Penguasaan teknologi yang semakin maju membuat banyaknya penemuan-penemuan dari para ilmuwan
yang berteknologi canggih dipublikasikan. Dalam bidang biologi, teknologi dapat diterapkan juga.
Diantaranya, teknologi reproduksi dan bioteknologi. Contoh teknologi reproduksi yang saat ini sedang
gencar-gencarnya dikembangkan ialah bayi tabung, kloning, dan inseminasi buatan.
Kloning merupakan salah satu bentuk keberhasilan para ilmuwan dalam perolehan keturunan yang banyak
mengundang pro dan kontra. Diawali dengan lahirnya Dolly di Skotlandia sampai isu lahirnya bayi
perempuan hasil kloning bernama Eve. Kloning banyak mendapat kontra dari masyarakat, terutama dalam
kloning manusia.
Kloning berasal dari kata ‘klon’ dari bahasa Yunani yang berarti tunas muda. Kloning dapat diartikan
sebagai upaya untuk memproduksi sejumlah individu yang secara genetik identik. Proses kloning
merupakan suatu bentuk reproduksi aseksual atau tanpa kawin.
Kloning sebenarnya sudah diterapkan pada tumbuhan, yakni sistem stek pada tanaman singkong. Namun
pada tahun 1996, kelahiran seekor domba hasil kloning bernama Dolly, membuat pembaharuan pada
sistem kloning, yaitu memperbanyak sel pada hewan tingkat tinggi. Kloning didasarkan pada prinsip
bahwa setiap sel makhluk hidup mempunyai kemampuan totipotensi, yang artinya setiap sel memiliki
kemampuan menjadi individu.
Kloning dapat diterapkan kepada tanaman, katak, domba dan tikus. Namun beberapa tahun terakhir, para
ilmuwan dilaporkan telah berhasil mengkloning kera dan kucing.
Kloning bertujuan untuk mendapatkan keturunan yang sama atau identik dengan induknya. Untuk kloning
tumbuhan dan hewan, dapat digunakan untuk melestarikan tumbuhan dan hewan langka. Selain untuk
perbanyakan keturunan, pengklonaan juga telah digunakan untuk terapi atau pengobatan pada penderita
diabetes, leukemia, kelumpuhan saraf, dan berbagai penyakit akibat kerusakan jaringan.
Hasil kloning akan memiliki sifat-sifat yang identik dengan induknya. Hal ini terjadi karena dalam proses
pengkloningan, terjadi pengambilan bagian dari induk yang kemudian akan ditumbuhkan menjadi individu
baru yang sama persis dengan induknya.
Ada tiga teknik yang digunakan. Yaitu, transfer inti sel somatik alias kloning terapeutik manusia. Yaitu
menyatukan sel inti dari manusia dewasa ke dalam sel telur donor yang telah dihilangkan inti selnya
menggunakan kejutan elektrik. Dengan demikian DNA sel pasien kembali pada tahap embrionik dan
menghasilkan sel tunas yang identik dengan tubuhnya. Teknik kedua adalah partenogenesis di mana sel
telur lengkap dengan inti sel langsung diaktivasi untuk membelah diri lewat sejumlah perlakuan. Teknik
ketiga, transfer ooplasma. Cara ini merupakan kebalikan transfer inti, yaitu menghilangkan sitoplasma,
kemudian sel telur yang sedang tumbuh ditransfer ke sel pasien untuk mengubahnya menjadi sel tunas.
Kelahiran Dolly
Tanggal 5 Juli 1996, di Roslin Institute, Edinburgh, Skotlandia, seorang ilmuwan bernama Ian Wilmut
berhasil mengkloning seekor domba jenis Finn Dorset bernama Dolly. Dolly diklon dengan menggunakan
sebuah sel telur yang intinya diganti dengan inti sel kelenjar susu ibunya. Kelahiran Dolly menyatakan satu
hal: sel-sel tubuh selain sel kelamin ternyata dapat bergenerasi menjadi individu baru. Kemampuan ini
disebut totipotensi.
Dolly bukanlah satu-satunya domba hasil kloning. Sebelumnya, dua domba bernama Megan dan Morag
dilahirkan, dan merupakan domba klona pertama yang berasal dari embrio yang sama, artinya yang satu
adalah klona dari yang lain. Dolly berbeda dari mereka karena Dolly adalah hasil kloning dari domba
dewasa.
Sayangnya, walaupun Dolly dianggap sebagai kesuksesan besar di bidang teknologi reproduksi, ia ternyata
mengidap beberapa penyakit seperti penyakit paru-paru dan arthritis (mengerasnya sendi dan engsel
tulang) yang biasa ditemukan pada domba yang sudah tua. Dolly disuntik mati pada umur 6 tahun,
setengah dari usia domba biasa, yaitu 12 tahun.
Kloning ternyata dapat digunakan untuk terapi penyakit. Jika Anda penderita gagal ginjal, penderita
gangguan otot jantung, atau penderita rematik yang mengalami nyeri menyiksa sepanjang waktu,
penelitian stem cell (sel tunas) dapat memberi harapan untuk sembuh. Stem cell atau sel tunas merupakan
sel yang memiliki kemampuan untuk membelah dalam jangka waktu tak terbatas dan mampu membentuk
220 jenis sel penyusun tubuh manusia.
