Anda di halaman 1dari 16

MASALAH PADA NEONATUS

(DIARE, OBSTIPASI, INFEKSI, SIDS)

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada saat ini banyak sekali neonatus dan balita dengan berbagai masalah yang terjadi
misalnya neonatus dan bayi dengan diare,obstipasi,infeksi dan bayi meninggal mendadak.
Dengan adanya masalah tersebut para ibu sangat khawatir terhadap hal itu, karena tidak bisa
mengatasinya. Berdasarkan hal tersebut, maka dalam penyusunan makalah ini mengambil
judul Neonatus dan bayi dengan masalah dan Penatalaksanaannya.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimanakah cara penanganan masalah neonatus dan balita dengan diare?
2. Bagaimanakah cara penanganan masalah neonatus dan balita dengan obstipasi?
3. Bagaimanakah cara penanganan masalah neonatus dan balita dengan infeksi?
4.

Bagaimanakah cara penanganan masalah neonatus dan balita dengan bayi meninggal
mendadak?

C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari pembuatan makalah ini adalah
sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui penanganan neonatus dan balita dengan diare
2. Untuk mengetahui penanganan neonatus dan balita dengan obstipasi
3. Untuk mengetahui penanganan neonatus dan balita dengan infeksi
4. Untuk mengetahui penanganan neonatus dan balita dengan bayi meninggal mendadak
BAB II
PEMBAHASAN

A. DIARE
1.

Pengertian
Beberapa pengertian diare:
Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cairan atau setengah
cairan, dengan demikian kandungan air pada tinja lebih banyak dari keadaan normal yakni
100-200 ml sekali defekasi (Hendarwanto, 1999).
Menurut WHO (1980) diare adalah buang air besar encer atau cair lebih dari tiga kali
sehari.
Diare ialah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali pada bayi dan lebih dari 3
kali pada anak dengan konsistensi feses encer, dapat berwarna hijau atau dapat bercampur
lendir dan darah (Ngastiyah, 1997).
Diare adalah buang air besar yang tidak normal atau bentuk tinja yang encer dengan
frekuensi 3 kali atau lebih dalam 24 jam.

2. Jenis-jenis diare
a.

Diare akut : dimulai dengan keluarnya tinja yang cair tanpa terlihat adanya darah dan
berakhir dalam 14 hari dan biasanya kurang dari 7 hari. Diare akut bisa disebabkan oleh
infeksi bakteri atau parasit yang dapat disertai muntah-muntah, demam, tenesmus,
hematoschezia, nyeri perut dan atau kejang perut.

b.

Diare kronis : dengan terlihat darah didalam tinja, keluar tinja sedikit- sedikit dan sering,
anak yang lebih besar akan mengeluh sakit perut, sakit waktu BAB. Efek yang lama anorexia,
kehilangan berat badan yang cepat dan kerusakan mukosa usus karena invasi bakteri.

c.

Diare persisten : diare yang berakhir 14 hari atau lebih. Episodenya dapat dimulai dengan
diare akut atau disentri, kehilangan BAB yang nyata sering terjadi dehidrasi.
Tanda tanda dehidrasi pada bayi :

Turgor dan elastisitas menurun (turgor normal kurang dari 2 detik)

Matanya cekung

Lidah atau membran mukosa kering

3. Penyebab
Etiologi diare dapat dibagi dalam beberapa faktor yaitu :
a.

Faktor Infeksi

1) Infeksi enteral yaitu infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab utama diare pada
anak.
Infeksi enteral ini :

Infeksi bakteri : vibrio, E coli, sallmonela, shigella, campylobacter, yersinia, aeromonas.

Infeksi virus : enterovirus (virus ECHO, cokxsackie, poliomyelitis), adenovirus, rutavirus.

Infeksi parasit : cacing (ascaris, oxyuris), protozoa (entamoeba histiolytika, trychomonas


huminis), jamur (candida albicans).

2) Infeksi parentral yaitu infeksi dibagian tubuh lain diluar alat pencernaan, seperti Otitis Media
Akut (OMA), Tonsilokaringitis Brunchopneumonia. Keadaan ini terutama terdapat pada bayi
dan anak berumur dibawah 2 tahun.
b. Faktor Malabsorbsi
1)

Malabsorbsi karbohidrat disakarida (intolerans laktosa, maltosa, dan sukrosa), monosakarida


(intolerans glukosa, fruktosa, galaktosa) pada bayi dan anak-anak yang terpentin dan
tersering adalah intoleransi laktosa.

