BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Indonesia adalah negara yang sangat kaya akan keberadaan sungai.
Terdapat ribuan sungai yang tersebar di seluruh Indonesia.Tetapi saat ini sungaisungai di Indonesia tidak dimanfaatkan dengan baik, bahkan banyak masyarakat
yang merusakknya dengan membuang sampah sembarangan dan mengakibatkan
bencana banjir.Kekayaan yang alam yang sangat besar ini harus dimanfaatkan
secara tepat.
Dengan memahami karakteristik dari masing-masing sungai maka
pemanfaatan sungai akan semakin baik, misalnya: pembangunan waduk,
pembangunan
pembangkit
listrik
tenaga
air,
dan
lain
sebagainya.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Klasifikasi Sungai
Sungai adalah air tawar yang mengalir darisumbernya didaratan menuju
dan bermuara di laut, danau atau sungai lain yang lebih besar Aliran sungai
merupakan aliran yang bersumber dari 3 jenis limpasan, yaitu limpasan yang
berasal dari hujan, limpasan dari anak anak sungai, dan limpasan dari air tanah.
Sungai merupakan salah satu bagian dari siklus hidrologi. Air dalam
sungai umumnya terkumpul dari presipitasi, seperti hujan, embun, mata air,
limpasan bawah tanah, dan di beberapa negara tertentu juga berasal dari lelehan
es/salju. Selain air, sungai juga mengalirkan sedimen dan polutan.
Sungai terdiri dari beberapa bagian, bermula dari mata air yang mengalir
ke anak sungai. Beberapa anak sungai akan bergabung untuk membentuk sungai
utama. Aliran air biasanya berbatasan dengan saluran dengan dasar dan tebing di
sebelah kiri dan kanan. Pengujung sungai di mana sungai bertemu laut dikenali
sebagai muara sungai.
2.1.1 Klasifikasi Sungai Berdasarkan Sumber Air
Suatu sistem sungai pasti memiliki sumber air yang bermacam-macam.
Sumber air yang dimaksud adalah darimana air yang terkalkulasi di sungai itu
berasal. Berdasarkan sumber airnya sungai dibedakan menjadi tiga macam yaitu:
sungai hujan, sungai gletser dan sungai campuran.
Sungai Hujan, adalah sungai yang airnya berasal dari air hujan atau
sumber mata air. Air hujan yang turun pada suatu system DAS akan terakumulasi
dan mengalir pada sungai yang bersangkutan. Sungai jenis ini sebagian besar
terdapat di daerah tropis dan wilayah di sekitar lintang nol derajat dengan
ketinggian di bawah 4000 mdpl. Contohnya adalah sungai-sungai di Kalimantan,
Jawa, Sumatra.
Sungai Gletser, adalah sungai yang airnya berasal dari pencairan es.
Sungai jenis ini banyak terdapat di wilayah lintang tingi dan di wilayah
pegunungan yang memiliki ketinggian lebih dari 4000 mdpl.Contoh sungai yang
airnya benar-benar murni berasal dari pencairan es saja (ansich) bisa dikatakan
tidak ada, akan tetapi pada bagian hulu sungai Gangga di India di Pegunungan
Himalaya dan hulu sungai Phein di Jerman di Pegunungan Alpen dapat dikatakan
sebagai contoh jenis sungai ini.
Sungai Campuran, adalah sungai yang airnya berasal dari pencairan es
atau gletser, dari hujan, dan dari sumber mata air. Sungai ini bayak terdapat di
wilayah tropis yang memiliki ketinggian lebih dari 4000 mdpl Contoh sungai jenis
ini adalah sungai Digul dan sungai Mamberamo di Papua Irian Jaya.
2.1.2 Klasifikasi Sungai Berdasarkan Pola Aliran
Dendritik: seperti percabangan pohon, percabangan tidak teratur dengan arah
dan sudut yang beragam. Berkembang di batuan yang homogen dan tidak
terkontrol oleh struktur, umunya pada batuan sedimen dengan perlapisan
horisontal, atau pada batuan beku dan batuan kristalin yang homogen. Pola aliran
dendritik dapat memiliki tekstur/kerapatan sungai yang dikontrol oleh jenis
batuannya. Sebagai contoh sungai yang mengalir diatas batuan yang tidak/kurang
resisten terhadap erosi akan membentuk tekstur sungai yang halus (rapat)
sedangkan pada batuan yang resisten (seperti granit) akan membentuk tekstur
kasar (renggang). Tekstur sungai didefinisikan sebagai panjang sungai per satuan
luas. Hal ini dapat dijelaskan bahwa resistensi batuan terhadap erosi sangat
berpengaruh pada proses pembentukan alur-alur sungai, batuan yang tidak resisten
cenderung akan lebih mudah dierosi membentuk alur-alur sungai. Jadi suatu
sistem pengaliran sungai yang mengalir pada batuan yang tidak resisten akan
membentuk pola jaringan sungai yang rapat (tekstur halus), sedangkan sebaliknya
pada batuan yang resisten akan membentuk tekstur kasar.
