Anda di halaman 1dari 19

POKOK-POKOK KAJIAN

SOSIOLOGI HUKUM
Sosiologi Hukum (Sociology of Law)
fokuskan hal ihwal ketertiban sosial
Bagaimana aktualisasi kerja hukum di
masyarakat
variabel-variabel kondisional (sosio-budaya)
yang berpengaruh
keterkaitan antara determinasi kontrol sosial
(dan sanksi) negara dan perilaku anggota
masyarakat: Black (1976) government social
control (eksploitasi hukum oleh kekuasaan)

problematika perilaku aparat dan organisasi


penegaknya (sebagai dimensi struktural
hukum, termasuk institusi, birokrasi,
birokratisasi dan profesi serta profesionalisasi
hukum dan peradilan akan pula menjadi
kajian-kajian Sosiologi Hukum.
kajian Sosiologi Hukum akan selalu berkaitan
dengan persoalan kaidah sosial, sosialisasi,
kontrol sosial, stratifikasi sosial, struktur dan
fungsi organisasi penegak hukum, acapkali
juga membicarakan tentang hukum dalam
kaitannya dengan perubahan masyarakat.

Hukum tidak hanya menjadi instrumen


kontrol sosial (untuk tujuan ketertiban,
harmoni sosial, stabilitas sosial dan
karena itu juga untuk mempertahankan
status quo), namun juga sebagai a tool of
social engineering, hukum sebagai alat
untuk merekayasa (set up, formating?)
perubahan masyarakat (yang selalu
berkait dengan kajian politik,
administrasi birokratis dan
pemerintahan).

dapat dikatakan bahwa Sosiologi hukum


tidak berurusan dengan law as what
ought to be, melainkan law as what it is
(functioning) in society.
Sosiologi hukum mengaji hukum sebagai
fakta sosial yang empiris, sebagai
pengalaman sehari-hari dalam
kehidupan nyata, dengan menggunakan
metodologi ilmu-ilmu sosial; Bukannya,
membicarakan kajian-kajian hukum
sebagai perangkat norma (rules and
logic) dan doktrin-doktrin hukum

persoalan sosialisasi hukum


sosialisasi (internalisasi atau enkulturalisasi)
menjadi prakondisi diwujudkan nya tertib
sosial (social order) dan kontrol sosial secara
efektif.
strata sosial mengakibatkan terjadinya
perbedaan-perbedaan pula dalam cara dan
mekanisme kerja hukum
Tindakan diskriminatif dalam pelaksanaan
hukum sesungguhnya tidaklah kehendak dari
hukum. Realitasnya diskriminasi hukum
bukanlah hukumnya, melainkan aparat atau
organisasi penegaknya.

Sosiologi Hukum
Bukan semata-mata rule and logic, akan
tetapi social structure and behavior
Bukan hanya urusan keadilan tetapi juga
urusan-urusan ekonomi, politik, sosial
budaya dll
Searching for (the social) meaning of law

Obyek Kajian Sosiologi Hukum


Tidak mempelajari hukum sebagai norma dan
doktrin
Norma atau kaidah-kaidah positif dalam
fungsinya sebagai pengatur tertib sosial lengkap
dengan keberhasilan dan kegagalannya.
Fungsi hukum untuk ketertiban sosial. Untuk
itu, perlu 2 (dua) langkah besar : sosialisasi (to
obey-menaati) atau menyesuaikan perilakunya
(to conform) dan kontrol sosial (social control).
Materi ini berkaitan dengan aspek kultural
hukum.

Penegakkan hukum dalam kaitannya


dengan Strata sosial, struktur sosial dan
stratifikasi sosial. Dimensi dan atau
variabel struktur sosial realitasnya
berkaitan dengan diskriminasi penerapan
hukum di masyarakat.
Problematika dan dilematika hubungan
antara hukum dan masyarakat: Perubahan
masyarakat dan perubahan hukum,
manakah faktor peubahnya, hukum
ataukah masyarakat? Kajian materi ini
berkaitan dengan aspek struktural hukum

METODE KAJIAN SOSIOLOGI HUKUM

Deskriptif: hanya mengetahui dan


memahami suatu fenomena; tanpa
memberikan penilaian apapun tentang
baik-buruknya fenomena.
Hanya menjelaskan fonomena
sebagaimana apa adanya, hanya
hendak mempertanyakan ada-tidaknya
kualitas tertentu terhadap fenomena
yang tengah dikaji; kalau ada, seberapa
besarkan kuantitasnya fenomena itu!