2)

Malabsorbsi lemak

3)

Malabsorbsi protein

c.

Faktor makanan : makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan

d. Faktor psikologi : rasa takut dan cemas walaupun jarang dapat menimbulkan diare terutama
pada anak yang lebih besar.
Patofisiologi
Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare ialah:
a.

Gangguan osmotik
Adanya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotik
dalam lumen usus meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan elektroloit ke dalam lumen
usus. Isi rongga usus yang berlebihan akan merangsang usus untuk mengeluarkannya
sehingga timbul diare.

b. Gangguan sekresi
Akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus akan terjadi peningkatan
sekresi, air dan elektrolit ke dalam lumen usus dan selanjutnya timbul diare kerena
peningkatan isi lumen usus.
c.

Gangguan motilitas usus


Hiperperistaltik akan menyebabkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap
makanan sehingga timbul diare. Sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan
mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan, selanjutnya dapat timbul diare pula.

4. Pemeriksaan Lab
a.

Pemeriksaan tinja

1) Makroskopis dan mikroskopis


2) pH dan kadar gula dalam tinja dengan kertas lakmus dan tablet clinistes, jika diduga terdapat
inrtoleransi gula.
3) Jika perlu dilakukan pemeriksaan pembiakan pada uji resistem
b.

Pemeriksaan elektrolit terutama kadar natrium, kalium, kalsium dan posfor dalam serum
(terutama pada penderita diare yang disertai kejang)

5. Komplikasi
a.

Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonic,hypertonic)

b. Hipokalemia (dengan gejala ineteorismus, lemah, bradikarida)


c.

Hipoglikemia

d. kejang terutama pada dehidrasi hipertonik


6. Pengobatan
a.

Pemberian cairan (dehidrasi awal dan rumat)

b. Dietetic (pemberian makan)


c.

Obat-obatan

7. Tanda-tanda diare :
a.

Bayi lemas

b. Anorexia
c.

Menangis

d. Terlihat lebih kurus


8. Penatalaksanaan :
a.

Teruskan menyusui / berikan ASI peras

b. Larutan dehidrasi oral setiap kali diare


c.

Diatetik (pemberian makanan)

B. OBSTIPASI
1. Pengertian
Necel (Desember 2007) Obstipasi berasal dari bahasa Latin
Ob berarti in the way = perjalanan
Stipare berarti to compress = menekan

Secara istilah obstipasi adalah bentuk konstipasi parah biasanya disebabkan oleh
terhalangnya pergerakan feses dalam usus (adanya obstruksi usus).
Secara umum, Obstipasi adalah pengeluaran mekoniun tidak terjadi pada 24 jam pertama
sesudah kelahiran atau kesulitan atau keterlambatan pada faeces yang menyangkut
konsistensi faeces dan frekuensi berhajat. Gejala antara obstipasi dan konstipasi sangat mirip
dimana terdapat kesukaran mengeluarkan feses (defekasi). Namun obstipasi dibedakan dari
konstipasi berdasarkan penyebabnya. konstipasi disebabkan selain dari obstruksi intestinal
sedangkan obstipasi karena adanya obstruksi intestinal.
Ada beberapa variasi pada kebiasaan buang air besar yang normal. Pada bayi baru lahir
biasanya buang air besar 2-3 kali sehari tergantung jenis susu yang dikonsumsi akan tetapi
masih mungkin normal bila buang air besar 36-48 jam sekali asal konsistensi tinja normal.
2. Etiologi
Obstipasi disebabkan juga karena sebagai berikut :
a.

Obstipasi akibat obstruksi dari intralumen usus meliputi akibat adanya kanker dalam dinding
usus

b. Obstipasi akibat obstruksi dari ekstralumen usus, biasanya akibat penekanan usus oleh massa
intraabdomen misalnya adanya tumor dalam abdomen yang menekan rectum.
c.

Penyaluran makanan yang kurang baik, misalnya masukan makanan bayi muda kurang
mengandung air / gula, sedangkan pada bayi usia lebih tua biasanya karena makanan yang
kurang mengandung polisakarida atau serat.

d.

Kemungkinan adanya gangguan pada usus seperti pada penyakit Hirschpung yang berarti
usus tidak melakukan gerakan peristaltik.

e.

Sering menahan terselit karena nyeri pada saat buang air besar.

3. Tanda dan Gejala

Sering menangis

Susah tidur

Gelisah

Perut kembung

Kadang-kadang muntah

Abdomen distensi

Anoreksia

4. Jenis Jenis Obstipasi


Obstipasi ada 2 macam, yaitu :
a.

