Disusun Oleh:
1. Indah Kartika Dewi (1512057)
2. Mutiara Istiqomah (1512058)
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala
nikmat-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah Teknologi
Lingkungan yang berjudul Wastewater Treatment Plant Design And
Implementation Of Flotation dengan lancar tanpa adanya kendala yang berarti.
Kami menyadari bahwa makalah ini mungkin masih jauh dari sempurna
serta masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, saran dan kritik yang
membangun sangat kami harapkan. Semoga makalah Teknologi Lingkungan ini
dapat bermanfaat bagi kita semua.
30
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.....................................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................................. ii
BAB I
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang ...........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan........................................................................................2
1.4 Manfaat Penulisan......................................................................................2
BAB II
Tinjauan Pustaka
2.1 Pengertian Flotasi.......................................................................................3
2.2 Jenis- Jenis Flotasi......................................................................................4
2.3 Prinsip Kerja Flotasi...................................................................................5
2.4 Faktor-faktor yang Menpengaruhi Flotasi..................................................6
2.5 Macam-macam Sel Flotasi.........................................................................7
2.6 Syarat-syarat Flotasi...................................................................................8
2.7 Mekanisme Flotasi Secara Fisika dan Kimia.............................................8
2.8 Langkah-langkah Flotasi............................................................................8
2.9 Teori Persamaan.........................................................................................9
2.10 Implementasi Flotasi...............................................................................17
2.11 Keunggulan dan Kekurangan Flotasi.....................................................33
2.12 Reagen Flotasi........................................................................................34
BAB III
Penutup
3.1 Kesimpulan...............................................................................................36
DAFTAR PUSTAKA
30
BAB I
PENDAHULUAN
30
1.2.2
1.2.3
1.2.4
1.2.5
1.2.6
1.2.7
1.3.2
1.3.3
1.3.4
1.3.5
1.3.6
1.3.7
1.4.2
1.4.3
1.4.4
1.4.5
1.4.6
1.4.7
30
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Untuk dapat diflotasi maka suatu zat harus bersifat hidrofob sehingga
dapat menempel pada gelembung udara. Zat yang tidak bersifat diflotasi yaitu
hidrofil dapat diubah menjadi hidrofob dengan penambahan suatu senyawa yang
disebut dengan kolektor berupa suatu surfaktan sehingga zat itu dapat pula di
flotasi.
Flotasi adalah suatu proses pegolahan air yang dipakai untuk pemisahan
partikel solid dan cairan dari fase cairan. Proses pemisahan dapat terjadi karena
adanya gelembung-gelembung halus yang terdapat pada fase cairan yang naik ke
permukaan air akan mengangkut partikel-partikel yang ada pada fase cairan
tersebut (Rich, 1961).
Ada 3 macam tipe flotasi yang biasa dipakai pada proses pengolahan air
(Metcalf and Eddy, 1985) yaitu flotasi udara terdispersi (dispersed air flotation),
flotasi vakum (vacuum flotation) dan flotasi udara terlarut (dissolved air
flotation). Pada sistem flotasi udara terlarut, secara teoritis (Zabel and
Melbourne, 1980 ; dan Janssens and Schers) udara yang dihasilkan kompresor
dilarutkan kedalam air pada tangki tekan, dan dilanjutkan dengan pelepasan
udara yang telah ditekan pada level atmosfer.
30
Adapun metode Disolve Air Flotation (DAF) ada dua jenis yaitu :
1. Dengan Resirkulasi
2. Tanpa resirkulasi.
Kedua jenis tersebut dapat dilihat pada gambar di bawah ini,
30
c. Vacum Flotation
Limbah cair diaerasi hingga jenuh sehingga akan terbentuk gelembung
udara yang akan lolos ke atmosfer dengan mengangkat partikel-partikel
ke atas.
2.3 Prinsip Flotasi
Penempelan partikel (mineral) pada gelembung udara Gelembung
mineral harus stabil.
Ada sifat Float dan sink
Beberapa jenis partikel yang tercampur dapat dipisahkan salah satu
jenisnya dari campurannya atau bila memungkinkan dan dapat terpisah
keseluruhan jenis sehingga dapat terkonsentrasi dari tiap-tiap jenis. Pemisahan
dari partikel-partikel dalam flotasi ini ditunjukkan oleh penentuan kontak antara
tiga fasa yaitu fasa partikel padat yang akan diapungkan, larutan aqua electrolit,
dan gas (biasanya dipakai udara) hampir semua zat anorganik dapat dibasahi
oleh fasa akua. Oleh karena itu, langkah pertama dalam flotasi adalah
mengggantikan sebagian dari antar fasa padat-cair menjadi antara fasa padat-gas.
