BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Akuntasi merupakan hal sangat dibutuhkan oleh setiap perusahaan karena dengan
informasi yang dihasilkan oleh sistem akuntansi kita bisa memantau kinerja perusahaan dan
kondisi perusahaan. Melihat apakah entitas memperoleh laba atau menderita kerugian.
Dengan akuntansi kita juga dapat memperoleh informasi yang nantinya berguna untuk
pemakainya, baik itu pihak ekstern maupun intern. Dengan adanya informasi ini kita juga
bisa membayar pajak kepada pemerintah demi kesejahteraan sosial. Semua informasi di atas
terkait halnya dengan sebarepa banyak pendapatan yang kita peroleh dari kegiatan
perusahaan kita, kerana pendapatan adalah sesuatu yang sangat penting dalam setiap
perusahaan. Tanpa ada pendapatan mustahil akan didapat penghasilan atauearnings.
Pendapatan adalah penghasilan yang timbul dari aktivitas perusahaan yang biasa dikenal
atau disebut penjualan, penghasilan ajasa (fees), bunga, dividen, royalti dan sewa.
Pendapatan adalah elemen kunci dalam laporan keuangan dan penting untuk
penyusunan dan penggunaan laporan keuangan. Pelaporan pendapatan mencerminkan
operasi masa lalu perusahaan dan digunakan untuk memprediksi kinerja masa depan.
Meskipun penentuan pendapatan merupakan bagian penting dari pengukuran kinerja,
pengukurannya tidak selalu mudah karena banyak model bisnis yang berbeda yang ada.
Dalam makalah ini kami mencoba mempertimbangkan sifat pendapatan dengan memahami
defenisi, pengakuan dan pengukurannya. Kita akan mendiskusikan isu-isu detail berkaitan
dengan pengakuan pendapatan, dengan latar belakang historis dan mempelajari tiga kriteria
yang diterima secara umum untuk pengakuan pendapatan.
1.2. RUMUSAN MASALAH
1.2.1. Apa definisi pendapatan?
1.2.2. Bagaimana pengakuan pendapatan?
1.2.3 Bagaimana pengukuran pendapatan?
1.2.4 Bagaimana tantangan bagi pembuat standar terkait dengan pendapatan?
Universitas Hasanuddin
1.3. TUJUAN
1.3.1 Untuk mengetahui definisi pendapatan
1.3.2 Untuk mengetahui pengakuan pendapatan
1.3.3 Untuk mengetahui pengukuran pendapatan
1.3.4 Untuk mengetahui tantangan bagi pembuat standar terkait dengan pendapatan
1.3.5 Untuk mengetahui isue untuk auditor terkait dengan pendapatan
Universitas Hasanuddin
BAB II
PEMBAHASAN
Pendapatan
Pendapatan adalah elemen kunci dalam laporan keuangan dan cukup penting untuk
penyusunan dan penggunaan laporan keuangan. Pelaporan pendapatan mencerminkan operasi
masa lalu perusahaan dan digunakan untuk memprediksi kinerja masa depan. Meskipun
penentuan pendapatan merupakan bagian penting dari pengukuran kinerja, pengukurannya tidak
selalu mudah, karena banyak model bisnis yang berbeda yang ada. Dalam makalah ini kita akan
mempertimbangkan
sifat
pendapatan
dengan
memahami
defenisi,
pengakuan
dan
pengukurannya. Kita akan mendiskusikan isu-isu detil berkaitan dengan pengakuan pendapatan,
dengan latar belakang historis dan mempelajari tiga kriteria yang diterima secara umum untuk
pengakuan pendapatan.
2. 1. DEFINISI PENDAPATAN
Pendapatan adalah elemen kunci akuntansi dan mendasar dari pelaporan aktivitas suatu
perusahaan, jadi defenisinya sangatlah penting. Kita tahu pendapatan menaikkan nilai bruto dari
aset dan modal. Dan kenaikan akhirnya berhubungan dengan kas. Untuk operasi utama dari
bisnis, arus masuk kas terutama diciptakan oleh produksi dan penjualan output dari entitas. Oleh
karena itu kita dapat mengidentifikasi dua aliran utama berhubungan dengan operasi bisnis ini:
fisik dan arus moneter.