Rectangular : Aliran rectangular merupakan pola aliran dari pertemuan antara
alirannya membentuk sudut siku-siku atau hampir siku-siku. Pola rectangular
umumnya berkembang pada batuan yang resistensi terhadap erosinya mendekati
seragam, namun dikontrol oleh kekar yang mempunyai dua arah dengan sudut
saling tegak lurus. Kekar pada umumnya kurang resisten terhadap erosi sehingga
memungkinkan air mengalir dan berkembang melalui kekar-kekar membentuk
suatu pola pengaliran dengan saluran salurannya lurus-lurus mengikuti sistem
kekar.
Pola
aliran
rectangular
dijumpai
di
daerah
yang
wilayahnya
terkonsentrasi di tempat tempat dimana singkapan batuannya lunak.Cabangcabang sungainya membentuk sudut tumpul dengan sungai utamanya.Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa pola aliran rectangular adalah pola aliran
sungai yang dikendalikan oleh struktur geologi, seperti struktur kekar (rekahan)
dan sesar (patahan).Sungai rectangular dicirikan oleh saluran-saluran air yang
mengikuti pola dari struktur kekar dan patahan.
Paralel: anak sungai utama saling sejajar atau hampir sejajar, bermuara pada
sungai-sungai utama dengan sudut lancip atau langsung bermuara ke laut.
Berkembang di lereng yang terkontrol oleh struktur (lipatan monoklinal, isoklinal,
sesar yang saling sejajar dengan spasi yang pendek) atau dekat pantai.
Trellis: percabangan anak sungai dan sungai utama hampir tegak lurus,
sungai-sungai utama sejajar atau hampir sejajar. Berkembang di batuan sedimen
terlipat atau terungkit dengan litologi yang berselang-seling antara yang lunak dan
resisten. Geometri dari pola aliran trellis adalah pola aliran yang menyerupai
bentuk pagar yang umum dijumpai di perkebunan anggur. Pola aliran trellis
dicirikan oleh sungai yang mengalir lurus di sepanjang lembah dengan cabangcabangnya berasal dari lereng yang curam dari kedua sisinya. Sungai utama
dengan cabang-cabangnya membentuk sudut tegak lurus sehingga menyerupai
bentuk pagar.Pola aliran dikontrol oleh struktur geologi berupa perlipatan sinklin
dan antilin.
Deranged : pola aliran yang tidak teratur dengan sungai dengan sungai pendek
yang arahnya tidak menentu, payau dan pada daerah basah mencirikan daerah
glacial bagian bawah.
Radial Sentrifugal: sungai yang mengalir ke segala arah dari satu titik.
Berkembang pada vulkan atau dome.
Radial Centripetal: sungai yang mengalir memusat dari berbagai arah.
Berkembang
di
kaldera,
karater,
atau
cekungan
tertutup
lainnya.
Pola aliran sentripetal merupakan pola aliran yang berlawanan dengan pola radial,
di mana aliran sungainya mengalir ke satu tempat yang berupa cekungan
(depresi).Pola aliran sentripetal merupakan pola aliran yang umum dijumpai di
bagian barat dan barat laut Amerika, mengingat sungai-sungai yang ada mengalir
ke suatu cekungan, di mana pada musim basah cekungan menjadi danau dan
Sungai Konsekuen
Sungai konsekuen adalah sungai yang mengalirnya sesuai dengan
kemiringan batuan yang dilaluinya.Sungai jenis ini banyak terdapat di
daerah gunung merapi berumur muda atau stadium awal.
Contoh : Sungai Progo di Jawa Tengah ketika menuruni lereng gunung
merapi.