Sebagian hasilnya didapat bahwa permukaan partikel akan menjadi hidrofobik.
30
30
30
Gelembung
uadara
diinjeksikan
kedalam
tangki
untuk
lg
air
udara
p
sg
sl
padatan hidrofobik
Konsep contact angel dengan pengikatan gelembung pada medium cair,
terikat pada padatan hidrofobik. P adalah kontak 3 fase, dimana vector
lg
melewati p dan membentuk tang pada permukaan kurva pada gelembung udara.
Tiga gaya tegangan antar permukaan saat kesetimbangan, sesuai dengan
persamaan Youngs. Dimana menunjukkan tegangan antar muka antara solidgas, solid-liquid dan liquid-gas.
sg
- sl = lg .cos ............................
(1)
(Othmer, 1998)
Jumlah udara secara teori yang akan dilepas dalam larutan ketika
tekanan berkurang menjadi 1 atm dapat dihitung dengan :
S Sa
P
- Sa
Pa
Dengan :
S = udara yang dilepas pada tekanan atmosfer per unit volume pada 100 %,
cm3/lt
Sa = udara jenuh pada tekanan tertentu, cm3/lt
P = tekanan absolut
Pa = tekanan atmosfer
Daya larut udara dalam air buangan industri lebih kecil dari pada
air, koreksi dari rumusan diatas menjadi :
f.P
- 1
Pa
S Sa
Dengan :
f
= fraksi daya larut udara pada air buangan dalam tangki (0.85 0.9)
Untuk hasil unit flotasi yang berhubungan dengan kualitas
S
Sa.Q Pa
Dengan :
Q = debit inffluent air buangan
R = debit resirkulasi air buangan
Sa = Konsentrasi minyak atau lemak atau solid air buangan
Gambar 2.8 Hubungan antar rasio udara / solid dan kualitas effluent
Untuk mengetahui karakteristik unit flotasi yang akan di desain
disesuaikan dengan karakteristik air buangan, diperlukan tes laboratorium.
Apabila menggunakan sistem resirkulasi maka rasio udara/solid dapat
dihitung :
A 1.3 Sa.R P - 1
S
Sa.Q
Dengan :
Sa
= Volume resirkulasi, l
Sa
QR
loading
Dengan :
A
= surface area
= debit resirkulasi
Selain itu dari tes laboratorium juga diperoleh nilai surface
= 50 mg/e
Tekanan absolute
Produksi lumpur
Berat lumpur
=3%
40
30
2.0
3.0
4.0
Surfase load
(gal/min.ft2)
Effluen Minyak
dan lemak (Mg/l)
0,87
14,4
1,58
15
2,21
17,22
3,0
25
Hitung :
a. Debit Resirkulasi
b. Luas area unit flotasi
c. Jumlah lumpur yang dihasilkan
Jawaban :
Rasio udara / solid untuk effluent minyak dan lemak sebesar 20 mg/e dari
grafik adalah diperoleh :
A
= 0,03 lb air release / lb solids applied
S
Pada temperatur 103 oF (39,4 oC) daya larut udara dalam air sebesar 18,6 3g/e
dengan nilai f air buangan diasumsikan 0,85.
a. Debit Resirkulasi
(A/S) QSa
R = Sa (FP / Pa - 1)
R =
b. Dari hasil lab. pada grafik diperoleh untuk effluen 20 mg/e, surface
A = Loading
=
= 62,22 ft2
= (Sa Se) x Q
= (120 20) mg/e x 150 gal/min
= 82 kg/day
Alum sludge
gal/min
= 26 kg/day
Total sludge
= 1 3 menit
= 20 -30 menit
Surface loading
m3/min.m2)
2. Dispersed Air Floation
Tekanan udara
= 30m 120 m
mesh dan dikeringkan pada suhu 110 C. Sampel ini digunakan dalam
analisis kimia dan studi flotasi. H 2S diproduksi dengan penambahan H 2SO4
ke dalam FeS yang diperoleh dari pirit. Proses sulfurisasi dilakukan dalam
autoklaf dari volume internal 1.3 Liter, dengan 60 menit waktu residensi.
Perbedaan rasio campuran gas H2S + H2O juga diuji.