Arus fisik melibatkan peristiwa dalam memproduksi dan menjual output atau produk
perusahaan. Arus moneter mencakup peristiwa meningkatnya nilai dari perusahaan. Objek yang
berhubungan dengan aliran moneter adalah jumlah dolar aset yang diproduksi atau dijual. Paton
dan Littleton menyebut pendapatan sebagai produk dari perusahaan termasuk arus fisik dari
produksi output perusahaan. Mereka juga menambahkan bahwa pendapatan akhirnya mewakili
arus dana dari konsumen jadi termasuk arus moneter. Jadi kita simpulkan bahwa pendapatan
secara langsung berkaitan dengan peristiwa moneter dari peningkatan nilai perusahaan, yang
meningkatkan produksi atau penjualan dari output.
Universitas Hasanuddin
dan laba.
Pendapatan timbul dari aktivitas normal perusahaan termasuk penjualan, biaya, bunga,
dividen, royalti dan sewa. Di Amerika Serikat, FASB mendefinisikan pendapatan sebagai
berikut:
Pendapatan adalah arus masuk atau tambahan lain dari aset entitas atau pelunasan
dari kewajibannya (atau kombinasi keduanya) selama periode dari penyerahan atau
produksi barang, memberikan jasa, atau kegiatan lainnya yang dilakukan oleh
operasi/aktivitas pusat atau utama yang sedang berlangsung dari entitas.
Definisi IASB konsisten dengan definisi FASB tentang pendapatan dan berfokus pada
arus masuk atau tambahan lain dari aset entitas oleh operasi/aktivitas pusat atau utama yang
sedang berlangsung dari entitas. Aset diterima atau ditingkatkan dengan penghasilan mencakup
kas, piutang dan barang dan jasa yang diterima dalam pertukaran barang dan jasa yang
disediakan (Framework, paragraf 77). definisi pendapatan mencakup juga hasil dari penyelesaian
kewajiban.
Berbeda dengan pendekatan 1ASB, FASB membuat sebuah perbedaan antara pendapatan
dan laba, meskipun keduanya dimasukkan dalam laporan laba. Laba adalah kenaikan aset bersih
dari transaksi perifer atau insidentil dan dari peristiwa lainnya yang mungkin sebagian besar di
luar kendali perusahaan. Pendapatan berhubungan dengan operasi utama atau sentral yang
sedang berlangsung. Namun, Martin menyarankan bahwa tidak ada alasan bahwa pendapatan
Universitas Hasanuddin
dan keuntungan seharusnya tidak mengikuti aturan yang sama dalam pengakuan dan
pengukurannya. Pada dasarnya, keduanya mewakili peningkatan dalam asset bersih dan oleh
karena itu harus diperlakukan dengan cara yang sama.
Sementara itu, Ikatan Akuntan Indonesia dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan
PSAK) No. 23 mendefinisikan pendapatan sebagai berikut:
Pendapatan adalah arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang timbul dari
aktivitas normal perusahaan selama suatu periode bila arus masuk iti mengakibatkan
kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi penanam modal.