Obstipasi obstruksi total


Memiliki ciri tidak keluarnya feses atau flatus dan pada pemeriksaan colok dubur didapatkan
rectum yang kosong, kecuali jika obstruksi terdapat pada rectum.

b. Obstipasi obstruksi parsial.


Memiliki ciri pasien tidak dapat buang air besar selama beberapa hari tetapi kemudian dapat
mengeluarkan feses disertai gas. Keadaan obstruksi parsial kurang darurat daripada obstruksi
total.
5. Menegakan Diagnosa Obstipasi
Obstipasi didiagnosa melalui cara:
a. Anamnesis
Riwayat penyakit difokuskan pada gagal untuk mengeluarkan baik feses maupun gas. Perlu
untuk menentukan apakah termasuk obstruksi total atau partial Anamnesis ditujukan untuk
menggali lebih dalam riwayat penyakit terdahulu yang mungkin dapat menstimulasi
terjadinya obstipasi.
Dicari juga apakah ada kelainan usus sebelumnya, nyeri pada perut, dan masalah sistemik
lain yang penting, sebagai contoh riwayat adanya penurunan berat badan yang kronis dan
feses yang bercampur darah kemungkinan akibat obstruksi neoplasma
b. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan abdomen standar seperti inspeksi, auskultasi, perkusi,dan palpasi untuk melihat
apakah ada massa abdomen, nyeri abdomen, dan adanya distensi kolon.Obstruksi usus pada
fase lanjut tidak terdengar bising usus Pemeriksaan region femoral dan inguinal untuk
melihat apakah ada hernia atau tidak. Obstruksi kolon bisa terjadi akibat hernia inguinal
kolon

sigmoid

Pemeriksaan rectal tussae (colok dubur) untuk mengidentifikasi kelainan rectum yang
mungkin menyebabkan obstruksi dan memberikan gambaran tentang isi rectum.
c.

Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang yang perlu dilakukan pada bayi yang menderita obstipasi adalah :

Pemeriksaan Hb

Pemeriksaan Urine


d.

Pemeriksaan penunjang lain yang dianggap perlu.


Pencitraan dengan CT scan, USG, X rays dengan atau tanpa bahan kontras.
Pencitraan untuk melihat apakah ada dilatasi kolon. Dilatasi kolon tanpa udara menandakan
obstruksi total dan dilatasi kolon dengan terdapat udara menandakan partial obstruksi parsial.
Pencitraan ini dapat digunakan untuk menentukan letak obstruksi dan penyebab obstruksi.

e.

Laboratorium

seperti

pemeriksaan

elektrolit

darah

(mengetahui

dehidrasi

dan

ketidakseimbangan elektrolit), hematokrit (apakah ada anemia yang dihubungkan dengan


perdarahan usus missal akibat neoplasma), hitung leukosit (mengetahui infeksi usus).
Endoskopi untuk melihat bagian dalam kolon dan mennetukan sebab obstipasi
6. Penatalaksanaan Obstipasi
a.

Usahakan diet pada ibu dan bayi yang cukup mengandung makanan yang banyak serat,
buah-buahan dan sayur-sayuran.

b. Pemberian laktasi hanya merupakan tindakan pariatif yaitu hanya bila diperlukan saja.
c.

Peningkatan intake cairan

d. Bila diduga terdapat penyakit hirscprung dapat dilakukan tes tekanan usus.
e.

Bayi kurang dari dua bulan yang menerima susu formula atau ASI yang memadai bisa diberi
1 sendok teh sirup jagung ringan pada botol pagi dan malam hari

f.
g.

Apel atau jus prem efektif bagi bayi antara 2 bulan dan 4 bulan
Bayi antara 4 bulan dan 1 tahun dapat sembuh dengan sereal serat tinggi atau jus
aprikot,buah prem kering atau prem.

h. Anak usia lebih dari 1 tahun sebaiknya diberi makan serat tinggi seperti buah-buahan,kacang
polong,sereal,keripik graham,buncis dan bayam.

C. INFEKSI
1.

Pengertian
Infeksi dalam kamus kedokteran merupakan penembusan dan penggandaan didalam
tubuh dari organisme yang hidup ganas seperti bakteri,virus,dan jamur. Sedangkan infeksi
perinatologi yaitu infeksi yang terjadi pada neonatus terjadi pada masa prenatal, intranatal
dan postnatal.
Infeksi pada bayi baru lahir lebih sering ditemukan pada BBLR. Infeksi juga lebih sering
ditemukan pada bayi yang lahir di rumah sakit dibanding dengan bayi yang lahir diluar
rumah sakit. Bayi baru lahir mendapat kekebalan (imunitas) transplasenta terhadap kuman

yang berasal dari ibunya. Sesudah lahir, bayi terpapar dengan kuman yang juga berasal dari
orang lain. Terhadap kuman yang berasal dari orang lain ini bayi tidak memiliki imunitas.
2.