Sungai Subsekuen
Sungai subsekuen adalah sungai yang alirannya tegak lurus pada
Sungai Resekuen
Sungai Resekuen adalah anak sungai subsekuen.Arah aliran sungai
resekuen ini searah dengan sungi konsekuen.
Sungai Insekuen
Sungai insekuen adalah sungai yang alirannya teratur dan tidak terikat
dengan lapisan batuan yang dilaluinya.
Delta terbentuk di muara sungai, yaitu tempat pertemuan sungai dengan laut.Pada
saat aliran sungai mendekati laut, arusnya melemah karena adanya pengaruh
gelombang laut, sehingga material yang dibawa aliran sungai mengendap di lokasi
ini dan membentuk delta.
Delta yang berkembang luas dapat menyatu dengan daratan sehingga akan
menambah luas daratan. Dilihat dari bentuk fisiknya, ada beberapa bentuk delta,
yaitu delta kaki burung, delta busur segitiga (kipas), dan delta kapak.
2) Kipas Aluvial
Bentuk-Bentuk Pengendapan atau Sendimentasi
Kenampakan ini terbentuk di kaki gunung.Pada tempat ini terjadi perubahan
kemiringan dari pegunungan ke dataran, sehingga energi pengangkut (air)
melemah dan akhirnya material hasil erosi terendapkan.Materi yang terendapkan
merupakan aluvium halus.Umumnya terbentuk di antara lembah curam dan
sempit.
3) Tanggul Alam
Tanggul alam terbentuk pada waktu terjadi banjir, akibatnya material-material dari
air sungai meluap di kanan kiri sungai.Ketika banjir mereda, material tersebut
terendapkan di kanan kiri sungai dan lama-kelamaan semakin tinggi menyerupai
tanggul.
4) Dataran Banjir
Dataran banjir merupakan dataran rendah di kanan kiri sungai yang terbentuk dari
material hasil pengendapan banjir aliran sungai.Pada saat banjir datang, air
meluap ke kanan kiri alur sungai.Luapan air ini membawa material sedimen yang
kemudian diendapkan di kanan kiri sungai. Proses ini berlangsung lama, hingga
terbentuk dataran banjir.
5) Meander
Meander adalah salah satu bentuk sungai yang khas. Sungai dengan kelokan yang
terbentuk dari adanya pengendapan. Meskipun sungai ini banyak terdapat di
bagian tengah suatu DAS, bahkan mendekati hilir, tetapi proses pembentukannya
dimulai di bagian hulu. Volume air di bagian hulu yang kecil mengakibatkan
tenaga yang terbentuk pun kecil. Oleh karenanya sungai akan mencari rute yang
paling mudah, yaitu materi batuan yang tidak resistan.
Di bagian tengah, aliran air mulai melambat karena relief yang datar. Di
sinilah pembentukan meander mulai nyata. Proses meander terjadi di tepi sungai
baik bagian dalam maupun luar lekukan sungai. Pada bagian sungai yang
alirannya cepat akan terjadi pengikisan, di bagian lain dari tepi sungai yang
alirannya lamban akan terjadi pengendapan. Meander terbentuk dari proses ini
yang berlangsung secara terus-menerus.
6) Danau Tapal Kuda (Oxbow Lake)
Oxbow lake terbentuk akibat proses sedimentasi yang terjadi pada lekukan sisa
sungai meander. Material sedimen yang terangkut oleh aliran sungai diendapkan
pada bagian luar cekungan sungai. Proses ini jika berlangsung terus-menerus
dalam waktu yang lama, mengakibatkan material sedimen akan memotong alur
sungai sehingga alur sungai berubah menjadi lurus. Sementara itu, cekungan alur
sungai yang terpotong membentuk genangan air menjadi danau.
2.3 Manajemen Sungai
1. Bendung dan Bendungan dibangun untuk mengontrol aliran, menyimpan air
atau menghasilkan energi.
2. Tanggul dibuat untuk mencegah sungai mengalir melampaui batas dataran
banjirnya.
3. Kanal-kanal dibuat untuk menghubungkan sungai-sungai untuk mentransfer air
maupun navigasi
4. Badan sungai dapat dimodifikasi untuk meningkatkan navigasi atau diluruskan
untuk meningkatkan rerata aliran.