Definisi-definisi diatas memperlihatkan bahwa ada 2 konsep tentang pendapatan yaitu
sebagai berikut:
Konsep Pendapatan yang memusatkan pada arus masuk (inflow) aktiva sebagai hasil
dari kegiatan operasi perusahaan. Pendekatan ini menganggap pendapatan sebagai
Universitas Hasanuddin
Dalam nada yang sama, Bedford menekankan pandangan operasional pendapatan dan
laba, di mana, laba didefinisikan dalam hal operasi tertentu yang dilakukan oleh entitas, bukan
hanya merupakan hasil dari penerapan metode akuntansi. Laba muncul hanya pada aktifitas yang
dirancang oleh operasi bisnis. Dengan demikian, peningkatan dan penurunan nilai tertentu
dikecualikan. Seperti mereka yang berasal dari transaksi obligasi pemerintah, hadiah dan
kontribusi, karena tidak dianggap sebagai aktifitas yang menghasilkan laba bisnis. Operasi bisnis
umum yang ditetapkan oleh Bedford adalah:
2. 2 PENGAKUAN PENDAPATAN
Perspektif Sejarah
Selama abad kesembilan belas, penghasilan (laba) untuk bisnis ditentukan dengan dasar
suatu peningkatan terhadap kekayaan bersih. Pengakuan yang dikenal sekarang atau prinsip
realisasi tidak selalu merupakan bagian dari praktek standar akuntansi. Sebagaimana Mei
katakan:
Sebuah tinjauan akuntansi, hukum, dan Ekonomi menyarankan bahwa realisasi postulat
tidak diterima sebelum Perang Dunia Pertama. Pada tahun 1913. Semua otoritas terkemuka
di bidang ini di Inggris dan Amerika Tampaknya setuju pada Peningkatan Terhadap
Kekayaan Bersih sebagai konsep penghasilan.
Meningkatnya konsep kekayaan bersih dari penghasilan secara bertahap digantikan oleh
gagasan bahwa penghasilan harus 'terealisasi'. Hal ini timbul karena perubahan penggunaan aset
tidak lancar khusus oleh perusahaan menjadi signifikan pada periode antara Perang Dunia I dan
1930-an menentukan nilai aset khusus ini sulit, membuat perhitungan dari perubahan nilai aset
lebih sulit untuk dipastikan.
Kriteria Pengakuan Pendapatan
Universitas Hasanuddin
Peristiwa tersebut membuat akuntan menyadari perlunya bukti obyektif yang cukup
untuk mendukung setiap perubahan nilai jika itu harus dicatat sebagai pendapatan.
Pertanyaannya adalah: Pada poin mana penerimaan (revenue) dapat dicatat sebagai pendapatan
(earned) selama proses penerimaan (earning) karena tidak ada bukti yang cukup?
Pengakuan pendapatan dapat terjadi pada beberapa tahapan dalam operasi perusahaan
atau siklus pendapatan, digambarkan dalam gambar 09.2. Hal ini diuraikan oleh Coombes dan
Martin sebagai berikut:
Pendapatan yang telah diakui di beberapa poin dalam siklus pendapatan, misalnya:
1)
2)
3)
4)
pada poin 5 dalam industri bangunan untuk kontrak konstruksi jangka panjang
pada poin 7 di mana itu adalah tanggung jawab pembeli untuk mengumpulkan barang
Pada poin 8 dalam banyak kasus
pada poin 9 dengan beberapa praktek professional dan untuk kredit angsuran penjualan
2 making purchases
4 commencing production
6 completion of production
5 progressively throughout production
Universitas Hasanuddin
Adanya Transaksi
Ketika sebuah pihak eksternal dalam transaksi jangka panjang menyatakan kesediaan
untuk membayar harga yang diberikan untuk produk perusahaan, transaksi ini tentu merupakan
Universitas Hasanuddin
bukti obyektif dari peningkatan nilai perusahaan. Pihak luar memberikan bukti yang menguatkan
nilai output. Saat ini, kecuali dalam kasus tertentu, perusahaan harus terlibat langsung dalam
transaksi. Perhatikan bahwa jika kita bersikeras menjadi pihak perusahaan untuk transaksi
sebelum pendapatan tersebut dapat diakui, maka biaya historis menjadi dasar yang paling
mungkin untuk penilaian aset. Hal ini tidak mengherankan, karena itu, untuk menemukan bahwa
kritik kriteria ini cenderung menjadi pendukung current cost dan exit price accunting Mereka
berpendapat bahwa, perusahaan tidak perlu menjadi terlibat dengan transaksi tersebut, namun
suatu transaksi pasar secara umum sudah cukup. Jika ini diperbolehkan, maka aset tersebut dapat
direvaluasi dan laba dicatat sebelum penjualan.