Macam-macam infeksi pada neonatus

a. Tetanus neonatorum
b. CMV
c. Virus herpes simplex
3.

Penyebab
Infeksi neonatus dapat melalui beberapa cara blane (1961) dan di bagi dalam 3 golongan
yaitu

a. Infeksi Antenatal
Kuman mencapai janin melalui peredaran darah ibu ke plasenta dan selanjutnya infeksi
melalui sirkulasi umbilicus masuk ke janin. Riwayat kehamilan yang meningkatkan resiko
bayi terinfeksi, diantaranya adalah infeksi pada ibu selama kehamilan

seperti

TORCH,ekslampsia,diabetes melitus, penyakit bawaan pada ibu.


b. Infeksi Intranatal
Kuman dari vagina naik dan masuk kedalam rongga amnion setelah ketuban pecah. Infeksi
dapat terjadi walaupun ketuban masih utuh. Misalnya pada partus lama dan sering dilakukan
pemeriksaan dalam. Janin terkena infeksi karena inhalasi likuor yang septic sehingga terjadi
pneumonia congenital / karena kuman memasuki peredaran darahnya dan menyebabkan
seplikerta. Infeksi intranatal dapat juga terjadi dengan jalan kontak langsung dengan kuman
yang terdapat dalam vagina misalnya blenorea. Riwayat persalinan yang meningkatkan resiko
terjadinya infeksi pada bayi antara lain persalinan lama, persalinan dengan tindakan (ekstrasi
vkum/forsep, secsio sesaria),ketuban pecah dini, serta air ketuban hijau kental.
c.

Infeksi Pasca Natal


Infeksi terjadi sesudah bayi lahir lengkap, infeksi terjadi akibat penggunaan alat-alat
perawatan yang tidak steril atau karena cross intection. Riwayat bayi baru lahir yang
meningkatkan bayi terinfeksi, antara lain trauma lahir, lahir kurang bulan,bayi kurang
mendapatkan cairan dan kalori, bayi hipotermi.

4.

Diagnosis
Diagnosis infeksi tidak mudah karena tanda khas seperti yang terdapat pada bayi lebih
tua sering kali tidak ditemukan, diagnosis dapat dibuat dengan pengamatan yang cermat.
Diagnosis dini dapat dibuat apabila terdapat kelainan tingkah laku bayi dapat merupakan
tanda-tanda permulaan infeksi umum.

Tanda infeksi pada bayi biasanya tidak khas seperti yang terdapat pada bayi yang lebih
tua ada beberapa gejala yaitu :

Malas minum

Mengantuk (letargi) atau tidak sadar

Gelisah

Frekuensi pernafasan meningkat

Berat badan turun

Ubun-ubun tampak cembung

Pergerakan kurang

Muntah

Diare

Oedema

Perdarahan, ikterus, kejang, suhu meningkat, normal / kurang dari normal

Adanya nanah dari telinga, pusar tampak kemerahan dan meluas ke kulit perut serta berbau
busuk.

5.

Jenis
Infeksi karena bakteri pada bayi baru lahir dapat diklasifikasikan menjadi tiga yaitu sebagai
berikut :

a.

Infeksi bakteri sistemik


Apabila bayi tampak mengantuk/letargi atau tidak sadar,kejang disertai satu tanda infeksi,
gangguan nafas, malas minum atau tidak bisa minum dengan atau tanpa muntah, bagian
tubuh merah dan mengeras,ubun-ubun cembung, suhu bisa panas atau dingin.

b.

Infeksi bakteri lokal berat


Apabila ditemukan nanah didaerah mata,telinga, tali pusat atau umbilikus kemerahan dan
meluas sampai kekulit perut,bernanah serta ada kerusakan kulit .

c.

Infeksi bakteri lokal


Apabila ada nanah keluar dari mata dalam jumlah sedikit,daerah tali pusat dan umbilikus
kemerahan ,berbau busuk dan terjadi sedikit kerusakan kulit.

6.

Pencegahan Infeksi

a.

Ada pemisahan di kamar bersalin antara bagian Septik dan Aseptik

b.