-100 mesh
Rasio Solid/Liquid
100 g/L
Collector
Frother
pH
5.42
Kecepatan campuran
900 periode/menit
Waktu flotasi
3 menit
Seperti yang terlihat pada tabel 5, hasil flotasi dari sampel hingga
300 g/L densitas pulp cukup baik. Kemudian, partikel kasar, 1-2 cm
dibandingkan dengan 150um, dari bijih tembaga teroksidasi yang menjadi
subjek untuk proses sulfurisasi. Kemudian, hasil sampel sulfur yaitu tanah
lebih mudah untuk dihaluskan. Dalam serangkaian uji, 1 kg bijih tembaga
teroksidasi adalah subjek untuk proses sulfurisasi dalam medium yang
mengandung 30.62 g H2S + 200.00 g H2O (S1), 30.46 g H2S + 225.00 g
H2O (S2) dan 38.29 g H2S + 250.00 g H2O (S3), masing-masing
campuran. Sampel mengandung tanah -100 mesh, dan kemudian diflotasi
yang menunjukkan pada pH 8.7 dibawah kondisi yang sama seperti uji
flotasi sebelumnya. Hasil diberikan pada Tabel 6.
x 100%
kandungan logam awal dalam sampel, maka kinerja surfaktan dan koagulan
dalam mengikat hidroksida-hidroksida besi menjadi flok pun akan semakin
berat, sehingga terdapat kondisi optimum yang diperlukan untuk proses
flotasi pada konsentrasi logam tertentu. Selain itu dengan adanya kenaikan
konsentrasi logam dalam sampel, maka koloid hidroksida yang terbentuk
akan semakin banyak, sedangkan jumlah bahan koagulan (PAC) dan
surfaktan (SLS) yang ditambahkan tetap, sehingga tidak mampu untuk
mengubah semua partikel hidroksida tersebut menjadi flok. Dengan demikian
koloid hidroksida tersebut tidak dapat dipisahkan ke permukaan dan akan
tetap berada di tangki flotasi, sehingga pada akhirnya diperlukan proses
lanjutan (sedimentasi) untuk dapat mengukur kandungan logam berat dalam
effluent.
flotation/DAF).
Proses
DAF
dapat
diawali
dengan
cara
(Aurelle
1991),
yaitu
1)
Hidrokarbon
terlarut.
kelarutan
1650 mg/l
dan
hexyne-1 (straight
chain
Keterangan:
: debit udara
Vo
Ao
nT
efisiensi
sedimentasi,
intersepsi
Aurelle
ini
diturunkan
berdasarkan
proses
Konsekuensinya
model
transport
yang
digunakan
pada
a
Gambar 11
keterangan:
s
sa
: tekanan mutlak
Pa
: tekanan atmosfer
harus lebih besar dari 2% untuk mendapatkan hasil yang lebih baik ekonomi.
Metode pemisahan digunakan untuk menyelesaikan hanya mereka yang
sebaliknya tidak dapat memproses bijih. Oleh karena itu, sebelum menggunakan
metode ini untuk menangani pengolahan bijih untuk sebuah studi komprehensif,
jika metode pengobatan lain, tidak disukai hukum segregasi.
2. 12 Reagen Flotasi
Untuk membantu proses flotasi dengan mengubah sifat-sifat
permukaan partikel mineral perlu ditambahkan zat-zat kimia berupa reagen.
Menurut Shergold (1984), reagen-reagen yang digunakan dalam proses
flotasi dapat digolongkan sebagai berikut:
1. Collector
Collector adalah bahan yang dapat menyebabkan partikel mineral
menjadi suka udara, yaitu dengan cara melapisi permukaan polar dari
partikel mineral dengan reagent. Sehingga pada bagian luar dari mineral
terjadi reaksi kimia yang membentuk lapisan non polar yang mudah
menarik udara, dan mineral kan mudah menempel pada gelembung
udara. Contoh collector untuk mineral sulfida adalah xanthate dan
Dithiophosphate. Sedangkan untuk mineral non sulfida adalah fatty acid
jenuh dan tidak jenuh.
2. Frother
Frother zat kimia yang digunkan untuk membantu menstabilkan
gelembung udara yang terbentuk, sehingga tidak mudah pecah.
Gelembung-gelembung udara yang terbentuk harus dapat bergerak bebas
di dalam pulp dan dapat mengambil partikel partikel mineral berharga,
kemudian diapungkan ke dalam pulp. Contoh dari frother adalah
DOWFROTH
Flotation
Polyalkoxyparaffins.
3. Modifier (Modifying Agent)
Frother
Series,
MIBC,
deterjen
dan
aktivator
bertujuan
meningkatkan
aktivitas
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Flotasi adalah suatu proses dimana padatan, cairan atau zat terlarut dibawa
ke permukaan larutan dengan penggunaan gelembung udara. Jenis-jenis flotasi yaitu
Aerasi pada tekanan atmosfer (air flotation), Dissolved Air Flotation (DAF), dan
Vacum Flotation. Prinsip flotasi yaitu Penempelan partikel (mineral) pada
gelembung udara, gelembung mineral harus stabil, ada sifat Float dan sink. Faktor
DAFTAR PUSTAKA