Penyelesaian substansial dari proses penerimaan
Kriteria ini, tidak secara eksplisit dinyatakan dalam rerangka, berfokus pada pengertian
bahwa pendapatan tidak dihasilkan (diperoleh) sampai perusahaan telah melakukan sebagian
besar kegiatan yang perusahaan memperoleh pendapatan. Untuk kriteria ini dapat diterapkan,
pendapatan tidak dianggap telah diperoleh sampai perusahaan telah melakukan sesuatu. Sebagai
contoh, penandatanganan kontrak di kebanyakan kasus tidak menciptakan pendapatan karena
tidak ada kinerja yang dilakukan oleh penjual.
Ketika sebagian besar operasi yang merupakan proses penerimaan telah dilakukan oleh
perusahaan, maka biaya yang terkait dengan operasi-operasi juga dapat ditentukan. Biaya total
dapat dipastikan dengan sedikit ketidakpastian, karena apapun masa depan yang mungkin terjadi
dapat dengan mudah diperkirakan.
Myers menganggap masalah penyelesaian pendapatan ini dengan menganjurkan suatu
criteria critical event: laba diperoleh pada saat pengambilan keputusan yang paling kritis atau
melakukan tugas yang paling sulit dalam suatu siklus transaksi lengkap.
Tujuan dari semua usaha pada akhirnya dalah untuk mendapatkan pendapatan yang bisa
meningkatkan nilai perusahaan. Secara umum, pendapatan diakui pada saat realisasinya atau
sepanjang tahap (siklus) operasi.
I
Sementara itu ikatan Akuntan Indonesia dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan
(PSAK) No. 23 menjelaslan kapan suatu pendapatan diakui adalah sebagai berikut:
Universitas Hasanuddin
Pendapatan dari transaksi penjualan produk diakui pasa saat tanggal penjualan, biasanya
diterima. Pada umumnya imbalan tersebut berbentuk kas atau setara kas. Bila arus masuk dari
kas atau setara kas ditangguhkan, nilai wajar dari imbalan tersebut mungkin kurang dari jumlah
nominal dari kas yang diterima atau yang dapat diterima.
Berkaitan dengan masalah pendapatan tersebut, ada beberapa hal yang perlu diketahui
tentang prinsip pengakuan pendapatan yang menyatakan bahwa pendapatan harus diakui dalam
laporan keuangan ketika:
diakui dan dilaporkan untuk suatu periode tertentu dan berapa jumlahnya, proses penetuan waktu
dan besarnya pendapatan yang diakui ini berkaitan dengan konsep realisasi pendapatan (Revenue
Realization) Eldon S Hendriksen mengutip pernyataan American Accounting Association
Committee on Concept and Standard External Reporting mengenai realisasi ini yaitu: Realisasi
bukan suatu determinan dalam konsep laba, realisasi hanya berfungsi sebagai pedoman
memutuskan kapan kejadian yang jika dipecahkan sebagai termasuk dalam laba objektif yaitu
apabila ketidakpastian telah sampai tingkat yang dapat diterima.
Secara teoritik titik waktu dari pengakuan pendapatan dapat dilakukan pada berbagai
saat, yaitu :
Universitas Hasanuddin
Pengakuan pendapatan diakui pada saat proses produksi biasanya dilakukan oleh perusahaan
yang menjalankan produksi untuk kontrak jangka panjang. GAAP memperbolehkan dua
metode akuntansi untu pendapatan atas kontrak jangka panjang, yaitu sebagai berikut:
Metode Persentase Penyelesaian (Percentage of Completion Method)
Metode kontrak selesai (completed contract method)
Universitas Hasanuddin
terdapat perbedaan antara jumlah rupiah pendapatan yang diakui dala suatu
periode atas dasar penerimaan uang.