Di basal bayi baru lahir dipisahkan antara Partus Aseptik dan Septik

c.

Dapur susu harus bersih dan cara mencampur susu harus Aseptik, setiap bayi harus
mempunyai tempat pakaian sendiri begitu pula termonoloa obat, dll. Incubator harus selalu
dibersihkan lantai ruangan setiap hari harus dibersihkan dengan Antiseptik.

d.

Pemakaian antibiotic dengan indikasi jelas.

e.

Berikan perawatan rutin kepada bayi baru lahir.

f.

Pertimbangkan setiap orang ( termasuk bayi dan staf ) berpotensi menularkan infeksi.

g.

Cuci tangan atau gunakan pembersih tangan beralkohol.

h.

Pakai pakaian pelindung dan sarung tangan.

i.

Pegang instrumen tajam dengan hati hati dan bersihkan dan jika perlu sterilkan atau
desinfeksi instrumen dan peralatan.

j.

Bersihkan unit perawatan khusus bayi baru lahir secara rutin dan buang sampah.

7.

Penatalaksanaan
Penanganan secara umum bayi yang mengalami infeksi, diantaranya adalah
:mempertahankan tubuh bayi tetap hangat, ASI tetap diberikan ataau diberi air gula, injeksi
antibiotik berspektrum luas sesuai dosis dan terarah,serta perawatan sumber infeksi.
Pemberian antibiotik yang berlebihan dan tidak terarah dapat menyebabkan tumbuhnya
mikroorganisme yang tahan terhadap antibiotik serta tumbuhnya jamur yang berlebihan
seperti candida albicans.
Pengobatan pada klasifikasi infeksi bakteri sistemik, adalah sebagai berikut :

1)

Lakukan penanganan kejang apabila ditemukan tanda dan gejala kejang

2)

Lakukan penanganan gangguan pernafasan bila dijumpai gangguan pernafasan

3)

Lakukan penanganan hipotermi apabila ditemukan hipotermi

4)

Pertahankan kadar gula darah agar tidak turun

5)

Berikan dosis antibiotik pertama secara intramuskuler

6)

Beri penjelasan ibu agar bayi tetap hangat

7)

Lakukan rujuna segera.


Pengobatan pada klasifikasi infeksi bakteri lokal berat, adalah sebagai berikut:

1) Berikan dosis antibiotik pertama secara intramuskuler


2)

Berikan antiseptik lokal sesuai daerah yang terkena dan ajarkan ibu tentang pengobatan
berikut ini :

1)

Cuci tangan sebelum mengobati

2)

Bersihkan kedua mata tiga kali sehari dengan kapas atau kain basah dengan air hangat

3)

Berikan salep/tetes mata tetrasiklin pada kedua mata

4)

Cuci tangan setelah selesai pengobatan dan lakukan terus sampai kemerahan sembuh.

3)

Pengobatan infeksi kulit atau pusar

a)

Cuci tangan sebelum mengobati

b)

Bersihkan nanah dan krusta dengan air matang dan sabun secara hati-hati

c)

Keringkan daerah sekitar luka dengan kain bersih dan kering

d)

Oleskan Gentian Violet 0,5% atau proviodin iodine atau salep yang mengandung neomisin
dan basitrasin

e)

Cuci tangan setelah selesai pengobatan dan lakukan terus sampai kemerahan sembuh.
Pengobatan pada klasifikasi infeksi bakteri lokal, adalah sebagai berikut :

1) Berikan dosis antibiotik pertama secara oral dengan pilihan amoxilin dan ampisilin
2) Berikan penjelasan dan ajari ibu cara perawatan infeksi lokal
3) Lakukan asuhan dasar bayi muda
4) Berikan penjelasan kapan sebaiknya bayi dibawa ke petugas kesehatan
5) Berikan penjelasan kunjungan ulang setelah hari kedua.
D. SINDROM BAYI MENINGGAL MENDADAK
1.

