasi
2. Betanggung jawab
3.

Anda mungkin juga menyukai