2. 3. PENGUKURAN PENDAPATAN
Tiga kriteria untuk pengakuan pendapatan dibahas di atas telah dipertimbangkan oleh
pembuat standar dalam menentukan pedoman yang memadai. Rerangka, paragraf 83.
menyediakan dua kriteria pengakuan pendapatan:
Besar kemungkinan bahwa manfaat ekonomi masa depan berkenaan dengan aset
Universitas Hasanuddin
Bukti pasti dari suatu pendapatan sering terdiri dari suatu transaksi penjualan eksternal,
sehingga biasanya pendapatan tidak bisa diakui sebelum penjualan.
Dalam beberapa kasus, penjual bisa melakukan pengiriman bukan dengan memindahkan
barang tetapi dengan pengiriman dokumen kepemilikan (title). Dalam kebanyakan kasus, hak
atas barang tidak lolos ke pelanggan karena aturan hukum dari suatu penjualan mencakup
transfer kepemilikan. Tetapi penekanan harus ditempatkan pada substansi ekonomi dari transaksi
bukan pada rincian hukum teknis. Disahkannya kepemilikan merupakan salah satu aspek untuk
mempertimbangkan dan menentukan apakah penjualan telah dibuat (IAS 18/AASB 118, paragraf
15), tetapi hal tersebut tidak harus ditekankan sebagai pertimbangan utama, setidaknya dari sudut
pandang akuntansi.
Pengecualian untuk dasar penjualan
Terdapat situasi dimana pendapatan diperbolehkan atau harus dicatat selain pada waktu
penjualan. Ada tiga pengecualian terhadap prinsip pengakuan penjualan. yaitu:
pembuktian, pengecualian berkaitan dengan ketidak cukupan bukti sebelum penjualan atau pada
saat penjualan. Pengecualian terhadap aturan umum berkaitan dengan dasar penjualan yang
dapat atau harus digunakan hanya di bawah kondisi tersebut diatas..
Pemberian Jasa
IAS 18/AASB II8 paragraf 20 mensyaratkan bahwa pendapatan sehubungan dengan
pemberian jasa harus diakui dengan mengacu pada tahap penyelesaian transaksi pada tanggal
pelaporan. Dengan demikian, pendapatan diakui pada periode dimana jasa diberikan.
Pengakuan pendapatan atas dasar ini memberikan informasi berguna tentang kegiatan
jasa/pelayanan dan kinerja perusahaan pada periode, yang tidak tersedia jika pemberian jasa
diminta sebelum pendapatan diakui. Paragraf 23 menyatakan bahwa suatu entitas umumnya
mampu membuat estimasi yang handal, memungkinkan pengakuan pendapatan, ketika telah
menyetujui hal-hal berikut dengan pihak lain:
Universitas Hasanuddin
Potongan pembayaran dan pengurangan lain dari harga seperti rugi piutang ragu-ragu
Universitas Hasanuddin
diserahkan maka selisihnya nilai pasar barang yang diterima dengan nilai buku barang
yang diserahkan merupakan keuntungan.
Berikut ini ada berbagai macam dasar pengukuran pendapatan antara lain:
Cash Equivalent: Jumlah rupiah kas penghargaan produk yang terjual baru akan menjadi
pendapatan yang sepenuhnya setelah produk yang tejual baru akan diproduksi dan
masa mendatang dari hasil, penjualan aktiva dalam kegiatan normal perusahaan.
Harga dibawah harga pasar: Harga pasar yang berlaku sekarang tetap, nilainya dibawah
harga semula.
Harga pasar: Harga jual bersih yang diperkirakan dikurangi biaya simpanan, biaya
Universitas Hasanuddin
FASB dan IASB telah melakukan sebuah proyek untuk mengembangkan seperangkat
prinsip untuk pengakuan pendapatan yang akan menghilangkan ketidakkonsistenan dalam
literatur yang ada dan praktek-praktek yang berlaku. Proyek ini menangani isu-isu kunci yang
mendasari konseptual pelaporan keuangan, termasuk perbedaan antara kewajiban dan ekuitas,
pengakuan liabilitas (termasuk pedoman yang berkaitan dengan kriteria definisi dan pengakuan).
Dan prinsip umum untuk pengakuan pendapatan.