Metode Sosiologi Hukum:


Metode Ilmiah

Deskripsi
Penjelasan
Pengungkapan
Prediksi

Sosiologi Hukum konsisten membicarakan


hukum dengan sikap buta nilai; kecuali
membicarakan hal ihwal eksistensi dan
fungsi (atau disfungsi) hukum dalam
masyarakat serta mekanisme bekerjanya.
Dalam pandangan ilmuwan hukum,
Sosiologi Hukum dilihat sebagai hasil
perkembangan lebih lanjut dari Aliran
Sosiologik dalam Ilmu Hukum, atau
disamakan begitu saja dengan paham
Aliran Sosiologik dalam Ilmu Hukum.
Mereka umumnya kurang paham bahwa
Sosiologi Hukum itu adalah bagian
khusus dalam Sosiologi.

Dalam Sosiologi, persoalan tertib sosial


adalah bagian penting yang dikaji;
sedang ketertiban sosial berkaitan
dengan kaidah sosial (yang satu di
antaranya adalah hukum, sebagai
kaidah khusus dari kaidah sosial);
sosialisasi dan kontrol sosial.
Ilmu Hukum merupakan ajaran filsafat
(persoalan kebaikan dan keadilan)
sehingga wajar kalau pada awalnya
Ilmu Hukum itu disebut sebagai Ilmu
terapan.

Tetapi hal itu ditentang keras kaum


positivisme dalam ilmu hukum (ilmuwan
hukum murni). Sebab, kaum positivism
ingin memurnikan ilmu hukum agar
hukum dikembalikan pada konteks
sebagai kaidah sosial sebagaimana apa
adanya, yang tekstual; menolak
perbincangan tentang keadilan dan etika
dalam masalah hukum
Meski usaha itu berhasil, namun dikritik
karena pemurnian hukum menjadi hanya
sebagai kaidah sosial menjadi a-sejarah,
a-sosial dan a-kultural.

Aliran Hukum dari perspektif Sosiologi


kemudian memberikan solusi. Ajaran aliran
sosiologik ini berharap agar kajian-kajian ilmu
hukum lebih terbuka dan membuka diri untuk
mendengar(kan) kajian-kajian dari ilmuwan
sosial yang memasukkan variabel-variabel
sosio-kultural dan mempertimbangkan nya
dalam berbagai kebijakan baik dalam (proses)
penyusunan maupun penerapan hukum dalam
masyarakat.
Dengan demikian studi-studi Sosiologi Hukum
(termasuk Antropologi Hukum dan Psikologi
Hukum) dapat mempengaruhi atau setidaknya
menunjang perkembangan ilmu Hukum.

Aliran dalam Ilmu Hukum: Sosiologi Hukum


(The Sociological Jurisprudence di USA)
Bagaimana mengfungsi-optimalkan
hukum dalam masyarakat. Oliver
Wendel Holmes, perintis realisme
dalam ilmu hukum: berasumsi:
meski hukum merupakan hasil
proses logik, namun hidup hukum
bukanlah logik, melainkan
pengalaman: the life of law has not
been logic, it is experience ... the
social, the socio-psychological
jurisprudence.

Common Law (hakim harus proaktif dan


bebas membuat hukum jika diperlukan
untuk menyelesaikan konflik) sehingga
hukum dan hakim membumi; tidak
hanya menjadi corong undang-undang
sebagaimana dalam Civil Law aliran
sosiologis yang harus pula
memperhatikan kenyataan-kenyataan
sosial

1) lebih menekankan law as a tool of social


engeenering (sehingga sociological
jurisprudence disamakan dengan functional
jurisprudence
2) Hukum lebih membumi dari pada dialam
imajinasi kerja logika formal
3) kerja hukum tak hanya di pengadilan,
melainkan juga sensitif dengan persoalanpersoalan sosiologis (konteks sosial)
4) dekat dengan common law dari pada civil
law

Bagi Sociological Jurisprudence hukum bukanlah


sesuatu yang berproses secara asosial dan akultural,
atau steril. Untuk itu, perlu diperhatikan kehadiran
variabel socio-kultural.
NAMUN, Sociological jurisprudence BUKANLAH
Sociology of Law. Ilmu hukum mulanya merupakan
bagian dari ajaran filsafat moral (prudential),
berhal nilai kebaikan dan keadilan: etika terapan.
Namun, dalam ajaran hukum klasik (Prancis) yang
disebut ajaran hukum murni; atau aliran positivisme
dalam ilmu hukum ; MENOLAK, faktor kebaikan,
keadilan atau dimensi sosiologis dimasukkan dalam
pembicaraan hukum. Hukum harus tersurat,
eksplisit dan tegas; abaikan persoalan keadilan,
kebaikan atau yang lain.

Anda mungkin juga menyukai