Definisi
Sindroma Kematian Bayi Mendadak (SIDS, Sudden Infant Death Syndrome) adalah
suatu kematian yang mendadak dan tidak terduga pada bayi yang tampaknya sehat. SIDS
merupakan penyebab kematian yang paling sering ditemukan pada bayi yang berusia 2
minggu-1 tahun. 3 dari 2000 bayi mengalami SIDS dan hampir selalu ketika mereka sedang
tidur. Kebanyakan SIDS terjadi pada usia 2-4 bulan dan terjadi di seluruh dunia.
Kematian bayi mendadak tidak terduga dan dengan alasan yang tetap tidak jelas, bahkan
setelah otopsi,merupakan sara kematian paling utama pada tahun pertama kehidupan setelah
masa neonatus. Peristiwa ini menggambarkan sindroma bayi mati mendadak (SIDS yaitu
Sudden Infant Death Syndrome).Sindroma Kematian Bayi Mendadak (SIDS, Sudden Infant
Death Syndrome) adalah suatu kematian yang mendadak dan tidak terduga pada bayi yang
tampaknya sehat.
SIDS merupakan penyebab kematian yang paling sering ditemukan pada bayi yang
berusia 2 minggu-1 tahun. 3 dari 2000 bayi mengalami SIDS dan hampir selalu ketika
mereka sedang tidur. Kebanyakan SIDS terjadi pada usia 2-4 bulan dan terjadi di seluruh
dunia. Pada kasus yang khas seorang bayi berusia 2-3 bulan yang tampak sehat, di tidurkan
tanpa kecurigaan bahwa segala sesuatunya di luar keadaan yang biasa, beberapa waktu
kemudian bayi di temukan meninggal, dan otopsi konvensional gagal menemukan penyebab
kematian. Telah di ungkapkan bahwa bayi tampak sehat sebelum meninggal, tetapi riwayat

perinatal yang lebih rinci serta pemeriksaan intensif fungsi kardiorespiratorik dan neurologik
menghasilkan bukti-bukti bahwa anak tidak berada dalam keadaan yang normal sebelumnya.
Seorang ibu yang merokok pada masa kehamilan meningkatkan risiko sindrom mati
mendadak pada bayi. Kematian mendadak pada bayi terjadi ketika bayi kekurangan napas di
tempat tidur setelah posisinya menghalangi pernapasannya. Seperti yang dikutip dari AFP,
sindrom mati mendadak itu banyak dikaitkan dengan kurangnya respons yang mengejutkan
pada otak yang memicu bayi bernapas megap-megap. Dalam kondisi semacam itu, bayi akan
menangis untuk merangsang pernapasan normal kembali.
2.

Penyebab
Penyebab ketidaknormalan itu masih belum diketahui jelas. Namun, bukti statistik
menunjukkan ada kaitan bayi yang terpapar tembakau selama kehamilan dengan sindrom
mati mendadak pada bayi. Tim dokter yang dipimpin Dr Anne Chang, seorang profesor di
bidang pernapasan di Royal Childrens Hospital Foundation di Brisbane, Australia, berupaya
mencari kaitan antara kedua hal itu dengan mengamati 20 bayi sehat berusia sekitar tiga
sampai lima bulan. Usia itu merupakan usia yang berisiko mati mendadak.
Para ahli mengamati sepuluh ibu bayi yang tidak merokok pada masa kehamilan,
sedangkan yang lain merokok selama kehamilan. Untuk penelitian, bayi diletakkan di
punggung, posisi yang direkomendasikan untuk mencegah kematian mendadak. Kemudian,
bayi-bayi itu diganggu oleh suara nyanyian yang kekuatannya mencapai 80 desibel dari
pengeras suara di dekat mereka setelah tidur. Tes dilakukan selama para bayi tidur nyenyak
dan dalam keadaan terang sepanjang tahap tidur antara sepuluh sampai dua belas jam. Irama
jantung dan pernapasan serta respons tingkah laku bayi seperti gerakan badan dan membuka
mata diamati. Para peneliti menemukan tidak ada perbedaan cara tidur bayi atau bangun
ketika suara terdengar selama tidur nyenyak. Periode ditentukan oleh kecepatan gerak mata di
samping pupil. Tetapi, perbedaan besar meningkat pada respons mereka selama membuka
mata atau bergerak selama periode itu, bahkan ketika rangsangan terhadap telinga diperbesar.
Para peneliti percaya penemuan itu menambah kecurigaan bahwa nikotin dapat berakibat
pada perkembangan kunci fungsi motoris bayi, yakni memerintahkan otak untuk tidur dan
membangunkan

serta

fungsi

jantung

serta

paru-paru.

Penyebabnya tidak diketahui. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa SIDS lebih sering
terjadi pada bayi yang tidurnya tengkurap dibandingkan dengan bayi yang tidurnya terlentang
atau miring. Karena itu sebaiknya bayi ditidurkan dalam posisi terlentang atau miring. Resiko
terjadinya SIDS juga ditemukan pada bayi yang pada saat tidur wajahnya menghadap ke

kasur atau selimut yang lembut/empuk. Karena itu sebaiknya bayi ditidurkan diatas kasur
yang keras.