FASB dan IASB telah mengajukan prinsip-prinsip dasar berikut ini untuk pengakuan dan
pengukuran pendapatan:
Sebuah pelaporan entitas harus mengakui pendapatan dalam periode akuntansi di mana
mereka muncul dan mengukur mereka sebesar nilai wajarnya pada tanggal tersebut jika
penekanan perubahan di beberapa area, yang dapat menyebabkan perubahan dalam praktek
akuntansi. Sebagai contoh:
Pendapatan diakui dalam periode yang timbul. Terdapat penekanan pada waktu
Universitas Hasanuddin
Lebih lanjut, IASB untuk sementara setuju bahwa dua kriteria yang harus dipenuhi untuk
mengakui pendapatan. yaitu:
kriteria unsur, yang membutuhkan perubahan aset atau kewajiban untuk memiliki
occurred, yaitu (1) semua peningkatan aset telah terjadi sehingga meningkatkan ekuitas,
tanpa investasi yang sepadan oleh pemilik, dan (2) penurunan kewajiban telah terjadi
Universitas Hasanuddin
In-all inclusive, single income statement. Ini adalah perubahan dari praktik sebelumnya
dimana laporan laba rugi berbentuk multiple telah disajikan. Setiap perubahan asset dan
liabilitas akan ditunjukkan dalam statement keuangan. Sementara di masa lampau hanya
item tidak terealisasi tidak akan dikecualikan dari cakupan statement keuangan.
Separate disclosure of performance and remeasurement laporan laba rugi akan
membedakan antaraarus pendapatan dan penyesuaian penilaian. Perubahan dalam nilai
wajarakan menyebabkan perubahan: kinerja selama periode, perubahan kondisi ekonomi,
atau perubahan dalam ekspektasi pasar.
Penyajian pendapatan yang berlebihan yang pada umumnya dilakukan oleh manajemen
untuk mengelabui pengguna statemen keuangan. Ini mungkin terjadi ketika kompensasi
manajemen didasarkan peda bonus terhadap target-target pendapatan tertentu. Manajer yang
memiliki tingkat profit yang tidak realistik akan berusaha melakukan earning management. The
Public Company Accounting Oversight Board atau PCAOB telah mencatat berbagai kegagalan
auditor dalam mendeteksi kesalahan pelaporan pendapatan. Auditor perlu untuk lebih sensitif
terhadap resiko dari klien terhadap pertumbuhan pendapatan perusahaan dan harus
mengumpulkan bukti-bukti untuk mendukung opini mereka bahwa pendapatan tidak
disalahsajikan.
Universitas Hasanuddin
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN:
Pendapatan adalah hasil dari penjualan faktor-faktor produksi yang dimilikinya kepada
sektor produksi. Ada jugapendapatan adalah hasil berupa uang atau materi lainnya yang dapat
dicapai dari pada penggunaan faktor-faktor produksi.Prinsip pengakuan pendapatam menetapkan
bahwa pendapatan diakui pada saat:
1. Direalisasikan bila barang-barang dan jasa-jasa dipertukarkan dengan kas atau klaim atas
kas (piutang).
2. Dapat direalisasikan bila aktiva yang diterima segera dapat dikonversikan pada jumlah
kas atau klaim atas kas yang diketahui.Dihasilkan , bila kesatuan itu sebagian besar telah
menyelesaikan apa yang seharusnya telah dilakukan agar berhak atas manfaat yang
diberikan pendapatan.Sebagian besar perusahaan didirikan dengan tujuan untuk
menghasilkan laba yang optimal sehingga kelangsungan hidup perusahaan dapat tercapai.
Laba diperoleh sebagai kelebihan pendapatan atas beban.
Universitas Hasanuddin
DAFTAR PUSTAKA
Godfrey Jayne, et al. 2010. Accounting Theory, Sevent Edition. John Wiley Sons.
Australian Ltd.
Ikatan Akuntan Indonesia, (2002), Standar Akuntansi Keuangan, Penerbit Salemba
Empat, Jakarta.