Sel tunas bisa dikembangkan menjadi sel ginjal, sel otot jantung, sel pankreas, sel saraf, serta sel lain
kemudian dicangkokkan ke organ tubuh untuk menggantikan jaringan yang rusak. Dalam penelitian
dengan tikus, sel tunas berhasil dengan baik.
Namun untuk mendapatkan sel tunas, orang harus menghentikan pertumbuhan embrio. Tentu saja proses
ini terjadi di luar tubuh, yaitu di laboratorium sebagaimana dilakukan pada proses bayi tabung (in vitro
fertilization/IVF). Bahkan kebanyakan embrio penelitian berasal dari sisa program bayi tabung.
Saat ini, sedang diteliti apa akibat dari sel tunas pada manusia. Jika penelitian ini berhasil, berbagai
penyakit dapat disembuhkan.
Pro dan Kontra Kloning
Dampak Positif
Jika kloning dilakukan pada tumbuhan dapat memberikan keuntungan yang lebih banyak. Akan diperoleh
tanaman baru dalam jumlah besar dalam waktu yang singkat dan dengan sifat yang identik atau sama
dengan induknya. Jika tanaman induk mempunyai sifat-sifat unggul maka dapat dipastikan keturunannya
pun akan memiliki sifat unggul yang sama dengan induknya. Upaya kloning pada tumbuhan juga dapat
kita gunakan sebagai upaya konservasi tumbuhan langka. Adanya teknologi kloning pada tumbuhan dapat
meningkatkan agrobisnis. Demikian pula halnya pada hewan ternak.
Kalangan yang pro kloning manusia mengemukakan beberapa dampak positif dari kloning manusia,
misalnya dapat menumbuhkan janin yang bebas penyakit keturunan dan dapat menghasilkan sel, organ
atau jaringan yang sesuai untuk pengobatan penyakit.
Dampak Negatif
Kloning pada tanaman akan menghasilkan keturunan yang sama dengan induknya. Hal ini akan
menurunkan keanekaragaman tanaman baru yang dihasilkan, demikian juga pada hewan.
Sementara itu kloning pada hewan dan manusia masih banyak dipertentangkan sebab banyak akibat yang
ditimbulkan. Contohnya, resiko kesehatan terhadap individu hasil kloning.
Kalangan yang menentang berpendapat bahwa kloning manusia dapat disalahgunakan untuk menciptakan
spesies atau ras baru dengan tujuan yang bertentangan dengan nilai kemanusiaan. Lagipula, pengklonaan
pada mamalia belum sepenuhnya sempurna. Dapat dilihat pada Domba Dolly yang menderita berbagai
penyakit.
Selain itu, akan terjadi kekacauan kekerabatan dan identitas diri dari klona maupun induknya.
Kloning manusia lebih banyak mendapat tentangan dari berbagai pihak, jika dibandingkan dengan kloning
hewan dan tumbuhan. Roslin Institute, sebagai lembaga pertama yang sukses mengkloning domba,
menentang keras kloning manusia.
Ilmuwan Dixon, spesialis etika kloning manusia mengutuk tindakan tersebut. Sementara itu fatwa ahli fiqh
Hukum Islam Sheik Yusuf Al-Qardawi menyatakan bahwa Islam melarang kloning manusia karena sangan
bertentangan dengan keragaman penciptaan Allah swt.
Vatikan mengatakan bahwa kloning manusia itu merupakan pelanggaran terhadap prinsip-prinsip etika,
kebrutalan mental yang bertentangan dengan pertimbangan manusiawi dan etika. UNESCO meminta agar
negara-negara di dunia melarang kloning manusia. Kongres Amerika mengesahkan Undang-undang yang
melarang pengkloningan manusia segera beberapa jam setelah pengumuman kelahiran bayi manusia hasil
kloning, Eve.
Agama Islam sendiri menentang keras kloning manusia dan menganggap kloning manusia tidak sejalan
dengan norma agama Islam. Dalam kitab Al-Qur’an, terdapat ayat-ayat yang menyatakan bahwa dari segi
proses, kloning dimungkinkan terjadinya, akan tetapi kewenangan dan motif untuk melakukannya masih
menjadi perdebatan. Apakah manusia mempunyai wewenang untuk melakukan proses itu atau tidak?
Dalam pertimbangan moral, jika kloning manusia akan melahirkan manusia yang tidak produktif, terutama
dalam mengemban amanah beratnya sebagai pemimpin di Bumi, apalagi jika terbukti menurunkan
martabat kemanusiaan, maka kloning dapat ditolak. Jumlah biaya yang tidak sedikit untuk melakukan
proses kloning, dianggap sebagai “penghamburan biaya” hanya untuk mengkloning satu manusia,
sementara di luar sana banyak “manusia-manusia formal” yang kekurangan dan berada di bawah garis
kemiskinan.