3.

Faktor resiko terjadinya SIDS:

Tidur tengkurap (pada bayi kurang dari 4 bulan)

Kasur yang lembut (pada bayi kuran dari 1 tahun)

Bayi prematur

Riwayat SIDS pada saudara kandung

Banyak anak

Musim dingin

Ibunya perokok

Ibunya pecandu obat terlarang

Ibunya berusia muda

Jarak yang pendek diantara 2 kehamilan

Perawatan selama kehamilan yang kurang

Golongan sosial-ekonomi rendah. SIDS lebih banyak ditemukan pada bayi laki-laki.

4.

Faktor-Faktor Yang Mungkin Menyebabkan Bayi Meninggal Mendadak

a.

Jeda pernafasan karena Apnea dan sianosis yang lama selama tidur telah diobservasi pada
dua bayi yang kemudian dianggap meninggal karena SIDS dan telah diamati pula adanya
obstruksi saluran nafas bagian atas dengan jeda pernafasan serta bradikardia yang lama pada
bayi-bayi dengan SIDS abortif. Walaupun demikian masih belum pasti apakah apnea sentral
atau apnea obstruktif yang lebih penting dalam terjadinya SIDS

b.

Cacat batang otak karena sedikitnya 2 kepingan bukti telah mengisyaratkan bahwa bayi-bayi
dengan SIDS memiliki abnormalitas pada susunan saraf pusat.

c.

Fungsi saluran nafas atas yang abnormal, berdasarkan pada perkembangan dan anatomi,
maka bayi yang muda dianggap beresiko tinggi terhadap saluran pernafasan bagian atas,
apakah keadaan ini terjadi pada SIDS masih belum di ketahui.

d.

Reflek saluran nafas yang hiperaktif karena masuknya sejumlah cairan ke dalam laring dapat
merangsang timbulnya reflek ini dan di duga menimblkan apnea, maka di berikan perhatian

yang cukup besar akan kemungkinan reflek gasoesofagus dan aspirasi sebagai mekanisme
primer terjadinya SIDS pada beberapa bayi.
e.

Abnormalita jantung, beberapa ahli mengajukan adanya ketidakstabilan pada jantung muda,
tetapi tidak mendapatkan bukti yang meyakinkan saa ini untuk menunjukan bahwa aritmia
jantung memainkan perana pada SIDS.

5.

Gejala
Tidak ada gejala yang mendahului terjadinya SIDS.

6.

Diagnosa
SIDS didiagnosis jika seorang bayi yang tampaknya sehat tiba-tiba meninggal dan hasil
otopsi tidak menunjukkan adanya penyebab kematian yang jelas. Semakin banyak bukti
bahwa bayi dengan resiko SIDS mempunyai cacat fisiologik sebelum lahir. Pada neonatus
dapat di temukan nilai apgar yang rendah dan abnormalitas control respirasi, denyut jantung
dan suhu tubuh, serta dapat pula mengalami retardasi pertumbuhan pasca natal. SIDS
didiagnosis jika seorang bayi yang tampaknya sehat tiba-tiba meninggal dan hasil otopsi tidak
menunjukkan adanya penyebab kematian yang jelas.

7.

Pengobatan
Orang tua yang kehilangan anaknya karena SIDS memerlukan dukungan emosional.
Penyebab kematian anaknya tidak diketahui, sehingga mereka seringkali merasa bersalah.
Mungkin ada baiknya jika orang tua merencanakan untuk memiliki anak lagi.

8.

Pencegahan
Angka kejadian SIDS telah menurun secara berarti (hampir mendekati 50%) sejak para
orang tua dianjurkan untuk menidurkan bayinya dalam posisi terlentang atau miring
(terutama ke kanan).

a.

Selalu letakkan bayi Anda dalam posisi terlentang ketika ia sedang tidur, walaupun saat tidur
siang. Posisi ini adalah posisi yang paling aman bagi bayi yang sehat untuk mengurangi
risiko SIDS.

b.

Jangan pernah menengkurapkan bayi secara sengaja ketika bayi tersebut belum waktunya
untuk bisa tengkurap sendiri secara alami.

c.

Gunakan kasur atau matras yang rata dan tidak terlalu empuk. Penelitian menyimpulkan
bahwa risiko SIDS akan meningkat drastis apabila bayi diletakkan di atas kasur yang terlalu
empuk, sofa, bantalan sofa, kasur air, bulu domba atau permukaan lembut lainnya.

d. Jauhkan berbagai selimut atau kain yang lembut, berbulu dan lemas serta mainan yang diisi
dengan kapuk atau kain dari sekitar tempat tidur bayi Anda. Hal ini untuk mencegah bayi
Anda terselimuti atau tertindih benda-benda tersebut.

e.