Manajemen sungai merupakan aktivitas yang berkelanjutan karena sungai
cenderung untuk mengulangi kembali modifikasi buatan manusia. Saluran yang
dikeruk akan kembali mendangkal, mekanisme pintu air akan memburuk seiring
waktu berjalan, tanggul-tanggul dan bendungan sangat mungkin mengalami
rembesan atau kegagalan yang dahsyat akibatnya. Keuntungan yang dicari dalam
manajemen sungai seringkali "impas" bila dibandingkan dengan biaya-biaya
sosial ekonomis yang dikeluarkan dalam mitigasi efek buruk dari manajemen
yang bersangkutan.Sebagai contoh, di beberapa bagian negara berkembang,
sungai telah dikungkung dalam kanal-kanal sehingga dataran banjir yang datar
dapat bebas dan dikembangkan.Banjir dapat menggenangi pola pembangunan
tersebut sehingga dibutuhkan biaya tinggi dan seringkali makan korban jiwa.
Banyak sungai kini semakin dikembangkan sebagai wahana konservasi habitat,
karena sungai termasuk penting untuk berbagai tanaman air, ikan-ikan yang
bermigrasi, menetap, dan budidaya tambak, burung-burung, serta beberapa jenis
mamalia
2.4 Dampak Eksploitasi Sungai.
Eksploitasi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia memiliki arti "pengusahaan;
pendayagunaan;
pemanfaatan
untuk
keuntungan
sendiri";
"pengisapan";
Secara sederhana,
10
Dulu,
sungai
memang
dianggap
sebagai
sarana
pembuangan
Limbah rumah tangga. Limbah sampah (baik padat maupun cair) seperti:
bungkus makanan, air sabun, air bekas cucian yang mengandung zat
kimia, dan sebagainya.
Selain ketiga penghasil utama limbah pencemar air di atas, masih ada satu lagi
sumber limbah yang ada hanya di sejumlah daerah, yaitu berasal dari aktivitas
pertambangan. Air yang tercemar tentu membawa dampak pada kerugian bagi
11
makhluk hidup, mengingat kedudukan air sebagai salah satu elemen terpenting
dari kehidupan.Berikut adalah sebagian dampak pencemaran sungai bagi
kehidupan sehari-hari.
1
Di samping itu akibat pencemaran sungai dari estetika lingkungan bisa diamati
secara kasat mata.Sungai yang sakit tentu terlihat merana dan tidak enak
dipandang.Padahal salah satu fungsi sungai adalah sebagai sarana rekreasi
manusia. Selain mata, indera penciuman juga akan merasakan dampak dari sungai
yang tercemar, karena yang kita tau, sampah yang menumpuk terlalu lama akan
mengeluarkan aroma kurang sedap.
BAB III
SIMPULAN
12
Sungai adalah aliran air yang besar dan memanjang yang mengalir secara
terus-menerus dari hulu (sumber) menuju hilir (muara).Sungai diklasifikasikan
berdasarkan beberapa faktor.Menurut jumlah airnya sungai dibagi menjadi 4,yaitu
sungai permanen - sungai periodik ,sungai intermittent atau sungai episodik dan
sungai ephemeral .Berdasarkan arah aliran sungai dibagai menjadi sungai
konsekwen sungai
subsekwen sungai
obsekwen sungai
insekwen sungai
resekwen sungai andesen sungai anaklinal Menurut sumber airnya sungai dibagi
menjadi sungai hujan sungai gletser sungai campuran
Manajemen Sungai sangat diperlukan dalam menjaga kualitas dan kuantias
sungai.
Pemanfaatan
sungai
antara
lain
sebagai
Bendung dan Bendungan dibangun untuk mengontrol aliran, menyimpan air atau
menghasilkan energi,Tanggul dibuat untuk mencegah sungai mengalir melampaui
batas dataran banjirnya,Kanal-kanal dibuat untuk menghubungkan sungai-sungai
untuk mentransfer air maupun navigasi
Eksploitasi sungai secara berlebihan masih sering terjadi.Sebagai dampaknya,
kondisi tercemarnya aliran sungai pun tidak dapat dihindari yang kemudian tentu
membawa dampak buruk bagi kehidupan manusia. Sesuai dengan kenyataan
yang ada, sungai Indonesia semakin tercemar oleh berbagai bahan pencemar.
Dan umumnya, bahan pencemaran tersebut dapat masuk ke sungai disebabkan
oleh perilaku manusia. Dampak eksploitasi sungai antara lain
1
DAFTAR RUJUKAN
13