Pastikan bahwa setiap orang yang suka mengurus bayi Anda atau tempat penitipan bayi
untuk mengetahui semua hal di atas. Ingat setiap hitungan waktu tidur mengandung risiko
SIDS.

f.

Pastikan wajah dan kepala bayi Anda tidak tertutup oleh apapun selama dia tidur. Jauhkan
selimut dan kain penutup apapun dari hidung dan mulut bayi Anda.

g.

Pakaikan pakaian tidur lengkap kepada bayi Anda sehingga tidak perlu lagi untuk
menggunakan selimut. Tetapi seandainya tetap diperlukan selimut sebaiknya Anda perhatikan
hal-hal berikut ini: Pastikan kaki bayi Anda berada di ujung ranjangnya, Selimutnya tidak
lebih tinggi dari dada si bayi,Ujung bawah selimut yang ke arah kaki bayi, Anda selipkan di
bawah kasur atau matras sehingga terhimpit.

h.

Jangan biarkan siapapun merokok di sekitar bayi Anda khususnya Anda sendiri. Hentikan
kebiasaan merokok pada masa kehamilan maupun kelahiran bayi Anda dan pastikan orang di
sekitar si bayi tidak ada yang merokok.

i.

Jangan biarkan bayi Anda kepanasan atau kegerahan selama dia tidur. Buat dia tetap hangat
tetapi jangan terlalu panas atau gerah. Kamar bayi sebaiknya berada pada suhu yang nyaman
bagi orang dewasa. Selimut yang terlalu tebal dan berlapis-lapis bisa membuat bayi Anda
terlalu kepanasan.

j.

Saat ia tidur. Jangan pernah ditinggal-tinggal sendiri untuk waktu yang cukup lama.

9.

Penatalaksanaan

a.

Bantu orang tua mengatur jadwal untuk melakukan konseling

b.

Berikan dukungan dan dorongan kepada orang tua,biarkan orang tua mengungkapkan rasa
dukanya

c.

Berikan penjelasan mengenai SIDS, beri kesempatan pada orang tua untuk mengungkapkan
pertanyaan mereka

d.

Beri pengertian pada orang tua bahwa perasaan yang mereka rasakan adalah hal yang wajar

e.

Beri keyakinan pada sibling (jika ada) bahwa mereka tidak bersalah terhadap kematian bayi
tersebut, bahkan jika mereka sebenarnya juga mengharapkan kematian dari bayi tersebut

f.

Jika kemudian ibu melahirkan bayi lagi, beri dukungan pada orang tua selama beberapa
bulan pertama paling tidak sampai melewati usia bayi yang meninggal sebelumnya.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa :
1.

Diare adalah buang air besar yang tidak normal atau bentuk tinja yang encer dengan
frekuensi 3 kali atau lebih dalam 24 jam. Diare pada neonatus dan balita banyak disebabkan
oleh faktor makanan. Maka untuk penangannya para ibu harus lebih waspada dalam
memberikan makanan atau ASI.

2. Obstipasi adalah pengeluaran mekoniun tidak terjadi pada 24 jam pertama sesudah kelahiran
atau kesulitan atau keterlambatan pada faeces yang menyangkut konsistensi faeces dan
frekuensi berhajat.untuk mengatasi masalah ini sebaiknya berikanlah makanan yang banyak
mengandung serat.
3.

Infeksi pada bayi baru lahir lebih sering ditemukan pada BBLR. Infeksi juga lebih sering
ditemukan pada bayi yang lahir di rumah sakit dibanding dengan bayi yang lahir diluar
rumah sakit. Seorang pegawai kesehatan dan keluarga harus lebih memperhatikan tentang
hal-hal yang dapat menyebabkan terjadinya infeksi.

4.

Sindroma Kematian Bayi Mendadak (SIDS, Sudden Infant Death Syndrome) adalah suatu
kematian yang mendadak dan tidak terduga pada bayi yang tampaknya sehat. Untuk
mernangani masalah ini seorang ibu harus lebih memperhatikan lagi bayinya.

B.

Saran
Untuk mengatasi hal-hal yang tidak diinginkan pada neonatus dan bayi maka penulis
menyarankan agar lebih memperhatikan lagi pada bayinya baik dari segi makanan, istirahat
dan lain sebagainya.

Anda mungkin juga menyukai